Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 1 NOMOR 2, MARET 2014

TINJAUAN PUSTAKA

Cedera Saraf Setelah Anestesi Neuraksial Nerves


Injury Post Neuroaxial Anesthesia

Doso Sutiyono
Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UNDIP/RSUP Dr. Kariadi, Semarang

ABSTRACT
Neural injury post neuroaxial anesthesia procedure is a rare complication but feared by many
anesthesiologists. Neural injury incidence range is 0,03 to 0,1% among all neruaxial block patients. Neural
injury is happened due to infection, needle-trauma to vertebrae or vertebral neural cord directly, medulla
spinalis ischaemia or neurotoxicity. Most causes of neural injury are hematoma and infection.
Whenever suspect a neural injury, rapid diagnosis and treatment are needed. MRI and CT-scan
examination are the best of choice in imaging neural injury. Mild symptoms without objective neural deficit,
mostly showed good prognosis and whenever they are deteriorate, a neurologic consultation must be done.
Lesion with moderate or severe deficit neulogic is an indication for advanced neurologic consultation,
neurophysiologic examination (neural conduction study and electromyography) or MRI/CT Scan examination.
A complete or progressive neural deficit needs to be evaluated by a neurologist or neurosurgeon.
Neural injury with mild symptoms can be treated with steroid, NSAID, neurotropic vitamins, and
physiotherapy. Neural trauma due to compression, needs to be decompressed. Recovery process has a direct
relationship with the early decompression treatment.

Keywords: nerve injury, neuraxial anaesthesia, spinal anaesthesia, epidural anaesthesia

ABSTRAK
Cedera saraf berat paska blok neuroaksial jarang terjadi tetapi sangat ditakuti oleh dokter
anestesi. Insidensi cedera saraf pada pasien dengan blok neuraksial antara 0,03 - 0,1%. Cedera saraf akibat
hematoma dan infeksi relatif lebih sering terjadi. Cedera yang terjadi kebanyakan karena infeksi, trauma
jarum langsung pada sumsum tulang belakang atau saraf tulang belakang, iskemia medula spinalis, atau
neurotoksik akibat obat yang digunakan.
Kecurigaan adanya cedera saraf memerlukan penegakan diagnosis dan penanganan cepat.
Pemeriksaan MRI atau CT scan merupakan modalitas pencitraan pilihan untuk cedera saraf. Gejala ringan
tanpa bukti obyektif defisit saraf biasanya menunjukkan prognosis yang sangat baik. Gejala yang memburuk
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Lesi dengan bukti defisit sedang atau berat merupakan indikasi
dilakukannya konsultasi neurologis, pemeriksaan neurofisiologis (studi konduksi saraf dan elektromiografi)
atau pencitraan MRI/CT scan pada saraf. Defisit saraf lengkap atau progresif harus segera dikonsultasikan
pada ahli saraf atau bedah saraf.
Cedera saraf dengan gejala ringan dapat diterapi dengan steroid, NSAID, Vitamin neurotropik
dan fisioterapi. Cedera karena kompresi harus segera dilakukan dekompresi. Kemungkinan terjadinya
pemulihan berhubungan langsung dengan kecepatan dekompresi.

Kata Kunci : cedera saraf, anestesi neuroaksial, anestesi spinal, anestesi epidural.

69
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 1 Nomor 2, Maret 2014

PENDAHULUAN penyebaran infeksi dari kulit ke ruang epidural atau


Anestesi neuroaksial merupakan tindakan intratekal .1
yang paling sering dilakukan oleh dokter anestesi. Schneeberger melaporkan 4 kasus
Tindakan ini relatif aman, meskipun bukan meningitis iatrogenik setelah anestesi yang
berarti tanpa kemungkinan terjadi komplikasi. dilakukan oleh dokter anestesi yang sama, memiliki
Salah satu komplikasi yang dapat terjadi adalah sejarah faringitis berulang dan tidak mengenakan
cedera saraf. masker selama prosedur anestesi. Meskipun belum
Cedera saraf berat paska blok neuroaksial terbukti menguarangi kejadian infeksi neuraksial,
jarang terjadi tetapi sangat ditakuti oleh dokter penggunaan masker wajah terbukti mengurangi
anestesi. Kejadian neuropati perifer persisten penyebaran streptokokus viridan. 6
termasuk parestesi persisten dan disfungsi sensorik Pungsi dural telah lama dianggap faktor
atau motorik bervariasi dari 0% sampai 0,08 % 1. risiko terjadinya meningitis. Bagaimana bakteri
Kejadian parestesi persisten (nyeri, mati rasa, atau menyeberang dari aliran darah ke dalam cairan
kelemahan) berkisar antara 0% sampai 0,16 % 1. cerebro spinal belum diketahui. Weed menemukan
Giebler melaporkan insidensi nyeri radicular hanya bahwa tusukan lumbar yang dilakukan pada
0,2 % pasca operasi pada 4.185 pasien dengan hewan coba septikemia (diproduksi dengan injeksi
kateter epidural.2 Insidensi cedera saraf permanen IV dari basil gram-negatif) selalu menghasilkan
pasca spinal anestesi 0-0,04 % dan pada epidural 0 meningitis yang fatal. Akan tetapi perlu
– 0,7 %.3 Insidensi cedera neurologis terjadi antara diperhatikan penggunaan jarum 26–gauge dapat
0,03 dan 0,1% dari semua pasien blok neuroaksial. mengakibatkan robeknya duramater relatif lebih
Cedera saraf akibat hematoma dan infeksi relatif besar pada tikus dibandingkan dengan pungsi
lebih sering terjadi.4 dural pada manusia. Pada penelitian tersebut obat
Komplikasi neurologis terkait dengan lokal anestesi yang biasanya bersifat bakteriostatik
neuraksial anestesi dapat dibagi menjadi dua yang dapat mengurangi risiko meningitis tidak
kategori: tidak berhubungan tetapi bertepatan dimasukkan.1
waktu dengan spinal atau epidural anestesi dan Pencegahan infeksi (meningitis atau
yang merupakan akibat dari teknik regional.1 abses) dilakukan dengan mengharuskan tindakan
Cedera saraf yang akan dibahas adalah yang anestesi neuroaksial dikerjakan dalam kondisi
merupakan akibat dari tindakan anestesi steril. Dokter anestesi harus melakukan cuci
neoruaksial. tangan, memakai sarung tangan, masker muka,
Cedera saraf pasca anestesi neuroaksial serta mendisinfeksi daerah tindakan. Pemasangan
dapat disebabkan karena: infeksi (abses epidural, kateter epidural harus dilakukan oleh dokter
meningitis), iskemia neuronal (anterior spinal artery dengan memakai pakaian operasi.
syndrome, hematom epidural), trauma langsung
jarum atau kateter dan neurotoksisitas obat ISKEMIA NEURONAL
anestesi lokal atau pengawetnya.5 Suplai darah ke sumsum tulang belakang
sering tidak stabil karena jarak yang relatif besar
INFEKSI antara pembuluh darah radikuler. Hipotensi
Cedera saraf neuroaksial karena infeksi sistemik atau insufisiensi vaskular lokal dengan atau
bakteri dapat hadir sebagai meningitis atau tanpa anestesi neuroaksial dapat menghasilkan
kompresi saraf akibat terbentuknya abses. Sumber iskemia saraf tulang belakang yang menyebabkan
infeksi dapat eksogen dari peralatan atau obat paralisis flasid dari ekstremitas bawah yang dikenal
yang terkontaminasi atau endogen dari jarum sebagai sindrom arteri spinalis anterior.
atau kateter yang terpapar sumber bakteri dalam Penggunaan cairan anestesi lokal yang
tubuh pasien. Selain itu, sekitar kateter terjadi mengandung epinefrin atau fenilefrin secara
kolonisasi bakteri kemudian menjadi sumber untuk teoritis dapat menghasilkan iskemia neuronal

70
Cedera Saraf Setelah Anestesi Neuraksial ...

Tabei 1. Meningitis setelah pungsi duramater1

Patients
With Lumbar
Patients With Puncture-
Author No. Microorganism Spontaneous induced
(year) Patients Population (s) Meningitis Meningitis Comments
Wegeforth 93 Military Neisseria 38 of 93 (41%) 5 of 93, Lumbar punctures
(1919) personnel meningitidis including 5 of performed during
Streptococcus 6 bacteremic meningitis epidemics
pneumoniae patients
Pray (1941) 416 Pediatric with Streptococcus 86 of 386 8 of 30 (27%) 80% of patients with
bacteremia pneumoniae (22%) meningitis <2 y of age
Eng (1981) 1.089 Adults with Atypical and 30 of 919 3 of 170 (1.8%) Atypical organisms
bacteremia typical bacteria (3.3%) responsible for lumbar
puncture induced
meningitis
Teele 271 Pediatric with Streptococcus 2 of 31 (8.7%) 7 of 46 (15%) All cases of meningitis
(1981) bacteremia pneumoniae occurred in children <1 y
Neisseria of age. Antibiotic therapy
meningitidis reduced risk
Haemophilus
influenzae
Smith 11 Preterm with NA (No cases of 0% 0%
(1986) neonatal sepsis meningitis)
*Significant association (P<.001).Spontaneous meningitis, concurrent bacteremia and meningitis (without a proceding
lumbar puncture). Lumbar puncture-induced meningitis, positive blood culture with sterile CSF on initial examination
subsequent positive CSF culture (same organism present in blood).

lokal, terutama pada pasien dengan penyakit dalam 220.000 anestesi spinal .1,7
mikrovaskuler. Kebanyakan kasus dugaan defisit Hematom epidural didefinisikan adanya
neurologis yang disebabkan vasokonstriktor perdarahan simptomatis dalan saraf neuroaksial.
dilaporkan sebagai laporan kasus tunggal ternyata Perdarahan paling sering terjadi pada rongga
disertai beberapa faktor risiko lain. Penelitian pada epidural akibat trauma pembuluh darah oleh jarum
hewan belum berhasil membuktikan hubungan atau kateter. Kondisi ini dapat menjadi emergensi
vasokonstriktor dengan sindroma arteri spinalis apabila terjadi kompresi medula spinalis. Hematon
anterior.1 epidural biasanya timbul dalam 0 – 2 hari dengan
Transient neurologic symptom (TNS) gejala nyeri punggung, disfungsi sensoris dan
didefinisikan adanya nyeri dan atau disestesia motoris, serta gangguan miksi dan defekasi.7
pada kaki atau pantat setelah anestesi neuroaksial. Vandermeulen melaporkan 61 kasus
Gejala biasanya timbul dalam 24 jam pertama hematoma tulang belakang yang terkait dengan
setelah pemulihan dari anestesi neuroaksial dan anestesi epidural atau spinal. Empat puluh dua dari
sembuh sempurna dalam 72 jam. Insidensinya 61 pasien (68%), hematoma tulang belakang yang
sebesar 1–5% pada anestesi spinal dengan lidokain. terkait dengan blok neuraksial terjadi pada pasien
Penyebab belum diketahui, diduga disebabkan dengan bukti kelainan hemostatik. Dua puluh lima
efek neurotoksik obat, trauma jarum, posisi pasien pasien menerima heparin intravena atau subkutan
selama operasi, dan pooling obat lokal anestesi sebelumnya, lima pasien lainnya mungkin diberikan
yang disuntikkan berulang.7 heparin karena menjalani prosedur bedah vaskular.
Insidensi sebenarnya disfungsi neurologis Dua belas pasien memiliki bukti koagulopati atau
akibat komplikasi hemoragik terkait dengan blok diobati dengan obat antiplatelet, antikoagulan,
neuraksial tidak diketahui, diperkirakan kurang trombolitik, atau dekstran 70 sebelum atau segera
dari 1 dalam 150.000 epidural dan kurang dari 1 sesudah anestesi spinal atau epidural.8

71
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 1 Nomor 2, Maret 2014

Dari suatu hasil penelitian 46 pasien selama interval heparinisasi terapeutik. Hasilnya
yang menerima anestesi epidural, 32 pasien menunjukkan bahwa pelepasan kateter tidak
diantaranya dengan kateter. Dari semua pasien sepenuhnya atraumatik. Status koagulasi pada
yang menggunakan kateter, hematoma tulang saat pelepasan kateter mungkin sama pentingnya
belakang terjadi pada 15 pasien segera setelah dengan saat pemasangan kateter .1
kateter epidural dilepas. Sembilan kateter dilepas

Tabel 2. Diagnosis banding abses spinal, hematom spinal dan sindrom arteri spinalis anterior.1
Anterior Spinal
Spinal Abscess Spinal Hematoma
Artery Syndrome
Age of patient Any age 50% over 50 years Elderly
Previous history Infection* Anticoagulants Arteriosclerosis/
hypotesion
Onset 1-3 days Sudden Sudden
Generalized symptoms Fever, malaise, back pain Sharp, transient back and leg pain None
Sensory involvement None or Paresthesias Variable, late Minor, patchy
Motor involvement Flaccid paralysis, later spastic Flaccid paralysis Flaccid paralysis
Segmental reflexes Exacerbated* -later obtunded Abolished Abolished
Myelogram/CT scan Signs of extradural compression Signs of extradural compression Normal
Cerebrospinal fluid Increased cell count Normal Normal
Laboratory data Rise in sedimentation rate Prolonged coagulation time* Normal
*Infrequent findings.

Sindrom kauda equina merupakan NEUROTOKSISITAS


sindrom kompleks yang melibatkan bagian Komplikasi neurologis yang terjadi setelah
terminal dari sumsum tulang belakang. Serabut anestesi neuraksial bisa diakibatkan langsung
otonom terutama yang terpengaruh. Gejalanya toksisitas anestesi lokal. Walaupun anestesi lokal
berupa insufisiensi otonom, perubahan fungsi diberikan dalam konsentrasi klinis dan dosis
kandung kemih dan usus besar, paraplegi, tidak menyebabkan kerusakan saraf, dari data
gangguan pengaturan suhu dan keringat dan nyeri laboratorium dan klinis membuktikan anestesi
sacrolumbal.7 lokal berpotensi terjadi neurotoksik. Kontak yang
terlalu lama, dosis tinggi, dan konsentrasi tinggi
TRAUMA LANGSUNG JARUM ATAU KATETER anestesi lokal di akar sumsum tulang belakang
Trauma langsung jarum atau trauma dapat mengakibatkan defisit neurologis permanen.
kateter jarang menyebabkan cedera neurologis Sindrom kauda ekuina dilaporkan terjadi setelah
permanen atau melumpuhkan. Suatu penelitian spinal dosis tunggal dan kontinyu. Injeksi (atau
retrospektif dari 4.767 anestesi spinal mencatat reinjeksi) konsentrasi tinggi anestesi lokal dalam
adanya 298 (6,3%) pasien dengan parestesia area terbatas ruang intratekal dapat menyebabkan
selama penempatan jarum. Insiden defisit cedera neurotoksik. 1,4
neurologis pasca operasi secara signifikan Dalam histopatologi, elektropsikologi,
meningkat pada spinal anestesi kontinyu (0,66 %) dan model sel saraf, dibandingkan bupivacaine,
dibandingkan pemberian tunggal (0,13%). Pada lidokain dan tetrakain pada konsentrasi klinis yang
penelitian laboratorium pada tikus menunjukkan sama, memiliki potensi lebih besar menimbulkan
adanya demielinasi dan peradangan saraf yang neurotoksisitas. Dalam penelitian yang dilakukan
berdekatan dengan kateter setelah penempatan Auroy, 3,75% komplikasi neurologis setelah
kateter subarachnoid. Penggunaan kateter secara anestesi spinal terjadi pada pasien yang menerima
tidak langsung dapat menyebabkan cedera lidokain hiperbarik. Drasner dari hasil penelitiannya
neurologis. menyebutkan dosis maksimum untuk lidokain

72
Cedera Saraf Setelah Anestesi Neuraksial ...

adalah 60 mg dan menghindari penggunaan neuroaksial. Antibiotik yang sesuai diberikan untuk
epinefrin untuk memperpanjang lidokain dalam terapi bila telah terjadi infeksi. Abses yang menekan
untuk anestesi spinal.1,4 saraf harus segera dilakukan dekompresi.1
Sindrom kauda ekuina tidak mempunyai
PENANGANAN CEDERA SARAF PASCA terapi khusus dan hanya bersifat suportif.
ANESTESI NEUROAKSIAL Pemasangan kateter urin untuk menghindari over
Lesi tekan (kompresi) memerlukan distensi dari kandung kemih. Fisioterapi diperlukan
diagnosis cepat dan perawatan yang tepat. untuk mencegah atropi otot. Sindrom ini bisa
Pemulihan penuh atau parsial akan lebih cepat dicegah dengan cara menghindari pemakaian
terjadi dengan segeranya dilakukan dekompresi. mikrokateter spinal, konsentrasi tinggi dan volume
Pada kebanyakan kasus, penggunaan magnetic besar obat anestesi lokal, menunggu lebih dari
resonance imaging (MRI) adalah pencitraan pilihan 10 menit apabila akan mengulang spinal anestesi
untuk mengetahui adanya patologi kanal tulang dengan dosis yang sama, serta memilih lokasi
belakang, dan penegakan diagnosis tidak boleh L2 – L3 jika menghendaki cairan obat hiperbarik
ditunda sekalipun hanya computed tomography (CT) menyebar ke atas.7
scan yang tersedia. Diagnosis kecurigaan adanya Nirmala melaporkan foot drops pasca
cedera saraf perifer dipandu dari gejala yang ada, spinal anestesi dengan terapi steroid, NSAID dan
riwayat dan pemeriksaan fisik. Defisit saraf lengkap Vit. B kompleks sembuh setelah 8 minggu. Untuk
atau progresif harus segera dievaluasi oleh seorang mencegah cedera saraf yang lain adalah jangan
ahli saraf atau ahli bedah saraf. Gejala ringan tanpa melakukan injeksi apabila pasien merasa nyeri.10
bukti obyektif defisit saraf biasanya menunjukkan Hematom epidural dicegah dengan
prognosis yang baik. Jika gejala semakin berat, tidak melakukan blok neuroaksial pada pasien
konsultasi neurologis harus dilakukan. 9 dengan gangguan koagulasi atau mendapat terapi
Lesi lengkap dengan bukti defisit antikoagulan. Diagnosis harus segera ditegakkan
sedang atau berat merupakan indikasi untuk dan evakuasi hematom harus segera dilakukan
konsultasi awal neurologis dan pertimbangan untuk menghindari cacat permanen. Kembalinya
pengujian neurofisiologis (studi konduksi saraf dan fungsi neurologis parsial atau baik hanya 38% dari
elektromiografi) atau pencitraan MRI. Pengujian pasien dan terjadi pada pasien yang menjalani
neurofisiologis dapat membantu mengukur laminektomi dalam waktu 8 jam dari diagnosis
kerusakan saraf, dan bersama-sama dengan hematoma tulang belakang .1
MRI, dapat mengetahui lebih tepat lokasi cedera. Tidak ada metode yang telah terbukti
Meskipun perubahan neurofisiologis paling jelas untuk merangsang regenerasi saraf. Fisioterapi
terjadi 14-21 hari setelah cedera, pengujian awal untuk mencegah atrofi otot dan mempertahankan
dapat dilakukan untuk menyingkirkan (termasuk berbagai gerakan dan fungsi motorik. Functional
bilateral) penyakit yang sudah ada, membuat electric stimulation (FES) dapat merangsang
data dasar dan bantuan dalam memperkirakan pemulihan fungsional dari serat saraf motorik dan
prognosisnya. Setelah evaluasi awal, lesi alpha motor neurons.5
tidak lengkap dan belum terselesaikan harus
ditindaklanjuti dalam 3-5 bulan .9 RINGKASAN
Transient neurologic symptom dapat Anestesi neuroaksial merupakan tindakan
pulih sempurna dalam 72 jam. Terapinya dengan yang paling sering dilakukan oleh dokter anestesi.
terapi simtomatik menggunakan obat opioid atau Salah satu komplikasi yang dapat terjadi adalah
non steroid anti inflamatory drugs (NSAID) dan cedera saraf. Cedera saraf berat paska blok
dilakukan fisioterapi penghangatan.7 neuroaksial jarang terjadi tetapi sangat ditakuti.
Infeksi dapat dicegah dengan melakukan Cedera saraf pasca anestesi neuroaksial dapat
tindakan septik dan aseptik selama blok disebabkan: infeksi, iskemia neuronal, trauma

73
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 1 Nomor 2, Maret 2014

langsung jarum atau kateter, neurotoksisitas obat Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins; 2009,
anestesi lokal atau pengawetnya. 296-315.
Gejala ringan cedera saraf tanpa bukti 5. Rieker M. Nerve injury resulting from regional
obyektif defisit saraf biasanya menunjukkan anesthesia. Tersedia dari: http://www.oana.org/
prognosis yang baik. Cedera saraf karena lesi pdf/2011%20Fall%20Conference%20Materials/
tekan memerlukan diagnosis cepat dan perawatan Rieker%20D%20-%20Nerve%20injury%20
yang tepat. Keberhasilan pemulihan tergantung from%20regional%20anes.pdf; 2013; 23:21-10
kecepatan melakukan dekompresi. Kerja sama 6. Scheneeberger PM, Janssen M, Voss A.
dengan dokter neurologis dan dokter bedah saraf Alphahemolityc streptococci:A mayor pathogen
sangat diperlukan. of iatrogenic meningitis following lumbar
punction. Infection 1996;24:29–35.
DAFTAR PUSTAKA 7. Lila A, Suadi M. Complication after neuroaxial
1. Horlocker TT, Wedel DJ. Neurologic complications blockade. In : Benson HT ed. Essential of
of spinal and epidural anaesthesia. Regional pain medicine and regional anesthesia.
Anesthesia and Pain Medicine 2000;25(1):83-98. Philadelphia:Churchill Livingstone; 2005, 702-7.
2. Giebler RM, Sherer RU, Peter J. Incidence of 8. Vandermeulen EP, Van Aken H, Vermlyen J.
neurologic complication related to thoracic Anticoagulants and spinal-epidural anesthesia.
epidural catheteritation. Anesthesiology Anesth Analg; 1994:79:1165-77.
1997;86:55-63. 9. Neal JM, Bernards CM, Hadzic A, et al. ASRA
3. Brull A, McCarthy T. Neurological complication Practice Advisory on Neurologic Complications
after regional anesthesia:contermporary in Regional Anesthesia and Pain Medicine. Reg
estimates of risk. Anes Analg 2007; 104(4):965. Anesth Pain Med; 33(5): 404-15.
4. Horlocker TT, Wedel DJ. Neurological 10. Nirmala BC, Kumari G. Foot drop after spinal
complication of neuroaxial block. In: Cousin anaesthesia: A rare complication. Indian J
MJ, ed. Clinical anesthesia and pain medicine. Anaesth; 2011 : 55(1): 78-9.

74

You might also like