Professional Documents
Culture Documents
Bab I
Bab I
Bab I
TINJAUAN PUSTAKA
2. Falsafah Dasar
RS PKUMuhammadiyah Gamping sebagai salah satu amal usaha
Muhammadiyah berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan medik
umum, spesialistik dan sub spesialistik dengan berorientasi pada
peningkatan derajat kesehatan masyarakat sesuai yang dicita-citakan oleh
Persyarikatan Muhammadiyah. (Qaidah Amal Usaha Kesehatan, 1998).
Hal tersebut harus dapat menjadi jiwa bagi berjalannya organisasi dan
perlu untuk dikaitkan dengan keyakinan dasar pada Al Qur’an dan Hadist
Nabi yang menjadi dasar sebagai berikut ini:
a. Dakwah islam amar ma’ruf nahi munkar :
ِّ ة َي ۡدعُونَ ِّإلَى ۡٱلخ َۡي ِّر َو َي ۡأ ُم ُرونَ ِّب ۡٱل َمعۡ ُرٞ َو ۡلت َ ُكن ِّمن ُك ۡم أ ُ َّم
َوف َو َي ۡن َه ۡون
َٰٓ
١٠٤ ََع ِّن ۡٱل ُمن َك ِّر َوأ ُ ْولَئِّ َك هُ ُم ۡٱل ُم ۡف ِّل ُحون
ِّ ضتُ فَ ُه َو يَ ۡش ِّف
٨٠ ين ۡ َو ِّإذَا َم ِّر
Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku (QS. Asy-
Syuara: 80)
c. Perwujudan Iman dan amal shaleh
٩٦ ٱلر ۡح َم ُن ُو ّٗدا
َّ س َي ۡج َع ُل لَ ُه ُم
َ ت َّ ِّإنَّٱلَّذِّينَ َءا َمنُواْ َو َع ِّملُواْ ٱل
ِّ ص ِّل َح
علَى ۡٱلبِّ ِّر َوٱلت َّ ۡق َوى َو ََل تَعَ َاونُواْ َعلَى َ ْ َوتَعَ َاونُوا........
ِّ شدِّيدُ ۡٱل ِّعقَا
٢ب َّ ْٱۡل ۡث ِّم َو ۡٱلعُ ۡد َو ِّن َوٱتَّقُوا
َّ ٱللَ ِّإ َّن
َ َٱلل ِّ ۡ
dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya.(QS Al Maaidah : 2)
ض ُّ َو ََل َي ُح٢ يم ۡ ُّ ُ فَذَ ِّل َك ٱلَّذِّي يَد١ ِّين ُ أ َ َر َء ۡيتَٱلَّذِّي يُ َكذ
َ ِّع ٱل َيت ِّ ِّب ِّبٱلد
َ ٱلَّذِّينَ هُ ۡم َعن٤ َص ِّلين
ص َلتِّ ِّه ۡم َ ل ِّل ۡل ُمٞ فَ َو ۡي٣ ينِّ ط َع ِّام ۡٱل ِّم ۡس ِّك
َ َعلَى
٧ َ َويَمۡ نَعُونَ ۡٱل َماعُون٦ َ ٱلَّذِّينَ ُه ۡم يُ َرآَٰ ُءون٥ َسا ُهون
َ
2) Misi Pendidikan
Menyelenggarakan pendidikan bagi tenaga kedokteran dan tenaga
kesehatan lain secara profesional melalui pembentukan atmosfir
pendidikan dalam pelayanan
3) Misi Penelitian dan Pengembangan
Menyelenggarakan penelitian di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi modern bidang kesehatan
4) Misi Dakwah
Menyelenggarakan dakwah amar ma’ruf dan nahi munkar yang
terintegrasi dalam proses pendidikan, penelitian dan pelayanan
kesehatan
c. Motto
Untuk lebih mendaratkan visi dan misi sehingga lebih mudah
diimplementasikan maka dibentuk motto pelayanan sebagai berikut:
AMANAH (Antusias, Mutu, Aman, Nyaman, Akurat, Handal)
Adapun makna dari motto pelayanan AMANAH dpat dijelaskan
sebagai berikut :
Antusias : pelayanan yang diberikan oleh petugas dilakukan dengan
penuh semangat atas dasar ghiroh keislaman dan kemuhammadiyahan
sebagai wujud kecintaan terhadap sesama manusia. Tolok ukurnya
adalah respon yang cepat terhadap kebutuhan pelanggan.
Mutu : pelayanan yang diberikan bermutu tinggi baik aspek mutu
dalam pandangan pasien (ramah, tidak berbelit dll) maupun aspek
mutu dalam pandangan teknis (sesuai dengan persyaratan medik dan
non medik) yang ditetapkan. Tolok Ukurnya adalah kepuasan
pelanggan dan kesesuaian terhadap standar dan regulasi.
Aman : pelayanan yang dilakukan dalam kerangka sistem yang
menjamin keselamatan pasien (patient safety). Tolok ukurnya adalah
rendahnya insiden KPRS
Nyaman : pelayanan rumah sakit yang didukung oleh suasana fisik
yang bersih dan asri. Pelayanan yang memahami kebutuhan pasien
sebagai makhluk sosial spiritual sehingga memberikan ketenangan
psikologis dan spiritual.
Akurat : pelayanan yang diberikan berbasis pada data dan informasi
yang akurat, valid dan berbasis bukti (evidence) sehingga memberikan
kepercayaan dan kemantapan yang tinggi pada pasien sekaligus
memberikan teladan (uswah) bagi peserta didik.
Handal : pelayanan diberikan melalui dukungan fasilitas medis dan
non medis modern serta dukungan teknologi informasi yang
menjawab kebutuhan pelayanan.
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dikelola berdasarkan
manajemen entrepreneural yang bertumpu pada nilai-nilai yang
bersumber dari Al Qur’an sebagai share value yaitu :
Amanah, Sidiq, Fathonah, Tabligh, InovatifSilaturrahim (networking
& partnership).
B. Tinjauan Teori
1. Definisi Asma
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas yang
mengalami radang kronik berrsifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang oleh faktor tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran
udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mucus, dan
meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Asma bronchial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang
ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan
obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus (Almazini, P.
2012).
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan cirri meningkatnya
respon trakea dan bronkus terhadap berbagi rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan
(The American Thoracic Society).
Tipe Asma
a. Asma alergik atau ekstrinsik
Asma alergik merupakan suatu bentuk asma dengan allergen seperti
bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan dll.Allergen
terbanyak adalah airborne dan musiman.Klien dengan asma alergik
biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dan
riwayat pengobatan eksim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap
alergi akan mencetuskan serangan asma. Bentuk asma ini biasanya
dimulai sejak anak-anak.
b. Ideopatik atau nonalergik asma / intrinsic
c. Asma nonalergik
Asma nonalergik tidak berhubungan secara langsung dengan alergi
spesifik. Factor factor seperti common cold, infeksi saluran napas atas
aktivitas, emosi atau stress, dan polusi lingkungan akan mencetuskan
serangan. Beberapa agen farmakologi, seperti antagonis β-adrenergi
dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga dapat menjadi factor
penyebab. Serangan dari asma idiopatik atau nonalergi menjadi lebih
berat dan sering kali dengan berjalannya waktu dapat berkembang
menjadi bronchitis dan empisema. Pada beberapa kasus dapat
berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma ini biasanya
dimulai ketika dewasa (>35 tahun).
d. Asma campuran (mixed asma)
Asma campuran merupakan bentuk asma yang paling
sering.Dikarakteristikan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan
nonalergi (Muttaqin, 2008).
2. Anatomi Fisiologi
1) Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer, dalam
proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang mempengaruhi, di
antaranya adalah perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru.
Semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah.
Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara
semakin tinggi. Hal lain yang mempengaruhi proses ventilasi
kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempisnya, adanya jalan napas yang
dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot
polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom,
terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf
parasimpatis dapat menyebabkan konstriksi sehingga dapat
menyebabkan vasokonstriksi atau proses penyempitan, dan adanya
refleks batuk dan muntah juga dapat mempengaruhi adanya proses
ventilasi, adanya peran mukus ciliaris yang sebagai penangkal
benda asing yang mengandung interveron dapat mengikat virus.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah komplians
(complience) dan recoil yaitu kemampuan paru untuk berkembang
yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya
surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan dan masih ada sisa udara
sehingga tidak terjadi kolaps dan gangguan thoraks atau keadaan
paru itu sendiri. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel
alveoli, surfaktan disekresi saat klien menarik napas, sedangkan
recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi
atau menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi
recoil terganggu maka CO2 tidak dapat keluar secara maksimal.
Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons pun dapat
mempengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan
merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2 dalam batas 60
mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila
pCO2 kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2) Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler
paru dan CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini
terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, di
antaranya :
a) Pertama, luasnya permukaan paru.
b) Kedua, tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas
epitel alveoli dan interstisial keduanya. Ini dapat
mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
c) Ketiga, perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, hal ini dapat
terjadi seperti O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh
karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari
tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah
secara berdifusi) dan pCO2 dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli.
d) Keempat, afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan
saling mengikat Hb.
3) Transportasi Gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh
dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2
akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan
larut dalam plasma (3%). Kemudian pada transportasi CO2 akan
berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%),
dan larut dalam plasma (5%), kemudian sebagian menjadi HCO
berada pada darah (65%).
Pada transportasi gas terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi, di antaranya curah jantung (cardiac output) yang
dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung. Isi
sekuncup ditentukan oleh kemampuan otot jantung untuk
berkontraksi dan volume cairan. Frekuensi denyut jantung dapat
ditentukan oleh keadaan seperti over load atau beban yang dimiliki
pada akhir diastol. Pre load atau jumlah cairan pada akhir diastol,
natrium yang paling berperan dalam menentukan besarnya potensi
aksi, kalsium berperan dalam kekuatan kontraksi dan relaksasi.
Faktor lain dalam menentukan proses transportasi adalah kondisi
pembuluh darah latihan/olahraga (exercise), hematokrit
(perbandingan antara sel darah dengan darah secara keseluruhan
atau HCT/PCV), eritrosit, dan Hb (Hidayat A. Aziz Alimul, 2006).
3. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronchial.
a. Faktor predisposisi
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergibiasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi.Karenaadanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asmabronkhial jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifitassaluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,
bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contoh : makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma.Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang- kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.
3) Stress
Stress gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma ,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati
penderita asma yang mengalami stress/ gangguan emosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena
jika stressnya belum diatasi maka geja;a asmanya belum bisa
diobati.
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma.Hal ini berkaitan dengan dimana dia
bekerja.Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala membaik
pada waktu libur atau cuti
5) Olahraga atauaktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.
4. Pathway Asma Bronchial
Bronkopasme
bertambah Produksi mucus
Kontraksi otot polos
Hipersekresi
Hipersekresi
Respon alami
tubuh
Ketidakefektifan bersihan
Edema mukus jalan napas
Mekanisme
pertahanan tubuh
Obstruksi saluran pernapasan
Batuk
Energi menurun
Kekurangan ATP Asam laktat meningkat
Intoleransi aktivitas
6. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul (vietha, 2009) adalah:
a. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang
kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter)
adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status
asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
b. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
c. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
d. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
e. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di
parumenggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan
yang luas.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
1) Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada
paru
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang
terjadi pada empisema paru, yaitu:
1) Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi
dan clock wise rotation.
2) Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right Bundle branch Block).
3) Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negatif.
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak
menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas
reversibel.Pemeriksaan spirometri tdak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.
8. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
b. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma.
c. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenaipenyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnyasehingga penderita mengerti tujuan
penngobatan yang diberikan danbekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnnya.
9. Pencegahan
1. Menjaga Kesehatan Tubuh
Menjaga kesehatan tubuh merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma bronchiale.Usaha yang dilakukan berupa
makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang
cukup, rekreasi dan olah raga yang sesuai untuk mengatasi penyakit.
2. Menjaga Kebersihan Lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan penyakit asma, keadaan rumah misalnya sangat
penting diperhatikan, rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi
dan cahaya matahari, saluran pembuangan air limbah harus lancar, dan
kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari
debu rumah.
3. Menghindari faktor pencetus serangan penyakit asmaperubahan dalam
suhu lingkungan, pertukaran atmosfir (asap rokok dan industri ozon),
bau yang menyengat (parfum) alergen, olah raga yang berlebihan, stres
dan gangguan emosional.
4. Menggunakan obat-obat anti penyakit asma, sebagai pencegah
penyakit.
Produksi mucus
Hipersekresi
Ketidakefektifan bersihan
jalan napas
Peningkatan permeabilitas
kapiler
Hipersekresi
Edema mukus
Obstruksi saluran
pernapasan
Hiperaktifitas pernapasan
Peningkatan kebutuhan O2
Hiperventilasi
Sesak napas
Hipoksemia
Peningkatan permeabilitas
kapiler
Hipersekresi
Edema mukus
Obstruksi saluran
pernapasan
Hiperaktifitas pernapasan
Penurunan masukan oral
Ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan
tubuh
Peningkatan permeabilitas
kapiler
Kontraksi otot polos
Hipersekresi
Edema mukus
Obstruksi saluran
pernapasan
Hiperaktifitas pernapasan
Peningkatan kebutuhan O2
Hiperventilasi
Sesak napas
Hipoksemia
Hb menurun
O2 menurun
Cell metabolisme menurun
Energi menurun
Intoleransi aktivitas
Obstruksi saluran
pernapasan
Mekanisme pertahanan
tubuh
Batuk
Hipersekresi
Edema mukus
Obstruksi saluran
pernapasan
Hiperaktifitas pernapasan
Peningkatan kebutuhan O2
Hiperventilasi
Sesak napas
Keletihan pernafasan
d. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d edema mucus.
b. Gangguan pertukaran gas b/d hipoksemia.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d
hiperaktivitas pernapasan.
d. Intoleransi aktivitasb/d keletihan, lesu dan pucat
e. Gangguan pola tidur b/d batuk di malam hari
f. Ketidakefektifan pola nafas b/d keletihan otot pernafasan
e. Intervensi Keperawatan
Respiratory Monitoring
1. Monitor rata-rata,
kedalaman, irama,
dan usaha respirasi
2. Catat pergerakkan
dada,amati
kesimetrisan,pengg
unaan otot
tambahan, retraksi
otot
supraclavicular dan
intercostal
3. Monitor suara
napas
4. Monitor pola napas
: bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi.
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan
otot diafragma.
7. Auskultasi suara
napas, catat area
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan.
8. Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama.
9. Auskultasi suara
paru-paru setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya.
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal.
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan.
3. Monitor turgor
kulit.
4. Monitor mual dan
muntah.
5. Monitor kalori dan
intake nutrisi.
6. Monitor pucat ,
kemerahan, dan
kekeringan
karingan
konjungtiva.
inspirasi/ekspirasi exchange
1. Posisikan pasien
5. Respiratory status :
semifowler untuk
-Penurunan pertukaran Ventilation
memaksimalkan
udara per menit 6. Vital sign status
ventilasi
-Menggunakan otot 2. Monitor TTV
pernafasan tambahan 3. Auskultasi suara
Setelah dilakukan tindakan
napas , catat adanya
-Nasal faring keperawatan selama 3x24 jam
suara tambahan
diharapkan klien menunjukkan
4. Keluarkan secret
-Dyspnea pola napas yang efektif
dengan batuk efektif
-Orthopnea Kriteria Hasil : 5. Anjurkan klien untuk
minum air hangat
-Perubahan Mendemonstrasi
6. Atur intake untuk
penyimpangan dada kan peningkatan ventilasi
cairan
dan oksigenasi yang
mengoptimalkan
-Nafas pendek adekuat
keseimbangan
Memelihara kebersihan
7. Berikan
paru – paru dan bebas
bronkodilator/
dari tanda – tanda distress
nebulizer
pernafasan
Mendemostrasikan batuk
efektif dan suara napas
Respiratory Monitoring
yang bersih , tidak ada
sianosis dan dyspneu Kolaborasi : pemberian
(mampu mengeluarkan IVFDKA EN 3A gtt : 12
sputum, mampu bernapas x/menit ( makro )dan terapi
dengan mudah,tidak ada O2 1 liter/menit
pursed lips )
Tanda- tanda vital dalam
rentang normal