Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 45

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil RS PKU Muhammadiyah Gamping


1. Sejarah RS PKU Muhammadiyah Gamping
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta awalnya didirikan berupa
klinik dan poliklinik pada tanggal 15 Februari 1923 dengan lokasi
pertama di kampung Jagang Notoprajan No.72 Yogyakarta. Awalnya
bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) dengan maksud
menyediakan pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa’. Pendirian pertama
atas inisiatif H.M. Sudjak yang didukung sepenuhnya oleh K.H. Ahmad
Dahlan. Seiring dengan waktu, nama PKO berubah menjadi PKU
(Pembina Kesejahteraan Umat).
Pada tahun 1928 klinik dan poliklinik PKO Muhammadiyah
pindah lokasi ke Jalan Ngabean No.12 B Yogyakarta (sekarang Jalan
K.H. Ahmad Dahlan). Pada tahun 1936 klinik dan poliklinik PKO
Muhammadiyah pindah lokasi lagi ke Jalan K.H. Dahlan No. 20
Yogyakarta hingga saat ini. Pada tahun 1970-an status klinik dan
poliklinik berubah menjadi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Bersamaan dengan berkembangnya berbagai amal usaha di bidang
kesehatan, termasuk di dalamnya adalah RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta maka Pimpinan Pusat perlu mengatur gerak kerja dari amal
usaha Muhammadiyah bidang kesehatan melalui Surat Keputusan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah No 86/SK-PP/IV-B/1.c/1998 tentang
Qaidah Amal Usaha Muhammadiyah Bidang Kesehatan. Dalam Surat
Keputusan tersebut diatur tentang misi utamanya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat agar dapat mencapai derajat kesehatan yang lebih
baik, sebagai bagian dari upaya menuju terwujudnya kehidupan yang
sejahtera dan sakinah sebagaimana dicita-citakan Muhammadiyah.
Qaidah inilah yang menjadi dasar utama dalam menjalankan organisasi
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

4
5

Dalam rangka memperluas cakupan pelayanan yang pada saat itu


tidak mampu lagi dicover oleh RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
yang berlokasi di Jalan Ahmad Dahlan, maka dikembangkan unit
pelayanan baru RS PKU Muhammadiyah Gamping di Gamping Jalan
Wates.
RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan
pengembangan dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit I dibuka
pada tanggal 15 Februari 2009. Pada tanggal 16 Juni 2010 Rumah Sakit
mendapatkan ijin operasional sementara.
Pada bulan Juni tahun 2012, RS PKU Muhammadiyah Gamping
berhasil lulus akreditasi 5 Bidang Pelayanan yang dikukuhkan dengan
seertifikat akreditasi dari KARS dengan Surat Keputusan No KARS-
SERT/600/VI/2012. Tahap ini memuluskan jalan untuk mengurus ijin
tetap sebagai Rumah Sakit Tipe C. Pada akhirnya RS PKU
Muhammadiyah mendapatkan ijin operasional sebagai RS Tipe C pada
tanggal 18 November 2013 melalui SK Menteri Kesehatan No :
HK.02.03/I/1976/2013.
Sejak awal pengembangan arah dan strategi pengembangan RS
PKU Muhammadiyah Gamping dimaksudkan untuk nantinya menjadi
Rumah Sakit Pendidikan Utama. Hal ini tentu saja membutuhkan rencana
stratejik yang berbeda dengan RS PKU Muhammadiyah Gamping. Di
samping itu lingkungan bisnis dan pengaruh regulasi bidang pelayanan
kesehatan yang penuh dinamika perlu direspon dalam rencana jangka
pendek, menengah maupun panjang.

2. Falsafah Dasar
RS PKUMuhammadiyah Gamping sebagai salah satu amal usaha
Muhammadiyah berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan medik
umum, spesialistik dan sub spesialistik dengan berorientasi pada
peningkatan derajat kesehatan masyarakat sesuai yang dicita-citakan oleh
Persyarikatan Muhammadiyah. (Qaidah Amal Usaha Kesehatan, 1998).
Hal tersebut harus dapat menjadi jiwa bagi berjalannya organisasi dan
6

perlu untuk dikaitkan dengan keyakinan dasar pada Al Qur’an dan Hadist
Nabi yang menjadi dasar sebagai berikut ini:
a. Dakwah islam amar ma’ruf nahi munkar :

ِّ ‫ة َي ۡدعُونَ ِّإلَى ۡٱلخ َۡي ِّر َو َي ۡأ ُم ُرونَ ِّب ۡٱل َمعۡ ُر‬ٞ ‫َو ۡلت َ ُكن ِّمن ُك ۡم أ ُ َّم‬
َ‫وف َو َي ۡن َه ۡون‬
َٰٓ
١٠٤ َ‫َع ِّن ۡٱل ُمن َك ِّر َوأ ُ ْولَئِّ َك هُ ُم ۡٱل ُم ۡف ِّل ُحون‬

Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru


kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah
dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung
(QS Ali Imran 104)
b. Keyakinan dasar dalam pelayanan kesehatan:

ِّ ‫ضتُ فَ ُه َو يَ ۡش ِّف‬
٨٠ ‫ين‬ ۡ ‫َو ِّإذَا َم ِّر‬

Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku (QS. Asy-
Syuara: 80)
c. Perwujudan Iman dan amal shaleh

٩٦ ‫ٱلر ۡح َم ُن ُو ّٗدا‬
َّ ‫س َي ۡج َع ُل لَ ُه ُم‬
َ ‫ت‬ َّ ‫ِّإنَّٱلَّذِّينَ َءا َمنُواْ َو َع ِّملُواْ ٱل‬
ِّ ‫ص ِّل َح‬

Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan,


kelak (Allah) yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih
sayang (dalam hati mereka) (QS Maryam : 96)
d. Sebagai tugas sosial :

‫علَى ۡٱلبِّ ِّر َوٱلت َّ ۡق َوى َو ََل تَعَ َاونُواْ َعلَى‬ َ ْ‫ َوتَعَ َاونُوا‬........
ِّ ‫شدِّيدُ ۡٱل ِّعقَا‬
٢‫ب‬ َّ ْ‫ٱۡل ۡث ِّم َو ۡٱلعُ ۡد َو ِّن َوٱتَّقُوا‬
َّ ‫ٱللَ ِّإ َّن‬
َ َ‫ٱلل‬ ِّ ۡ
7

dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya.(QS Al Maaidah : 2)

‫ض‬ ُّ ‫ َو ََل َي ُح‬٢ ‫يم‬ ۡ ُّ ُ‫ فَذَ ِّل َك ٱلَّذِّي يَد‬١ ‫ِّين‬ ُ ‫أ َ َر َء ۡيتَٱلَّذِّي يُ َكذ‬
َ ِّ‫ع ٱل َيت‬ ِّ ‫ِّب ِّبٱلد‬
َ ‫ ٱلَّذِّينَ هُ ۡم َعن‬٤ َ‫ص ِّلين‬
‫ص ََلتِّ ِّه ۡم‬ َ ‫ل ِّل ۡل ُم‬ٞ ‫ فَ َو ۡي‬٣ ‫ين‬ِّ ‫ط َع ِّام ۡٱل ِّم ۡس ِّك‬
َ ‫َعلَى‬
٧ َ‫ َويَمۡ نَعُونَ ۡٱل َماعُون‬٦ َ‫ ٱلَّذِّينَ ُه ۡم يُ َرآَٰ ُءون‬٥ َ‫سا ُهون‬
َ

1) tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?


2) Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3) dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.
4) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6) orang-orang yang berbuat riya,
7) dan enggan (menolong dengan) barang berguna.(QS Al Maa’uun :
1-7)
Berdasarkan qoidah yang dianut Muhammadiyah yang berdasar
pada Al Qur’an maka dapat dinyatakan bahwa falsafah RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta adalah :

“RS (Rumah Sakit) PKU (Pembina Kesejahteraan Umat)


Muhammadiyah adalah perwujudan dari amal shalih sebagai
sarana ibadah yang dilandasi iman dan taqwa kepada Allah SWT”

3. Visi, Misi dan Motto


a. Visi
Mewujudkan RS Pendidikan Utama dengan keunggulan dalam
pelayanan kesehatan, pendidikan dan riset dengan sistem jejaring dan
kemitraan yang kuat pada tahun 2018
8

b. Misi
Falsafah tersebut kemudian diterjemahkan menjadi misi RS
PKU Muhamadiyah Gampingsebagai berikut:
1) Misi Pelayanan Publik/Sosial
Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu berdasar pada
bukti ilmiah dan teknologi kedokteran terkini

2) Misi Pendidikan
Menyelenggarakan pendidikan bagi tenaga kedokteran dan tenaga
kesehatan lain secara profesional melalui pembentukan atmosfir
pendidikan dalam pelayanan
3) Misi Penelitian dan Pengembangan
Menyelenggarakan penelitian di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi modern bidang kesehatan
4) Misi Dakwah
Menyelenggarakan dakwah amar ma’ruf dan nahi munkar yang
terintegrasi dalam proses pendidikan, penelitian dan pelayanan
kesehatan
c. Motto
Untuk lebih mendaratkan visi dan misi sehingga lebih mudah
diimplementasikan maka dibentuk motto pelayanan sebagai berikut:
AMANAH (Antusias, Mutu, Aman, Nyaman, Akurat, Handal)
Adapun makna dari motto pelayanan AMANAH dpat dijelaskan
sebagai berikut :
Antusias : pelayanan yang diberikan oleh petugas dilakukan dengan
penuh semangat atas dasar ghiroh keislaman dan kemuhammadiyahan
sebagai wujud kecintaan terhadap sesama manusia. Tolok ukurnya
adalah respon yang cepat terhadap kebutuhan pelanggan.
Mutu : pelayanan yang diberikan bermutu tinggi baik aspek mutu
dalam pandangan pasien (ramah, tidak berbelit dll) maupun aspek
mutu dalam pandangan teknis (sesuai dengan persyaratan medik dan
9

non medik) yang ditetapkan. Tolok Ukurnya adalah kepuasan


pelanggan dan kesesuaian terhadap standar dan regulasi.
Aman : pelayanan yang dilakukan dalam kerangka sistem yang
menjamin keselamatan pasien (patient safety). Tolok ukurnya adalah
rendahnya insiden KPRS
Nyaman : pelayanan rumah sakit yang didukung oleh suasana fisik
yang bersih dan asri. Pelayanan yang memahami kebutuhan pasien
sebagai makhluk sosial spiritual sehingga memberikan ketenangan
psikologis dan spiritual.
Akurat : pelayanan yang diberikan berbasis pada data dan informasi
yang akurat, valid dan berbasis bukti (evidence) sehingga memberikan
kepercayaan dan kemantapan yang tinggi pada pasien sekaligus
memberikan teladan (uswah) bagi peserta didik.
Handal : pelayanan diberikan melalui dukungan fasilitas medis dan
non medis modern serta dukungan teknologi informasi yang
menjawab kebutuhan pelayanan.
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dikelola berdasarkan
manajemen entrepreneural yang bertumpu pada nilai-nilai yang
bersumber dari Al Qur’an sebagai share value yaitu :
Amanah, Sidiq, Fathonah, Tabligh, InovatifSilaturrahim (networking
& partnership).

B. Tinjauan Teori
1. Definisi Asma
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas yang
mengalami radang kronik berrsifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang oleh faktor tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran
udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mucus, dan
meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Asma bronchial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang
ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan
10

obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus (Almazini, P.


2012).
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan cirri meningkatnya
respon trakea dan bronkus terhadap berbagi rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan
(The American Thoracic Society).

Tipe Asma
a. Asma alergik atau ekstrinsik
Asma alergik merupakan suatu bentuk asma dengan allergen seperti
bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan dll.Allergen
terbanyak adalah airborne dan musiman.Klien dengan asma alergik
biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dan
riwayat pengobatan eksim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap
alergi akan mencetuskan serangan asma. Bentuk asma ini biasanya
dimulai sejak anak-anak.
b. Ideopatik atau nonalergik asma / intrinsic
c. Asma nonalergik
Asma nonalergik tidak berhubungan secara langsung dengan alergi
spesifik. Factor factor seperti common cold, infeksi saluran napas atas
aktivitas, emosi atau stress, dan polusi lingkungan akan mencetuskan
serangan. Beberapa agen farmakologi, seperti antagonis β-adrenergi
dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga dapat menjadi factor
penyebab. Serangan dari asma idiopatik atau nonalergi menjadi lebih
berat dan sering kali dengan berjalannya waktu dapat berkembang
menjadi bronchitis dan empisema. Pada beberapa kasus dapat
berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma ini biasanya
dimulai ketika dewasa (>35 tahun).
d. Asma campuran (mixed asma)
Asma campuran merupakan bentuk asma yang paling
sering.Dikarakteristikan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan
nonalergi (Muttaqin, 2008).
11

2. Anatomi Fisiologi

Gambar 1. Sistem Pernapasan

Sistem pernafasan terdiri dari komponen berupa saluran pernafasan


yang dimulai dari hidung, pharing, laring, trakea, bronkus, bronkiolus,
alveolus. Saluran pernafasan bagian atas dimulai dari hidung sampai trakea
dan bagian bawah dari bronkus sampai alveolus.
Fungsi utama sistem pernafasan adalah menyediakan oksigen untuk
metabolisme jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida sebagai
sisa metabolisme jaringan. Sedangkan fungsi tambahan sistem pernafasan
adalah mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh,
menghasilkan suara, memfasilitasi rasa kecap, mempertahankan kadar
cairan dalam tubuh serta mempertahankan keseimbangan panas tubuh.
Tercapainya fungsi utama pernafasan didasarkan pada empat proses
yaitu: ventilasi (keluar masuknya udara pernafasan), difusi (pertukaran gas
di paru-paru), transportasi (pengangkutan gas melalui sirkulasi) dan
perfusi (pertukaran gas di jaringan).
Adapun kondisi yang mendukung dari proses pernafasan adalah
tekanan oksigen atau udara atmosfer harus cukup, kondisi jalan nafas
dalam keadaan normal, kondisi otot pernafasan dan tulang iga harus baik,
ekspansi dan rekoil paru, fungsi sirkulasi (jantung), kondisi pusat
pernafasan dan hemoglobin sebagai pengikat oksigen.
12

a. Hidung, merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara


pernafasan mengalami proses yaitu penyaringan (filtrasi),
penghangatan dan pelembaban (humidifikasi). Ketiga proses ini
merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel
thoraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Bagian belakang hidung
berhubungan dengan pharing disebut nasopharing.
b. Pharing, berada di belakang mulut dan rongga nasal. Dibagi dalam
tiga bagian yaitu nasopharing, oropharing, dan laringopharing.
Pharing merupakan saluran penghubung antara saluran pernafasan dan
saluran pencernaan. Bila makanan masuk melalui oropharing,
epiglotis akan menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi

Gambar 2. Sistem Pernapasan Laring


c. Laring, berada di atas trakea di bawah pharing. Sering kali disebut
sebagai kotak suara karena udara yang melewati daerah itu akan
membentuk bunyi. Laring ditunjang oleh tulang-tulang rawan,
diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam Apple)
yang khas pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya
terdapat tulang rawan krikoid yang berhubungan dengan trakea.
d. Trakea, terletak di bagian depan esophagus, dan mulai bagian bawah
krikoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra torakal 4 atau 5.
Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Tempat
percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin
kartilago.
13

e. Bronkus, dimulai dari karina, dilapisi oleh silia yang berfungsi


menangkap partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk
selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan. Bronkus kanan
lebih gemuk dan pendek serta lebih vertikal dibanding dengan
bronkus kiri.
f. Bronkiolus, merupakan cabang dari bronkus yang dibagi ke dalam
saluran-saluran kecil yaitu bronkiolus terminal dan bronkiolus
respirasi. Keduanya berdiameter ≤ 1 mm. Bronkiolus terminalis
dilapisi silia dan tidak terjadi difusi di tempat ini. Sebagian kecil
hanya terjadi pada bronkiolus respirasi.
g. Alveolus. Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan
cabang dari bronkiolus respirasi. Sakus alveolus mengandung alveolus
yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas.
Diperkirakan paru-paru mengandung ± 300 juta alveolus (luas
permukaan ± 100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah. Dinding
alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis
fosfolipid yang sangat penting dalam mempertahankan ekspansi dan
rekoil paru. Surfaktan ini berfungsi menurunkan ketegangan
permukaan dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka
alveolus akan mengalami kolaps.
h. Paru-paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh
pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung membungkus/
melapisi paru dan pleura parietal pada bagian luarnya. Pleura
menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi.
Banyaknya cairan ini lebih kurang 10 – 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan
untuk mencegah iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke paru-paru
melalui dua pembuluh darah yaitu : arteri pulmonalis dan arteri
bronkialis (Pearce Evelyn C, 2000).
Pada paru-paru kiri terdapat insisuria yaitu insisuria obligus.
Insisuria ini membagi paru-paru kiri atas menjadi dua lobus, yaitu :

1) Lobus superior adalah bagian paru-paru yang terletak di atas dan


sebagian di depan insisuria.
14

2) Lobus inferior adalah bagian paru-paru yang terletak di belakang


dan di bawah insisuria.

Paru-paru kanan memiliki dua insisuria yaitu insisuria obligue


dan insisuria interlobularis sekunder.

1) (interlobularis primer) mulai dari daerah atas dank e belakang


sampai ke hilus setinggi vertebra torakalis ke-4 terus ke bawah dan
ke depan searah dengan iga ke-6 sampai linie aksilaris media ke
ruang interkostal ke-6 memotong margo inferior setinggi artikulasi
igo ke-6 dan kembali ke hilus.
2) Insisuria interlobularis sekunder. Mulai insisuria obligue pada
aksilaris media berjalan horizontal memotong margo anterior pada
artikulasio kosta kondralis keenam terus ke hilus. Insisuria obligue
memisahkan lobus inferior dan lobus medius dan lobus posterior.
Insisura obligue memisahkann lobus inferior dari lobus medius dan
lobus posterior. Insisuria horizontal memisahkan lobus medius dari
lobus superior.

Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernapasan)


di dalam tubuh terdapat tiga tahapan yakni ventilasi, difusi, dan
transportasi.

1) Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer, dalam
proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang mempengaruhi, di
antaranya adalah perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru.
Semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah.
Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara
semakin tinggi. Hal lain yang mempengaruhi proses ventilasi
kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempisnya, adanya jalan napas yang
dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot
15

polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom,


terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf
parasimpatis dapat menyebabkan konstriksi sehingga dapat
menyebabkan vasokonstriksi atau proses penyempitan, dan adanya
refleks batuk dan muntah juga dapat mempengaruhi adanya proses
ventilasi, adanya peran mukus ciliaris yang sebagai penangkal
benda asing yang mengandung interveron dapat mengikat virus.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah komplians
(complience) dan recoil yaitu kemampuan paru untuk berkembang
yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya
surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan dan masih ada sisa udara
sehingga tidak terjadi kolaps dan gangguan thoraks atau keadaan
paru itu sendiri. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel
alveoli, surfaktan disekresi saat klien menarik napas, sedangkan
recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi
atau menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi
recoil terganggu maka CO2 tidak dapat keluar secara maksimal.
Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons pun dapat
mempengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan
merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2 dalam batas 60
mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila
pCO2 kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2) Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler
paru dan CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini
terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, di
antaranya :
a) Pertama, luasnya permukaan paru.
16

b) Kedua, tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas


epitel alveoli dan interstisial keduanya. Ini dapat
mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
c) Ketiga, perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, hal ini dapat
terjadi seperti O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh
karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari
tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah
secara berdifusi) dan pCO2 dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli.
d) Keempat, afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan
saling mengikat Hb.
3) Transportasi Gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh
dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2
akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan
larut dalam plasma (3%). Kemudian pada transportasi CO2 akan
berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%),
dan larut dalam plasma (5%), kemudian sebagian menjadi HCO
berada pada darah (65%).
Pada transportasi gas terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi, di antaranya curah jantung (cardiac output) yang
dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung. Isi
sekuncup ditentukan oleh kemampuan otot jantung untuk
berkontraksi dan volume cairan. Frekuensi denyut jantung dapat
ditentukan oleh keadaan seperti over load atau beban yang dimiliki
pada akhir diastol. Pre load atau jumlah cairan pada akhir diastol,
natrium yang paling berperan dalam menentukan besarnya potensi
aksi, kalsium berperan dalam kekuatan kontraksi dan relaksasi.
Faktor lain dalam menentukan proses transportasi adalah kondisi
pembuluh darah latihan/olahraga (exercise), hematokrit
(perbandingan antara sel darah dengan darah secara keseluruhan
atau HCT/PCV), eritrosit, dan Hb (Hidayat A. Aziz Alimul, 2006).
17

3. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronchial.
a. Faktor predisposisi
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergibiasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi.Karenaadanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asmabronkhial jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifitassaluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,
bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contoh : makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma.Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang- kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.
3) Stress
Stress gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma ,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
18

Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati


penderita asma yang mengalami stress/ gangguan emosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena
jika stressnya belum diatasi maka geja;a asmanya belum bisa
diobati.
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma.Hal ini berkaitan dengan dimana dia
bekerja.Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala membaik
pada waktu libur atau cuti
5) Olahraga atauaktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.
19

4. Pathway Asma Bronchial

Pajanan allergen (debu, kabut asap, cuaca dingin dll)

Respon imun : makrofag, IL-4, Limfosit T dan B

Antibody IgE abnormal

IgE melekat pada sel mast (Intersitial paru)

Pencetus alergi bereaksi dengan IgE

Sel mast mengeluarkan berbagai macamm zat (histamine, bradikinin, dan


anafilaktosin)

Kontraksi otot polos Peningkatan permeabilitas Sekresi mucus meningkat


kapiler

Bronkopasme
bertambah Produksi mucus
Kontraksi otot polos

Hipersekresi
Hipersekresi
Respon alami
tubuh
Ketidakefektifan bersihan
Edema mukus jalan napas
Mekanisme
pertahanan tubuh
Obstruksi saluran pernapasan
Batuk

Penyempitan jalan napas Bunyi wheezing


Pola istirahat terganggu

Gangguan pola Tidur Hiperaktifitas pernapasan

Peningkatan kebutuhan O2 Penurunan masukan oral


20

Hiperventilasi Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
Sesak napas

Keletihan otot pernafasan Hb menurun

Ketidakefektifan Pola nafas O2 menurun

Cell metabolisme menurun Anaerobic metabolisme

Energi menurun
Kekurangan ATP Asam laktat meningkat

Kelemahan atau lesu


Lelah atau letih

Intoleransi aktivitas

Sumber: (NIC-NOC, 2015)


21

5. Manifestasi Klinis
a. TRIAS gejala asma terdiri atas :
1) Dispnea (sesak nafas), terjadi karena pelepasan histamine dan
leukotrien yang menyebabkan kontraksi otot polos sehingga
saluran nafas menjadi sempit.
2) Batuk, adalah reaksi tubuh untuk mengeluarkan hasil dari inflamasi
atau benda asing yang masuk ke saluran nafas.
3) Mengi (bengek), suara nafas tambahan yang terjadi akibat
penyempitan bronkus.
b. Gambaran klinis pasien yang menderita asma :
- Gambaran objektif :
1) Sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing.
2) Dapat disertai dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan.
3) Bernafas dengan menggunakan otot-otot nafas tambahan.
4) Sianosis, takikardia, gelisah dan pulsus paradoksus.
5) Fase ekspirasi memanjang dengan disertai wheezing (di afek dan
hilus).
- Gambaran subjektif :
1) Pasien mengeluhkan sukar bernafas, sesak dan anoreksia.
- Gambaran psikososial
1) Cemas, takut, mudah tersinggung dan kurang pengetahuan pasien
terhadap situasi penyakitnya.

6. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul (vietha, 2009) adalah:
a. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang
kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter)
adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status
asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
b. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
22

c. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen


d. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
e. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di
parumenggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan
yang luas.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
1) Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada
paru
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang
terjadi pada empisema paru, yaitu:
23

1) Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi


dan clock wise rotation.
2) Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right Bundle branch Block).
3) Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negatif.
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak
menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas
reversibel.Pemeriksaan spirometri tdak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.

8. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
b. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma.
c. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenaipenyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnyasehingga penderita mengerti tujuan
penngobatan yang diberikan danbekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnnya.

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:


a. Pengobatan non farmakologi :
1) Memberikan penyuluhan
2) Menghindari faktor pencetus
3) Pemberian cairan
4) Fisiotherapy
24

5) Beri O2 bila perlu


b. Pengobatan farmakologi :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
1) Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
1) Orsiprenalin (Alupent)
2) Fenoterol (berotec)
3) Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,
sirup,suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI
(Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus
yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau
cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin)
yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel
yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
2) Santin (teofilin)
Nama obat :
1) Aminofilin (Amicam supp)
2) Aminofilin (Euphilin Retard)
3) Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik,
tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini
dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai
pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan
langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang
lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah
makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit
lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada
juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika
25

penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin


(misalnya muntah atau lambungnya kering).
3) Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma.Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anak- anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama
obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian satu bulan.
4) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti
kromalin.Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg /
hari.Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.
(tanjung, 2003).

9. Pencegahan
1. Menjaga Kesehatan Tubuh
Menjaga kesehatan tubuh merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma bronchiale.Usaha yang dilakukan berupa
makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang
cukup, rekreasi dan olah raga yang sesuai untuk mengatasi penyakit.
2. Menjaga Kebersihan Lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan penyakit asma, keadaan rumah misalnya sangat
penting diperhatikan, rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi
dan cahaya matahari, saluran pembuangan air limbah harus lancar, dan
kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari
debu rumah.
3. Menghindari faktor pencetus serangan penyakit asmaperubahan dalam
suhu lingkungan, pertukaran atmosfir (asap rokok dan industri ozon),
bau yang menyengat (parfum) alergen, olah raga yang berlebihan, stres
dan gangguan emosional.
26

4. Menggunakan obat-obat anti penyakit asma, sebagai pencegah


penyakit.

10. Konsep Keperawatan


a. Pengkajian
1) Anamnesa
Identitas klien dan identitas penanggung jawab meliputi nama,
umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa.
2) Keluhan Utama : batuk-batuk dan sesak napas.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
4) Riwayat Penyakit Terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
5) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit
paru sebelumnya.
6) Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat atau
faktor lingkungan.
7) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Bayi atau anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu
rumah, misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur
yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot
nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara,
angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan
percepatan terjadinya serangan asma.
8) Riwayat Tumbuh Kembang
1) Tahap Pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam
kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur (tahun)
x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada
usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia
pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3
kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti
27

meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur


(tahun) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah
yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-
rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5
cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah
tinggi.
2) Tahap Perkembangan.
Perkembangan psikososial (Eric Ercson) : Anak punya
insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau
diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu
untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang
ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada
pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain
dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-
laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek (
perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap
preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase
pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri
belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum
benar dan magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu
mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong,
melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa
menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan
keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah
untuk menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik,
jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis
28

kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan


kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation
– Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya
terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa
mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit
atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat
lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa
merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek
yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama
temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah
sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat
memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai
menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan
mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang
lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan
pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu
melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
9) Riwayat Imunisasi
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap
antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III dan campak.
10) Riwayat Nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan
kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk
pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi, klasifikasinya sebagai berikut :
a) Gizi buruk kurang dari 60%
b) Gizi kurang 60 % – <80 %
c) Gizi baik 80 % – 110 %
29

d) Obesitas lebih dari 120 %


11) Dampak Hospitalisasi
a) Sumber stressor : perpisahan.
b) Protes : pergi, menendang, menangis.
c) Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi.
d) Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi.
e) Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas,
ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah
dan takut.
f) Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
g) Lingkungan baru memulai sosialisasi lingkungan.
12) Aktivitas
a) Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas.
b) Adanya penurunan kemampuan atau peningkatan
kebutuhan bentuan melakukanaktivitas sehari-hari.
c) Tidur dalam posisi duduk tinggi.
13) Pernapasan
a) Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas
atau latihan.
b) Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di
tempat tidur.
c) Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan
bahu, melebarkan hidung.
d) Adanya bunyi napas mengi.
e) Adanya batuk berulang.
14) Sirkulasi
a) Adanya peningkatan tekanan darah.
b) Adanya peningkatan frekuensi jantung.
c) Warna kulit atau membran mukosa normal atau abu-abu
(sianosis).
15) Integritas ego
a) Ansietas
30

b) Ketakutan
c) Peka rangsangan
d) Gelisah
e) Asupan nutrisi
f) Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
g) Penurunan berat badan karena anoreksia
16) Hubungan social
a) Keterbatasan mobilitas fisik.
b) Susah bicara atau bicara terbata – bata.
c) Adanya ketergantungan pada orang lain

b. Pengkajian Per Sistem


1) Sistem Pernapasan
a) Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea,
barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan
PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada
auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi
kering musikal.
2) Sistem Kardiovaskuler
b) Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
3) Sistem Persyarafan / neurologi
c) Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran :
gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.
4) Sistem perkemihan
d) Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang
akibat sesak nafas.
5) Sistem Pencernaan atau Gastrointestinal
e) Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap
makan dan minum, mukosa mulut kering.
6) Sistem integument
f) Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak
nafas.
31

c. Analisa Data

No Data Etiologi Problem

1 Batasan karakteristik : Pajanan allergen (debu, Ketidakefektifan


kabut asap, cuaca dingin bersihan jalan napas
- Perubahan frekuensi dll)
napas.
- Perubahan irama napas.
Respon imun : makrofag,
- Penurunan bunyi napas.
IL-4, Limfosit T dan B
- Dispnea
- Sputum dalam jumlah
napas yang berlebihan. Antibody IgE abnormal
- Batuk yang tidak efektif.
- Gelisah
IgE melekat pada sel mast
(Intersitial paru)

Pencetus alergi bereaksi


dengan IgE

Sel mast mengeluarkan


berbagai macamm zat
(histamine, bradikinin, dan
anafilaktosin)

Sekresi mucus meningkat

Produksi mucus

Hipersekresi
32

Ketidakefektifan bersihan
jalan napas

2 Batasan Karakteristik : Pajanan allergen (debu, Gangguan pertukaran


kabut asap, cuaca dingin gas
- Pernapasan abnormal dll)\
(kecepatan, irama,
kedalaman)
Respon imun : makrofag,
- Dispnea
IL-4, Limfosit T dan B
- Sianosis
- Takikardi
- Hipoksia Antibody IgE abnormal
- Hipoksemia

IgE melekat pada sel mast


(Intersitial paru)

Pencetus alergi bereaksi


dengan IgE

Sel mast mengeluarkan


berbagai macamm zat
(histamine, bradikinin, dan
anafilaktosin)

Peningkatan permeabilitas
kapiler

Kontraksi otot polos

Hipersekresi
33

Edema mukus

Obstruksi saluran
pernapasan

Penyempitan jalan napas

Hiperaktifitas pernapasan

Peningkatan kebutuhan O2

Hiperventilasi

Sesak napas

Hipoksemia

Gangguan pertukaran gas

3 Batasan Karakteristik : Pajanan allergen (debu, Ketidakseimbangan


kabut asap, cuaca dingin nutrisi : kurang dari
- Diare dll)
kebutuhan tubuh
- Bising usus
hiperaktif.
Respon imun : makrofag,
- Ketidakmampuan
IL-4, Limfosit T dan B
memakan makanan.
- Tonus otot menurun.
- Kelemahan otot
34

pengunyah. Antibody IgE abnormal


- Kelemahan otot
untuk menelan.
IgE melekat pada sel mast
(Intersitial paru)

Pencetus alergi bereaksi


dengan IgE

Sel mast mengeluarkan


berbagai macamm zat
(histamine, bradikinin, dan
anafilaktosin)

Peningkatan permeabilitas
kapiler

Kontraksi otot polos

Hipersekresi

Edema mukus

Obstruksi saluran
pernapasan

Penyempitan jalan napas

Hiperaktifitas pernapasan
35

Penurunan masukan oral

Ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan
tubuh

4 Batasan Karakteristik : Pajanan allergen (debu, Intoleransi aktivitas


kabut asap, cuaca dingin
- Respon tekanan dll)\
darah abnormal
terhadap aktivitas.
Respon imun : makrofag,
- Respon frekuensi
IL-4, Limfosit T dan B
jantung abnormal
terhadap aktivitas.
- Menyatakan merasa Antibody IgE abnormal
lemah.

IgE melekat pada sel mast


(Intersitial paru)

Pencetus alergi bereaksi


dengan IgE

Sel mast mengeluarkan


berbagai macamm zat
(histamine, bradikinin, dan
anafilaktosin)

Peningkatan permeabilitas
kapiler
36

Kontraksi otot polos

Hipersekresi

Edema mukus

Obstruksi saluran
pernapasan

Penyempitan jalan napas

Hiperaktifitas pernapasan

Peningkatan kebutuhan O2

Hiperventilasi

Sesak napas

Hipoksemia

Hb menurun

O2 menurun
37

Cell metabolisme menurun

Energi menurun

Kelemahan atau lesu

Intoleransi aktivitas

5. Batasan Karakteristik Pajanan alergen (debu, Gangguan Pola Tidur


kabut asap, cuaca dingin
- Kesulitan jatuh tertidur dll)
- Ketidakpuasan tidur
- Menyatakan tidak merasa
Respon imun : makrofag,
cukup istirahat
IL-4, Limfosit T dan B
- Perubahan pola tidur
normal
Antibodi IgE abnormal

IgE melekat pada sel mast


(interstitial paru)

Pencetus alergi bereaksi


dengan IgE

Sel mast mengeluarkan


berbagai macam zat
(histamin, bradikinin dan
anafilatoksin)

Kontraksi otot polos


38

Bronkospasme,
permeabilitas meningkat,
produksi sekresi meningkat

Obstruksi saluran
pernapasan

Respon alami tubuh

Mekanisme pertahanan
tubuh

Batuk

Pola istirahat terganggu

Gangguan pola tidur

6. Batasan karakteristik : Pajanan allergen (debu, Ketidakefektifan pola


kabut asap, cuaca dingin nafas
-Penurunan tekanan dll)
inspirasi/ekspirasi
Respon imun : makrofag,
-Penurunan pertukaran udara per IL-4, Limfosit T dan B
menit
Antibody IgE abnormal
-Menggunakan otot pernafasan
IgE melekat pada sel mast
tambahan (Intersitial paru)

-Nasal faring Pencetus alergi bereaksi


39

-Dyspnea dengan IgE

-Orthopnea Sel mast mengeluarkan


berbagai macamm zat
-Perubahan penyimpangan dada (histamine, bradikinin, dan
anafilaktosin)
-Nafas pendek
Peningkatan permeabilitas
kapiler

Kontraksi otot polos

Hipersekresi

Edema mukus

Obstruksi saluran
pernapasan

Penyempitan jalan napas

Hiperaktifitas pernapasan

Peningkatan kebutuhan O2

Hiperventilasi

Sesak napas

Keletihan pernafasan

Ketidakefektifan pola nafas

d. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d edema mucus.
b. Gangguan pertukaran gas b/d hipoksemia.
40

c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d


hiperaktivitas pernapasan.
d. Intoleransi aktivitasb/d keletihan, lesu dan pucat
e. Gangguan pola tidur b/d batuk di malam hari
f. Ketidakefektifan pola nafas b/d keletihan otot pernafasan

e. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Ketidakefektifan NOC : NIC :


bersihan jalan napas b/d
1. Respiratory status: Airway Management
edema mucus ditandai
Ventilation
dengan : 1. Buka jalan napas,
2. Respiratory status:
gunakan teknik
- Perubahan Airway patency
chin lift atau jaw
frekuensi 3. Aspiration Control
thrust bila perlu.
napas.
2. Posisikan pasien
- Perubahan
Kriteria Hasil : semifowler untuk
irama napas.
memaksimalkan
- Penurunan 1. Mendemonstrasikan
ventilasi
bunyi napas. batuk efektif dan suara
3. Identifikasi pasien
- Dispnea napas yang bersih,tidak
perlunya
- Sputum dalam ada sianosis dan
pemasangan alat
jumlah napas dyspneu (mampu
napas buatan
yang mengeluarkan sputum ,
4. Pasang mayo bila
berlebihan. mampu bernapas
perlu
- Batuk yang dengan mudah, dan
5. Lakukan fisioterapi
tidak efektif. tidak ada pursed lips)
dada jika perlu
- Gelisah 2. Menunjukkanjalan
6. Keluarkan secret
napas yang paten (klien
dengan batuk atau
tidak merasa tercekik,
suction
irama nafas, frekuensi
7. Auskultasi suara
41

pernapasan dalam napas , catat


rentang normal, tidak adanya suara
ada suara nafas tambahan
abnormal). 8. Lakukan suction
3. Mampu pada mayo.
mengidentifikasi dan 9. Berikan
mencegah factor yang bronkodilator
dapat menghambat 10. Berikan pelembab
jalan napas. uadar kassa basah
NaCl lembab.
11. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi
dan status O2.

2. Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :


b/d hipoksemia ditandai
1. Respiratory status : Gas Airway Management
dengan :
exchange
1. Buka jalan napas,
- Pernapasan 2. Respiratory status :
gunakan teknik
abnormal Ventilation
chin lift atau jaw
(kecepatan, 3. Vital sign status
thrust bila perlu.
irama,
kedalaman) 2. Posisikan pasien
Kriteria Hasil :
- Dispnea semifowler untuk
- Sianosis 1. Mendemonstrasi memaksimalkan
- Takikardi kan peningkatan ventilasi.
- Hipoksia ventilasi dan oksigenasi
3. Identifikasi pasien
- Hipoksemia yang adekuat.
perlunya
2. Memelihara kebersihan
pemasangan alat
paru – paru dan bebas
42

dari tanda – tanda napas buatan.


distress pernapasan.
4. Pasang mayo bila
3. Mendemostrasikan
perlu.
batuk efektif dan suara
napas yang bersih , 5. Lakukan fisioterapi
tidak ada sianosis dan dada jika perlu.
dyspneu (mampu 6. Keluarkan secret
mengeluarkan sputum, dengan batuk atau
mampu bernapas suction.
dengan mudah,tidak 7. Auskultasi suara
ada pursed lips ). napas , catat
4. Tanda- tanda vital adanya suara
dalam rentang normal tambahan.
8. Lakukan suction
pada mayo.
9. Berikan
bronkodilator.
10. Berikan pelembab
uadar kassa basah
NaCl lembab.
11. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi
dan status O2.

Respiratory Monitoring

1. Monitor rata-rata,
kedalaman, irama,
dan usaha respirasi
43

2. Catat pergerakkan
dada,amati
kesimetrisan,pengg
unaan otot
tambahan, retraksi
otot
supraclavicular dan
intercostal
3. Monitor suara
napas
4. Monitor pola napas
: bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi.
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan
otot diafragma.
7. Auskultasi suara
napas, catat area
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan.
8. Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama.
9. Auskultasi suara
paru-paru setelah
44

tindakan untuk
mengetahui
hasilnya.

3. Nutrisi kurang dari NOC : NIC :


kebutuhan b.d
1. Nutritional status : Nutrition Management
hiperaktivitas pernapasan
Food dan fluid intake
ditandai dengan : 1. Kaji adanya alergi
2. Nutritional status :
makanan.
- Diare Nutrient intake
2. Kolaborasi dengan
- Bising usus 3. Weight control
ahli gizi untuk
hiperaktif.
Kriteria Hasil : menentukan
- Ketidakmamp
jumlah kalori dan
uan memakan 1. Adanya peningkatan
nutrisi yang
makanan. berat badan sesuai
dibutuhkan pasien.
- Tonus otot dengan tujuan.
3. Anjurkan pasien
menurun. 2. Berat badan ideal
untuk
- Kelemahan sesuai dengan tinggi
meningkatkan
otot badan.
intake Fe.
pengunyah. 3. Mampu
4. Anjurkan pasien
- Kelemahan mengindentifikasi
untuk
otot untuk kebutuhan nutrisi.
meningkatkan
menelan. 4. Tidak ada tanda-tanda
protein dan
malnutrisi.
Vitamin C
5. Tidak terjadi penurunan
5. Berikan subtansi
berat badan yang
gula.
45

berarti. 6. Monitor jumlah


nutrisi dan
kandungan kalori.
7. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi.
8. Kaji kemampuan
pasein untuk
mendaptkan nutrisi
yang dibutuhkan.

Nutrition Monitoring

1. BB pasien dalam
batas normal.
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan.
3. Monitor turgor
kulit.
4. Monitor mual dan
muntah.
5. Monitor kalori dan
intake nutrisi.
6. Monitor pucat ,
kemerahan, dan
kekeringan
karingan
konjungtiva.

4. Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :


keletihan, lesu dan pucat
1. Energy conservation
46

ditandai dengan : 2. Activity tolerance Activity Therapy


3. Self Care : ADLs
- Respon 1. Bantu klien untuk
tekanan darah mengdentifikasi
abnormal Kriteria Hasil : aktivitas yang
terhadap mampu dilakukan.
1. Berpartisipasi dalam
aktivitas. 2. Bantu untuk
aktivitas fisik tanpa
- Respon mengidentifikasi
disertai peningkatan
frekuensi dan mendapatkan
tekanan darah, nadi dan
jantung sumber yang
RR.
abnormal diperlukan untuk
2. Mampu melakukan
terhadap aktivitas yang
aktivitas sehari-hari
aktivitas. diingikan.
(ADLs) secara mandiri.
- Menyatakan 3. Bantu untuk
merasa lemah. mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek.
4. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
aktivitas.
5. Monitor respon
fisik.

5. Gangguan pola tidur b/d NOC : NIC :


batuk di malam hari
Quality of Sleeping Sleep Enhancement
Batasan Karakteristik
Kriteria Hasil 1. Kaji masalah
- Kesulitan jatuh gangguan tidur klien
1. Jumlah jam tidur dalam
tertidur dan penyebab
batas normal 6-8 jam/ hari
- Ketidakpuasan tidur kurang tidur
47

- Menyatakan tidak 2. Pola tidur, kualitas dalam 2. Kondisikan tempat


merasa cukup batas normal tidur yang nyaman,
istirahat 3. Tidur rutin bersih dan bantal
- Perubahan pola tidur 4. Perasaan segar seteah yang nyaman
normal tidur 3. Posisikan tidur semi
5. Udah bangun pada saat fowler dan ciptakan
yang tepat lingkungan yang
nyaman
4. Jelaskan pentingnya
tidur yang adekuat,
Observasi tidur klien

6. Batasan karakteristik : NOC : NIC :

-Penurunan tekanan 4. Respiratory status : Gas Airway Management

inspirasi/ekspirasi exchange
1. Posisikan pasien
5. Respiratory status :
semifowler untuk
-Penurunan pertukaran Ventilation
memaksimalkan
udara per menit 6. Vital sign status
ventilasi
-Menggunakan otot 2. Monitor TTV
pernafasan tambahan 3. Auskultasi suara
Setelah dilakukan tindakan
napas , catat adanya
-Nasal faring keperawatan selama 3x24 jam
suara tambahan
diharapkan klien menunjukkan
4. Keluarkan secret
-Dyspnea pola napas yang efektif
dengan batuk efektif
-Orthopnea Kriteria Hasil : 5. Anjurkan klien untuk
minum air hangat
-Perubahan  Mendemonstrasi
6. Atur intake untuk
penyimpangan dada kan peningkatan ventilasi
cairan
dan oksigenasi yang
mengoptimalkan
-Nafas pendek adekuat
keseimbangan
 Memelihara kebersihan
7. Berikan
paru – paru dan bebas
bronkodilator/
dari tanda – tanda distress
nebulizer
pernafasan
48

 Mendemostrasikan batuk
efektif dan suara napas
Respiratory Monitoring
yang bersih , tidak ada
sianosis dan dyspneu Kolaborasi : pemberian
(mampu mengeluarkan IVFDKA EN 3A gtt : 12
sputum, mampu bernapas x/menit ( makro )dan terapi
dengan mudah,tidak ada O2 1 liter/menit
pursed lips )
 Tanda- tanda vital dalam
rentang normal

You might also like