BAB II Fix

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Ferro
Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak, yang kukuh dan liat. Ia
melebur pada suhu 1535.C. jarang terdapat besi komersial yang murni; biasanya besi
mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit
grafit. Zat-zat pencemra ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Besi
dapat dimagnitkan. Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi,
pada mana dihasilkan garam-garam besi(II) dangas hidrogen (Vogel, 1985).
Besi atau Ferro memiliki simbol (Fe) dan merupakan logam berwarna putih
keperakan, liat dan dapat dibentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam
golongan VIII, dengan berat atom 55,85 g/mol, nomor atom 26, berat jenis 7,86 gr/cm3 dan
umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (Fe) adalah logam yang
dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan bebas, untuk mendapatkan
unsur besi, campuran lain harus dipisahkan melalui penguraian kimia. Besi digunakan
dalam proses produksi besi baja, yang bukan hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk
alloy (campuran beberapa logam dan bukan logam, terutama karbon) (Eaton Et.al, 2005).

2.1.2 Pengertian Krom


Kromium adalah logam kristalin yang putih, tak begitu liat dan tak dapat ditempa
dengan berarti. Ia melebur pada 1765.C. logam ini larut dalam asam klorida encer atau
pekat. Jika tak terkena udara, akan terbentuk ion-ion kromium(II). Dengan danya oksigen
dari atmosfer kromium sebagian atau seluruhnya menjadi teroksidasi ke keadaan tervalen.
(Vogel, 1985).
Krom atau Chromium adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit
dioksidasi meski dalam suhu tinggi. Chromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel
periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Cromium merupakan logam tahan
korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium
(krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada
komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor (Aprianti M, 2008).

2.1.3 Pengertian Duplo


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia duplo berarti rangkap dua. Namun dalam
pengertiannya dapat digunakan sebagai suatu cara pengambilan atau pengujian suatu
sampel atau bahan coba dengan menggunakan perbandingan dua contoh sampel diamati.

2.1.4 Spektrofotometri
Spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur transmitans ataau
absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang; pengukuran terhadap
sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal dapat pula dilakukan
(Underwood, 2002).

II-1
II - 2
Bab II Tinjauan Pustaka
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar makromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
fototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu
suatu alat yang di gunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif
maupun kualitatif dengan mengukur transmitan atau absorbansi dari suatu cuplikan sebagai
fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu
berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan
dalam kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini
dapat disebut juga spektrofotometri adsorbsi atomik (Hardjadi, 1990).
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan
absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang mengandung
kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini disebut “absorpsi
spektrofotometri”, dan jika panjang gelombang yang digunakan adalah gelombang cahaya
tampak, maka disebut sebagai “kolorimetri”, karena memberikan warna (Breysse dan
Lees,2003).
Dalam analisis secara spektrofotometri, terdapat tiga daerah panjang gelombang
elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380 nm), daerah visible (380 –
700 nm), daerah inframerah (700 – 3000 nm) (Khopkar, 1990).

2.1.5 Prinsip Kerja Spektrofotometri


Prinsip kerja dari metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan
sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan. Prinsip ini dijabarkan dalam
Hukum Beer-Lambert, yang menghubungkan antara absorbansi cahaya dengan
konsentrasi pada suatu bahan yang mengabsorpsi (Breysse dan Lees, 2003).
Monokromator menguraikan sinar yang masuk dari sumber cahaya tersebut
menjadi pita-pita panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran suatu zat tertentu,
dan setiap gugus kromofor mempunyai panjang gelombang maksimum yang berbeda. Dari
monokromator tadi, cahaya atau energi radiasi diteruskan dan diserap oleh suatu larutan
yang akan diperiksa di dalam kuvet. Jumlah cahaya yang diserap oleh larutan akan
menghasilkan sinyal elektrik pada detektor, yang mana sinyal elektrik ini sebanding
dengan cahaya yang diserap oleh larutan tersebut. Besarnya sinyal elektrik yang dialirkan
ke pencatat dapat dilihat sebagai angka (Triyati, 1985).
Sel absorpsi dipakai dari bahan silika, kuvet dan plastik banyak dipakai untuk
daerah Sinar Tampak. Kualitas data absorbans sangat tergantung pada cara pemakaian dan
pemeliharaan sel. Sidik jari, lemak atau pengendapan zat pengotor pada dinding sel akan
mengurangi transmisi. Jadi sel-sel itu harus bersih sekali sebelum dipakai (Skoog dkk, 1971).

2.1.6 Jenis – Jenis Spektrofotometri


1. Spektrofotometer Vis (Visible)
Pada spektrofotometer ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah
cahaya tampak (visible). Cahaya variable termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat
ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm.
Sehingga semua sinar yang didapat berwarna putih, merah, biru, hijau, apapun itu, selama

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 3
Bab II Tinjauan Pustaka
ia dapat dilihat oleh mata. Maka sinar tersebut termasuk dalam sinar tampak (visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten.
Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolform merupakan unsur kimia dengan simbol
W dan nomor atom 74. Tungsten memiliki titik didih yang tinggi (34 22 oC) dibanding
logam lainnya. Karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sampel yang
dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal ini menjadi
kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometer visible. Oleh karena itu, untuk sampel
yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna dengan menggunakan
reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagen yang digunakan harus
benar-benar spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga
produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil (Day dan Underwood,
1986).
2. Spektrofotometer UV (Ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometer visible, pada spektrofotometer UV berdasarkan
interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm.
Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy
hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah dilaut dan
daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen
hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutrron. Nama deuterium diambil dari
bahasa Yunani, deuteras yang berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki 2 partikel.
Karena sinar UV tidak dapat dideteksi dengan mata kita maka senyawa yang dapat
menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan
transparan. Oleh karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan
penambahan reagen tertentu. Bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun tanpa
preparasi. Namun perlu diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau
sentifungi. Prinsip dasar pada spektrofotometer adalah sampel harus jernih dan larut
sempurna. Tidak ada partikel koloid/ suspensi (Day dan Underwood, 1986).
3. Spektrofotometer UV-Vis
Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak.
Alat ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi
dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar
yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber
beer dapat menyatakan hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam
larutan. Dibawah ini adalah persamaan Lamber Beer:
A = - log T = ε.b.c
Dimana :
A = Absorbans
T = Transmitan
ε = Absorvitas Molar (Lcm-4 . mol-1)
c = Panjang Sel (cm)
b = Konsentrasi Zat (mol/jam)
Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau unsur
adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari
larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna komplementernya. Namun

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 4
Bab II Tinjauan Pustaka
apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya putih, maka radiasi tersebut pada
panjang gelombang tertentu, akan secara selektif sedangkan radiasi yang tidak diserap akan
diteruskan (Day dan Underwood, 1986).
4. Spektrofotometer Inframerah
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometer ini berdasar pada penyerapan
panjang gelombang inframerah. Cahaya inframerah terbagi menjadi inframerah dekat,
inframerah pertengahan dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah inframerah
jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 25-1000 µm. Pada spektro IR
meskipun bisa digunakan untuk mengidentisifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa,
terutama senyawa organik (Day dan Underwood, 1986).

2.1.7 Kalibrasi Spektrofotometri


Kalibrasi yang dimaksud adalah men-setting blank alat spektrofotometer, sebelum
digunakan untuk analisis. Spektrofotometer UV-Vis banyak digunakan untuk penentuan
konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200-
400 nm) atau daerah sinar tampak (400-800 nm) (Sastrohamidjojo, 1991).
Secara khas terdapat suatu tirai kedap cahaya, yang dikendalikan oleh operator,
yang ditaruh di depan tabung foto (cuvet) sehingga tabung itu berada dalam alat. Dengan
suatu tombol pada instrumen operator mematikan (mengimbangi sehingga tak ada arus ke
manapun) arus gelap itu dan skala pada instrumen distel sehingga menunjukkan absorbans
tak terhingga (hingga nilai 0). Kemudian panjang gelombang distel pada nilai yang
diinginkan dan sebuah sel yang berisi larutan pembanding dikenai berkas cahaya
(pembanding dapat berupa pelarut murni, suatu “blanko” dari suatu prosedur analitis, dan
sebagainya), tirai disingkirkan agar detektor tersingkap. Sekarang dengan mengubah
sesuaikan daya radiasi ke detektor dengan pertolongan kendali celah monokromator , dan
atau dengan mengubah secara elektronis masukan penguat, skala instrumen distel agar
menunjukkan absorban nol (transmitans 100%) (Underwood, 2002).

2.1.8 Baku Mutu Air Bersih dan Air Minum


1. Baku Mutu Air Minum (KepMenKes No. 907/MENKES/SK/VII/2002)

Tabel 2.1.8.1 Baku Mutu Air Minum


No Parameter Satuan Persyaratan Teknik Pengujian
FISIKA

1. Bau - tidak berbau Organoleptik

2. Rasa - normal Organoleptik

3. Warna TCU maks.15 Spektrofotometri

4. Total Padatan Terlarut mg/l maks. 1000 Gravimetri


(TDS)

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 5
Bab II Tinjauan Pustaka
5. Kekeruhan NTU maks. 5 Spektrofotometri

o
6. Suhu C Suhu udara ± 3oC Termometer

KIMIA

7. Besi (Fe) mg/l maks 0.3 AAS

8. Kesadahan sebagai mg/l maks. 500 Titrimetri


CaCO3

9. Klorida (Cl) mg/l maks 250 Argentometri

10. Mangan (Mn) mg/l maks 0.1 AAS

11. pH - 6.5 - 8.5 pH meter

12. Seng (Zn) mg/l maks. 8 AAS

13. Sulfat (SO4) mg/l maks 250 Spektrofotometri

14. Tembaga (Cu) mg/l maks. 1 AAS

15. Klorin (Cl2) mg/l maks. 5 Titrimetri

16. Amonium (NH4) mg/l maks 0.15 Spektrofotometri


(Nesler)

KIMIA ANORGANIK

17. Arsen (As) mg/l maks. 0.01 AAS

18. Fluorida (F) mg/l maks 1.5 Spektrofotometri

19. Krom heksavalen (Cr6+) mg/l maks 0.05 AAS

20. Kadnium (Cd) mg/l maks. 0.003 AAS

21. Nitrat (NO3) mg/l maks 50 Spektrofotometri


(Brusin)

22. Nitrit (NO2) mg/l maks 3 Spektrofotometri


(NED)

23. Sianida (CN) mg/l maks 0.07 Destilasi

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 6
Bab II Tinjauan Pustaka
24. Timbal (Pb) mg/l maks. 0.01 AAS

25. Raksa (Hg) mg/l maks 0.001 AAS

MIKROBIOLOGI

24. E. Coli APM/100ml negatif MPN

25. Total Bakteri Koliform APM/100ml negatif MPN

2. Baku Mutu Air Bersih (Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal : 3


September 1990)
Tabel. 2.1.8.2 Baku Mutu Air Bersih
No. Parameter Satuan Standar Teknik Pengujian
A. FISIKA

1. Bau - - Organoleptik

2. Jumlah Zat Padat Terlarut mg/l 1.500 Gravimetri

3. Kekeruhan NTU 25 Spektrofotometri

4. Rasa - - Organoleptik

o
5. Suhu C Suhu udara ± 1- Temometer
30C

6. Warna TCU 50 Spektrofotometri

B. KIMIA

a. Kimia Anorganik

1. Air Raksa (Hg) mg/l 0.001 AAS

2. Arsen (As) mg/l 0.05 AAS

3. Besi (Fe) mg/l 1.0 AAS

4. Fluorida (F) mg/l 1.5 Spektrofotometri

5. Kadmium (Cd) mg/l 0.005 AAS

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 7
Bab II Tinjauan Pustaka
6. Kesadahan sebagai CaCO3 mg/l 500 Titrimetri

7. Klorida (Cl-) mg/l 600 Argentometri

8. Kromium, valensi 6 (Cr6+) mg/l 0.05 AAS

9. Mangan (Mn) mg/l 0.5 AAS

10. Nitrat (NO3) mg/l 10 Spektrofotometri


(Brusin)

11. Nitrit (NO2) mg/l 1.0 Spektrofotometri


(Nesler)

12. pH - 6.5-9.0 pH meter

13. Selenium (Se) mg/l 0.01 -

14. Seng (Zn) mg/l 15 AAS

15. Sianida (CN) mg/l 0.1 Destilasi

16. Sulfat (SO4) mg/l 400 Spektrofotometri

17. Timbal (Pb) mg/l 0.05 AAS

b. Kimia Organik

1. Detergent mg/l 0.50 Spektrofotometri

2. Zat Organik mg/l 10.00 Gravimetri

3. Pestisida Gol. Organo Fosfat mg/l 0.00 -

4. Pestisida Gol. Organo mg/l 0.00 -


Klorida

5. Pestisida Gol. Organo mg/l 0.00 -


Karbamat

C. MIKROBIOLOGIK

1. MPN (Golongan Coliform) Per 100 ml 50 MPN

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 8
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1.9 Dampak Krom dan Ferro terhadap Lingkungan
Cr (III) kurang beracun dan kurang aktif di dalam lingkungan dibanding dengan Cr
(VI). Cr (III) yang berada di lingkungan akan diendapkan di dasar perairan, sedangkan Cr
(VI) tetap berada dalam perairan yang sangat beracun bagi binatang dan tanaman air. Cr
(VI) dapat berakibat pembentukan bisul pada kulit, lubang-lubang kecil pada hidung dan
kanker paru-paru (Krull, 1991).
Garam kromium banyak digunakan dalam proses industri sehingga ada
kemungkinan untuk memasuki perairan bebas melalui buangan industri-industri tersebut.
Senyawaan krom juga sering ditambahkan pada air pedingin untuk mencegah terjadinya
korosi. Ikan adalah salah satu hewan yang kita makan, dan mereka hidup di air. Seperti
yang kita ketahui, pabrik-pabrik yang membuang limbah ke sungai dan membuang tanpa
diolah terlebih dahulu. Ikan-ikan yang hidup di sungai pasti menyerap kromium sebagai
makanan. Jadi ikan memakan kromium, kita makan ikan yang banyak mengandung
kromium di tubuhnya, akhirnya sampai kromium di tubuh kita, dan dapat timbul penyakit
(Adinata, 2012).
Pada umumnya besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe 2+ atau
Fe3+. Kandungan ion Fe (Fe2+, Fe3+) pada air sumur bor berkisar antara 5-7 mg/L.
Tingginya kandungan Fe (Fe2+, Fe3+) ini berhubungan dengan keadaan struktur tanah.
Struktur tanah dibagian atas merupakan tanah gambut, selanjutnya berupa lempung gambut
dan bagian dalam merupakan campuran lempung gambut dengan sedikit pasir. Besi dalam
air berbentuk ion bervalensi dua (Fe2+) dan bervalensi tiga (Fe3+) . Dalam bentuk ikatan
dapat berupa Fe2O3, Fe(OH)2, Fe(OH)3 atau FeSO4 tergantung dari unsur lain yang
mengikatnya. Dinyatakan pula bahwa besi dalam air adalah bersumber dari dalam tanah
sendiri di sampng dapat pula berasal dari sumber lain, diantaranya dari larutnya pipa besi,
reservoir air dari besi atau endapan-endapan buangan industri.

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 9
Bab II Tinjauan Pustaka
2.2 Jurnal Aplikasi
Identifikasi Cemaran Logam Timbal dalam Mainan Gigitan Bayi yang Beredar di
Purwokerto dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom
Asih Mahmudah Sanusi, Wiranti Sri Rahayu, Pri Iswati Utami
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2010
Tumbuh gigi bayi merupakan saat gigi bayi mulai menembus gusi dan muncul.
Tumbuh gigi ini diiringi rasa tidak nyaman pada bayi sehingga menyebabkan bayi menjadi
rewel dan selalu ingin menggigit sesuatu untuk mengurangi rasa gatal dan sakit pada gusi.
Mainan gigitan bayi atau biasa disebut dengan teether, sering diberikan kepada bayi untuk
mengurangi rasa gatal dan sakit serta sebagai media perangsang pertumbuhan gigi. Mainan
gigitan bayi yang umumnya terbuat dari karet dan plastik ini perlu diwaspadai akan
kemungkinan adanya cemaran logam timbal. Cemaran logam tersebut berasal dari zat
warna yang digunakan, proses pembuatan mainan, bahan baku mainan, serta cara
penyimpanan mainan. Senyawa timbal biasa digunakan dalam formulasi cat dan mainan
anak-anak. Selain itu timbal juga digunakan di berbagai industri baterai, paduan logam
(alloy), tinta cetak, zat warna/pigmen, stabilisator pada plastik, polivinil klorida. Timbal
(Pb) adalah zat xenobiotik yang asing bagi tubuh, dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan, seperti toksisitas yang terjadi pada saraf, hemopoetik, ginjal, endokrin dan
sistem skeletal. Sedangkan untuk konsentrasi Pb dalam darah, WHO merekomendasikan
kadar 20 mg/dl untuk semua populasi. Berdasarkan hal tersebut memungkinkan
terdapatnya kandungan logam berat khususnya Pb pada produk mainan gigitan bayi. Maka
perlu diadakan penelitian mengenai cemaran logam Pb pada produk mainan gigitan bayi
yang beredar di Purwokerto dengan metode spektrofotometri serapan atom.
Bahan kimia yang digunakan adalah aquabidestilata (Otsuka), larutan standar
Pb(NO3)2 1000 ppm, HNO3, HCl, dan H2SO4. Sampel mainan gigitan bayi diambil dari 10
merk mainan yang beredar di Purwokerto dengan metode simple random sampling (acak
sederhana). Bahan uji sebanyak 10 gr dimasukkan dalam erlenmeyer ditambahkan dengan
48 ml campuran HCl : H2SO4 : HNO3 dengan perbandingan 4 : 1: 7 dan aquabidestilata 12
ml. Dipanaskan perlahan-lahan sampai mendidih. Dekstruksi dihentikan setelah diperoleh
larutan yang jernih kemudian didinginkan. Setelah dingin larutan disaring dengan kertas
saring Whatman no.42. kemudian dilanjutkan dengan pembuatan larutan Pb(NO3)2 10 ppm.
Larutan standar Pb(NO3)2 1000 ppm diambil sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 ml, ditambahkan aquabidestilata sampai tanda batas sehingga didapat larutan
standar Pb(NO3)2 10 ppm..
Penelitian identifikasi cemaran logam timbal dalam mainan gigitan bayi dengan
metode spektrofotometri serapan atom menggunakan sampel yang beredar di Purwokerto.
Penyiapan larutan uji dari sampel dilakukan dengan menggunakan cara destruksi basah
untuk sampel yang berupa bahan padat. Mainan gigitan bayi yang beredar di Purwokerto
tidak terdeteksi logam timbal sehingga mainan gigit-gigitan bayi aman untuk digunakan
oleh bayi. Validasi metode analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa metode
spektrofotmetri serapan atom (SSA) dapat digunakan untuk menganalisis logam timbal
(Pb) dalam sampel gigit-gigitan bayi. Uji cemaran logam timbal dalam mainan gigitan bayi
dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Prinsip dari
analisis yaitu penyerapan energi radiasi oleh atom – atom yang berada pada tingkat dasar
yang memiliki serapan pada panjang gelombang tertentu. Hasil absorbansi yang didapat
dibawah absorbansi konsentrasi rendah pada kurva baku larutan standar timbal yaitu
0,27.10-2. Bahwa sampel mainan gigitan bayi yang beredar di Purwokerto tidak terdeteksi
adanya kandungan logam timbal. Bila kadar timbal relatif tinggi dalam sirkulasi darah,
barulah ditemukan timbal pada plasma dalam tubuh.

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 10
Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018

You might also like