Bab 2 Vis. Revisi

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Pengertian Viskositas
Viskositas adalah cairan yang mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir
daripada gas, hingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas.
Viskositas gas bertambah dengan naiknya temperature, sedang viskositas cairan turun dengan
naiknya temperature. Koefisien viskositas gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak
tergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik dengan naiknya tekanan [ CITATION Suk85 \l
1033 ].
Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan.
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk
silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik
untuk cairan maupun gas. Dalam menafsirkan pengukuran viskositas, banyak terdapat
kerumitan kebanyakan pengukuran (tidak semuanya) didasarkan pada pengamatan empiris,
dan penentuan massa molar biasanya didasarkan pada pembandingan dengan sampel standar.
Salah satu kerumitan dalam pengukuran dalam pengukuran intensitas adalah dalam beberapa
kasus, ternyata fluida itu bersifat non-Newtonian, yaitu viskositasnya berubah saat laju aliran
bertambah. Penurunan viskositas dengan bertambahnya laju aliran menunjukkan adanya
molekul seperti batang panjang, yang terorientasi oleh aliran itu, sehingga saling meluncur
melewati satu sama lain dengan lebih bebas. Dalam beberapa kasus, tekanan yang disebabkan
oleh aliran menjadi sangat besar, sehingga molekul panjang terputus-putus. Ini membawa
konsekuensi lebih lanjut pada viskositas [ CITATION Ary13 \l 1033 ].
Satuan sistem internasional (SI) untuk koefisien viskositas adalah Ns/m = Pa.S (pascal
2

sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk koefisien viskositas adalah dyn.s/cm 2 =
poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipoise (cp). 1 cp = 1/1000 p. satuan
poise digunakan untuk mengenang seorang ilmuwan Prancis, Jean Louis Marie Poiseuille.
1 poise = 1 dyn. s/cm2 = 10-1 N.s/m2
[ CITATION Wid13 \l 1033 ]
II.1.2 Macam-Macam Metode Perhitungan Viskositas
a. Viskometer Ostwald

II-
1
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia
Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri
FV- ITS
Pada viscometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah
tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat
cairan itu sendiri [ CITATION Res81 \l 1033 ].

Gambar II.1 Viscometer Ostwald


Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu cairan (misalnya 10 cm3, bergantung pada
ukuran viscometer) dipipet kedalam viscometer. Cairan kemudian dihisap melalui labu
pengukur dari viscometer sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas a. cairan
kemudian dibiarkan turun ketika permukaan cairan turun melewati batas a, stopwatch mulai
dinyalakan dan ketika cairan melewati tanda batas b, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang
dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara a dan b dapat ditentukan. Tekanan ρ merupakan
perbedaan antara kedua ujung pipa U dan besarnya disesuaikan sebanding dengan berat jenis
cairan [ CITATION Res81 \l 1033 ].
b. Viskometer Hoppler
Pada viskometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola
logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya gravitasi akan
jatuh melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya), dengan kecepatan yang
semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan tercapai
bila gravitasi sama dengan fictional resistance medium [ CITATION Fra88 \l 1033 ].
c. Viskometer Cupand Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar. Bob dan dinding
dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah
terjadinya aliran sumbat yang disebabkan gesekan yang tinggi disepanjang keliling bagian
tube sehingga menyebabkan penemuan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebebkan
bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Victol, 1996).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-2


Laboratorium Dasar-Dasar Kimia
Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri
FV- ITS

d. Viskometer Cone and Plate


Cara pemakaiannya adalah sampel yang ditempatkan di tengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan
bermacam kecepatan dan sampelnya digeser didalamruang sempit antara papan yang diam
dan kemudian kerucut yang berputar (Bird, 1993).
II.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viskositas
Faktor- Faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut (Bird, 1987):
a. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak
dipengaruhi oleh tekanan.
b. Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik dengan
naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi.
Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan
demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.
c. Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan seperti
bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan
air akan menyebabkan viskositas akan turun karena gliserin maupun minyak akan semakin
encer, waktu alirnya semakin cepat.
d. Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat,
larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi seta laju aliran lambat
sehingga viskositas juga tinggi.
e. Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
f. Kekuatan antar molekul
Viskositas air naik denghan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan gugus OH
pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-3


Laboratorium Dasar-Dasar Kimia
Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri
FV- ITS

II.1.4 Hubungan Viskositas dengan Waktu


Sebagian besar metode yang digunakan untuk mengukur viskositas cairan
didasarkan pada persamaan Poiseuille atau Stokes. Persamaan Poiseuille untuk koefisien
viskositas cairan adalah :
4
π Pr t
η=¿
8 LV
dimana : V = volume cairan viskositas
η = koefisien viskositas
r = radius/jari-jari
L = panjang pipa kapiler
P = tekanan
[ CITATION Mar74 \l 1033 ]
Persamaan ini telah diverifikasi berulang kali. untuk menentukan viskositas cairan
dengan persamaan ini, tidak selalu diperlukan untuk mengukur semua kuantitas yang
ditunjukkan ketika sekali viskositas beberapa cairan referensi, biasanya air, diketahui dengan
akurat. jika kita mengukur waktu aliran volume yang sama dari dua cairan yang berbeda
melalui kapiler yang sama, maka menurut persamaan Poiseuille rasio koefisien viskositas dari
dua cairan diberikan oleh
η1 π P1 r t 8LV ρ1 .t
= . =
4
1 1
4
η2 8 LV π P2 r t 2 ρ2 . t 2

[ CITATION Mar74 \l 1033 ]


II.1.5 Hubungan Viskositas dengan Densitas
Karena tekanan P1 dan P2 sebanding dengan densitas cairan ρ1 dan ρ2, kita dapat
dirumuskan:
η1 P1 .t ρ1 .t
= 1
= 1

η2 P2 . t 2 ρ2 . t 2

Oleh karena itu, sekali ρ1, ρ2, dan η2 diketahui, penentuan t1 dan t2 memungkinkan
perhitungan η2 koefisien viskositas cairan dibawah pertimbangan.
[ CITATION Mar74 \l 1033 ]
II.1.6 Hubungan Viskositas dengan Temperature

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-4


Laboratorium Dasar-Dasar Kimia
Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri
FV- ITS
Koefisien viskositas beberapa cairan pada berbagai suhu. dengan setiap
pengecualian yang jarang terjadi (cairan karbon dioksida pada suhu rendah), viskositas cairan
berkurang dengan kenaikan suhu. berbagai persamaan telah diusulkan untuk mewakili sebagai
fungsi dari T, yang paling sederhana adalah
A
log η = +B
T
dengan : A dan B = konstanta

T = suhu absolute

[ CITATION Mar74 \l 1033 ]


II.1.7 Tabel Viskositas
Cairan 0°C 20°C 40°C 60°C 80 ℃
Benzene 0,912 0,652 0,503 0,329 0,329
Karbon 1,329 0,969 0,739 0,585 0,468
Tetrakloride
Etil Alkohol 1,773 1,200 0,834 0,592 -
Etil Eter 0,284 0,233 0,197 0,140 0,118
Air Raksa 1,685 1,554 1,450 1,367 1,298
Air 1,792 1,002 0,656 0,469 0,357
Tabel II.1 Viskositas Cairan pada Berbagai Suhu (satuan poise)
[ CITATION Mar74 \l 1033 ]

II.1.8 MSDS Reaktan (Benzen)


1. Sifat Fisika dan Kimia
Bentuk dan penampilan : Cair
Bau : Aromatik. Seperti bensin (Kuat)
Ambang bau : 4,68 ppm
Rasa :-
Berat molekul : 78,11 g/mole
Warna : Tidak berwarna/tidak berwarna sampai kuning muda
pH :-
Titik didih : 80,1 ℃
Titik lebur : 5,5 ℃
Kepadatan uap : 2,8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-5


Laboratorium Dasar-Dasar Kimia
Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri
FV- ITS
Tekanan uap : 3,88
2. Penanganan dan Penyimpanan
Tindakan pencegahan :
Tetap terkunci. Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api. Tidak menelan. Jangan
menghirup gas / uap / uap / semprotan. Dalam keadaan ventilasi tidak memadai, gunakan
peralatan pernapasan yang sesuai. Jika tertelan, segera dapatkan saran medis dan tunjukkan
wadah atau labelnya. Hindari kontak dengan kulit dan mata. Jaga jarak dari bahan yang tidak
kompatibel seperti zat pengoksidasi, asam.
Penyimpanan :
Simpan di area terpisah dan diketahui. Simpan wadah di tempat yang sejuk dan
berventilasi baik. Jaga agar wadah tertutup rapat dan disegel sampai siap digunakan. Hindari
semua sumber penyulut yang mungkin (percikan atau nyala api).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-6


Laboratorium Dasar-Dasar Kimia
Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri
FV- ITS

II.1.9 Aplikasi Industri


Viskositas dan Konduktivitas Termal Tembaga Oksida Nanofluid Terdispersi dalam
Etilena glikol
Kiyuel Kwak and Chongyoup Kim
Departemen Teknik Kimia dan Biologi, Universitas Korea
2005
Nanofluid adalah cairan perpindahan panas baru yang dibuat dengan cara
mendispersikan partikel padat nanometer dalam panas tradisional Transfer cairan seperti air
atau etilen glikol meningkat konduktivitas termal dan karena itu kinerja perpindahan panas.
Misalnya, bila 0,3 volume persen tembaga Partikel nano terdispersi dalam etilen glikol, bisa
amati sekitar 40% kenaikan konduktivitas termal (Eastman dan Choi, 1995). Diharapkan
nanofluid bisa dimanfaatkan di Indonesia pesawat terbang, mobil, mesin mikro di MEMS,
reaktor mikro diantara yang lain. Sebelum diperkenalkan nanofluid, memang begitu
diharapkan perpindahan panas bisa ditingkatkan dengan cara mendispersikan partikel
berukuran mikron. Tapi cairan dengan partikel berukuran mikron menyebabkan masalah
akibat sedimentasi dan penyumbatan (Xuan dan Li, 2000).
Viskositas geser nanofluid diukur dengan ARES-LS dalam mode sweep rate di atas
kisaran laju geser 0,01-100 s-1. Dalam menentukan viskositas nol-geser kurang cairan nano
kental kami menggunakan Rheometer AR2000 di mode uji creep. Pada gambar 7, viskositas
geser nol nanofluid ditunjukkan dengan kandungan padat antara 10-5 dan 0,05. Karena
partikel memiliki bentuk prolate-spheroids dengan rasio aspek sekitar 3, nol intrinsik
Viskositas geser diharapkan memiliki sekitar 5. Ini berarti bahwa fraksi volume partikel kritis
φ pada batas encer adalah 0,2. Namun nilai viskositas geser nol pada φ = 0,2 adalah
diharapkan jauh lebih besar dari dua kali viskositas pelarut ditunjukkan pada gambar 7.
Perbedaan ini disebabkan oleh koalesensi partikel, yang berakibat pada peningkatan rasio
aspek nyata. Dari nilai di mana viskositasnya menggandakan nilai pelarut (dari gambar yang
bisa diperhatikan bahwa itu terjadi pada φ ≈ 0,002)
Dalam penelitian ini kita telah mempertimbangkan rheologi sifat
nanofluida berbasis CuO bersamaan dengan peningkatan konduktivitas termal.
CuO individu partikel memiliki bentuk prolate spheroids dan sebagian besar partikel berada di
bawah negara agregat. Dari rheologi Properti telah ditemukan bahwa fraksi volume pada batas
encer adalah 0.002, yang jauh lebih kecil daripada nilai berdasarkan bentuk partikel individu
karena agregasi partikel. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan substansial dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-7


Laboratorium Dasar-Dasar Kimia
Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri
FV- ITS
konduktivitas termal adalah hanya dapat dicapai bila konsentrasi partikel di bawah batas encer
sudah diketahui.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-8

You might also like