Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

Definisi / Pengertian Water Seal Drainage (WSD)

WSD adalah merupakan suatu tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan baik
darah atau pus dari rongga pleura ataupun rongga thorax (mediastinum) dengan menggunakan selang
penghubung dari rongga ke botol WSD.

Tujuan dari Tindakan Pemasangan WSD


- Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
- Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
- Mengembangkan kembali paru yang kolaps
- Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
- Mengembalikan fungsi paru yaitu “mechanis of breathing”

Tipe atau Sistem WSDA. WSD dengan sistem satu botol


1. Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks.
2. Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk
ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol.
3. Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah
masuknya udara ke dalam tabung yang bisa menyebabkan kolaps paru.
4. Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga
pleura keluar.
5. Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi.
6. Undulasi (gelembung udara) pada selang cairan mengikuti irama pernafasan yaitu saat :
 Inspirasi akan meningkat
 Ekpirasi menurun
B. WSD dengan Sistem 2 Botol
1. Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol water seal.
2. Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang
pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal.
3. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke
water seal botol 2.
4. Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura
ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD Bisasanya digunakan
untuk mengatasi adanya cairan dan udara pada rongga dan pada efusi pleura.
C. WSD dengan Sistem 3 Botol
1. Sama dengan sistem 2 botol,hanya ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang
digunakan.
2. Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan.
3. Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3.
4. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol
WSD.
5. Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan.
6. Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
 Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
 Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
 Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer

Jenis Pemasangan atau Lokasi Penempatan Selang WSD


1. Pleuren Tube:
Adalah digunakan untuk mengeluarkan cairan / udara dari rongga pleura, untuk mengembalikan tekanan
negative intra pleura, memungkinkan terjadinya ekspansi paru setelah adanya cairan transudat (infeksi) dan
eksudat (trauma).
1. Area pemasangan tube pada pleura yaitu pada: Bagian apex paru (apical), Interolateral
interkosta ke 1-2.
2. Fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
3. Bagian basal: Postero lateral interkosta ke 8-9
4. Fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura
2. Mediastinal Tube :
Adalah digunakan untuk mengalirkan cairan dari rongga mediatinum setelah operasi jantung atau operasi
lain di mediastinum.

Indikasi Pemasangan WSD


1. Pneumothoraks :
 Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
 Luka tusuk tembus
 Kerusakan selang dada pada sistem drainase
2. Hemopthorak:
 Robekan pleura/trauma
 Kelebihan antikoagulan
 Pasca bedah thorak (Thorakotomy)
3. Efusi pleura: penumpukan cairan non fisiologis yang berlebih
4. Emfisema: ketidak elastisan paru karena penyakit obstruktif.

Komplikasi Pemasangan WSD


• Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
• Komplikasi sekunder : infeksi

Persiapan Tindakan WSD


a. Pengkajian Pasien
- Memeriksa kembali instruksi dokter
- Mengecek inform consent
- Mengkaji status pasien; TTV dan status pernafasan
b. Persiapan Pasien
1. Siapkan pasien
2. Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :
 Tujuan tindakan
 Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD: Posisi klien dapat duduk atau berbaring
 Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam, distraksi
 Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena
c. Persiapan alat
 Sistem drainage tertutup
 Motor suction
 Slang penghubung steril
 Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, bistury/silet, trokart, cairan antiseptic,
benang catgut dan jarumnya, duk bolong, sarung tangan, spuit 10cc dan 50cc, kassa.
 NACl 0,9%, konektor, set balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), masker
d. Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan dengan
baik , dan perawat memberikan dukungan moril pada pasien.

Cara Pemasangan WSD (Oleh Dokter Spesialis Pulmonologi) :


1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksillaris anterior
dan media.
2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan.
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus
interkostalis.
4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan.
5. Masukkan jari melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura /
menyentuh paru.
6. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly
forceps.
7. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding dada.
8. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan.
9. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.
10. Tindakan perawatan pasca pemasangan WSD.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Selama Pemasangan WSD :


1. Perhatikan undulasi pada selang WSD, bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :
 Motor suction tidak berjalan
 Selang tersumbat
 Selang terlipat
 Paru-paru telah mengembang
 Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi sistem drainage,
2. Amati tanda-tanda kesulitan bernafas.
3. Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar.
4. Cek batas cairan seal dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan serta pastikan
ujung pipa berada 2cm di bawah air.
5. Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg keluar.
6. Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama.
7. Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan.
8. Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai selang terlipat.
9. Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi.
10. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu.
11. Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang.
12. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran.
13. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan.
14. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk efektif.
15. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.
16. Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD.
17. Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian
bahu daerah pemasangan WSD.
PENGERTIAN
Mencuci rambut dan kulit kepala dengan menggunakan shampoo dan air.

TUJUAN
1. Membersihkan kulit kepala dan rambut
2. Menghilangkan bau dan memberikan rasa nyaman

KEBIJAKAN
1. Pasien yang rambutnya kotor
2. Pada pasien yang akan menjalani operasi besar
3. Setelah dipasang kap kutu

PETUGAS
Perawat

PERALATAN YANG DIBUTUHKAN


1. Handuk 2 buah
2. Talang
3. Peniti
4. Kain pel
5. Baskom berisi air hangat
6. Gayung
7. Shampoo dalam tempatnya
8. Sisir 2 buah
9. Kain kassa dan kapas
10. Ember kosong
11. Sarung tangan bersih
12. Bengkok berisi larutan desinfektan 2 – 3 %
13. Celemek untuk petugas
14. Alat pengering rambut

PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan pengecekan program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien

C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy
2. Mengenakan sarung tangan dan celemek
3. Mengganti selimut klien dengan selimut mandi
4. Mengatur posisi tidur pasien dengan kepala dipinggir tempat tidur
5. Memasang handuk dibawah kepala
6. Memasang ember dialasi kain pel
7. Memasang talang dengan ujung berada didalam ember
8. Menutup dada dengan handuk sampai ke leher
9. Menyisir rambut
10. Menutup lubang telinga dengan kapas dan mata dengan kain kassa/sapu tanganpasien
11. Menyiram dengan air hangat, menggosok (memijit-mijit) kulit kepala dan rambut dengan shampoo
12. Membilas rambut dengan air hangat sampai bersih
13. Melepas kapas penutup lubang telinga dan kain kassa penutup mata
14. Mengangkat talang, mengeringkan rambut dengan handuk, kemudian dengan pengering
15. Menyisir rambut
16. Meletakkan kepala pada bantal yang telah dialasi handuk kering
17. Merapikan pasien, ganti selimut mandi dengan selimut tidur

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
Pengertian Pemberian Injeksi Intravena Melalui Selang Infus (Bolus)
Menurut Ambarawati (2009), pemberian obat secara injeksi (parenteral) merupakan pemberian obat
yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah dengan
menggunakan spuit.

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan
alat suntik.

Injeksi intravena (bolus) adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh
darah vena atau melalui karet selang infuse dengan menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah
vena adalah pembuluh darah yang menghantarkan darah ke jantung. Injeksi intravena bertujuan untuk
memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorpsi dari pada dengan injeksi perenteral lain, menghindari
terjadinya kerusakan jaringan serta memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.

Tujuan Pemberian Injeksi Intravena Melalui Selang Infus (Bolus)

1. Mendapatkan reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada injeksi parenteral lain
2. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.
3. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit
4. Menghindari terjadinya kerusakan jaringan.
5. Memperbaiki keseimbangan asam basa
6. Memasukkan obat dalam jumlah yang besar
7. Memberikan tranfusi darah
8. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
9. Membantu pemberian nutrisi parenteral
10. Memonitor Tekanan Vena Sentral (CVP)

Persiapan Alat sebelum Pemberian Injeksi Intravena Melalui Selang Infus (Bolus)

1. Sarung tangan satu pasang


2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau spuit imunisasi
3. Bak instrument
4. Perlak dan alasnya
5. Bengkok
6. Wastafel atau tempat cuci tangan
7. Kapas alkohol
8. Obat injeksi dalam vial atau ampul
9. Water for injection
10. Daftar pemberian obat
11. Waskom berisi larutan chlorine 0,5%

Procedure & Teknik Melakukan Injeksi Intravena Melalui Bolus:

1. Memberikan salam dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan procedure serta
tujuannya.
2. Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien.
3. Memasang sampiran.
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.
6. Memakai sarung tangan.
7. Oplos obat menggunakan water steril for injection hingga tercampur. Selanjutnya tarik
menggunakan spuit.
8. Memastikan tidak ada gelembung udara pada spuit dengan cara mencoba spuit terlebih dahulu,
lalu simpan pada bak instrumen.
9. Mencari tempat penyuntikan obat pada karet selang atau pada tutup area injeksi pada vasofix.
10. Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik.
11. Melalukan swab atau mendesinfeksi karet selang infus (bolus) dengan kapas alkohol, secara
sirkular dengan diameter + 5 cm.
12. Mengklem cairan infuse.
13. Menusukkan jarum ke dalam karet selang infus (bolus) dengan tangan yang dominan.
14. Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum sudah masuk selang infus.
15. Memasukkan obat perlahan-lahan ke dalam vena dengan kecepatan maksimal 5 cc/menit.
Untuk obat-obatan yang pekat sebaiknya dioplos terlebih dahulu menggunakan water steril.
16. Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan, selanjutnya swab lagi menggunakan kapas
alkohol.
17. Periksa kecepatan tetesan cairan infuse.
18. Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas tempat obat dengan benar.
19. Buang sampah pada tempat sampah medis.
20. Buka sarung tangan dan buang pada tempat sampah medis.
21. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk atau tissue
hingga kering dan bersih.
22. Melakukan evalusi dan respon pasien setelah tindakan dilakukan.
23. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.

Semoga bermanfaat..
Diposting oleh slamet fadli di 09.25 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: kumpulan sop terlengkap

SOP / Cara Melakukan Pengukuran Antropometrik (Status Gizi Pasien)


Pengertian:
Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh
dari cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit
merupakan salah satu metode penting untuk menentukan komposisi tubuh serta persentase lemak
tubuh dan untuk menentukan status gizi cara antropometrik

Tujuan:
 Dapat mengetahui nilai standart TLK tricep
 Dapat mengetahui status gizi klien
 Dapat menentukan derajat obesitas dengan menggunakan rumus densitas tubuh
Indikasi/Dilakukan pada :

  Pada penderita dewasa yang kekurangan gizi


 Pada penderita dewasa yang kelebihan gizi
 Pada penderita dewasa yang tidak bisa dapat diukur BB maupun TB misalnya
pada keadaan koma

Persiapan
a. Persiapan Alat :
Pita ukur flexibel (Anthropometry tape)
Skinfold calipers
Pensil (landmark pencil)

b. Persiapan Pasien :

Sapalah klien dengan ramah dan perkenalkan diri pada klien


Persilahkan klien untuk duduk
Beri informasi umum tentang pengukuran yang akan dilakukan
Informasikan tentang cara melakukan, tujuan, manfaat pengukuran tebal lipatan kulit untuk klien
Jelaskan tentang kemungkinan hasil yang diperoleh
Jaga privacy klien
c. Persiapan Perawat :
Sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan cuci tangan
Persiapkan peralatan yang akan digunakan.
Pengkajian :
a. Cek perencanaan keperawatan

Prosedur
1. Mencuci Tangan
2. Menerangkan prosedur dan tujuan pengukuran pada klien.
3. Menentukan sembilan tempat pengukuran TLK, yaitu: pada dada (chest), subscapula, mix-axilaris,
suprailiaka, perut (abdominal), triseps, biseps, thigh (paha), medial calf (betis)
4. Melakukan pengukuran TLK pada masing-masing lokasi
a. Pengukuran pada dada (chest):
- Ambil lipatan kulit dari arah diagonal antara axilla dan puting susu setinggi mungkin, sejajar
dengan lipatan bagian depan dengan ukuran 1 cm dibawah jari tangan
b. Pengukuran pada subscapula:
- Ambil lipatan kulit dari arah diagonal sepanjang garis cleavage tepat di bawah scapula dengan
ukuran 1 cm dibawah jari tangan
c. Pengukuran pada mid-axilla:
- Ambillah lipatan kulit dari arah horizontal pada garis midaxillaris, tepat pada pertemuan
xiphisternal
d. Pengukuran pada suprailiaka:
- Ambillah lipatan kulit dari arah miring ke arah belakang garis mid-axillaris dan ke atas iliaka,
dengan ukuran 1 cm dibawah jari tangan
e. Pengukuran pada abdominal :
- Lipatan kulit diambil dengan arah horizontal 3 cm di samping tali pusat dan 1 cm ke pusat
umbilicus
f. Pengukuran pada triseps:
- Lipatan kulit diambil dengan arah vertical pada jarak antara penonjolan lateral dari prosessus
acronial dan batas inferior dari prosessus olecranon dan diukur pada bagian lateral lengan dengan
bahu bersudut 90° menggunakan pita pengukur. Titik tengah ditandai pada sisi samping lengan.
Pengukuran diambil 1 cm diatas tanda tersebut.
g. Pengukuran pada biseps:
- Lipatan kulit diambil dengan arah vertical diatas biseps brachii yang sejajar dengan triseps di
bagian belakang. Pengukuran dilakukan 1 cm dibawah jari.
h. Pengukuran pada paha:
- Lipatan kulit diambil dengan arah vertical pada tengah paha antara lipatan inguinal dan batas dari
patella. Pengukuran dilakukan 1 cm dibawah jari
i. Pengukuran pada betis :
- Lipatan kulit diambil dengan arah vertikal pada lingkaran betis yang paling lebar pada bagian tengah
dari betis dengan lutut bersudut 90°.
5. Mencuci tangan setelah pengukuran
6. Klien dirapikan, peralatan dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula
7. Mendokumentasikan prosedur
8. Menentukan nilai TLK klien dengan membandingkan hasil pengukuran dengan nilai standar yang
ada pada acuan
9. Menentukan status gizi klien

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Saat melakukan Prosedur Tindakan Pengukuran
Antropometri :
Pengukuran-pengukuran tersebut sebaiknya jangan dilakukan segera setelah subyek melakukan
latihan fisik atau perlombaan, mandi sauna, berenang atau mandi, selama latihan fisik, atau kondisi
yang menyebabkan hiperemia karena dapat meningkatkan ketebalan lipatan kulit. Selain itu
dehidrasi juga dapat menyebabkan peningkatan tebal lipatan kulit akibat perubahan turgidity kulit.
Diposting oleh slamet fadli di 08.49 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: kumpulan sop

Sabtu, 04 Maret 2017

SOP Pemasangan NGT (Naso Gastrik Tube)


DEFENISI PEMASANGAN NGT
Melakukan pemasangan selang (tube) dari rongga hidung ke lambung (gaster) menggunakan
tekhnik non steril (bersih).

TUJUAN PEMASANGAN NGT

1. Memasukkan makanan cair/obat-obatan, cair/padat yang dicairkan.


2. Mengeluarkan cairan/isi lambung dan gas yang ada dalam lambung (bilas lambung).
3. Mengirigasi karena perdarahan/keracunan dalam lambung.
4. Mencegah/mengurangi nausea dan vomiting setelah pembedahan atau trauma.
5. Mengambil spesimen dalam lambung untuk studi laboratorium.

PERSIAPAN ALAT

1. Selang NGT No.10,12,14,16,18 (tergantung kebutuhan)


2. Jelly
3. Spatel lidah
4. Handscoen bersih
5. Senter atau penlight
6. Catether tip ukuran 50cc
7. Plester / hypavix
8. Stetoskop
9. Tissue kering

PROSEDUR PEMASANGAN NGT (NASO GASTRIK TUBE)

1. Mendekatkan alat ke samping klien.


2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya.
3. Membantu klien pada posisi terlentang - semi fowler.
4. Mencuci tangan.
5. Periksa kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernapas melalui satu lubang hidung saat
lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, bersihkan mucus dan
sekresi dari hidung dengan kassa/lidi kapas. Periksa adanya infeksi.
6. Memakai sarung tangan bersih.
7. Buka kemasan selang NGT.
8. Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan cara menempatkan ujung selang
dari hidung klien ke ujung telinga atas lalu dilanjutkan sampai processus xipodeus.
9. Beri tanda pada selang yang telah diukur dengan plester.
10. Beri jelly pada NGT sepanjang 10-20 cm dari ujung selang tersebut.
11. Meminta klien untuk rileks dan bernapas normal. Masukkan selang perlahan sepanjang 5-
10cm. Meminta klien untuk menundukkan kepala (fleksi) sambil menelan.
12. Masukkan selang sampai batas yang ditandai.
13. Jangan memasukkan selang secara paksa bila ada tahanan.

a. Jika klien batuk, bersin, hentikan dahulu lalu ulangi lagi. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam.
b. Jika tetap ada tahanan, menarik selang perlahan-lahan dan masukkan ke hidung yang lain
kemudian masukkan kembali secara perlahan
c. Jika klien terlihat akan muntah, menarik tube dan menginspeksi tenggorokan lalu melanjutkan
memasukkan selang secara bertahap.
15. Mengecek kepatenan
a. Masukkan ujung pipa sampai dengan terendam dalam mangkok berisi air, klem dibuka jika
ternyata sonde masuk dalam lambung maka ditandai dengan tidak adanyagelembung udara yang
keluar.
b. Masukkan udara denga spuit 2-3 cc ke dalam lambung sambil mendengarkan dengan stetoskop.
Bila terdengar bunyi kemudian udara dikeluarkan kembali dengan menarik spuit.
16. Pasang spuit/corong pada pangkal pipa apabila sudah yakin pipa masuk lambung
1 17. Memfiksasi selang pada hidung dengan plester
18. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman
19. Merapikan dan membereskan alat
20. Melepas sarung tangan
2 21. Mencuci tangan

Tahap Terminasi Pada SOP Pemasangan NGT

1. Mengevaluasi respon klien


2. Dokumentasian tindakan dan hasil.

Diposting oleh slamet fadli di 05.32 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: kumpulan sop, kumpulan sop igd, Kumpulan sop keperawatan, kumpulan sop terlengkap

Postingan Lama Beranda

Langganan: Postingan (Atom)


Pengertian Pemberian Injeksi Intravena Melalui Selang Infus (Bolus)
Menurut Ambarawati (2009), pemberian obat secara injeksi (parenteral) merupakan pemberian obat
yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah dengan
menggunakan spuit.

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan
alat suntik.

Injeksi intravena (bolus) adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh
darah vena atau melalui karet selang infuse dengan menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah
vena adalah pembuluh darah yang menghantarkan darah ke jantung. Injeksi intravena bertujuan untuk
memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorpsi dari pada dengan injeksi perenteral lain, menghindari
terjadinya kerusakan jaringan serta memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.

Tujuan Pemberian Injeksi Intravena Melalui Selang Infus (Bolus)

1. Mendapatkan reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada injeksi parenteral lain
2. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.
3. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit
4. Menghindari terjadinya kerusakan jaringan.
5. Memperbaiki keseimbangan asam basa
6. Memasukkan obat dalam jumlah yang besar
7. Memberikan tranfusi darah
8. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
9. Membantu pemberian nutrisi parenteral
10. Memonitor Tekanan Vena Sentral (CVP)

Persiapan Alat sebelum Pemberian Injeksi Intravena Melalui Selang Infus (Bolus)

1. Sarung tangan satu pasang


2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau spuit imunisasi
3. Bak instrument
4. Perlak dan alasnya
5. Bengkok
6. Wastafel atau tempat cuci tangan
7. Kapas alkohol
8. Obat injeksi dalam vial atau ampul
9. Water for injection
10. Daftar pemberian obat
11. Waskom berisi larutan chlorine 0,5%

Procedure & Teknik Melakukan Injeksi Intravena Melalui Bolus:

1. Memberikan salam dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan procedure serta
tujuannya.
2. Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien.
3. Memasang sampiran.
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.
6. Memakai sarung tangan.
7. Oplos obat menggunakan water steril for injection hingga tercampur. Selanjutnya tarik
menggunakan spuit.
8. Memastikan tidak ada gelembung udara pada spuit dengan cara mencoba spuit terlebih dahulu,
lalu simpan pada bak instrumen.
9. Mencari tempat penyuntikan obat pada karet selang atau pada tutup area injeksi pada vasofix.
10. Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik.
11. Melalukan swab atau mendesinfeksi karet selang infus (bolus) dengan kapas alkohol, secara
sirkular dengan diameter + 5 cm.
12. Mengklem cairan infuse.
13. Menusukkan jarum ke dalam karet selang infus (bolus) dengan tangan yang dominan.
14. Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum sudah masuk selang infus.
15. Memasukkan obat perlahan-lahan ke dalam vena dengan kecepatan maksimal 5 cc/menit.
Untuk obat-obatan yang pekat sebaiknya dioplos terlebih dahulu menggunakan water steril.
16. Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan, selanjutnya swab lagi menggunakan kapas
alkohol.
17. Periksa kecepatan tetesan cairan infuse.
18. Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas tempat obat dengan benar.
19. Buang sampah pada tempat sampah medis.
20. Buka sarung tangan dan buang pada tempat sampah medis.
21. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk atau tissue
hingga kering dan bersih.
22. Melakukan evalusi dan respon pasien setelah tindakan dilakukan.
23. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.

Semoga bermanfaat..
Diposting oleh slamet fadli di 09.25 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: kumpulan sop terlengkap

SOP / Cara Melakukan Pengukuran Antropometrik (Status Gizi Pasien)


Pengertian:
Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh
dari cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit
merupakan salah satu metode penting untuk menentukan komposisi tubuh serta persentase lemak
tubuh dan untuk menentukan status gizi cara antropometrik

Tujuan:
 Dapat mengetahui nilai standart TLK tricep
 Dapat mengetahui status gizi klien
 Dapat menentukan derajat obesitas dengan menggunakan rumus densitas tubuh
Indikasi/Dilakukan pada :

  Pada penderita dewasa yang kekurangan gizi


 Pada penderita dewasa yang kelebihan gizi
 Pada penderita dewasa yang tidak bisa dapat diukur BB maupun TB misalnya
pada keadaan koma

Persiapan
a. Persiapan Alat :
Pita ukur flexibel (Anthropometry tape)
Skinfold calipers
Pensil (landmark pencil)

b. Persiapan Pasien :

Sapalah klien dengan ramah dan perkenalkan diri pada klien


Persilahkan klien untuk duduk
Beri informasi umum tentang pengukuran yang akan dilakukan
Informasikan tentang cara melakukan, tujuan, manfaat pengukuran tebal lipatan kulit untuk klien
Jelaskan tentang kemungkinan hasil yang diperoleh
Jaga privacy klien
c. Persiapan Perawat :
Sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan cuci tangan
Persiapkan peralatan yang akan digunakan.
Pengkajian :
a. Cek perencanaan keperawatan

Prosedur
1. Mencuci Tangan
2. Menerangkan prosedur dan tujuan pengukuran pada klien.
3. Menentukan sembilan tempat pengukuran TLK, yaitu: pada dada (chest), subscapula, mix-axilaris,
suprailiaka, perut (abdominal), triseps, biseps, thigh (paha), medial calf (betis)
4. Melakukan pengukuran TLK pada masing-masing lokasi
a. Pengukuran pada dada (chest):
- Ambil lipatan kulit dari arah diagonal antara axilla dan puting susu setinggi mungkin, sejajar
dengan lipatan bagian depan dengan ukuran 1 cm dibawah jari tangan
b. Pengukuran pada subscapula:
- Ambil lipatan kulit dari arah diagonal sepanjang garis cleavage tepat di bawah scapula dengan
ukuran 1 cm dibawah jari tangan
c. Pengukuran pada mid-axilla:
- Ambillah lipatan kulit dari arah horizontal pada garis midaxillaris, tepat pada pertemuan
xiphisternal
d. Pengukuran pada suprailiaka:
- Ambillah lipatan kulit dari arah miring ke arah belakang garis mid-axillaris dan ke atas iliaka,
dengan ukuran 1 cm dibawah jari tangan
e. Pengukuran pada abdominal :
- Lipatan kulit diambil dengan arah horizontal 3 cm di samping tali pusat dan 1 cm ke pusat
umbilicus
f. Pengukuran pada triseps:
- Lipatan kulit diambil dengan arah vertical pada jarak antara penonjolan lateral dari prosessus
acronial dan batas inferior dari prosessus olecranon dan diukur pada bagian lateral lengan dengan
bahu bersudut 90° menggunakan pita pengukur. Titik tengah ditandai pada sisi samping lengan.
Pengukuran diambil 1 cm diatas tanda tersebut.
g. Pengukuran pada biseps:
- Lipatan kulit diambil dengan arah vertical diatas biseps brachii yang sejajar dengan triseps di
bagian belakang. Pengukuran dilakukan 1 cm dibawah jari.
h. Pengukuran pada paha:
- Lipatan kulit diambil dengan arah vertical pada tengah paha antara lipatan inguinal dan batas dari
patella. Pengukuran dilakukan 1 cm dibawah jari
i. Pengukuran pada betis :
- Lipatan kulit diambil dengan arah vertikal pada lingkaran betis yang paling lebar pada bagian tengah
dari betis dengan lutut bersudut 90°.
5. Mencuci tangan setelah pengukuran
6. Klien dirapikan, peralatan dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula
7. Mendokumentasikan prosedur
8. Menentukan nilai TLK klien dengan membandingkan hasil pengukuran dengan nilai standar yang
ada pada acuan
9. Menentukan status gizi klien

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Saat melakukan Prosedur Tindakan Pengukuran
Antropometri :
Pengukuran-pengukuran tersebut sebaiknya jangan dilakukan segera setelah subyek melakukan
latihan fisik atau perlombaan, mandi sauna, berenang atau mandi, selama latihan fisik, atau kondisi
yang menyebabkan hiperemia karena dapat meningkatkan ketebalan lipatan kulit. Selain itu
dehidrasi juga dapat menyebabkan peningkatan tebal lipatan kulit akibat perubahan turgidity kulit.
Diposting oleh slamet fadli di 08.49 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: kumpulan sop

Sabtu, 04 Maret 2017

SOP Pemasangan NGT (Naso Gastrik Tube)


DEFENISI PEMASANGAN NGT
Melakukan pemasangan selang (tube) dari rongga hidung ke lambung (gaster) menggunakan
tekhnik non steril (bersih).

TUJUAN PEMASANGAN NGT

1. Memasukkan makanan cair/obat-obatan, cair/padat yang dicairkan.


2. Mengeluarkan cairan/isi lambung dan gas yang ada dalam lambung (bilas lambung).
3. Mengirigasi karena perdarahan/keracunan dalam lambung.
4. Mencegah/mengurangi nausea dan vomiting setelah pembedahan atau trauma.
5. Mengambil spesimen dalam lambung untuk studi laboratorium.

PERSIAPAN ALAT

1. Selang NGT No.10,12,14,16,18 (tergantung kebutuhan)


2. Jelly
3. Spatel lidah
4. Handscoen bersih
5. Senter atau penlight
6. Catether tip ukuran 50cc
7. Plester / hypavix
8. Stetoskop
9. Tissue kering

PROSEDUR PEMASANGAN NGT (NASO GASTRIK TUBE)

1. Mendekatkan alat ke samping klien.


2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya.
3. Membantu klien pada posisi terlentang - semi fowler.
4. Mencuci tangan.
5. Periksa kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernapas melalui satu lubang hidung saat
lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, bersihkan mucus dan
sekresi dari hidung dengan kassa/lidi kapas. Periksa adanya infeksi.
6. Memakai sarung tangan bersih.
7. Buka kemasan selang NGT.
8. Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan cara menempatkan ujung selang
dari hidung klien ke ujung telinga atas lalu dilanjutkan sampai processus xipodeus.
9. Beri tanda pada selang yang telah diukur dengan plester.
10. Beri jelly pada NGT sepanjang 10-20 cm dari ujung selang tersebut.
11. Meminta klien untuk rileks dan bernapas normal. Masukkan selang perlahan sepanjang 5-
10cm. Meminta klien untuk menundukkan kepala (fleksi) sambil menelan.
12. Masukkan selang sampai batas yang ditandai.
13. Jangan memasukkan selang secara paksa bila ada tahanan.

a. Jika klien batuk, bersin, hentikan dahulu lalu ulangi lagi. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam.
b. Jika tetap ada tahanan, menarik selang perlahan-lahan dan masukkan ke hidung yang lain
kemudian masukkan kembali secara perlahan
c. Jika klien terlihat akan muntah, menarik tube dan menginspeksi tenggorokan lalu melanjutkan
memasukkan selang secara bertahap.
15. Mengecek kepatenan
a. Masukkan ujung pipa sampai dengan terendam dalam mangkok berisi air, klem dibuka jika
ternyata sonde masuk dalam lambung maka ditandai dengan tidak adanyagelembung udara yang
keluar.
b. Masukkan udara denga spuit 2-3 cc ke dalam lambung sambil mendengarkan dengan stetoskop.
Bila terdengar bunyi kemudian udara dikeluarkan kembali dengan menarik spuit.
16. Pasang spuit/corong pada pangkal pipa apabila sudah yakin pipa masuk lambung
1 17. Memfiksasi selang pada hidung dengan plester
18. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman
19. Merapikan dan membereskan alat
20. Melepas sarung tangan
2 21. Mencuci tangan

Tahap Terminasi Pada SOP Pemasangan NGT

1. Mengevaluasi respon klien


2. Dokumentasian tindakan dan hasil.

You might also like