Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 30

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
PRODI S1 PTE - FT

Skor Nilai:

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

NAMA MAHASISWA : DOLI SAPUTRA


NIM : 5161131011
DOSEN PENGAMPU : Dr.BAHARUDDIN S.T M.Pd
MATA KULIAH : PERENCANAAN PEMBELAJARAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
4 NOVEMBER 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah critical book
review tentang “perencanaan pembelajaran” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr.Baharuddin S.T
M.Pd Selaku Dosen mata kuliah perencanaan pembelajaran ini yang telah membimbing
dalam penyelesaian tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Medan,04 November 2017

Doli Saputra
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Pentingnya Critical book Review bagi mahasiswa yang baru belajar tentang
mengkritik buku agar lebih mengerti atau memahami apa isi buku yang dibacanya , dan
tidak hanya dibaca saja dan lupa begitu saja. Tugas ini juga berfungsi untuk mengajarkan
mahasiswa bagaimana caranya berpikir kritis.

B. Tujuan Penulisan
Alasan dibuatnya Critical book Review yaitu untuk
 Penyelesaian tugas : Critical book Review yang membandingkan
beberapa buku yang akan kita baca.
 Menambah : Pengetahuan dan wawasan mengenai bukul yang
akan dikritik.
 Meningkatkan : Ketelitian dan pemahaman dari buku yang kita
kritik dengan cara meneliti isi buku lalu
meringkas pembahasan jurnal tersebut.

 Menguatkan : Potensi ataupun keahlian dalam mengkritik isi


buku yang kita baca dan melakukan
perbandingan dengan buku yang lainnya.
C. Manfaat CBR
Manfaat sangat banyak terutama bagi mahasiswa, karena CBR tidak sembarangan
diciptakan. Semuanya pasti mempunyai arti tersendiri , seperti CBR ini. Manfaatnya tidak
bisa di sebutkan satu persatu, kita hanya akan membahas yang penting saja yaitu untuk
memahami dan mengerti isi buku.

 Identitas buku yang di review

1.Judul buku : Perencanaan Pembelajaran


2.Tahun terbit : Cetakan kesepuluh, oktober 2014
3.Pengarang buku : Prof.Dr H.Hamzah B.Uno,M.Pd
4.Penerbit :Jakarta: Bumi Aksara
5.Kota terbit :jakarta
6.Nomor ISBN :979-526-250-5
7.Alamat situs :_
 Buku pembanding
1.Judul buku : Perencanaan Pembelajaran
Mengembangkan standar kompetensi guru

2.Tahun terbit : Cetakan ke-1 s.d 4, tahun 2005-2008


3.Pengarang buku : Abdul Majid, S.Ag. M.Pd
4.Penerbit :PT Remaja Rosdakarya
5.Kota terbit :jakarta
6.Nomor ISBN :979-692-493-5
7.Alamat situs :_
BAB II
RINGKASAN BUKU
BAB I. KONSEP DASAR PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
A. Definisi Perencanaan
Perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan.
B. Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain)
sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
C. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan diatas, dimaksudkan agar dapat
dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi
sebagai berikut:
1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
Haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Itu dapat dijadikan titik awal
perbaikan kualitas pembrlajaran. Hal ini dimungkinkan karena dalam desain
pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan oleh guru atau dosen dalam mengajar telah
terancang dengan baik.
2. Untuk pembelajaran dirancang dengan Pendekatan sistem
Hal ini didasari bahwa dengan pendekatan sistem, akan memberikan peluang yang lebih
besar dalam mengintegrasikan semua variabel yang mempengaruhi belajar, termasuk
keterkaitan antarvariabel pengajaran yakni variabel kondisi pembelajaran, variabel
metode, dan variabel hasil pembelajaran.
3. Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang Belajar
Kualitas pembelajaran juga banyak tergantung pada bagaimana pembelajaran itu
dirancang. Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan pendekatan
perancangannya.
4. Desain Pembelajaran Diacukan Pada Siswa Perorangan
Seseorang belajar memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Tindakan atau perilaku
belajar dapat ditata atau dipengaruhi, tetapi tindakan atau perilaku belajar itu akan tetap
berjalan sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam hal ini jika perencanaan pembelajaran
tidak diacukan pada individu yang belajar seperti ini, maka besar kemungkinan bahwa
siswa yang lambat belajar akan makin tertinggal, dan yang cepat berpikir makin maju
pembelajar
5. Desain Pembelajaran Harus Diacukan Pada Tujuan
Perancangan pembelajaran perlu memilah hasil pembelajaran yang langsung dapat diukur
setelah melalui keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil pengiring.
6. Desain Pembelajaran Diarahkan pada Kemudahan Belajar
Dalam kondisi yang ditata dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan
peluang dicapainya hasil pembelajaran. Dengan desain pembelajaran, setiap kegiatan
yang dilakukan guru telah terencana, dan guru dapat dengan mudah melakukan kegiatan
pembelajaran. Jika hal ini dilakukan dengan bai, sudah tentu sasaran akhir dari
pembelajaran adalah terjadinya kemudahan belajar siswa dapat dicapai.
7. Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran
Desain pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang dirasa
turut mempengaruh belajar. Ada tiga variabel pembelajaran yang perlu perlu
dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran yakni, variabel kondisi, metode dan
variabel hasil pembelajaran.
8. Desain Pembelajaran Penetapan Metode untuk Mencapai Tujuan
Fokus utama perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, pentapan, dan
pengembangan variabel metode pembelajaran. Ada tiga prinsip yang perlu
dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajaran yakni, (1) tidak ada satu
metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, (2) metode
(strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten
pada hasil pembelajaran dan, (3) kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang
konsisten pada hasil pengajaran.
D. Prinsip-Prinsip Umum Tentang Mengajar
Prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengejar adalah sebagai berikut :
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam
mengajar.
5. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar.

E. Tipe-Tipe Balajar
Pada hakikatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupun mengajar.
1. Belajar Isyarat
Tipe belajar seperti ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Menurut Therndike
(1961) bntuk belajar seperti ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons
diberikan secara tidak sadar.
2. Belajar Stimulus-Respons (Stimulus Respons Learning)
Belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S-Rbond). Setiap respons dapat
diperkuat dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons.
3. Belajar Rangkaian
Semacam rangkaian antara berbagai S-R yang bersifat segera. Seperti gerakan dalam
mengikat sepatu, makan-minum-merokok.
4. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Tipe belajar ini mampu mengaitkan suatu yang bersifat verbalisme kepada sesuatu yang
sudah dimilikinya.
5. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian seperti membedakan
berbagai bentuk wajah, hewan, tumbuhan, dan lain-lain.
6. Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berfikir. Hal ini diperoleh dari hasil memuat tafsiran terhadap
fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta. Suatu konsep dapat
diklasifikasikan berdasarkan ciri tertentu. Misalnya konsep tentang manusia dll.
7. Belajar Aturan (Rule Learning)
Tipe belajar ini lebih meningkat dari tipe belajar konsep. Dalam belajar aturan seseorang
dianggap telah memiliki berbagai konsep yang dapat digunakan untuk mengemukakan
berbagai formula, hukum atau dalil.

BAB II. Pendekatan Sistem Dalam Kegiatan Pembelajaran


A. Pengertian Sistem
Pengertian sistem adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang
memperoleh masukan menjadi keluaran
A. Tujuan Sistem
Suatu sistem mempunyai tujua. Tujuan ini merupakan akhir dari apa yang dikehendaki oleh suatu
kegiatan. Seperti tujuan suatu lembaga pendidikan ialah memberikan pelayanan pendidikan kepada
yang membutuhkan, tujuan instruksional ialah agar siswa belajar mengalami perubahan perilaku
tertentu sesuai dengan tingkatan taksonomi yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
C.Fungsi-Fungsi Sistem
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagai fungsi yang beraktivitas. Misalnya
seorang manusia agar dapat hidup dan menunaikan tugasnya di dalam dirinya diperlukan adanya
fungsi koordinasi dan penggerak dan sebagainya.
D.Komponen-Komponen Sistem
Bagian-bagian yang merupakan komponen pelaksana fungsi dapat ditunjukan pada tabel berikut :
Nama Tujuan Fungsi-fungsi Pelaksana Fungsi
Instruksion Siswa belajar Riset Dosen, Peneliti
al
prilaku Rancangan Dosen, Ahli
tertentu yang Produksi Pengembangan
telah Seleksi Instruksional
ditetapkan Logistik Spesialis
Terlebih Pemanfaata Media Dosen
dahulu n Evaluasi Pustakawan,
Manajemen Teknisi
Organisasi Dosen
Manajemen Personil Dosen
Ketua Jurusan, Ketua
Lembaga,
Ketua UPP, Rektor, Ketua
Dekan

Komponen yang melakukan proses transformasi disebut subsiste, karena masing-masing bagian atau
komponen itu sesungguhnya adalah suatu sistem pula.
E.Interaksi Atau Saling Hubungan
Semua komponen dalam sistem pembelajaran haruslah saling berhubungan satu sama lain. Sebagai
misal dalam proes pembelajaran disajikan penyampaian pesan melalui media OHP, maka diperlukan
adanya aliran listrik untukmembantu memberikan sinar dalam jaringan OHP
F.Penggabungan Yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan
Dalam kaitan dengan kegiatan pembelajaran, para guru sebaiknya berusaha menjalin keterpaduan
antara sesama guru, antara guru dengan siswa, atau antara materi, guru, media, dan siswa.
G.Proses Transformasi
Proses kerja sistem ini secara sederhana dapat dilukiskan seperti berikut:
Hasil yang dikeluarkan oleh suatu sistem kepada sebuah atau beberapa sistem lainnya sebagai
masukan yang akan diproses lebih lanjut. Pemrosesan kedua akan menghasilkan sesuatu yang akan
dikeluarkan oleh sistem pemrosesan dan ditampung lagi oleh sistem lain lagi.
BAB III. TIGA VARIABEL PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan

Simon (1969), umpamanya telah mengklasifikasikan variabel-variabel pelajaran ini, yang


dikatakannya sebagai komponen utama dari ilmu merancang menjadi tiga yaitu (1) altenative goals or
requirement, (2) possibilities for action, (3) fixed parameters or constrains. Klasifikasi lain
dikemukakan oleh Glaser (1965, 1976) yang disebutnya empat components of a psychology of
instruction. Keempat komponen ini adalah sebagai berikut : analisis isi bidang studi, diagnosis
kemampuan awal siswa, proses pembelajaran, pengukuran hasil belajar.
B. Metode Pembelajaran
Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Strategi pengorganisasian
Metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran.
Strategi ini, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis yaitu strategi mikro dan strategi
makro.
2. Strategi penyampaian
Merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Fungsinya yaitu menyampaiakan isi pembelajaran kepada si belajar dan menyediakan
informasi atau bahan-bahan yang diperlukan siswa untuk menampilkan unjuk kerja
3. Strategi pengelolaan

C. Merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana


menata Kondisi Pembelajaran
Reigeluth dan Merril (1979) mengelompokan variabel kondisi pembelajaran menjadi tiga kelompok
yaitu :
1. Tujuan dan karakteristik bidang studi : pernyataan tentang hasil pembelajaran apa
yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum, sangat khusus atau di mana saja
dalam kontinu khusus.
2. Kendala dan karakteristik bidang studi : Aspek-aspek suatu bidang studi yang
dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam mendeskripsikan strategi
pembelajaran.
3. Karakteristik si belajar : Aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa seperti
bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimilikinya.
D. Hasil Pembelajaran
Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tig yaitu :
1. Keefektifan : keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat
pencapaian si belajar.
2. Efisiensi : biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu
yang dipakai si belajar dan/atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.
3. Daya tarik : biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap
belajar, kemudian erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi, di mana
kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya.
E. Kondisi Pembelajaran
Reigeluth dan Merril (1979) mengelompokan variabel kondisi pembelajaran menjadi tiga kelompok
yaitu :
1. Tujuan dan karakteristik bidang studi : pernyataan tentang hasil pembelajaran apa
yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum, sangat khusus atau di mana saja
dalam kontinu khusus.
2. Kendala dan karakteristik bidang studi : Aspek-aspek suatu bidang studi yang
dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam mendeskripsikan strategi
pembelajaran.
3. Karakteristik si belajar : Aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa seperti
bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimilikinya.
F. Hasil Pembelajaran
Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tig yaitu :
1. Keefektifan : keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat
pencapaian si belajar.
2. Efisiensi : biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu
yang dipakai si belajar dan/atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.
3. Daya tarik : biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap
belajar, kemudian erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi, di mana
kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya.

BAB IV. SEPULUH LANGKAH MENDESAIN PEMBELAJARAN MENURUT


DICK AND CARREY
A. Pendahuluan
Sebagai seorang tenaga pengajar (guru), aktivitas kegiatannya tidak dapat dilepaskan dengan proses
pengajaran. Sementara proses pengajaran merupakan suatu proses yang sistematis, yang tiap
komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik.
B. Desain Pembelajaran Menurut Dick And Carrey
Salah satu model dalam mengorganisir pengajaran, menurut Dick and Carrey (1985) dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran
Dick and Carrey (1985) menjelaskan bahwa tujuan pengajaran adalah untuk menentukan
apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Keuntungan tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara spesifik dan jelas diantara lain:

a. Siswa untuk dapat mengatur waktu, dan pemusatan perhatian pada tujuan yang
ingin dicapai.
b. Guru untuk dapat mengatur kegiatan instruksionalnya, metodenya, dan strategi
untuk mencapai tujuan tersebut.
c. Evaluator untuk dapat menyusun tes sesuai dengan apa yang harus dicapai
oleh anak didik.
2. Melaksanakan analisis pengajaran
Dengan hal ini akan diidentifikasikan keterampilan-keterampilan bawahan. Jadi hal ini
dalam keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku prasyarat, sebagai perilaku
yang menurut urutan gerak fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut proses
psikologis muncul lebih dahulu atau secara kronologis terjadi lebih awal, sehingga
analisis ini merupakan acuan dasar dalam melanjutkan langkah-langkah desain
berikutnya.
3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik mahasiswa sangat perlu
dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai
petunjuk dalam menmpreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran.

4. Merumuskan tujuan performansi


Menurut Dick an Carrey (1985) menyatakan bahwa tujuan performansi terdiri atas :
1. Tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan, atau diperbuat
oleh anak didik.
2. Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat,
yang ahadir pada waktu anak didik berbuat.
3. Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak
didik yang dimaksudkan pada tujuan.
5. Mengembangkan butir-butir es acuan patokan
Tes acuan patokan terdiri atas soal-soal secara langsung mengukur istilah patokan yang
dideskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus. Istilah patokan (criterion)
digunakan karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakan
penampilan siswa dalam tujuan keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah
siswa telah mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan atau belum, tes acuan patokan
disebut juga tes acuan tujuan.
6. Mengembangkan strategi pengajaran
Komponen strategi pembelajaran terdiri atas:

a. Kegiatan prapembelajaran : kegiatan ini sangat penting untuk memotivasi anak


didik atau (mahasiswa) untuk mempelajari mata kuliah perencanaan
pembelajaran.
b. Penyajian informasi : karena dengan adanya penyajian informasi, anak didik
(siswa atau mahasiswa) akan tahu seberapa jauh material pembelajaran yang
harus mereka pelajari, disajikan sesuai dengan urutannya, keterlibatan mereka
dalam setiap urutan pembelajaran.
c. Peran serta mahasiswa : Anak didik (siswa atau mahasiswa) harus diberi
kesempatan (terlibat) dalam setiap langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran, apakah itu dalam tanya jawab atau mengerjakan soal-soal
latihan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
d. Pengetesan : Untuk keperlaun pengetesan ada 4 macam tes acuan patokan
yang dapat digunakan , yaitu : tes tingkah laku masukan, prates, tes sisipan,
pascates.
e.Kegiatan tindak lanjut : kegiatan tindak lanjut dilakukan karena rancangan
pembelajaran dalam mata kuliah atau mata pelajaran tertentu dapat dikuasi
seluruhnya oleh anak didik (siswaatau mahasiswa) diukur pada penguasaan pascates

7. Mengembangkan dan memilih materiiial pengajaran


Dick and Carrey (1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar
untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1. Pengajar merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap
pembelajaran dimasukkan ke dalam bahan, kecuali prates dan pascates.
2. Pengajaran memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi
pembelajaran.
3. Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pelajaran
menurut strategi pembelajarannya yang telah disusunnya.
Keuntungan strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan
memperbarui pembelajaran bila terjadi perubahan isi. Kerugiannya adalah sebagian besar
waktu tersita untuk menyampaikan informasi, sehingga sedikit sekali waktu untuk
membantu anak didik (mahasiswa).
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif dilakukan karena evaluasi ini adalah
salah satu langkah dalam mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi untuk
mengumpulkan data untuk perbaikan pembelajaran.
9. Merevisi bahan pembelajaran

Hal ini dilakukan karena untuk menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih
menarik, efektif bila digunakan dalam keperluan pembelajaran, sehingga memudahkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif
Hal ini dilakukan karena melalui evaluasi sumatif dapat ditetapkan atau diberikan nilai
apakah suatu desain pembelajaran, di mana dasar keputusan penilaian didasarkan pada
keefektifan dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB V. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan
pembelajaran. Sebagai segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut
B. Arti Tujuan Pembelajaran
Banyak pengertian dari para ahli salah satunya menurut Robert F. Mager (1962) pengertian tujuan
pemebelajaran sebagai perialaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada
kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.

C. Taksonomi Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi. Benyamin
S. Bloom dan D. Krathwohl (1964) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan, yakni:
1. Kognitif : kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses
mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ketingkat yang lebih tinggi
yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri atas 6 tingkatan : tingkat pengetahuan,
tingkat pemahaman, tingkat penerapan, tingkat analisis, tingkat sintesis, tingkat
evaluasi.
2. Afektif : suatu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi
(penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini adal lima dari
yang sederhana sampai ke yang kompleks adalah sebagai berikut : kemauan
menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, ketekunan dan
ketelitian.
Psikomotor : domain psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. Urutan tingkatan dari yang
paling sederhana sampai ke yang paling kompleks (tertinggi) adalah : persepsi,
kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme, respon terbimbing, kemahiran,
adaptasi,originasi.

D. Format Untuk Menulis Tujuan Pembelajaran


Untuk menulis tujuan pembelajaran, tata bahasa merupakan unsur yang perlu diperhatikan. Sebab dari
tujuan pembelajaran tersebut dapat dilihat konsep atau proses berfikir seseorang dalam menuangkan
ide-idenya.

BAB 6. STRATEGI PEMBELAJARAN


A. Sekilas Tentang Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Ada
tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni (1) strategi pengorganisasian
pembelajaran, (2) strategi penyampaian pembelajaran, (3) strategi pengelolaan pembelajaran.
B. Strategi Pengorganisasian Pengajaran
Strategi mengorganisasi isi pengajaran disebut oleh Reigeluth, Bunderson, dan Merrill (1977) sebagai
struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep,
prosedur dan prinsip yang berkaitan. Pengorganisasian pengajaran secara khusus, merupakan fase
yang amat penting dalam rancangan pengajaran.

BAB 7. DESAIN PESAN DAN KARAKTERISTIK SISWA DALAM PEMBELAJARAN


A. Konsep Desain dalam Teknologi Pembelajaran
Teknlogi pembelajaran adalah penerapan secara sistemik dan sistematik strategi dan teknik yang
diambil dari konsep ilmu perilaku dan ilmu yang bersifat fisik serta pengetahuan lain untuk keperluan
pemecahan masalah pembelajaran.
B. Desain Pesan dalam Penelitian Teknologi Pendidikan
Dalam kawasan teknologi pendidikan terdapat lima kawasan yang menjadi bidang garapan penelitian
diantaranya (1) design, (2) development, (3) utilization, (4) management, (5) evaluation. Salah satu
dari unsur desain adalah desain pesan.
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan oleh komponen lain dapat berupa ide, fakta, makna
dan data.
C. Karakteristik Isi Pesan
Pesan dalam media massa diupayakan agar khalayak akan tertarik apabila pesan mengandung unsur-
unsur sebagai berikut :
1. Novelty (sesuatu yang baru), pendengar akan tertarik apabila yang disajikan
sesuatu yang baru.

2. Kedekatan (proximity), pendengar akan lebih tertarik apabila yang disajikan suatu
peristiwa yang dekat secara fisik dengan pengalamannya.
3. Popularitas, pemberitaan seorang tokoh yang populer akan mempunyai daya tarik
tersendiri.
4. Pertentangan (conflict), sesuatu yang mengungkapkan pertentangan.
5. Komedi (humor), hal-hal yang lucu dan menyenangkan akan lebih menarik untuk
didengar sehingga tidak membosankan.
6. Keindahan, menyenangi keindahan dan kecantikan adalah salah satu sifat manusia.
7. Emosi, sesuatu yang membangkitkan emosi dan menyentuh perasaan yang
merupakan daya tarik tersendiri dalam pengemasan suatu pesan
8. Nostalgia, hal-hal yang mengungkapkan pengalaman di masa lalu.
9. Human interest, pada dasarnya akan menyukai tentang cerita yang menyangkut
kehidupan orang lain (sendjaja:1993)
D. Struktur Pesan
Struktur pesan mengacu pada bagaimana mengorganisasi elemen-elemen pokok dalam sebuah pesan,
yaitu :
1. sisi pesan, terdiri atas dua bentuk penyusunan yaitu satu sisi dan dua sisi.
2. urutan penyajian,berbentuk climax versus anticlimax order dan recency and primacy
model.
3. penarikan kesimpulan, membuat suatu kesimpulan dapat secara merata langsung
dan jelas (explisit) atau secara tidak langsung (implisit).
E. Daya Tarik Pesan
Daya tarik pesan berkaitan dengan teknik penampilan dalam penyusunan suatu pesan, ide yang
meliputi fear (threat) appeals, emotional appeals, rational appeals dan humor appeals.
F. Beberapa Teori Pembelajaran Visual
Riset yang dilaukukan (Knolton, 1966; Levie & Dickie, 1973; Reiber, 1994; dan Winn, 1987) telah
membuktikan bahwa paling sedikit ada empat riset mengenai ilustrasi yang meliputi : (1) persepsi
gambar, (2) memori atau gambar, (3) pembelajaran dan kognisi, (4) respon yang efektif terhadap
gamabar.
G. Model Memori
Bukti-bukti memperlihatkan bahwa pada umumnya memori gambar lebih baik dari pada memori kata.
Hal ini sesuai dengan efek superioritas gambar (picture superiority effect). Paling tidak ada tiga teori
yang dapat menggambarkan picture superiority effect, yaitu (1) model kode gambar, (2) model kode
tunggal, dan (3) model semantik sensorik

A. Gambar Statis dan Pemerolehan Pengetahuan


Ilustrasi gambar statis dapat bertindak sebagai fasilitas pemerolehan pengetahuan bilamana disajikan
bersamaan dengan teks materi. Akan tetapi gambar tadi tidak akan bisa menjawab semua situasi
belajar.
B. Tinjauan Karakteristik Siswa dalam Penelitian Teknologi Pendidikan
Untuk menganalisis desain pesan dan karakteristik siswa sebagai bidang garapan dalam penelitian
teknologi pendidikan Reigeluth dan Merril (1987) mengklasifikasikan variabel pengajaran. Ketiga
variabel tersebut yaitu

Tujuan & karaketristik Kendala & karaketristik karaketristik


Bidang studi Bidang studi Siswa

Strategi Strategi Penyampaian Strategi Pengelolaan


pengorganisasian Pengajaran Pengajaran
pengajaran

Keefektifan, Efisiensi, dan Daya Tarik Pengajaran

Berdasarkan diagram variabel pengajaran di atas, karakteristik siswa berada pada

variabel kondisi pengajaran, sedangkan desain pesan berada dalam variabel strategis penyampaian
pengajaran yang penjelasannya di bawah ini.

A. Karakteristik Siswa
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi
pengajaran. Variabel ini didefinisikan sebagai aspek atau kualitas perseorangan siswa. Aspek-aspek
ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir dan
kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya. Karakteristik siswa akan amat berpengaruh
dalam pemilihan strategi peneglolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran,
khususnya komponen-komponen strategi pengajaran agar sesuai dengan karakteristik peeerseorangan
siswa.
B. Aliran Behaviorisme Kaitannya dengan Karakteristik Siswa
Aliran perilaku stimulus dan respons (S-R) adalah suau aliran perilaku yang menekankan antecendent
sebagai penyebab dari prilaku yang umumnya disebut metodologi aliran perilaku (Skiner, 1974).
A. Analisis Tugas dan Tujuan Perilaku
Riset dalam tujuan perilaku dimasukkan ke dalam 4 kategori :
1. Pengaruh dari pengetahuan murid tentang tujuan perilaku pada cara belajar;
2. Pengaruh dari tuuan yang spesifik dengan tujuan yang umum pada belajar;
3. Pengaruh pada belajar murid dari penguasaan materi dari guru dan penggunaan
dari suatu tujuan;
4. Pengaruh pada penguasaan murid dari tujuan-tujuan perilaku tentang efisiensi.
B. Desain Saat ini dan Model Penyampaian
Tiga desain perilaku/ model penyampaian akan jelas melalui cara-cara:
1. PSI (Personalized System of Instruction)
Sistem ini sama seperti instruksi terprogram, menggunakan ajaran dari aliran perilaku dan
penguasaan cara belajar. PSI mempunyai 5 (lima) karakteristik, yaitu : menggunakan
instruktur atau pengajar, penguasaan materi pelajaran, menyusun sendiri kecepatan
belajarnya, guru sebagai motivator, menggunakan kata-kata tertulis.
2. Precision Teaching (Ketepatan Mengajar)
Suatu metode yang lebih menekankan monitoring kegiatan belajar di dalam kelas,
dibanding dengan menciptakan program yang didasarkan pada temuan-temuan di
laboratorium. Ketepatan mengajar telah menciptakan temuan-temuan praktis dari potensi
penggunaan pada teknologi pendidikan, seperti contoh seorang guru yang tetap secara
konsisten bahwa murid-murid yang diberikan tugas yang lebih sulit (menghasilkan tingkat
kesalahan yang lebih tinggi) dan lebih cepatnya tingkat untuk belajar kembali.
3. Direction Instruction (Pembelajaran Langsung)
Dalam mendesain pembelajaran agar belajar dapat lebih dimengerti diperlukan tiga analisis, yaitu
analisis perilaku, analisis komunikasi, dan analisis sistem ilmu pengetahuan. Analisis perilaku
berkaitan dengan bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku. Analisis komunikasi mencoba
mencari prinsip-prinsip untuk mendesain secara logis dari rangkaian mengajar efektif. Analisis dari
sistem pengetahuan berfokus pada organisasi yang logis atau kualifikasi dari pengetahuan dimana
keahlian dan konsep yang sama dapat diajarkan dengan cara yang sama.

BAB 8. PERLUNYA MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR EMOSIONAL ANAK


DALAM MERANCANG PEMBELAJARAN
A. Konsep Dasar Emosional
Kecerdasan emosional adalah suatu cara baru untuk membesarkan anak. Mempelajari perkembangan
kepribadian anak intelligence quotient (IQ) merupakan salah satu alat yang banyak digunakan untuk
mengetahuinya. Namun belakangan berkembang suatu alat yang disebut emotional quotient (EQ)
yang oleh pakar dianggap sebagai salah satu alat yang baik untuk mengukur kecerdasan emosional
anak. Menurut Lawrence Shapiro (1997) kecerdasan emosional anak dapat dilihat pada keuletan,
optimisme, motivasi diri, antusiasme.
B. EQ Versus IQ
Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya
berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Idealnya,
seseorang dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan sosial dan emosional,
sebagaimana ditunjukan oleh negarawan besar dunia.
C. Anatomi Saraf Emosi
Para ilmuwan sering membicarakan bagian otak yang digunakan untuk berfikir, yaitu korteks.
Kadang-kadang disebut neokorteks sebagai bagian yang berbeda dari bagian otak yang mengurusi
emosi yakni sistem limbik tetapi sesungguhnya hubungan antara kedua bagian inilah yang
menentukan kecerdasan emosional seseorang. Menurut Lawrence otak manusia dapat digoongkan
dalam dua fungsi, yaitu (a) otak logika dan (b) otak emosi. Kedua otak tersebut menjalankan fungsi
yang berbeda dalam menentukan perilaku kita, namun keduanya saling bergantung.
D. Menjadi Orang Tua Ber-EQ Tinggi
Para peneliti yang mempelajari reaksi orang tua terhadap anak-anaknya menemukan bahwa ada tiga
gaya yang umum bagaimana orang tua menjalankan peranannya sebagai orang tua, yakn otoriter,
permisif, dan otoritatif. Penelitian menyatakan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang
menerpakan keotoriteran dan pengawasan ketat tidak memperhatikanpola yang berhasil. Mereka
cenderung tidak bahagia, penyendiri, dan sulit mempercayai orang lain. Sebaliknya orang tua
permisif, berusaha menerima dan mendidik sebaik mungkin, tapi cenderung sangat pasif ketika
sampai ke masalah penetapan batas-batas atau menanggapi ketidakpatuhan.
Orang tua otoritatif, berusaha menyeimbangkan antara batas-batas yang jelas dan lingkungan rumah
yang baik untuk tumbuh, menghargai kemandirian anak-anaknya tetapi menuntut
mereka memenuhi standar tanggung jawab yang tinggi kepada keluarga, teman dan masyarakat.
E. Emosi dan Segi Moral
Willian Damon, seorang profesor Amerika dalam perkembangan moral anak-anak dan remaja
menyatakan anak-anak harus mendapatkan keterampilan emosional sebagai berikut:
1. Mereka harus mengikuti dan memahami perbedaan antara perilaku yang baik dan
buruk serta mengembangkan kebiasaan dalam hal perbuatan yang konsisten dengan
sesuatu yang dianggap baik.
2. Mereka harus mengembangkan kepedulian, perhatian dan rasa tanggung jawab atas
kesejahteraan dan hak-hak orang lain, yang diungkapkan melalui sikap peduli,
dermawan, ramah, dan pemaaf.
3. Mereka harus merasakan reaksi emosi negatif seperti malu, bersalah marah, takut,
dan rendah diri bila melanggar aturan moral.
Menurut William Damon, perkembangan moral anak tidak dapat dipisahkan dengan emosi
seseorang.
F. Empati dan Kepedulian kepada Anak
Salah satu unsur dari emosional adalah empati. Empati merupakan suatu sikap kepribadian seseorang
dimana seseorang mampu menempatkan diri dalam posisi orang lain. Para psikolog pengembangan
menegaskan bahwa seseungguhnya ada dua komponen empati, yaitu : (1) reaksi emosi pada orang
lain yang normalnya berkembang dalam enam tahun pertama kehidupan anak-anak, dan (2) reaksi
kognitif yang sampai sejauh mana anak-anak dari sudut pandang atau perspektif orang lain.
G. Mengembangkan Empati dan Kepedulian
Para psikolog perkembangan menegaskan bahwa sesungguhnya ada dua komponen empati : reaksi
emosi kepada orang lain yang normalnya berkembang dalam enam tahun pertam kehidupan anak dan
reaksi kognitif yang menentukan sampai sejauh mana anak-anak ketika sudah leih besar mampu
memandang sesuatu dari sudut pandang atau perspektif orang lain.
H. Keterampilan EQ yang Harus Diingat
Hal yang perlu diingat dalam EQ dalam hal ini adalah (1) ajarkan nilai kejujuran kepada anak sejak
mereka masih muda dan konsisten dengan pesan anda waktu usia mereka bertambah.
(2) anda dapat menjadikan kejujuran dan etika sebagai bahan perbincangan sejak anak masuk sangat
mudah dengan memilihkan buku-buku dan video untuk dinikmati bersama anak, memainkan
permainan kepercayaan, dan memahami berubahnya kebutuhan anak atas privasi.
I. Emosi Moral Negatif: Rasa Malu dan Rasa Bersalah
Malu didefinisikan sebagai salah satu bentuk rasa rendah diri, ekstrem yang terjadi ketika anak-anak
merasa gagal memenuhi harapan orang lain dalam bertindak. Membuat anak merasa malu akan
perbuatan anti sosialnya merupakan cara manjur untuk mengubah perilaku ini. emosi negatif rasa
malu dan rasa bersalah dapat dimanfaatkan secara konstruktif untuk membentuk perilaku moral anak.
1. Memanfaatkan rasa malu
a. Upaya mempermalukan harus diberikan apabila seorang anak tidak memiliki reaksi
emosi setelah melakukan sesuatu yang seharusnya membuatnya malu.
b. Upaya mempermalukan harus dipertimbangkan sebagai strategi perubahan perilaku
yang sah apabila cara pendisiplinan yang lebih lunak dianggap gagal.
2. Berfikir Realistis
3. Keuntungan Optimisme
4. Mengubah Kelakuan Anak dengan Mengubah Pola Pikir Mereka
5. Mendefinisikan Masalah Sebagai “Musuh”
6. Membuat Kerangka Baru Suatu Masalah dan Menuliskannya
J. Aplikasi Pertimbangan Faktor Emosional Anak dalam Perencanaan
Pembelajaran Emotional Qoutient (EQ) merupakan faktor penting dalam
perkembangan intelektual anak, hal ini sejalan dengan pandangan Semiawan bahwa
stimulasi intelektual sangat dipengaruhi oleh keterlibatan emosional, bahkan emosi
juga sangat menentukan perkembangan intelektual anak secara bertahap artinya secar
timbal balik faktor kognitif juga terlibat dalam perkembangan emosional. Dengan
demikian, antara IQ dan EQ tidak dapat dipisahkan perannya satu sama lain.
K. Aplikasi Emosi dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari faktor emosi anak dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
mencerdaskan anak di lingkungan keluarga. Beberapa hal yang terkait dengan ini dijelaskan sebagai
berikut.
1. Proses emosi dapat dijelaskan dari proses fisiologik, yaitu terjadinya emosi
ditandai oleh adanya perubahan dalam diri (visceral change).
2. Perubahan dalam refleks kulit galvanis-RKG (galvanis skin refleks-GSR), sirkulasi
(termasuk di dalamnya perubahan tekanan darah, perubahan kimiawi dan
distribusinya).
3. Kondisi bangkitnya (arousal state) emosi dan motivasi sangat mirip satu sama lain.
4. Takut dan marah misalnya, merupakan akibat dan proses fisiologikal yang
berbeda. Impilkasi Emosi
Penjelasan proses emsi yang secara umum dan ringkas dapat dipetik sebuah implikasi bahwa dengan
diketahuinya emosi dan sebab-sebabnya, akan dapat diambil manfaat atau kegunaan, baik untukn
keperluan penelitian dan pengembangan ilmu maupun untuk keperluan praktis

BAB 9. MERANCANG EVALUASI HASIL BELAJAR


A. Pendahuluan
Sering kali dalam proses belajar mengajar (PBM) itu aspek evaluasi hasil belajar ini diabaikan. Dalam
membuat soal ujian atau evaluasi hasil belajar, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Memberikan ukuran yang dipakai : seperti bagaimana mengukur, menilai dan
mengevaluasi.
2. Mendiskusikan tentang fungsi penilaian untuk memperoleh pemahaman tentang
hal-hal apasaja yang dapat dinilai melalui ujian.
3. Melaksanakan standar penilaian ujian. Ini berarti melakukan penilaian yang baik,
dibutuhkan mutu ujian yang baik pula.
4. Merancang soal-soal ujian dalam struktur soal sedemikian rupa sehingga jumlah
maupun derajat kesukaran soal tetap relevan.
B. Pengukuran, Penilaian, dan Pengevaluasian Hasil Belajar
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif. Menilai
adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran subjektif dan bersifat kualitatif.
Mengevaluasi adalah proses mengukur dan memulai.
C. Fungsi Ujian sebagai Instrumen Evaluasi
Ujian mempunyai tiga fungsi, yaitu mengukur, menilai dan mengevaluasi karena macam ujian
tergantung pada objek pengajaran apa yang akan dievaluasi. Suatu ujian dikatakan bermutu baik
apabila ujian tersebut :
a. Menguji apa yang hendak diuji, rancangan ujian harus relevan dengan fungsi
evaluasi mana yang diinginkan.
b. Terdiri atas serangkaian soal ujian yang baik, Soal yang baik adalah soal yang
berkualitas baik, yaitu soal yang valid, relevan, spesifik, representatif, dan
seimbang.
D. Struktur Sosial Ujian
Di dalam ujian seyogianya semua pokok bahasan harus terwakili dalam ujian sehingga ujian tersebut
dapat dikatakan ujian yang representatif. Hakikatnya didasarkan pada materi perkuliahan dan buku
bacaan wajib serta sejumlah handout yang diberikan. Materi perkuliahan
yang sifatnya must know (harus diketahui) merupakan materi terpenting dan karenanya harus
ditanyakan paling banyak dalam ujian. Suatu ujian dikatakan seimbang apabila pokok bahasan
terpenting juga ditanyakan paling banyak. Selain itu, suatu ujian akan dikatakan bermutu apabila ujian
tersebut terdiri atas serangkaian soal yanga telah diorganisasikan dalam suatu struktur soal sedemikian
rupa sehingga rangkaian soal itu akan menunjukan representatif, seimbang dan relevansi dengan
sasaran belajar sekaligus. Tanpa struktur soal, rangkaian soal itu akan tidak terorganisasi.
E. Kriteria Evaluasi
Untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan individual mahasiswa dibutuhkan beberapa syarat.
Pertama soal ujian harus dibuat secara spesifik. Kedua, penilaian dilakukan secara dikotomi artinya
bobot yang diberikan sebagai penghargaan kepada mahasiswa untuk setiap soal yang yang dikerjakan
harus ekstrem mendekati. Ada dua acuan penilaian dalam pengambilan keputusan :
a. Penilaian acuan patokan (PAP)
b. Penilaian acuan norma (PAN)
F. Beberapa Konsep yang Berkaitan dengan Evaluasi
- Validitas Instrumen, hakikatnya adalah berhubungan dengan sejauh mana suatu
alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat
tersebut. Jenis validitas ada 4 (empat) macam, yaitu (a) validitas logis meliputi
validitas isi, validitas konstruksi, (b) validitas empiris meliputi, validitas ada
sekarang, validitas prediksi.
- Reabilitas Instrumen, hakikatnya berhubungan dengan masalah kepercayaan.
Maksudnya suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepecayaan yang
tinggi jika dapat memberikan hasil yang tetap.

BAB 10. MERANCANG KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. Perlunya Penyiapan Rancangan Kegiatan Pembelajaran (RKP)
Rancanangan kegiatan pembelajaran (RKP) adalah seperangkat tulisan yang berisi rencana
pembelajaran dan praktikum dari dosen atau tenaga pengajar dalam memberikan kuliah dan/atau
praktikum. Dalam menbuat RKP perlu ditampilkan atau disiapkan tujuan pembelajaran yang jelas dan
dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat.
B. Bagaimana Menyusun Rancangan Kegiatan Pembelajaran
Paling tidak ada sepuluh langkah yang dilalui dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran. Beberapa
yang dapat dijadikan acuan misalnya apa yang pernah ditulis oleh Atwi Suparman
(1993), Toeti Soekamto, dkk. (1993), dan Asmawi Zainul, dkk. (1993). Namun secara singkat
digambarkan sebagai berikut:
1. Pentingnya Dosen Mencari Informasi Sebanyak-banyaknya
Apabila dosen ingin menyiapkan bahan perkuliahan, ia harus selalu ingat pada tiga hal
penting berikut .
a. Bahan ajar apa yang akan diberikan kepada mahasiswanya.
b. Apa yang diinginkan dosen dalam memberikan kuliah dan apa pula yang harus
dikerjakan mahasiswa dalam kaitannya dengan kuliah tersebut.
c. Sejauh mana mahasiswa mengetahui materi kuliah yang diberikan dosen.
2. Menuliskan Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan
Pkok bahasan (PB) itu berupa materi pokok kuliah yang akan diberikan dalan kuliah atau
praktikum. Setiap pokok bahasan terdiri atas subpokok bahasan. Banyaknya pokok
bahasan setiap mata kuliah akan berbeda satu sama lain dan setiap subpokok bahasan
terdiri atas satu atau lebih dari sasaran belajar (Sasbel).
3. Merumuskan TIU untuk Tiap Pokok Bahasan
Perlu dibedakan antara TIU untuk mata kuliah dan TIU untum setiap pokok bahasan.
Fungsi TIU adalah :
a. Sebagai dasar untuk menyusun Sasbel;
b. Sebagai dasar untuk menjelaskan tujuan mata kuliah secara ringkas;
c. Untuk menjelaskan kedudukan mata kuliah di dalam kurikulum;
d. Untuk menentukan kegiatan mengajar.
Adapun sifat dari TIU adalah sebagai berikut :
1). Luas dan Umum. Jangan menuliskan TIU secara spesifik
2). Jumlahnya sedikit saja. Misalnya setiap Pokok Bahasan hanya ada satu atau dua.
3). Penulisan TIU untuk kepentingan dosen dalam mengarahkan kuliah yang
dibimbingnya.
4). Rumusan TIU dapat berorientasi pada dosen (perilaku memberikan kuliah)
dan mahasiswa (perilaku mahasiswa dalam belajar).
4. Menyusun Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan dalam Skema Hubungan

5. Menentukan Frekuensi Kuliah untuk Setiap Pokok Bahasan


Karena tiap mata kuliah mempunyai bobot yang berbeda misalnya 4sks, 3sks, dan 2sks,
maka tiap mata kuliah mempunyai Pokok Bahasan yang berbeda pula satu sama yang
lain. Karena Pokok Bahasan untuk setiap mata kuliah berbeda, maka frekuensi kuliah
setiap Pokok Bahasan untuk setiap mata kuliah juga berbeda.
6. Merumuskan Sasaran Belajar
Sebenarnya inti dari kegiatan perkuliahan, terletak pada sasaran belajar (Sasbel). Oleh
karena itu, penyusunan Sasbel harus benar. Untuk itu penulisan Sasbel sebaiknya harus :
a. Terperinci;
b. Sesuai dengan perilaku mahasiswa (dan terukur);
c. Diberiakan sesuai dengan waktu yang ditentukan;
d. Sesuai dengan hasil minimal yang ingin dicapai;
e. Sesuai dengan sarana yang ada.
7. Membuat Matriks Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP)
Matriks RKP berisi seperangkat informasi yang menjelaskan secara rinci hubungan
antara Pokok Bahasan, Subpokok Bahasan, Sasbel, Bentuk Pengajaran Media
Pengajaran, Tugas Terstruktur, waktu tatap muka yang diperlukan dan Pustaka.
Untuk penulisan matriks ini sudah relatif baku, yaitu mulai dari :
a. Nomor urut
b. Pokok Bahasan
c. Subpokok Bahasan
d. Sasbel
e. Bentuk Pengajaran
f. Media Pengajaran
g. Waktu yang diperlukan setiap tatap muka dalam menjelaskan
h. Pokok Bahasan tersebut
i. Penulisan Pustaka (buku wajib atau pendukung “Readers”)
8. Menentukan Ujian dan Bobot Soal
Seperti diketahui, biasanya dalam satu semester itu terdiri atas 14 kali tatap muka
(termasuk penyelesaian tugas terstruktur), yang pada umumnya terdiri atas:
a. Satu kali midtest; dan
b. Satu kali ujian akhir semester, sehingga terjadi 16 kegiatan per semester.
Pembobotannya juga berbeda antara midtest, Ujian Akhir Semester (UAS) dan
Tugas Terstruktur. Sebagai contoh seorang dosen membagi bobot soalnya sebagai
berikut :
1). Ada 3 tugas terstruktur masing-masing diberi bobot 10% sehingga berjumlah
30%;
2). Midtest dengan bobot 20%;
3). UAS diberi nilai bobot 50%; sehingga secara keseluruha akan diperoleh
penilaian 100%.
9. Menyusun Pedoman Perkuliahan dan RKP
Untuk menyusun suatu pedoman perkuliahan, sangat baik diadakan diskusi terlebih
dahulu dengan teman-teman untuk selalu merevisi isi dan format RKP yang telah dibuat.
Selanjutnya ditetapkan Pedoman Perkuliahan. Jika sudah dioperasionalkan
pelaksanaannya dan mengalami hambatan, maka secepatnya diadakan revisi.
10. Menyerahkan Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP)
Rencana Perkuliahan biasanya hanya bersifat tentatif, artinya pembuatan RKP tersebut adalah bersifat
sementara yang menuntut perbaikan dan penyempurnaan. Meskipun demikian jika telah selesai dibuat
yang bersifat tentatif, segera diserahkan ke bagian akademik, ke jurusan dan lainnyamenjadi pegangan
kita sebagai dosen

BAB 11. PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DALAM


PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan suatu paradigma baru dalam sistem pembaruan
kurikulum pendidikan di sekolah. Munculnya kurikulum berbasis kompetensi didasari oleh lemahnya
kemampuan lulusan sekolah formal sekarang ini dalam arti lulusan sekolah kurang memiliki
kemampuan taksonomi yan diharapkan baik secara kognitif, afektif, maupun secara psikomotorik.
B. Esensi KBK
KBK yang telah diberlakukan pada tahun pelajaran 2003/2004 di dalamnya telah melaksanakan suatu
sistem pembelajaran yang (mungkin) asing bagi guru yang terbiasa menggunakan sistem klasikal.
Dengan KBK guru dituntut untuk membuktikan keprofesionalanny, mereka dituntut untuk dapat
menyusun dan membuat rencana pembelajaran yang berdasarkan kemampuan dasar apa yang dapat
digali dan dikembangkan oleh peserta didik.
C. Kompetensi yang Diharapkan dalam Pembelajaran
Kompetensi yang diharapkan akan muncul dan dikembangkan dari peserta didik melalui kurikulum
berbasis kompetensi, secara garis besar perlu kita ingatkan kompetensi pada jenjang pendidikan
sebelumnya sebagai berikut:

1. Tamatan Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, dan sederajat diharapkan memiliki


kompetensi :
a. Mengenal dan berperilaku sesuai dengan ajaran agamanya;
b. Mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, belajar dan beraktivitas
sehari-hari, serta peduli terhadap lingkungan;
c. Berfikir logis, kritis, dan kreatif serta berkomunikasi terutama dengan kelompok
sebaya.
d. Membiasakan hidup bersih, bugar, dan sehat;
e. Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air.
2. Tamatan Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah, dan sederajat
diharapkan memiliki kompetensi :
a. Meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran agama yang dianut dalam
kehidupan;
b. Memahami dan menjalankan hak dan kewajiban untuk belajar dan
mempersiapkan karier;
c. Berfikir logis, kritis, kreatif inovatif, memecahkan masalah, serta berkomunikasi
melalui media;
d. Menyenangi dan menghargai seni;
e. Menjalankan pola hidup mandiri dan sosial yang sehat, bersih, bugar serta sehat
rohani dan jasmani;
f. Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cerminan rasa cinta dan bengga
terhadap bangsa dan tanah air.
3. Tamatan Sekolah Menengah Umum /Kejuruan, Madrasah Aliyah, dan sederajat
diharapkan memilki kompetensi :
a. Memiliki keyakinan dan ketakwaan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya;
b. Memiliki nilai dasar humaniora untuk menerapkan kebersamaan dalam
kehidupan;
c. Menguasai pengetahuan dan keterampilan akademik;
d. Mengalihgunakan kemampuan akademik dan keterampilan berkarya;
e. Menghargai dan berekspresi seni;
f. Mengembangkan pola hidup berdasarkan nilai-nilai kebersihan, kesehatan
rohani, dan kebugaran jasmani;
g. Berpartisipasi dan berwawasan kebangsaan dalam kehidupan.
h. Memilki pemahaman dan wawasan yang luas.
D. KBK Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika
1. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika
Ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, mata pelajaran matematika menekankan
penguasaan konsep dan algoritma disamping kemampuan memecahkan masalah.
2. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika
Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang mencakup
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Standar adalah arahan atau acuan bagi pendidik
tentang kemampuan dan keterampilan yang menjadi fokus proses pembelajaran dan
penilaian. Jadi standar kompetensi adalah batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki
dan dapat dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata
pelajaran tertentu.
Untuk mata pelajaran matematika di SMA, telah dirumuskan sembilan standar kompetensi
sebagai berikut :
a. Menggunakan operasi dan sifat serta manipulasi aljabar dalam pemecahan
masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar dan logaritma.
b. Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri
dalam pemecahan masalah.
c. Menggunakan sifat dan aturan geometri dalam menentukan kedudukan titik,
garis dan bidang, jarak, sudut dan volum.
d. Menggunakan aturan statistika dalam menyajikan dan meringkas data dengan
berbagai cara.
e. Menggunakan manipulasi aljabar untuik merancang rumus trigonometri dan
menyusun bukti.
f. Menyusun dan menggunakan persamaan lingkaran.
g. Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan dalam pemecahan masalah.
h. Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah
i. Merancang dan menggunakan model matematika program linear serta
menggunakan sifat dan aturan yang berkaitan dengan barisan, deret, matriks,
vektor, transformasi,dalam pemecahan masalah.
3. Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian
Silabus dan sistem penilaian merupakan urutan penyajian bagian-bagian dari silabus dan
sistem penilaian suatu mata pelajaran. Disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada
pencapaian kompetensi. Silabus dan sistem penilaian berfungsi untuk mengetahui
kemajuan belajar sisw, mendiagnosis kesulitan belajar, memberiakan umpan balik,
melakukan perbaikan, memotivasi guru agar mengajar lebih baik, dan memotivasi siswa
untuk belajar lebih baik.
BAB III

PEMBAHASAN

A.Pembahasan Isi buku

Dalam bukunya Hamzah B. Uno, yang berjudul perencanaan pembelajaran, kemudian beliau
mengutip pendapat Degeng dijelaskan bahwa pengertian perencanaan pembelajaran adalah
upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran
terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan
pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dariperencanaan
pembelajaran.

Sedangkan dalam Abdul Majid dalam bukunya yang berjudul Perencanaan Pembelajaran
(Mengembangkan Standar Kompetensi Guru), menerangkan bahwa dalam konteks pengajaran,
perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media
pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi
waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.

Berdasarkan beberapa pendapat tokoh ahli pendidikan diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa rencana pembelajaran adalah suatu perkiraan mengenai tindakan apa yang akan
dilakukan pada waktu proses belajar mengajar.
Kemudian konsep perencanaan pengajaran menurut Abdul Majid dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang sebagai berikut :
a. Perencanaan pengajaran sebagai teknologi
b. Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem
c. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin
d. Perencanaan pengajaran sebagai sains (science)
B.Kelebihan dan kekurangan isi buku

Buku perencanaan pembelajaran (Pengarang: Prof.Dr H.Hamzah B.Uno,M.Pd):


1. Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku yang direview sudah cukup bagus
karena covernya menarik para pembaca dari segi pewarnaan.
2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font adalah
kurang bagus karena seharusnya penulis tidak menjabarkan suatu materi secara
panjang lebar yang membuat jenuh para pembaca.
3. Dari aspek isi buku sudah cukup lengkap karena materinya dibahas satu persatu.
4. Dari aspek tata bahasa, buku tersebut kurang bagus menurut say karena setiap ada
kutipan bahasa Inggris tidak dibuat terjemahannya sehingga membuat bingung para
pembaca.

Buku perencanaan pembelajaran mengembangkan potensi guru (Pengarang Abdul


Majid, S.Ag. M.Pd):

1. Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku pembanding kurang menarik
karena didesain dengan tampilan hitam putih di setiap lembarannya.
2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan fontnya sudah
pas untuk dibaca..
3. Dari aspek tata bahasa, buku tersebut sudah cukup bagus karena bahasanya mudah
dipahami oleh para pembaca.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Buku ini sangat cocok untuk dijadikan tambahan buku pegangan mahasiswa dalam
mengikuti mata kuliah Perencanaan pembelajaran,yang dapat menunjang pengetahuan
mahasiswa dalam memahami materi dalam mata kuliah perencanaan pembelajaran.

Dalam bukunya Hamzah B. Uno, yang berjudul perencanaan pembelajaran, kemudian


beliau mengutip pendapat Degeng dijelaskan bahwa pengertian perencanaan pembelajaran
adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam
pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai
hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini
didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari
perencanaan pembelajaran.

Sedangkan dalam Abdul Majid dalam bukunya yang berjudul Perencanaan


Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru),menerangkan bahwa dalam
konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran,
penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian
dalam suatu
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.2
Berdasarkan beberapa pendapat tokoh ahli pendidikan diatas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa rencana pembelajaran adalah suatu perkiraan mengenai tindakan apa
yang akan dilakukan pada waktu proses belajar mengajar.

B.Saran

Dengan segala kekuranagan dan kelemahan tugas ini.Penulis berharap tugas ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.Buku tersebut cocok untuk dijadikan sebagai salah satu
wahana dalam pembentukan strategi pembelajaran yang baik. Dan memberi manfaat bagi
tenaga pendidik sebagai bahan dalam pembuatan strategi pembelajaran .Dan dapat
memperkaya ilmu pengetahuan yang bermakna badi pengembangan wawasan para pembaca,
sikap dan keterampilannya.khususnya mahasiswa dan calon guru

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari tugas ini masih mempunyai banyak kelemahan
dan kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
sifatnya membangun, yang akan diterima dengan tangan terbuka, demi kesempurnaan tugas ini
di kemudian harinya.

You might also like