Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

ORAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam arti luas, farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh

senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat

reseptor. Senyawa awal ini disebut obat dan lebih menekankan

pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko penggunaan obat

Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi,

yaitu ilmu mengenai cara mebuat, memformulasi, menyimpang dan

menyediakan obat. Farmakologi terutama terfokus pada dua sub yaitu

farmakokinetik dan farmakodinamik.

Tanpa pengetahuan farmakologi yang baik,seorang farmasis

dapat menjadi suatu masalah bagi pasien karena tidaak ada obat yang

aman secara murni. Hanya dengan penggunaan yang cermat, obat

akan bermanfaat tanpa efek samping tidak diinginkan yang tidak

mengganggu.

Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari kiinetik

absorbsi, distribusi dan eliminasi (yaitu metabolisme)

Kajian farmakokinetik sangat penting dilakukan untuk

menentukan profil obat. Dari data-data yang diperoleh dapat

digunakan untuk menentukan dosis yang tepat , cara pemberian obat

atau waktu interval pemberian obat dan data waktu eliminasi dapat

ditentukan waktu henti obat.

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

B. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menetukan dan

menghitung beberapa parameter farmakokinetik oral yaitu tetapan laju

absorbsi (Ka), tetapan laju eliminasi (K), waktu paruh (1/2), Cp maks,

Tmaks, volume distribusi (Vd) dan luas daerah dibawah kurva (AUC)

dari obat paracetamol terhadap hewan coba tikus (Rattus novegitus)

dan untuk membandingkan hasil yang didapatkan dengan literatur yang

ada.

C. Maksud Percobaan

Menentukan obat paracetamol di dalam tubuh yang diberikan

secara oral dan menentukan volume distribusinya

D. Prinsip Percobaan

Penentuan parameter – parameter farmakokinetik oral yaitu

tetapan laju absorbsi (Ka), tetapan laju eliminasi (K), waktu paruh (1/2),

Cp maks, Tmaks, volume distribusi (Vd) dan luas daerah dibawah kurva

(AUC) dari obat paracetamol terhadap hewan coba tikus (Rattus

novegitus) berdasarkan perhitungan dengan spektrofotometer uv-vis

yang dengan melihat serapan sampel.

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Farmakokinetik dapat didefinisikan sebagai setiap proses yang

dilakukan tubuhterhadap obat yaitu absorbs, distribusi, metabolisme

dan eksresi. Dalam arti sempit, farmakokinetik khususnya mempelajari

perubahan-perubahan konsentrasi dan obat dan metabolitnya dalam

darah dan jaringan sebagai fungsi dan waktu Broavabilitas (Ba)

adalah presebtase obat yang diresorpsi tubuh oleh satu dosis yang

diberikan dan tersedia, untuk melakukan efek terapisnya. BA dapat

diukur vivo (pad keadaan sesungguhnya pasien) dengan menetukan

kadar plasma obat sudah tercapai steady state. Pada keadaan ini

terjadi keseimbangan anatara kadar, praktis konstan karena jumlah zat

yang diserap dan dieliminasi adalah sama (Tjay,2007)

Pada umumnya obat diberikan dalam bentuk sediaan seperti

tablet, kapsul , suspensi dan lain-lain. Suatu bentuk sediaan obat

terdiri dari bahan obat dan bahan-bahan pembantu yang tersusun

dalam formula dan diikuti dengan petunjuk cara proses pembuatan.

Kita mengetahui bahwa sangat banyak sediaan farmasi dengan obat,

dosis dan bentuk sediaan yang sama, diproduksi oleh industri-industri

farmasi dengan nama-nama yang berbeda. Dengan berbagai alasan

dari industri-industri, maka umumnya formula sediaan tersebut

berbeda. Pada akhir tahun lima puluhan dan awal tahun enam puluhan

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

bermunculan laporan, publikasi dan diskusi yang mengemukakan

bahwa banyak obat-obat dengan kandungan, dosis dan bentuk

sediaan yang sama dan dikeluarkan oleh industri farmasi yang

berbeda memberikan kemanjuran yang berbeda. Laporan-laporan dan

publikasi-publikasi tersebut menyebabkan munculnya ilmu baru dalam

bidang farmasi yaitu biofarmasi (Bourne, 2009).

llmu yang mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi

(yakni, ekskresi dan metabolisme) obat. (Shargel & Yu, 2012)

Farmakologi medis adalah ilmu mengenai zat-zat kimia (obat)

yang berinteraksi dengan tubuh manusia. Interaksi-interaksi ini dibagi

menjadi dua jenis (Neal, 2006) :

a. Farmakodinamik, yaitu efek obat terhadap tubuh, dan

b. Farmakokinetik, yaitu bagaimana tubuh mempengaruhi obat

dengan berlalunya waktu (yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme

dan ekskresi).

Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk

mengetahui bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswara ,2005).

1. Daerah dibawah kurva (Area UnderCurva) adalah integritasi batas

obat di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC

berbanding lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC

merupakan salah satu parameter untuk menentukan bioavabilitas.

Cara yang paling sederhana untuk menghitung AUC adalah

dengan metode trapezoid.

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

2. Volume distribusi adalahsuatu parameter farmakokinetik yang

menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh.

Volume distribusibukan merupakan volume yang sesungguhnya

dari ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume

tubuh.Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai

gambaran, tingkat distribusi obat dalam darah.

3. Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah konsentrasi dari obat

maksimum yang diamati dalam plasma darah dan serum

pemberian dosis obat. Jumlah obat biasanya dinyatakan dalam

batasan konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dar

idarah, serum dan plasma.

4. Waktu Puncak (tmax) adalahwaktu yang dibutuhkan unsure untuk

mencapai level obat maksimum dalam darah (tmax). serta

parameter ini menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju

absorbsi obat, menentukan waktu diperlukan untuk dicapai

konsentrasi efektif minimum dan dengan demikian untuk awal dari

efek farmakologis yang dikendaki.

5. Waktu paruh obat (t½) adalah gambaran waktu yang dibutuhkan

untuk suatu level aktivitas obat dan menjadi separuh dari level asli

atau level yang dikendaki

6. Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju

absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-

mula obat harus larut dalam cairan pada tempat absorpsinya

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

7. Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang gambarkan laju

eliminasi suatu obat tubuh. Dengan ekskresinya obat dan

metabolit obat, aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh dapat

dikatakan berakhir.

Penerapan dalam Farmasi. Volume distribusi akan beragam

untuk setiap pasien; oleh karena itu, parameter ini dapat digunakan

dalam penentuan dosis atau penyesuaian dosis untuk

menghasilkan kadar darah yang diharapkan pada setiap pasien.

(Ansel, 2004).

NilaiVD < 5 L menunjukkan bahwa obat dipertahankan dalam

kompartemen vascular. NilaiVD < 15 L menunjukkan bahwa obat

terbatas pada cairan ekstraseluler, sedangkan volume distribusi

yang besar (VD > 15 L) menunjukkan distribusi di seluruh cairan

tubuh total atau konsentrasi pada jaringantertentu. Volume

distribusi dapat digunakan untuk menghitung bersihan obat (Neal,

2006).

Bila suatu obat diberikan secara suntikan intravena, semua

dosis yang diberikan masuk kedalam sirkulasi sistemik, tetapi halini

mungkin tidak terjadi pada obat-obat yang diberikan peroral.Fraksi

dari dosis obat yang masuk kedalam sirkulasi sistemik setelah

pemberian secara oral dibandingkan dengan jumlah obat yang

masuksirkulasi sitemik disebut sebagai ketersediaan hayati

(bioavailability = F). Proses-proses fisikadan Kimia yang

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

menyebabkan ketersediaan hayati berkurang (F kurangdari 1)

meliputi kelarutan obat yang jelek, absorbsi gastrointestinal yang

tidak lengkap, dan metabolisme yang cepat pada saat melalui hati

sebelum sampai kesirkulasi sistemik (first-pass effect). Nilai F dapat

diperoleh dengan menggunakanpersamaan:

(𝐴𝑈𝐶)𝑜𝑟𝑎𝑙
𝐹=
(𝐴𝑈𝐶)𝑖𝑛𝑡𝑟𝑎𝑣𝑒𝑛𝑎

Pada saat keluar dari rumah sakit, seseorang pasien mungkin

mengubah pengobatan parenteral menjadi pengobatan oral atau

topikal untuk pengobatan mandiri dirumah. Dengan demikian,

ketersediaan hayati bentuk sediaan yang dipertimbangkan dapat

digunakan dalam mengubah bentuk sediaan obat untuk pasien

menjadi yang lebih mudah digunakan. (Ansel, 2004).

Bioekuivalensi digunakan dalam menentukan obat paten yang

efektif untuk mensubstitusi obat generik, dan untuk membandingkan

obat-obat bentuk garam atau ester yang berbeda (Ansel, 2004).

Metabolisme obat biasanya terjadi dalam hati melalui satu

atau dua jenis reaksi. Tahap 1 reaksi umumnya membuat molekul

obat lebih polar dan larut dalam air sehingga mudah dieliminasi

oleh ginjal. Tahap modifikasi termasuk oksidasi, hidrolisis dan

reduksi. Tahap II reaksi melibatkan konjugasi untuk membentuk

glucuronides, asetat atau sulfat.Reaksi ini umumnya

menonaktivkan aktivitas farmakologi obat dan membuatnya lebih

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

cepat dieliminasi oleh ginjal. Organ lain yang memiliki kemampuan

untuk mengeliminasi obat atau metabolit dari badan. Ginjal bisa

mengekskresi obat dengan filtrasi glomerulus atau proses aktif

seperti sekresi tubular proksimal. Obat juga dapat dieliminasi

melalui empedu yang diproduksi oleh hati atau pengeluaran udara

oleh paru-paru (Dipiro, 2008).

Obat yang cukup larut lemak untuk dapat diabsorbsisecara

oral, dengan cepat terdistribusi keseluruh kompartemen cairan

tubuh (O).Banyak obat berikatanlemah dengan albumin plasma,

dan terbentuklah keseimbangan antara obat terikat (PB) dan obat

bebas (B) dalam plasma.Obat yang terikat pada protein plasma

hanya terdapat system vascular dan tidak dapat menimbulkan aksi

farmakologik (Neal, 2006).

Proses yang terlihatadalah(Neal, 2006) :

a. Eliminasi urin olehfiltrasi glomerulus

b. Metabolisme, biasanya oleh hati

c. Ambilan oleh hati danselanjutnya eliminasi melaluiempedu

Parameter farmakokinetik

1. Area Under The Curve (AUC) (Tjay, 2007)

Area under the curve (AUC) adalah permukaan dibawah kurva

(grafik) yang menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai

fungsi dari waktu. AUC dapat dihitung secara matematis merupakan

ukuran untuk broavability suatu obat. AUC dapat digunakan untuk

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

membandingkan masing-masing plasma obat bia penentuan

kecepatan etiminasi tidak mengalami perbuahan.

(𝐶𝑛−1+𝐶𝑛)
(𝐴𝑈𝐶)𝑡𝑛
𝑡𝑛−1 = (tn-tn-1)
2

2. Tetapan laju reaksi ( Tjay, 2007)

Orde reaksi menunjukkan cara bagaimana konsentrasi obat

atau pereaksi mempengaruhi laju suatu reaksi kimia.

a. Reaksi orde nol

Bila jumlah obat A berkurang dalam suatu jaral waktu yang tetap, t

maka laju hilangnya obat A dinyatakan sebagai


𝑑𝐴
=-k
𝑑𝑡

K0 adalah laju reaksi orde nol dan dinyatakan dalam satuan

massa/waktu

A= -kot-Ao

A0 adalah jumlah obat A pada t=0. Berdasarkan persamaan zz

dapat dibuat suaru grafik hubungan antara A terhadap t yang

menghasilkan suatu garis lurus. Intersep y adalah sama dengan

A0 dan sbp arah garis sama dengan K0.

b. Reaksi Orde Satu

Bila jumalh obat A berkurang dengan laju yang sebanding dengan

jumlah obat A yang tersisa, maka laju hilangnya obat A dinyatakan

sebagai
𝑑𝐴
=-ka (2.3)
𝑑𝑡

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

K adalah tetapan laju reaksi orde kesatu dan dinyatakan dalam

satuan waktu-1 (missal:jam-1) integrasi persamaan 2.3 menghasilkan

persamaan berikut

Ln A= -kt + ln Ao (2.4)

3. Waktu paruh eliminasi (+1/2) (Tjay, 2007)

Kecepatan eliminasi obat dan dengan demikian juga plasma t1/2

tegantung dari kecepatan biotrans yang diperlukan oleh sejumlah

obat/konsentrasi waktu paruh reaksi orde satu. Harga t1/2 untuk

reaksi orde kesatu dapat diperoleh dari persamaan berikut


0,693
t½= 𝐾

waktu paruh reaksi orde nol, berbeda dengan t ½ reaksi orde saru t

½ reaksi orde nol adalah sebanding dengan jumlah atau konsentrasi

awal obat dan berbanding terbalik dengan tetapan orde nol Ko:
0,5.𝐴𝑜
t½= 𝐾𝑜

4. Tetapan laju eliminasi (Tjay, 2007)

Laju eliminasi untuk sebagian bessar obat merupakan suatu proses

kesatu. Tetapan laju eliminasi, K adalah suatu tetapan laju eliminasi

menyatakan jumlah dari laju tiap proses ini :

K = km + ke (4.1)

Pernyataan laju reaksi unntuk gambar 4.1 adalah :


𝑑𝑃𝐵
= -kDB
𝑑𝑡

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

Integritas persamaan 4.2 menghasilkan persamaan berikut:


−𝑘𝑡
Log DB= . +log DB
2,3

Volume distribusi (rd) (Tjay, 2007)

Volume distribusi menyatakan suatu factor yang harus diperhitungkan

dan memperkirakan jumlah obat dalam tubuh dan konsentrasi obat

yang ditemukan dalam kompartemen cuplikan

𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐷𝐵
Vd = = 𝑐.𝑝
𝑐𝑝

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah batang

pengaduk, sendok tanduk, gelas kimia, timbangan analitik, gunting,

kanula, kater, spoit, tabung efendrof dan vial

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

aquades, Alkohol, Betadine, parasetamol, NaCMC dan tissue

C. Cara Kerja

1. Siapkan hewan coba (tikus)

2. Dipuasakan selama 8-12 jam

3. Diambil darahnya

4. Ditampung dalam tabung efendrof

5. Disuntikan obat melalui rute oral

6. Kemudian biarkan selama 30 menit

7. Dilakukan pengambilan darah pada menit ke 0, 30, 60, 90 dan 120’

8. Kemudian sampel darah disentrifugasi, ambil larutan jernihnya

9. Diukur absorbannya menggunakan spektro

10. Dicatat datanya dan hitung

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil praktikum

t (jam) Abs Cp Log Cp

2 0,533 2,874 0,458

4 0,641 3,553 0,550

6 0,729 4,106 0,613

8 1,425 8,484 0,928

10 1,582 9,471 0,976

12 1,023 5,955 0,774

14 0,894 5,144 0,711

16 0,719 4,044 0,606

18 0,495 2,635 0,420

20 0,329 1,591 0,201

Orde 0

a = 13,795

b = - 0,613

r = - 0,996

Orde 1

a = 2,231

b = - 0,101

r = - 0,998

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

1) k = -b x 2,3

= - (-0,101) x 2,3

= 0,232 jam-1
0,693
2) t ½ = 𝑘

0,693
= 0,232

= 2,987 jam

3) ka
Log Cp Log Cp
t (jam) Cp lama Cp baru Cp diff
baru diff
2 2,874 2,029 106,905 104,031 2,017

4 3,553 1,827 67,142 63,589 1,803

6 4,106 1,625 42,169 38,063 1,580

a = 2, 231

b = - 0,101

r = - 0,999

y = a + bx

= 2,231 + (-0,101)2

= 2,029

y = a + bx

= 2,231 + (-0,101)4

= 1,827

y = a + bx

= 2,231 + (-0,101)6

= 1,625

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

ka = - b x 2,3

= - (-0,109) x 2,3

= 0,250 jam-1
𝑘𝑎
2,3 log ( )
𝑘
4) tmaks = 𝑘𝑎−𝑘

0,250
2,3 log ( )
0,232
=
0,250−0,282

2,3 log 1,077


= 0,018

0,073
=
0,018

= 4,055 jam

𝑓 𝑥 𝐷𝑜 𝑥 𝑘𝑎
5) Vd = 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 𝑎 (𝑘𝑎−𝑘)

0,8 𝑥 500.000 𝑥 0,250


= 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 2,231 (0,018)

100.000
= 3,603

= 32.647,730 mL

6) Cp maks = [ A x e-k.tmaks ] - [ B x e-ka.tmaks ]

= [ antilog 2,231xe-0,232x4,055 ]-[ antilog 2,237xe-0,237x4,055 ]

= [ 170,215 x e-0,940 ] - [ 172,583 x e-1,013 ]

= [170,215 x 0,390] – [172,583 x 0,363]

= 66,383 – 62,647

= 3,716 µg/mL

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

7) AUC

𝐶𝑝𝑛−1+𝐶𝑝𝑛
[AUC]tntn-1 = (tn-tn-1)
2

3,553+2,874 (4−2)
𝐴𝑈𝐶24 = 1
2
= 6,427 µg menit/ml

4,106+3,553(6−4)
𝐴𝑈𝐶46 = 2

= 7,659 µg menit/ml
4,106+8,484 (8−6)
𝐴𝑈𝐶68 = 2

= 12,590 µg menit/ml
8,484+9,421 (10−8)
𝐴𝑈𝐶810 = 2

= 17,955 µg menit/ml

12 5,955+9,421 (12−10)
𝐴𝑈𝐶10 = 2
= 15,426 µg menit/ml

14 5,144+5,955 (14−12)
𝐴𝑈𝐶12 = 2
= 11,099 µg menit/ml

16 4,044+ 5,144 (16−14)


𝐴𝑈𝐶14 = 2
= 9,188 µg menit/ml

18 2,635+4,044 (18−16)
𝐴𝑈𝐶16 = 2
= 6,679 µg menit/ml

20 1,591+2,635 (20−18)
𝐴𝑈𝐶18 = 2
= 4,226 µg menit/mL

∑ 𝐴𝑈𝐶 = 6,427 + 7,659 + 12,590 + 17,955 + 15,426 + 11,099 + 17,955

+ 9,188 + 6,679 + 4,226

= 15,649µg menit/ml

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

𝑡∞ 𝐶𝑝𝑛
8) 𝐴𝑈𝐶𝑡𝑛 = 𝐾

1,591
= 0,232

= 6,857 µg menit/ml

𝑡∞
𝐹 𝑥 𝐷𝑜
9) 𝐴𝑈𝐶𝑡0 =
𝑉𝑑 𝑥 𝐾

0,8𝑥 500.000
= 32.647,730 𝑥 0,232

400.000
= 7.574,273

= 52,810 µg menit/ml
𝑡∞
𝐴𝑈𝐶𝑡𝑛
10) % AUC ekstrapolasi = 𝑡∞ x 100 %
𝐴𝑈𝐶𝑡0

6,857
= 15,649 x 100 %

= 43,9 %
Jadi % AUC ekstrapolasi yang didapatkan adalah 43,9 %

B. Pembahasan

Farmakokinetik adalah suatu ilmu yang mempelajari kinetika

absorbsi obat, distribusi, dan eliminasi (yakni eksresi dan

metabolisme).Uraian dari distribusi dan eliminasi obat sering

diistilahkan sebagai disposisi obat.

Proses mulai dari masuknya obat ke dalam tubuh sampai

dikeluarkan kembali disebut farmakokinetik. Termasuk dalam proses

farmakokinetik ialah absorbsi, distribusi, biotransformasi / metabolisme

dan ekskresi obat. Untuk menghasilkan efek, suatu obat harus

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

terdapat dalam kadar yang tepat pada tempat obat itu bekerja. Unuk

mencapai tempat kerja, suatu obat harus melewati berbagai

membran sel tubuh

Dalam parameter farmakokinetik untuk obat yang diberikan

secara intravena akan ditentukan nilai K, t ½ , Vd, dan nilai

AUC.Dimana K adalah tetapan laju eliminasi yang merupakan

kecepatan eliminasi obat setelah masuk ke dalam system sirkulasi, t

½ adalah waktu paruh yaitu waktu yang diperlukan agar jumlah obat

dalam tubuh melarut setengah dari dosis. Sedangkan Vd adalah

volume distribusi yaitu volume obat yang terdistribusi dan AUC (Area

Under Curva) merupakan nilai yang menggambarkan biovailabilitas

obat dari jumlah dosis yang ada, dimana bioavailabilitas obat

merupakan jumlah obat yang mencapai system sirkulasi sistemik

secara utuh yang memberikan efek.

Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk

sediaan oral adalah

1) Daerah dibawah kurva (Area Under Curva) adalah integritasi batas

obat di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC

berbanding lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC

merupakan salahsatu parameter untuk menentukan bioavabilitas.

Cara yang paling sederhana untuk menghitung AUC adalah

dengan metode trapezoid.

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

2) Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yang

menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh.

Volume distribusi bukan merupakan vilume yang sesungguhnya

dari ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume

tubuh. Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai

gambaran, tingkat distribusi obat dalam darah.

3) Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah konsentrasi dari obat

maksimum yang diamati dalam plasma darah dan serum

pemberian dosis obat. Jumlah obat biasanya dinyatakan dalam

batasan konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dari

darah, serum dan plasma.

4) Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan unsure untuk

mencapai level obat maksimum dalam darah (tmax). serta parameter

ini menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju absorbsi obat,

menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi efektif

minimum dan dengan demikian untuk awal dari efek farmakolpgis

yang dikendaki.

5) Waktu paruh obat (t½) adah gambaran waktu yang dibutuhkan

untuk suatu level aktivitas obat dan mesnjadi separuh dari leval asli

atau level yang dikendaki

6) Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju

absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula

obat harus larut dalam cairan pada tempat absorpsinya

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa k = 0,232 jam -1,

t1/2 = 2,987, ka = 0,250 jam-1, tmaks = 4,055 jam, Vd = 32.647,730 mL,

Cp maks = 3,716 µg/mL, dan % AUC ekstrapolasi yang didapatkan

adalah 43,9 %.

B. Saran

Diharapkan asisten lebih mendampingi pratikannnya dalam

melakukan percobaan ini.

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. “Penuntun Praktikum Farmakokinetik”. Universitas Muslim


Indonesia : Makassar

Aiache, JM. 1989. Farmasetika II Biofarmasi edisi 2. Airlangga University


Press : Surabaya.

Ganiswana Sulistia G. 2005. “Farmakologi dan Terapi, Edisi V”. Bagian


Farmakologi Fakultas Kedfokteran UI : Jakarta.

Shargel, L. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi II,


Airlangga University Press, Surabaya

Bourne, D. W. A,. 2009. Pharmacocinetics and Biopharceutics. Available


online at :

Nugroho, AK., O Della-Pasqua, M Danhof, and JA Bouwstra. 2004.


Compartemental Modeling of Transdermal Iontophoretic
Transport : in vitro Model Derivation and Application. Pharm.
Res.

Stefanovski D, PJ Moate and RC Boston. 2003. WinSAAM: a windows-


based compartmental modeling system. School of Veterinary
Medicine, University of Pennsylvania, PA 19348. USA.
52(9):1153-66.

Neal, Michael .J. 2006. “At Glance Farmakologi Medis edisi Lima” Penerbit
Erlangga:Jakarta

Hasibuan, Poppy Anjelisa Z., 2008, Pemantauan Efektivitas Terapi


Gentamisin Dosis Berganda Bolus Intravenus Terhadap Infeksi
Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Tesis, Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara , Medan

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187
ORAL

PERHITUNGAN

Dik : Dosis obat 500 mg

Larutan stok 5 ml

Berat tikus: (I) 189 gram

(II) 207 gram

(III) 174 gram

(IV) 238 gram

Berat rata-rata obat 599,82 mg

Perhitungan dosis

Tikus 200 gram = 0,018 x 500 mg = 9 mg

Perhitungan larutan stok

5 𝑚𝑙
𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑜𝑘 = 𝑥 9 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 22,5 𝑚𝑔/𝑚𝑙
2

Perhitungan volume pemberian tiap tikus


189
1. 200 𝑥 2 = 1,89 𝑚𝑙

174
2. 200 𝑥 2 = 1,74𝑚𝑙

207
3. 200 𝑥 2 = 2,7 𝑚𝑙

238
4. 200 𝑥 2 = 2,38 𝑚𝑙

Perhitungan berat obat yang akan ditimbang

22,5 𝑚𝑔/𝑚𝑙
𝐵𝑌𝐷 = = 26,9919 𝑚𝑔
500 𝑚𝑔

FIRAYANTI HAMKA NURUL MAGFIRAH, S.FARM


15020120187

You might also like