Professional Documents
Culture Documents
Bab I Bab Beton
Bab I Bab Beton
PENDAHULUAN
Jenis-jenis beton
Beton terdiri dari beberapa jenis, untuk membedakan jenisnya dapat dilihat
berdasarkan :
1. Berdasarkan Berat (Volume)
A Beton berat
Beton yang memiliki volume yang lebih besar dari 2,8 ton/m3. Beton ini
biasanya digunakan pada bangunan rektor nuklir, karena beton ini mampu manahan
sinar magma.Agregatnya yang dipakai: butir besi, barito, magnetik dll
B Beton normal
Beton yang memiliki volume antara 1,8 – 2,8 ton/m3. Beton ini digunakan pada
konstruksi bangunan tempat tinggal atau konstruksi yang umum dipakai.
Jenis agregatnya antara lain : pasir, kerikil, batu pecah dll
C Beton ringan
Beton yang memiliki volume antara 0,6 – 1,8 ton/m3. Beton ringan ini digunakan
untuk lapisan penyekat suara atau bangunan yang memikul beban ringan.Jenis
agregat yang dipakai antara lain : expended clay, batu apung vermikulite dll.
2. Berdasakan Teknik Pembuatan
A Beton Biasa
Beton ini langsung dibuat dalam plastis yang terdiri atas beton siap pakai dan
beton yang dibuat di lapangan. Cara pembuatan beton ini berdasarkan atas : Beton
siap pakai (ready mix concrete),dan Beton in situ (beton dibuat di lapangan).
B Beton Precast
Beton ini dibuat dalam bentuk elemen – elemen yang merupakan rangka dari
konstruksi yang akan dibuat. Beton ini dipakai keadaan mengeras.
C Beton Prestress
Beton yang dibuat dengan memberi tegangan dalam beton, sebelum beton
tersebut mendapat beban luar kecuali beban sendiri.
Keterangan :
1) Konstruksi non struktural adalah konstruksi yang hanya memikul beban sendiri dan
beban luar yang ringan ( tanpa memikul beban bangunan).
2) Konstruksi struktural, adalah konstruksi yang memikul beban sendiri dan beban luar
( secara langsung memikul beban bangunan).
Pengawasan Pembuatan Beton :
a. Beton Kelas I
Beton untuk pekerjaan non-struktural. Pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian
yang khusus. Pengawasan mutu hanya dibatasi pada mutu bahan, sedangkan pada
kekuatan tidak diisyaratkan pemeriksaan. Mutu beton I dinyatakan dengan Bo.
b. Beton kelas II
Beton untuk pekerjaan struktural secara umum. Memerlukan keahlian yang cukup
dan harus dilakukan pengawasan dibawah pimpinan tenaga ahli. Terbagai dalam
mutu standar B1, K25, K175, dan K225.
c. Beton Kelas III
Beton untuk pekerjaan struktural yang memakai mutu beton dengan kekuatan
tekan karakteristik yang lebih tinggi dari 225 kg/cm. Untuk pelaksanaannya
dibutuhkan keahlian khusus dibawah pengawasan para ahli. Diisyaratkan
paenggunaan laboratorium beton dengan tenaga ahli yang dapat melakukan
pengawasan mutu beton secara kontinue.
(https://www.slideshare.net/madaraafif/laporan-pratikum-beton-dan-mix-design)
PEMERIKSAAN
AGREGAT HALUS
PEMERIKSAAN
AGREGAT KASAR
Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus ini dimaksudkan sebagai
acuan dan pegangan dalam bagai para pelaksana di laboratorium dalam melakukan
pengujian berat.
menentukan setelah (jenis dan penyerapan air agregat halus. Cara uji ini digunakan
untuk 24+4) jam di dalam air berat jenis curah kering dan berat jenis semu, berat jenis
curah dalam kondisi jenuh kering permukaan, serta penyerapan air. Cara uji ini
memuat ruang lingkup, peralatan, pengambilan contoh, persiapan contoh uji, langkah
kerja, berat jenis curah kering, berat jenis curah, berat jenissemu, penyerapan air,
laporan serta ketelitian dan penyimpangan.
oleh agregat dalam berbagai campuran yang mengandung agregat termasuk beton
semen, beton aspal dan campuran lain yang diproporsikan atau dianalisis berdasarkan
volume absolut. Berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi jenuh kering
permukaan digunakan apabila agregat dalam keadaan basah yaitu pada kondisi
penyerapannya sudah terpenuhi. Sedangkan berat jenis curah yang ditentukan dari
kondisi kering oven digunakan untuk menghitung ketika agregat dalam keadaan
kering atau diasumsikan kering.
Berat jenis semu adalah kepadatan relatif dari bahan padat yang membuat
partikel pokok tidak termasuk ruang pori di antara partikel tersebut dapat dimasuki
oleh air. Angka penyerapan digunakan untuk menghitung perubahan berat dari suatu
agregat akibat air yang menyerap ke dalam pori di antara partikel pokok
dibandingkan dengan pada saat kondisi kering, ketika agregat tersebut dianggap telah
cukup lama kontak dengan air sehingga air telah menyerap penuh. Standar
laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh setelah merendam agregat yang kering
ke dalam air selama (24+4) jam. Agregat yang diambil dari bawah muka air tanah
akan memiliki nilai penyerapan yang lebih besar bila tidak dibiarkan mengering.
Sebaliknya, beberapa jenis agregat mungkin saja mengandung kadar air yang lebih
kecil bila dibandingkan dengan yang pada kondisi terendam selama 15 jam. Untuk
agregat yang telah kontak dengan air dan terdapat air bebas pada permukaan
partikelnya, persentase air bebasnya dapat ditentukan dengan mengurangi penyerapan
dari kadar air total.
(SNI 1970:2008)
1.2.2. PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR
1. Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
Cara uji penyerapan air agregat kasar ini dimaksudkan untuk memberi tuntunan
dan arahan bagi para pelaksana di laboratorium dalam melakukan pengujian air
agregat kasar. Cara uji ini memuat ruang lingkup, peralatan, pengambilan contoh dan
persiapan contoh uji, langkah kerja, perhitungan, laporan, ketelitian dan
penyimpangan.
Standar ini untuk menentukan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar.
Agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih besar dari 4,75 mm
(Saringan No.4). Berat jenis dapat dinyatakan dengan berat jenis curah kering, berat
jenis curah pada kondisi jenuh kering permukaan atau berat jenis semu. Berat jenis
curah (jenuh kering permukaan) dan penyerapan air berdasarkan pada kondisi setelah
(24+4) jam direndam di dalam air. Cara uji ini tidak ditujukan untuk digunakan pada
pengujian agregat ringan. Nilai-nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan
internasional (SI) dan digunakan sebagai standar.
Standar ini dapat menyangkut penggunaan bahan, pelaksanaan dan peralatan yang
berbahaya. Standar ini tidak memasukkan masalah keselamatan yang berkaitan
dengan penggunaannya. Pengguna standar ini bertanggung jawab untuk menyediakan
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan serta peraturan dan
batasan-batasan dalam menggunakan standar ini.
Pada dasarnya, beton terdiri dari agregat, semen hidrolis, air, dan boleh
mengandung bahan bersifat semen lainnya dan atau bahan tambahan kimia lainnya.
Beton dapat mengandung sejumlah rongga udara yang terperangkap atau dapat juga
rongga udara yang sengaja dimasukkan melalui penambahan bahan tambahan. Bahan
tambahan kimia sering digunakan untuk mempercepat, memperlambat, memperbaiki
sifat kemudahan pengerjaan (workability), mengurangi air pencampur, menambah
kekuatan, atau mengubah sifat-sifat lain dari beton yang dihasilkan.
Beberapa bahan bersifat semen seperti abu terbang, pozolan alam / tras,tepung
terak tanur tinggi dan serbuk silika dapat digunakan bersama-sama dengan semen
hidrolis untuk menekan harga atau untuk memberikan sifat-sifat tertentu seperti
misalnya untuk mengurangi panas hidrasi awal, menambah perkembangan kekuatan
akhir, atau menambah daya tahan terhadap reaksi alkali-agregat atau serangan sulfat,
menambah kerapatan, dan ketahanan terhadap masuknya larutan-larutan perusak.
Umumnya proporsi beton yang tidak mengandung bahan tambahan kimia dan
atau bahan-bahan selain semen hidrolis, dicampur ulang dengan menggunakan bahan-
bahan tersebut di atas atau semen yang berbeda. Karakteristik dari beton yang
dicampur ulang ini harus diperiksa kembali dengan campuran percobaan di
laboratorium atau di lapangan.
A. Ruang lingkup
Tata cara ini menguraikan tentang metode pemilihan campuran beton dengan
semen hidrolis yang dibuat dengan atau tanpa bahan-bahan bersifat semen atau bahan
tambahan kimia lainnya. Beton ini terdiri dari agregat normal dan atau berat (untuk
membedakannya dari agregat ringan) dengan sifat kemudahan
pengerjaan(workability) yang sesuai untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi umumnya.
Bahan pengikat hidrolis yang diacu dalam standar ini adalah Semen Portland (SNI
15-2049-2004), Semen Portland Pozzolan (SNI 15-0302-2004), Semen Portland
Komposit (SNI 15-7064-2004), dan Semen Portland Campur (SNI 15-3500-2004).
Standar ini tidak untuk menentukan pemilihan campuran yang menggunakan serbuk
silika padat (condensed silica fume).
Metode ini memberikan perkiraan awal pemilihan campuran yang diperiksa
lebih lanjut dengan percobaan di laboratorium sesuai dengan lampiran D atau di
lapangan, dan bila perlu disesuaikan, untuk mendapatkan karakteristik atau sifat-sifat
khusus yang diinginkan dari beton yang dihasilkan.
(SNI 7656:2012)
1.2.4. PENGUJIAN BETON (KUAT TEKAN DAN UJI TARIK)
1. Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder
Standar ini terdiri dari penggunaan beban tekan aksial terhadap benda uji beton
berbentuk silinder yang dicetak baik di laboratorium maupun di lapangan, pada laju
pembebanan yang berada dalam batas yang ditentukan hingga terjadi kehancuran.
Kuat tekan benda uji dihitung dengan membagi beban maksimum yang diterima
selama pengujian dengan luas penampang benda uji.
Arti penetapan kuat tekan dengan standar ini harus diterjemahkan secara hati-
hati karena kekuatan yang dihasilkan bukanlah perilaku yang mendasar dan
sesungguhnya dari beton yang dibuat dari material tertentu. Nilai yang dihasilkan
akan tergantung pada ukuran dan bentuk benda uji, penimbangan, prosedur
pencampuran, metode pengambilan contoh,
pencetakan dan umur, temperatur dan kondisi kelembaban selama perawatan.
Hasil pengujian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pengendalian mutu
dari komposisi campuran beton, proses pencampuran dan kegiatan pengecoran beton;
penentuan hasil pekerjaan yang memenuhi spesifikasi; dan evaluasi keefektifan bahan
tambah serta pengendalian kesetaraan penggunaannya.
A. Ruang lingkup
Standar ini meliputi penetapan kuat tekan beton benda uji berbentuk silinder
yang dicetak baik di laboratorium maupun di lapangan. Standar ini dibatasi untuk
beton yang memiliki berat isi (unit weight)
lebih besar dari 800 kg/m
Standar ini dapat melibatkan hal-hal yang membahayakan, baik bahan-
bahannya, langkah pengoperasian dan peralatan yang digunakan. Standar ini tidak
membahas masalah keselamatan yang berhubungan dengan penggunaannya. Sebelum
menggunakan standar ini, pengguna bertanggung jawab untuk mempertimbangkan
dan menetapkan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan yang memadai serta
menetapkan penerapan batas-batas peraturannya.
(SNI 1974:2011)
Tabel 1 - Diameter maksimum permukaan tekan
Diameter benda uji (mm) Diameter maksimum permukaan tekan
(mm)
50 105
75 130
100 165
150 255
200 280