Cerpen

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 8

DIARI CALON PENGANTIN

6 Oktober 2006

Ass. Wr. Wb

Salam yang lengkap untukmu, sebab berangmu akan berbuah jika kulalai atas hal itu.

Juga kuingin gamblang untuk mengimbangi meski mungkin tanpa sadar ataupun tak

terjangkau kata sederhana dariku melukiskan apa yang ada di pikir dan di hatiku.

Sering bertengkar atau tepatnya mempermasalahkan hal spele adalah nama tengah

kita sejak awal. Toh dengan ketidakpedulianku berbentur pada ketidakmengertianmu

yang harus terjawab. Masa bodoh melandaku meski darimu tanya dan harap jawaban

memasungmu.

Beriring waktu, ku tak tau dan tak mau tau apa yang terjadi pada dirimu. Ku hanya

bergelut memperjuangkan hatiku agar tidak jatuh pada orang, tempat, dan cara yang

salah. Kutempuh segala alur bahkan sampai membuatku merangkak dan berdarah-

darah.

Lalu kau tawarkan sebuah proses terindah dalam rangka penggenapan separuh agama.

Dengan santai kuiyakan. Why not. Ini impianku sejak dulu. Toh rasaku masih pada

titik nol, tidak minus. Kucerita tentang diriku dan tak kuacuhkan kikukmu. Ini aku,

apa adanya dan tak akan ada yang kusembunyikan.

Kau menyebutku unik, membuatku sadar kau memandang beda kekuranganku. Kau

bersumpah serius atas nama Ilahi. Kupercayai kau sepenuhnya meski kutakberharap

lebih. Kau penuhi syaratku tanpa bimbang, membuatku sadar kau memikirkan lebih
keinginanku. Kau tepis bimbangku dengan santai. Kuatkan bahwa semuanya akan

baik-baik saja. Kau beriku tempat saat remuk hamper memberangus tualng-

tulangku.Bahkan aib sayap-sayapku jadikannmu bertambah yakin akan ada waktu

untukku. Kau menerimaku utuh meki mungkin orang lain akan berfikir dua kali untuk

itu.

Kau ingini aku agar mendapat rahmat Ilahi. Membantah takutku jika ini hanya luapan

emosi manusiawi semata. Kau ulurkan niat yang tulus dan tekad yang kuat untuk

meraihku bersamamu menapaki alur-alur beronak demi sebuah penghambaan

terhadap Sang Pencipta kita.

Lalu mengapa harus menolakmu?! Meski rasa belum berbuah cinta sebab tidak wajib

itu ada. Jika kau yakin aku bisa temukan itu suatu saat, maka mengapa aku harus

meragukan diriku sendiri. Lalu mengapa tak memberimu tempat?! Sedang yang kau

lakukan hanya sebuah ikhtiar menuju peribadatan kepadaNya. Meski belum saatnya

menyerahkan rasa yang memang belum ada.

Aku belajar dalam keraguan. Ruangmu sadarkan lengah jiwa. Lecutan-lecutan

kesadaran mengungkungku dalam tangis tanpa suara. Mampukah aku lebih mulia dari

bidadari? Sanggupkah aku menjadi tulang rusuk yang dekat di hati?. Bisakah aku

menjadi wanita shalih ataupun muslimah sejati?

Terpuruk dalam diam dan sedih kumenunduk. Aku hanya sanggup bermimpi sambil

merenda keyakinan bahwa kesempatan untukku ada. Bahwa DIA masih teramat

menyayangiku serbagai hamba. Pun jika takdir kita berbeda, tulus terucap terima

kasih telah menjadi perantara kesadaran. Pun jika ada kesempatan merasai indah
bersama, ajari aku mencinta, tuntunku gapai surga, dan bawaku bersama

menghadapNya….. sambil berkata bangga “ Dia mar`ahku, yang bersedia bersamaku

raih ridhaMu dan menjadikanku dicintai setelahMu ”.

31 Desember 2006

Kusadari, jalan yang kita lalui sulit. Ini akan menjadi jejak-jejak hidup yang kita

pilih. Maafkan aku jika membuatnya tak seperti apa di pikirmu. Di sini dua ego yang

bermain apalagi melibatkan keluarga. Kupahami jika kau meraguiku sebab memang

tidak ingin terucap kusangat inginkan ijab qabul itu nyata. Aku takut bermimpi……..

Jika langkahmu tertatih, kumohon jangan berhenti. Biarkan kita berjuang sampai

napas kita tersengal, dada kita sesak, dan jiwa raga kita lelah. Bukankah para pencinta

sejati bahkan mengorbankan darah dan nyawanya dalam rangka pencapaian cinta

pada Sang Pemilik Cinta.?! Bukankah kita adalah pejuang untuk memepersembahkan

cinta tulus kita padaNya dengan penghalalan sesuai yang Dia inginkan.

Maafkan aku, jika menjadikan ini begitu rumit, sehingga kita lelah. Aku yang tidak

bisa biasakan labil pikirku. Salah mmenderaku mendengarmu tak seyakin dulu. Perih

gores hatiku saat kau tawarkan bersedia jkika akhirnya ini berakhir sampai disini.

Kumemang belum mencinta tapi aku ingin mencoba belajar. Belajar pada orang yang

mau menerimaku utuh dalam rapuh dan ketidaknormalan. Aku mauimu dengan

menafikan ego-egoku, meski itu tak terbahasakan. Bukan tak mau jujur. Aku hanya

terlalu memproteksi diri untuk tidak membenihkan rasa yang bukan pada saat dan
tempat seharusnya. Jika kuterlalu padamu, memang. Meski berat, resiko terburukpun

siap kujalani sebab aku yang memilih.

Membuatmu gamang, aku yang akan selalu gundah. Meski larangmu untuk pikir

semuanya, aku tak bisa. Aku ingin terlibat sebab aku yang harus bertanggung jawab.

Kumohon yakinlah. Percaya padaku bahwa aku yang akan berjuang untuk kita. Meski

hanya aku dan Rabb kita yang tau. Aku ingin kau yang ucapkan padaku “ Jadilah

bidadariku”, sebagai akhir perjuangan dan awal peribadatan cinta. Meski juga tidak

ternafikan bahwa Allahlah sang penentu itu.

Proses ini, ajarkanku pendar-pendar kedewasaan, alur-alur bersikap, dan tidak lagi

sibuk memiliki dunia sendiri. Jadi, tidak mungkin aku menyerah hanya karena kita

tidak sanggup melangkah. Dari semua rintangan dari manusia, bukankah ada Allah

yang akan beri kita jalan dan akhir terbaik.

Rabbku, engkau tau apa yang ada di hati dan pikirku serta di diri-diri kami. Jika ini

akan membawa kami pada muara cinta sejati pada Mu dan menginginkan ridhaMu,

beri kami hikmah dan jalan terbaik menurutMu, mudah ataupun sulit. Jika dia

menginginkanku karenaMu dan berharap meraih surgaMu bersamaku, kuatkan dia

dan aku ya Rabb.

Tetapi jika semua ini sia-sia dan menjadikan kami bermaksiat padaMu, kumohon

Bantu kami menghentikannya. Jauhkan hati, pikir, dan jasad kami dari berbuat salah

kepadaMu.
Engkau muara ya Rabb. Maka atas izinMulah ikhtiar-ikhtiar ini menjadi nyata. Kami

mungkin akan selalu jaut dan jatuh, tetapi ini upaya terbatas kami untuk melakukan

penghambaan, terlepas dari nafsu naluria kami.

Biarlah hanya Engkau yang tau mau diriku sebab hanya Engkau yang akan beri

terbaik, meski di titik terlelah jiwaku. Izinkan aku tetap mencintaiMu……….

23 Januari 2007

Kusudah letih, mungkin. Ketika pikirku tidak lagi memuarakan yakin. Dari segala

alur yang kita tempuh juga perjalanan panjang meletihkan, aku hanya mampu

terpaku. Juga hadirmu yang tak urung hadirkan gundah. Bukan seperti itu yang

kumau tapi juga tak ingin ada paksaku terhadap keadaan.

Kaupun gamang, kutau dari sikapmu tidak ingin ataupun belum bahasakan masa

depan. Tak mau tau bagaimana nanti, bagaimana jika. Termasuk sikap-sikap bodohmu

hadapi persoalan. Karena begitu besarkah rasa cinta itu? Atau egomu yang tak

mampu terealisasi? Kutertawa mengetahuinya, menyembunyiokan miris yang

menggores perih. Lagi-lagi bukan itu mauku. Kutak ingin proses ini lahirkan orang-

orang buta dan tidak merealita. Kita hanya mampu berupaya kan? Allahlah penentu

segala hasil….

Jika jalur-jalur ini juga melelahkanmu, tak mampu kuberbuat apa-apa. Meski kuingin

kau tetap tegarkan diri dalam kondisi apapun. Yang mereka mau hanya untuk

kebaikanku tapi terpasung juga dalam ego. Tapi bukankah kita berjanji untuk

berjuang, bukan memaksakan.


Meraguimu, iya. Ada ketakutan hidup bersamau jika pilihanku sendiri. Aku ingin

mereka terlibat, ada bersama kita sehingga saat beda memaksa marah, kita punya

tempat pulang.

Meraguimu, iya. Dalam realita kumerasa kau belum sepenuhnya ada. Impian dan

angan ideal yang ada di kepala dan hatimu tidak kau bumikan. Minimal kau kuat,

agar bisa menguatkanku juga.

Meraguimu, iya. Tapi lelah kuserahkan sepenuhnya pada takdirku. Tak sanggup lagi

kuberjuang, kecuali kau ada dan katakana “ Bismillah, apa yang kau ragukan jika ada

Allah bersama kita?!”

Maafkan aku, jika teramat sering buatmu kecewa dan terluka. Tak ada maksud untuk

itu. Kau dengan caramu, aku dengan caraku. Pun saat pikirmu bahwa ada rasa di

hatiku terbantahkan. Tak perlu ada itu, meski kutau kau sudah terlalu jauh.

So… silahkan berjuang dengan caramu. Tempuh alur yang kau mampu. Toh, saat kita

ditakdirkan bersama maka akulah yang terbaik untukmu, begitupun kamu. Dan saat

kata “tidak” menghentikan alur manapun menujuku, maka telah tersedia orang yang

terbaik untuk kita masing-masing. Yang jelas dirimu dan proses ini, buatku belajar

banyak hal. Juga sadarkanku bahwa tidak semua aku adalah aku.

5 FEBRUARI 2007

Ada yang hilang menguap bersama lelah juga waktu yang kian tak berujung. Cerita-

cerita pun bergulir menghenyakkanku pada kesadaran-kesadaran. Banyak hal terlalui,

hingga melemahkan sendi-sendiku. Tak ada mauku atasmu, lebih dari ingin ada
temanku meraih ridhaNya hingga akhirat menjadi tempat. Jika banyak egoku

terpasung, juga idealismemu yang terleburkan, kupositifthinkingkan bahwa karena

kita ingin gapai terbaik menurut kita.

Dan pada realita, bersama itu sulit, maka tak mengapa jika di titik itu kita legowokan

untuk berhenti. Biarkan saja angin membawa sisa-sisa yang tidak terkuak juga tanya

yang belum terjawab. Seperti saat kuat ingin memulai ini, mari kita bertakbir untuk

mengakhirinya.

Tak ada sesalku meski sedikit goreskan kecewa atas mimpi yang tak jadi nyata. Ini

pembelajaran berharga pada sebuah universitas hidup dan dirimu salah satu guru

terbaikku. Jika maumu dan mauku tidak bisa menjadi mau yang dikehendakinya,

maka lapangkan dada untuk terima apa adanya. Pun telah kupejamkan mata dn kuhela

nafas teramat panjang, mencoba caricelah di titik terhitam sekalipun juga pada pintu-

pintu yang bersedia terkuak.

Jadi sudahlah. Lelahku bukan alasan tapi akhiri adalah keputusan. Jodohkah kita?

Bukan lagi amanahku untuk memperjuangkan itu. KuasaNyalah yang akan terjadi

pada takdir kita.

Hati dan pikirku tsiqah bahwa tempatmu masih kosong dan kutakut bukan terisi

olehmu.

Maafkan aku………

Terima kasih………

Namamu pernah ada dan beriku warna. Tapi pergilah dan pulang pada hatimu. Aku

akan tetap merenda hari bersama mimpi dan misteriNya.


14 februari 2007

Jahat dan kejam. Klaimmu terhadapku atas keputusan ini. Tak mengapa, ucap hatiku.

Resiko terburukpun siap kuterima atas pilihan yang harus ditentukan. Dengan suara

lelah kau coba bertahan, tetapi rasa kasian bukan jawaban menarik kembali

keputusan. Akhirnya kaupun pasrah, sebab upaya tak mampu lagi berkata.

Kubukan tak ingin menunggu, tetapi waktu yang berlalu cukup memberikan jalan.

Kau bukannya tak pantas. Hanya mungkin memilih jalan salah atau waktu yang tidak

berpihak. Aku ditakdirkan bukan untukmu. Juga keterbatasan sebagai manusia.

Sungguh. Takkan berhenti kupinta maaf seberapa banyakpun yang kau mau. Kuharus

memberangus rasa senangmu dengan luka. Sabar saja ya. Kuyakin kau mampu

melakuknnya. Orang baik dan berilmu sepertimu pasti telah disiapkan orang terbaik,

juga bidadari di surga.

Jujur, ada sedikit rongga di hatiku yang miris harus kembali menyakiti. Tapi tolong

mengertilah. Aku sudah tak sanggup menuai letih… Ini membebanimu jika

dipaksakan. Kutau itu dan kutak mau terjadi.

Kata-kataku habis. Mengendap oleh rasa bersalah yang memvonis. Tolong jangan

terlalu merasa terluka. Tegarlah. ucapku terima kasih karena kau menyenangiku dan

pernah membuatku merasa sangat istimewa.

“ Jaga ksehatnx de ya jg srnq jgn mls ngaji dan baca, eksis trus.. ”

Sms terakhirmu…………

Wassalam.

You might also like