Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Puskesmas Jatibening adalah bagian unit pelayanan kesehatan

di Kota Bekasi yang memberikan pelayanan kesehatan dibidang

promotif, kuratif dan rehabilitatif untuk penyakit-penyakit yang menular.

Yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta

membina peranan masyarakat dalam rangka kemandirian dibidang

kesehatan.

Puskesmas Jatibening Kota Bekasi terletak di Kecamatan

Pondok Gede yang memiliki 2 ( dua ) wilayah kerja yaitu Kelurahan

Jatibening dan Kelurahan Jatibenin Baru dengan jumlah penduduk yang

cukup padat 94.690 jiwa, berbatasan langsung dengan Propinsi Jakarta.

Sedangkan sumber daya manusia yang ada di Puskesmas Jatibening

hanya 22 orang dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda.

Dengan kondisi tersebut Puskesmas Jatibening harus memberikan

pelayanan didalam gedung dengan rata-rata kunjungan harian adalah 80

orang juga harus memberikan pelayanan di luar gedung seperti

Posyandu dan rapat – rapat kordinasi dengan Dinas Kesehatan dan

Instansi lain seperti Kecamatan dan Kelurahan. Sehingga terkadang

kondisi ini membuat tenaga kesehatan di Puskesmas Jatibening sering

tidak maksimal dalam memberikan pelayanan.


2

Berdasarkan Peraturan Walikota Bekasi no 8 tahun 2016 ,

salah satu tugas pokok Kepala Puskesmas adalah menyelenggarakan

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat , melalui upaya-upaya

pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif yang terpadu dengan

pelaksanaan kesehatan promotif dan preventif dalam rangka mendukung

tugas pokok Kepala Puskesmas.Dalam menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang prima, juga memerlukan sistem strategi yang sesuai

dengan endemisitas penyakit. Sebagai Kepala Puskesmas Jatibening,

mempunyai tanggung jawab dalam penanggulangan penyakit menular

di wilayah kerja Puskesmas Jatibening.

Di antara penyakit – penyakit menular tersebut yang masih

kompleks permasalahannya sampai saat ini adalah penyakit Kusta.

Penyakit Kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga ,

termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih

kurangnya pengetahuan / pengertian , kepercayaan yang keliru terhadap

kusta dan cacat fisik permanen yang ditimbulkannya. Walaupun

Indonesia telah mencapai eliminasi penyakit Kusta sebagai masalah

kesehatan pada tahun 2000,namun kasus baru kusta masih terus

ditemukan dan diperkirakan akan masih ditemukan di tahun-tahun

berikutnya.Oleh karena itu, kesinambungan pelayanan kesehatan

penyakit kusta harus tetap optimal untuk memastikan seluruh pasien

kusta terlayani dengan baik.

Menurut Permenkes no 82 tahun 2014 dan Pedoman

Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta tahun 2012, Penyakit

kusta adalah penyakit menular langsung yang menimbulkan masalah


3

yang sangat kompleks yang harus ditanggulangi bukan hanya dari segi

medis tetapi meluas sampai masalah sosial , ekonomi dan budaya. Maka

diperlukan program pengendalian secara terpadu dan menyeluruh

melalui strategi yang sesuai dengan endemisitas penyakit kusta. Selain

itu juga harus di perhatikan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial dan

ekonomi untuk meningkatkan kualitas hidup mantan penderita kusta.

Saat ini yang akan dibahas dalam proyek perubahan

adalah Layanan Kesehatan Penyakit Kusta melalui Komunitas

Penderita Kusta di Puskesmas Jatibening Kota Bekasi. Alasan

dilakukannya proyek perubahan ini dikarenakan dari tahun ke tahun

masih ditemukan sejumlah penderita baru berdasarkan data puskemas

Jatibening dan kurangnya tenaga kesehatan di puskesmas Jatibening.

DATA PASIEN KUSTA DI KOTA BEKASI

DAN WILAYAH PUSKESMAS JATIBENING

Jumlah penduduk Jumlah kasus Jumlah total kasus kusta


Tahun baru kusta
Kota Jati Kota Jati Kota Jati
Bekasi bening Bekasi bening Bekasi bening
2013
2014 2.377.669 86.831 121 18
2015 2.592.821 94.690 169 8
Sumber data : Dinas Kesehatan Kota Bekasi Sie P2P

Sehubungan dengan hal itu, yang akan di lakukan oleh project

leader dalam proyek perubahan ini adalah : Membentuk Komunitas

Penderita Kusta di wilayah Puskesmas Jatibening yang merupakan


4

sebuah kumpulan penderita kusta baik yang kasus baru ,masih dalam

pengobatan, maupun yang sudah sembuh . Membuat Pedoman

Pengendalian Penyakit Kusta yang akan diajarkan oleh tenaga

kesehatan puskesmas jatibening kepada Komunitas yang akan

membantu Tim Kesehatan Puskesmas Jatibening dalam

penanggulangan penyakit kusta . Membuat Rumah Singgah SAHABAT

yang berfungsi sebagai : Tempat Informasi tentang kesehatan

khususnya penyakit kusta, tempat perawatan luka dari penderita kusta

tempat Konseling Kesehatan

Dengan strategi ini diharapkan dapat terwujudnya proyek

perubahan yang diinginkan. Apabila proyek perubahan ini berhasil

dilaksanakan , maka akan tersedianya Komunitas Penderita Kusta ,

Pedoman Penanggulangan Penyakit Kusta serta Rumah Singgah

SAHABAT di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatibening. Hal ini

diharapkan dapat diketahui secara dini kasus-kasus baru secara cepat

dan meningkatnya pengetahuan dan pengertian masyarakat tentang

penyakit kusta.

Adapun kendala yang mungkin timbul dalam mengerjakan

proyek perubahan ini adalah kurangnya waktu untuk pertemuan antara

para stakeholder dan kedisiplinan para stakeholder dalam mengerjakan

proyek perubahan ini. Sehingga diperlukan suatu niat, usaha, disiplin,

dan tanggung jawab bagi petugas yang sudah ditugaskan tadi dalam

mengerjakan tugasnya masing-masing. Untuk mengatasinya diperlukan

strategi pendekatan kepada semua anggota tim dan memaksimalkan

waktu yang ada guna tercapainya proyek perubahan ini.


5

Kendala lain yang timbul adalah pandangan negatif stakeholder

dan masyarakat terhadap penderita kusta. Selain itu motivasi penderita

untuk memeriksakan kesehatannya juga sangat rendah. Jadi sangat

diperlukan pendekatan secara intensif untuk memotivasi para

stakeholder dan penderita kusta dalam hal pengendalian penyakit kusta.

B. Tujuan

Layanan Kesehatan Penyakit Kusta melalui Komunitas

Penderita Kusta di Puskesmas Jatibening Kota Bekasi sebagai proyek

perubahan, bertujuan sebagai berikut:

a. Jangka Pendek :

Membentuk Komunitas Penderita Kusta , membuat Pedoman

Pengendalian Penyakit Kusta , dan Rumah Singgah SAHABAT untuk di

implementasikan di 1 Rw Kelurahan Jatibening Baru

b. Jangka Menengah

Membentuk Komunitas Penderita Kusta , membuat Pedoman

Pengendalian Penyakit Kusta , dan Rumah Singgah SAHABAT untuk di

implementasikan di 11 Rw Kelurahan Jatibening Baru

c. Jangka Panjang

Membentuk Komunitas Penderita Kusta , membuat Pedoman

Pengendalian Penyakit Kusta , dan Rumah Singgah SAHABAT untuk di

implementasikan di 14 Rw Kelurahan Jatibening


6

C. Manfaat

Adapun manfaat yang di dapat diperoleh dari pelaksanaan

proyek perubahan ini adalah sebagai berikut ,

1. Bagi Pemerintah Kota Bekasi :

 Salah satu upaya pengendalian penyakit menular

 Untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Kota

Bekasi

2. Bagi Dinas Keshatan Kota Bekasi melalui Puskesmas Jatibening :

 Meningkatkan pelayanan kesehatan

 Upaya pecegahan penyakit Kusta

 Upaya rehabilitasi penderita penyakit kusta

3. Bagi Masyarakat :

 Mengubah pandangan dan pengertian masyarakat tentang

penyakit kusta melalui Komunitas Penderita Kusta

 Masyarakat lebih mengenal penyakit kusta

D. Ruang Lingkup

Untuk meningkatkan capaian program pengendalian penyakit

kusta di Puskesmas Jatibening perlu dilakukan perubahan secara nyata.

Berdasarkan kepentingan saat ini dan kemampuan yang dimiliki, maka

proyek perubahan yang akan dilakukan dalam hal ini hanya dibatasi

pada tersedianya Komunitas Penderita Kusta , membuat Pedoman

Pengendalian Penyakit Kusta , dan Rumah Singgah SAHABAT untuk di

implementasikan di 1 Rw saja
7

Langkah-langkah penting yang akan dilakukan adalah:

1. Membentuk tim kerja efektif untuk mendukung dan melaksanakan

proyek perubahan

2. Menginventarisir , mengolah dan menetapkan data – data penderita

penyakit kusta

3. Membuat rancangan Komunitas dan Rumah Singgah serta draft

Pedoman Pengendalian Penyakit Kusta

4. Konsultasi rancangan Komunitas dan Rumah Singgah serta draft

Pedoman Pengendalian Penyakit Kusta

5. Kordinasi rancangan Komunitas dan Rumah Singgah serta draft

Pedoman Pengendalian Penyakit Kusta

6. Penetapan Komunitas dan Rumah Singgah serta Pedoman

Pengendalian Penyakit Kusta

7. Sosialisasi Komunitas dan Rumah Singgah serta Pedoman

Pengendalian Penyakit Kusta

8. Uji coba Komunitas dan Rumah Singgah serta Pedoman

Pengendalian Penyakit Kusta

9. Implementasi Komunitas dan Rumah Singgah serta Pedoman

Pengendalian Penyakit Kusta


8

E. Keluaran Utama (Output Kunci)

Adapun Output Kunci proyek perubahan ini antara lain:

1. Terbentuknya Tim Efektif yang terdiri dari Tim Teknis dan Tim

Administrasi dibentuk melalui rapat pembahasan untuk penetapan

personil yang sesuai dengan kompetensi nya

2. Tersedianya Data yang terdiri dari orang-orang yang mengidap

penyakit kusta baik yang kasus baru ,masih dalam pengobatan,

maupun yang sudah sembuh di wilayah Kota Bekasi dan wilayah

kerja Puskesmas Jatibening

3. Tersedianya Pedoman yang berisikan tentang penyakit kusta ,terdiri

dari cara mengenal,cara penularan,cara perawatan luka ,cara

pencegahan, cara pendekatan terhadap penderita , bagaimana cara

penyuluhan serta cara melaporkan kasus kusta

4. Terbentuknya Rumah Singgah SAHABAT yang berfungsi sebagai :

Tempat Informasi tentang kesehatan khususnya penyakit kusta,

tempat perawatan luka dari penderita kusta tempat Konseling

Kesehatan
9

BAB II

DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN

A. Roadmap

Lihat pada lampiran

B. Milestone

NO KEGIATAN WAKTU
1 Mengadakan pertemuan dengan Kadep 14 Juli 2014

saraf sebagai sponsor dan mentor dalam

proyek perubahan ini untuk membahas


10

gagasan-gagasan yang ada dan

membicarakan hal-hal yang akan

dilakukan proyek perubahan di

Departemen Saraf.

2 Membuat undangan untuk kegiatan 14 Juli 2014

pertemuan dengan stakeholders

sekaligus mengedarkan undangan

tersebut.

3 Pertemuan awal dengan stakeholders 15 Juli 2014

untuk membicarakan tentang proyek

perubahan. Stakeholders terdiri dari

Kadep Saraf sebagai sponsor kegiatan

dan juga berperan sebagai mentor dari

project leader, perawat pelaksana 1,

perawat pelaksana 2, perawat pelaksana

3, petugas pengambil data, dan project

leader sendiri. Pertemuan dilakukan di

ruang pertemuan Departemen saraf

RSPAD Gatot Soebroto

4 Sosialisasi kegiatan berupa penjelasan 15 Juli 2014

tentang tugas masing-masing tim pokja

dalam proyek perubahan ini.


11

5 Penyusunan tim efektif dengan dibuatnya 16 Juli 2014

nota dinas penugasan dalam proyek

perubahan.

6 Pelaksanaan proyek perubahan tentang 21 juli–13

peningkatan sistem pendataan dan September 2014

pelaporan tindakan pemeriksaan

penunjang neurofisiologis EEG,EMG

dan MEP di Departemen Saraf.

Pencatatan data pasien dilakukan di

buku besar berupa data tentang no

periksa, no medical record, nama pasien,

umur, jenis kelamin, pangkat/golongan,

kesatuan, waktu kedatangan, waktu

dilakukan tindakan pemeriksaan, respon

time pasien, waktu pasien saat menerima

hasil pemeriksaan, riwayat penyakit,

dokter yang mengirim, dokter yang

membaca hasil dan keterangan hasil

pemeriksaan yang dilakukan. Data

tersebut kemudian diinput dalam

komputer di departemen saraf.

6 Evaluasi akhir 15 September- 19


12

Mengadakan pertemuan dengan Kepala September 2014

Departemen Saraf mengenai kegiatan

yang sudah dilakukan dan mengajukan

pertimbangan untuk mengadakan jam

komandan secara berkala untuk

mengetahui data-data yang sudah dibuat

C. Stakeholder Proyek perubahan

Dalam mengerjakan proyek perubahan ini, diperlukan tim efektif

guna tercapainya keberhasilan kegiatan ini. Tim efektif ini terdiri dari

seorang pimpinan dan para stakeholder. Pimpinan mempunyai tanggung

jawab atas keputusan-keputusan yang diambil dalam pencapaian tujuan

yang dikehendaki.

Selain pimpinan, para stakeholder juga mempunyai peran yang

besar dalam keberhasilan proyek perubahan ini. Bila ada masalah

dengan para stakeholder ini maka proyek perubahan akan terhambat.

Sehingga tujuan utama untuk mengadakan peningkatan sistem

pendataan dan pelaporan di Departemen Saraf akan mengalami

kendala.

Tim efektif dalam pelaksanaan proyek perubahan ini adalah :

1. Kepala Departemen Saraf RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta / Sponsor

dan Mentor ( Kolonel Ckm dr. Tugas Ratmono SpS )


13

a. Memberikan ijin, dukungan dan arahan dalam pelaksanaan proyek

ini. Karena beliau pimpinan tertinggi di unit kerja project leader

berada.

b. Memberikan persetujuan atas terlaksananya implementasi proyek

perubahan.

c. Memonitoring perkembangan pelaksanaan tahap laboratorium

kepemimpinan.

2. Pembimbing / Coach ( Bapak Dwi P. Herlambang, SH, M.Si )

a. Memberikan arahan, masukan dan bimbingan dalam mengerjakan

proyek perubahan ini.

b. Melakukan monitoring perkembangan terhadap project leader dalam

pelaksanaan proyek ini.

c. Melakukan intervensi bila penulis mengalami permasalahan dalam

kegiatan-kegiatan selama tahap laboratorium kpemimpinan.

3. Project Leader ( dr. Erna Oktavia )

Sebagai Kaur Data dan Pelaporan di Departemen Saraf RSPAD

Gatot Soebroto .

a. Mempersiapkan dan merencanakan dokumen dan waktu yang

diperlukan sebelum pertemuan dengan mentor.

b. Melakukan komunikasi dengan mentor dan stakeholder .

c. Membuat laporan tahap taking ownership.

d. Melakukan diskusi dengan coach dan mentor tentang proses

imlementasi proyek perubahan.


14

e. Melakukan implementasi proyek perubahan

f. Menyusun laporan proyek perubahan kedalam sebuah deskripsi utuh.

4. Petugas pencatat data di bagian EEG ( sr. Sri Ngilmiati )

Perawat pelaksana lanjutan yang berperan dalam melakukan

pencatatan dan pelaporan pasien yang dilakukan tindakan

pemeriksaan penunjang dibagian EEG.

5. Petugas pencatat data di bagian EMG ( sr. Lies Sriwita )

Perawat pelaksana yang berperan dalam melakukan pencatatan dan

pelaporan pasien yang dilakukan tindakan pemeriksaan penunjang

dibagian EMG.

6. Petugas pencatat data di bagian MEP ( sr. Donna )

Perawat yang berperan dalam melakukan pencatatan dan pelaporan

pasien yang dilakukan tindakan pemeriksaan penunjang dibagian

MEP.

7. Petugas pengambil data ( Effi Rismawati )

Staff Litbang Departemen Saraf yang ditugaskan mengambil data

dan pelaporan dari bagian EEG, EMG dan MEP. Data-data tersebut

kemudian diinput kedalam sistem komputer yang terpusat di

Departemen Saraf.

D. Strategi Komunikasi
15

Untuk membangun komunikasi yag baik dengan para stakeholder

penulis sebagai project leader mengadakan pertemuan secara berkala

dengan waktu semaksimal mungkin untuk membahas tentang kegiatan

yang akan dilakukan dan kegiatan yang sudah dilakukan.

Pertemuan dengan para stakeholder dilakukan baik secara resmi

dengan cara paparan, maupun secara tidak resmi seperti pertemuan

biasa antar personal. Hal ini dilakukan untuk memantau sejauh mana

proyek perubahan ini berjalan, dan dapat diketahui kendala-kendala dan

masalah yang ditemukan . Bila permasalahan bisa diketahui diawal –

awal kegiatan, maka diharapkan dapat ditemukan jalan keluar dan

pemecahannya.
16

BAB III

PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

A. Capaian Proyek Perubahan

Dalam BAB ini penulis akan menguraikan gambaran yang ada

sebelum dilakukan proyek perubahan dan gambaran setelah dilakukan

proyek perubahan, yang intinya untuk mencapai tujuan yaitu adanya

penyusunan format data pasien dalam rangka peningkatan sistem

pendataan dan pelaporan tindakan pemeriksaan penunjang

neurofisiologis EEG, EMG dan MEP di Departemen Saraf RSPAD Gatot

Soebroto, Jakarta.

No Sebelum Poyek Perubahan Sesudah Proyek Perubahan

1 Pencatatan data masih tercatat di Pencatatan data sudah terpusat

bagian masing-masing di Departemen Saraf

pemeriksaan penunjang

2 Data tentang waktu kedatangan Data tentang waktu kedatangan

pasien, waktu dilakukan pasien, waktu dilakukan

pemeriksaan, waktu pengambilan pemeriksaan, waktu

hasil serta respon time pasien pengambilan hasil serta respon

yang dilakukan pemeriksaan time pasien yang dilakukan

penunjang belum tercatat pemeriksaan penunjang sudah

tercatat

3 Data dan pelaporan belum diinput Data dan pelaporan udah

dikomputer Departemen Saraf diinput dikomputer Departemen

Saraf
17

B. Kendala Internal dan Eksternal

Kendala Rencana Aksi Proyek Perubahan ini mengarah pada

stakeholder internal, diantaranya :

1. Sulitnya mengatur waktu untuk berdiskusi dan mengadakan

pertemuan dengan mentor dan para stakeholder. Hal ini terjadi

karena dilingkungan rumah sakit setiap petugas kesehatan

diharapkan untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada

pasien dalam upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang

prima, sehingga lebih mengutamakan pelayanan pasien terlebih

dahulu.

2. Adanya keterbatasan stakeholder untuk melakukan pencatatan dan

pelaporan data-data sehubungan dengan lebih mengutamakan

pelayanan ke pasien terlebih dahulu.

Hal-hal tersebut diatas merupakan hambatan dan kendala dalam

melaksanakan proyek perubahan dalam meningkatkan sistem

pendataan dan pelaporan tindakan pemeriksaan penunjang

neurofisiologis di Departemen Saraf.


18

C. Strategi Mengatasi Kendala

Untuk mengatasi kendala-kendala yang ada , penulis sebagai project

leader berupaya mengadakan pendekatan secara personal dengan para

stakeholder dan terus menyesuaikan waktu semaksimal mungkin agar

proyek perubahan ini berjalan dengan baik sesuai yang diinginkan demi

terwujudnya penyusunan format data pasien dalam rangka peningkatan

sistem pendataan dan pelaporan tindakan pemeriksaan penunjang

neurofisiologis di Departemen Saraf.


19

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil rencana aksi Proyek Perubahan mengenai

Peningkatan Sistem Pendataan dan Pelaporan Tindakan Pemeriksaan

Penunjang Neurofisiologis EEG,EMG dan MEP di Departemen Saraf

RSPAD Gatot Sebroto, Jakarta. Maka dapat disimpulkan bahwa yang

merupakan hasil akhir dalam proyek perubahan ini adalah sebagai

berikut :

1. Sistem administrasi berperan sangat penting untuk membantu

meningkatkan pelayanan kesehatan di RSPAD Gatot

Soebroto, Jakarta.

2. Sistem pendataan dan pelaporan tindakan pemeriksaan

penunjang neurofisiologis EEG, EMG dan MEP di Departemen

Saraf awalnya belum terdata secara terpusat di Departemen

Saraf, tapi hanya terdata dibagian masing-masing saja. Dan

data yang ada pun belum lengkap penyusunannya.

3. Untuk meningkatkan sistem pendataan dan pelaporan

dibagian pemeriksaan penunjang disusunlah suatu format data

pasien dalam suatu buku pelaporan khusus dan kemudian

diinput dalam data khusus dikomputer Departemen Saraf.

4. Untuk mengatasi kendala-kendala dalam proyek perubahan ini

yaitu sulitnya mengatur waktu para stakeholder, dilakukan


20

pengaturan waktu semaksimal mungkin. Dan untuk mengatasi

keterbatasan dalam melakukan pendataan dan pelaporan

tindakan pemeriksaan penunjang dilakukan pendekatan

secara personal dengan para stakeholder guna tercapainya

pelaksanaan proyek perubahan ini sesuai yang diinginkan.

B. Rekomendasi

Dilakukan pertemuan berupa jam komandan secara berkala untuk

mengetahui pendataan dan pelaporan yang sudah dibuat. Sehingga

menimbulkan rasa tanggung jawab bagi para stakeholder dalam

melakukan tugasnya masing-masing.


21

DAFTAR PUSTAKA

1. Keputusan Kepala Staff Angkatan Darat Nomor Kep/50/XII/2006 tanggal 29

Desember 2006 , tentang Organisasi dan Tugas Direktorat kesehatan

Angkatan Darat.

2. Surat perintah Kepala RSPAD Gatot Soebroto Nomor : Sprin / 1615 / IX /

2008 tanggal 10 September 2008, tentang Standar Pelayanan Medik Ilmu

Penyakit Saraf.

3. Buku Pedoman tentang Penyelenggaraan dan Penerapan Patient Safety di

RSPAD Gatot Soebroto tahun 2010.

4. Keputusan Direktorat Kesehatan Angkatan Darat No Kep / 91 / IV / 2009

tentang Peraturan Internal Staf Medik RSPAD Gatot Soebroto

5. Buku ajar Neurology FK UI , JAKARTA.


22

You might also like