Revisi Jurnal Organik Kafein

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

DOI: 10.21776/ub.jpacr.Year.Vol.No.XXX J. Pure App. Chem. Res.

, Year, Volume (Number), page X


Day month Year

ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH


Muhammad Isro’1 Kiki Fitriana Febrianti,2 Andriana Kusuma Pertiwi*,3 ,Mezi Venezia Febrita4, Nur Khafidatur
Rahmah5

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Jurusan Kimia Universitas Brawijaya
*
Corresponding email : andrianakp@student.ub.ac.id
ABSTRACT
Teh hitam merupakan tanaman perdu yang bercabang-cabang dan berbatang bulat, memiliki tepi daun
yang bergerigi dengan warna hijau mengkilap. Teh hitam diperoleh dari proses fermentasi berulang-ulang dan
mengandung senyawa kafein yang dapat bermanfaat dan merugikan bagi tubuh. Senyawa kafein dalam the
hitam dapat dipisahkan dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan kloroform dan penambahan
CaCO3.Selain itu, digunakan pula Na2SO4 yang berperan sebagai penyerap air agar kafein dapat kering
sempurna. Dari kafein yang diperoleh, dapat diketahui kadar kafein murni dalam teh hitam serta spektra kafein
dari uji FTIR. Diperoleh kadar kafein murni dalam teh hitam sebesar 0,014%.
Kata kunci : Teh hitam, kafein, sublimasi, ekstraksi, uji FTIR

Black tea is a shrubs plant which has many branches and round stem and a jagged leaves edge with a
shiny green color. Black tea is obtained from repeated fermentation proccess and contain caffeine that has and
advantages and disadvantages in our body. Caffeine compound in tea can be separated by liquid extraction
method using chloroform and addition of CaCO3 . In addition, Na2SO4 is used as a water absorber for caffeine
to dry completely. Caffeine that obtained from experiment, it can be known levels of pure caffeine spectra from
FTIR test. Provided levels of pure caffeine in black tea by 0,014%.
Keywords: Black tea, caffeine, sublimation, extraction, FTIR test

PENDAHULUAN
Tanaman teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman perdu yang bercabang cabang
dan berbatang bulat. Daun teh berbentung jorong dengan tepi bergerigi dan memiliki helaian
daun berwarna hijau dan mengkilap. Bunga teh berwarna putih yang berada diketiak daun
dengan aroma harum. Buahnya berbentuk bulat dan pada saat masih muda buahnya berwarna
hijau lalu berubah coklat saat sudah masak. Komposisi kimia teh terdiri dari kafein, tanin,
protein, gula dan minyak atsiri yang terbentuk setelah fermentasi dan menghasilkan aroma
[1].
Teh disebut sebagai Camellia sinensis oleh Linnaeus berdasarkan urutan
taksonominya yaitu [2] :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dycotiledoneae

The journal homepage www.jpacr.ub.ac.id


p-ISSN : 2302 – 4690 | e-ISSN : 2541 – 0733

This is an open access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International which
permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/)
J. Pure App. Chem. Res., Year, Volume (Number), page X
Day month Year

Sub-kelas : Dilleniidae
Ordo : Theales
Famili : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
Tidak terdapat klasifikasi yang tetap mengenai jenis-jenis teh, tetapi dalam proses
perkembangannya terbentuk 4 jenis teh yang memiliki kekhasan masing-masing, yaitu [3]:
1. Teh Hijau
Memiliki warna hijau karena menggandung tannin yang tinggi. Daun teh yang dijadikan
teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik tanpa peoses fermentasi. Teh hijau
bermanfaat dalam mengikis kolestrol jahat dalam tubuh, mencegah osteoporosis, dan
meredakan stress.
2. Teh Hitam
Diperoleh melalui proses fermentasi secara berulang-ulang (sekitar 2 minggu sampai 1
bulan). Proses fermentasi tidak menggunakan mikrobia sebagai sumber enzim melainkan
dilakukan oleh enzim polifenol oksidase yang terdapat didalam daun teh itu sendiri. Teh
hitam bermanfaat dalam mengatasi flu dan menghangatkan badan.
3. Teh Oolong
Diproses secara semi-fermentasi kira-kira 10-70% proses oksidasi. Teh Oolong melewati
proses oksidasi yang dihentikan ditengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang
biasanya memakan waktu 2-3 hari. Teh Oolong bermanfaat dalam penurunan berat badan.
4. Teh Putih
Merupakan teh yang dibuat dari pucuk daun yang tertinggi yang tidak mengalami proses
oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi
pembentukan klorofil. Sama seperti teh hijau, daun teh ini tidak mengalami proses
fermentasi ataupun proses perubahan kimia. Teh putih bermanfaat sebagai antioksidan dan
antikanker.
Teh hitam sama seperti teh hijau dan teh oolong, sama-sama merupakan Camellia
sinensis. Perbedaan dari jenis-jenis tersebut adalah pada proses pengolahan daunnya. Pada
teh hitam, daun tehnya mengalami oksidasi enzimatis (biasa disebut fermentasi). Oksidasi
yang terjadi dapat dikatalisis menggunakan enzim polifenol oksidase yang nantinya akan
menghasilkan Tfs (The Orange-Red Theaflavins). TFs dapat diubah menjadi Trs yang
2 The journal homepage www.jpacr.ub.ac.id
p-ISSN : 2302 – 4690 | e-ISSN : 2541 – 0733
J. Pure App. Chem. Res., Year, Volume (Number), page X
Day month Year

merupakan senyawa paling banyak pada teh hitam menggunakan teknik kromatografi.
Sedangkan pada teh hijau tidak mengalami proses fermentasi seperti pada teh hitam tetapi teh
hijau diproses dalam waktu tidak lebih dari dua hari setelah dipetik [4].
Teh hitam dan teh hijau memiliki kandungan yang berbeda. Pada teh hijau terdiri dari
protein (15-20%), asam amino (1-4%), karbohidrat (5-7%), lemak dalam bentuk asam
linoleat dan asam linolenant, sterol dalam bentuk stigmasterol, vitamin B,C,dan E, kafein dan
teofilin, karotenoid, klorofil, dan mineral (5%). Selain itu terdapat pula senyawa aldehid,
alkohol, lakton, ester, dan hidrokarbon. Sedangkan pada teh hitam terdiri dari polifenol
(katekin), flavanol, karbohidrat (0,75%), pektin (4,9-7,6%), alkaloid (3-4%), klorofil
(0,019%), protein dan asam amino (1,4-5%). Selain itu, teh hitam juga mengandung asam
organik, resin, vitamin C, K, A, B1 dan B2 serta mineral-mineral [5].
Kafein merupakan salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi,
daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki
berat molekul sebesar 194,19 gram/mol dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9. Nama
lain dari kafein yaitu tein atau 1,3,7-trimetilxantin. Kristal kafein dalam air berupa jarum-
jarum bercahaya. Bila tidak mengandung air, kafein meleleh pada suhu 234°C-239°C dan
menyublim pada suhu yang lebih rendah. Kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform,
tetapi sulit larut dalam air dingin dan alkohol. Kafein bersifat basa lemah dan hanya dapat
membentuk garam dengan basa kuat [6].
Kafein memiliki banyak manfaat dan kegunaan antara lain menstimulasi susunan
syaraf pusat, relaksasi otot polos, bronkus, dan stimulasi otot jantung, memperbaiki suasana
hati, mempercepat respon, meningkatkan daya ingat, memperkuat konsentrasi, meningkatkan
ketahanan otot dan kapasitas paru-paru, meredakan nyeri, mengurangi nafsu makan,
mempercepat pembakaran lemak, meredakan serangan migran dan asma, mencegah penyakit
parkinson, mencegah penyakit batu empedu, mempengaruhi produksi atau asupan berbagai
neurotransmiter, meregulasi kesetimbangan berbagai neurotransmiter dan meningkatkan daya
tahan. Namun apabila mengkonsumsi kafein secara berlebihan maka akan berdampak negatif
juga bagi tubuh antara lain gugup, gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual dan kejang.
Kafein ini hanya dapat menimbulkan kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak
dan rutin [7].

3 The journal homepage www.jpacr.ub.ac.id


p-ISSN : 2302 – 4690 | e-ISSN : 2541 – 0733
J. Pure App. Chem. Res., Year, Volume (Number), page X
Day month Year

Gambar 1. Struktur Kafein


Sublimasi merupakan perubahan wujud zat dari padat ke gas atau dari gas ke padat.
Pada dasarnya, sublimasi diterapkan untuk memisahkan suatu zat dari pengotornya atau
memisahkan komponen lain yang masih terkandung dalam zat sehingga diperoleh zat yang
lebih murni. Zat pengotor biasanya akan tertinggal didasar dalam wadah akibat
ketidakmampuan menyublim. Prinsip kerja sublimasi yaitu memisahkan suatu zat dengan
perbedaan titik didih tertentu. Zat yang akan disublimasi adalah kafein kasar. Kafein kasar
dimasukkan ke dalam tabung bunchner dan ditutup sublimator. Sublimator dihubungkan
dengan selang water in dan water out sedangkan tabung bunchner dihubungkan dengan
pompa vakum. Kafein kasar akan menyublim dan berubah menjadi uap dan zat pengotor
tetap dalam padatan. Uap yang terbentuk karena adanya proses pendinginan dari sublimator
akan berubah menjadi padat yang menempel pada dinding alat pendingin dan disekitar tabung
bunchner. Bila sudah tidak ada lagi zat yang menyublim, dihentikan proses pemanasan dan
dibiarkan dingin agar semua uap yang terbentuk dapat menyublim. Zat yang terbentuk
merupakan kafein murni yang berupa kristal putih. Kafein murni yang terbentuk
dikumpulkan untuk diperiksa kemurniannya [8].

EKSPERIMEN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam isolasi kafein dari daun teh, yaitu gelas kimia 250
mL, gelas kimia 600 mL, gelas ukur 100 mL, corong buchner, tabung buchner, pompa
vakum, erlenmeyer 250 mL, corong pisah 250 mL, neraca analitik, hot plate, seperangkat alat
sublimator, dan alat uji FTIR. Sedangkan, bahan-bahan yang digunakan, yaitu daun teh
kering, padatan CaCO3, Na2SO4 anhidrat, kloroform, dan aquades.

4 The journal homepage www.jpacr.ub.ac.id


p-ISSN : 2302 – 4690 | e-ISSN : 2541 – 0733
J. Pure App. Chem. Res., Year, Volume (Number), page X
Day month Year

Prosedur Percobaan
Disiapkan 500 mL aquades dan dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih.
Kemudian, ditimbang 70 gram daun teh kering dan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang
berisi 500 mL aquades mendidih yang telah disiapkan sebelumnya. Dilakukan pengadukan
pada larutan daun teh selama 10 menit, lalu didekantasi. Filtrat yang diperoleh diuapkan
kembali di atas hot plate hingga volumenya tersisa 100 mL, lalu dibiarkan dalam suhu ruang
hingga benar-benar dingin. Setelah itu, diambil 6 gram padatan CaCO3 lalu dituangkan ke
dalam larutan teh yang sudah dingin dan diaduk hingga homogen. Larutan teh kemudian
disaring menggunakan corong buchner.
Filtrat yang diperoleh dituangkan ke dalam corong pisah dan diekstrak dengan
menambahkan 25 mL kloroform. Corong pisah dikocok selama beberapa menit, kemudian
kran corong pisah dibuka perlahan-lahan dan fasa organik yang keluar ditampung di dalam
gelas kimia 250 mL. Fasa air yang tertinggal di corong pisah diekstrak kembali dengan
menambahkan 25 mL kloroform dan dilakukan prosedur yang sama dengan pengekstrakan
pertama. Pengekstrakan dilakukan sebanyak 3 kali dengan menambahkan 25 mL kloroform
pada masing-masing pengekstrakan. Fasa organik yang telah tertampung dalam gelas kimia
dikeringkan dengan menambahkan 4 gram Na2SO4 anhidrat sedikit demi sedikit. Setelah itu
dilakukan dekantasi dan cairan hasil dekantasi dipanaskan diatas hot plate di dalam lemari
asam hingga seluruh kloroform menguap dan meninggalkan kerak pada dinding-dinding
gelas kimia. Kerak yang diperoleh dipanaskan kembali hingga benar-benar kering, kemudian
ditimbang massanya dengan neraca analitik.
Kafein kasar dimasukkan ke dalam tabung buchner dan ditutup dengan alat
sublimator, lalu alat sublimator dihubungkan dengan selang water in dan water out,
sedangkan tabung buchner dihubungkan dengan pompa vakum. Setelah semua alat dirangkai,
pompa air dan pompa vakum dinyalakan dan ditunggu kurang lebih selama 1 jam. Pada alat
sublimator dan dinding tabung buchner terdapat serbuk putih yang kemudian dikerok
menggunakan pengaduk besi, diletakkan pada gelas arloji, dan ditimbang massanya. Serbuk
kafein yang diperoleh diuji dengan seperangkat alat FTIR.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kristal putih hasil isolasi dari daun teh diuji dengan menggunakan FTIR, kristal putih
yang diperoleh adalah kafein. Pada uji FTIR yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kafein
terdiri dari beberapa gugus fungsi yang memberikan karakter dan sifat masing-masing dan
5 The journal homepage www.jpacr.ub.ac.id
p-ISSN : 2302 – 4690 | e-ISSN : 2541 – 0733
J. Pure App. Chem. Res., Year, Volume (Number), page X
Day month Year

membandingkannya dengan standar kafein. Frekuensi atau daerah serapan dari tiap gugus
fungsi berbeda- beda maka kemungkinan dapat menganalisa dengan menggunakan FTIR.
Gugus fungsional dari satu molekul dapat diidentifikasi menggunakan spektrofotometri infra
merah. Daerah infra merah sendiri dibagi kedalam daerah infra merah dekat 12800-4000 cm -
1 , daerah infra merah tengah 4000-200 cm -1 , dan daerah infra merah jauh 200-10 cm -1 .
Gugus fungsi diidentifikasi pada bilangan gelombang 4000-10 cm -1 karena dapat
menyebabkan molekul-molekul yang menyerap energi bervibrasi. Ketika kristal kafein
dianalisa, atom-atom yang terikat dalam molekul kafein akan bervibrasi (bergerak) karena
dilewatkan sinar dengan panjang gelombang pada daerah IR [9].

Gambar 2. Gabungan hasil spektra dari kafein


percobaan dengan kafein standar
Hasil FTIR pada kafein yang merupakan hasil isolasi dari daun teh, diperoleh gugus
fungsi C=C pada senyawa alkena diperoleh frekuensi 1655,7 cm-1 , gugus fungsi C=O pada
senyawa keton diperoleh frekuensi 1701,85 cm-1 , gugus fungsi C-H pada senyawa alkana
diperoleh frekuensi 2853,29 cm-1 , gugus fungsi C-H pada senyawa aromatik diperoleh
frekuensi 612,16 – 862,88 cm-1 , gugus fungsi C-N pada senyawa amida diperoleh frekuensi
1184,97 – 1360,48 cm-1 , dan gugus fungsi O-H diperoleh frekuensi 3528,32 cm-1 . Menurut
Nazar dan Anugrah (2014) gugus-gugus fungsi yang dimiliki kristal hasil isolasi dan kafein
murni seperti gugus fungsi C-N pada senyawa amina yang memiliki daerah serapan 1180-

6 The journal homepage www.jpacr.ub.ac.id


p-ISSN : 2302 – 4690 | e-ISSN : 2541 – 0733
J. Pure App. Chem. Res., Year, Volume (Number), page X
Day month Year

1360 cm -1 . Gugus fungsi lainya C=C pada senyawa alkena didaerah serapan 1640-1680 cm-
1 , C=O pada daerah serapan 1640-1680 cm -1 , C-H pada senyawa alkana didaerah serapan
2850-2960 cm -1 , dan C-H pada aromatik didaerah serapan 3000-3100 cm -1 . Sehingga data
hasil spektra FTIR yang diperoleh sesuai literatur, tetapi terdapat 2 gugus yang berbeda
apabila dibandingkan, yaitu gugus O-H dan gugus ????????. Adanya gugus O-H pada spektra
FTIR disebabkan karena pada saat penambahan Na2SO4 anhidrat, H2O pada larutan belum
terserap sempurna sehingga kafein yang diperoleh masih mengandung air.
Kafein yang diperoleh berupa kristal berwarna putih dan tidak berbau. Massa kafein
kasar yang diperoleh sebesar 0,29 gram dan massa kafein murni yang diperoleh sebesar 0,01
gram sehingga randemen kafein kasar sebesar 0,414% dan randemen kafein murni sebesar
0,041%. Menurut [10] kafein berbentuk padatan kristal berwarna putih dan tidak berbau.
Kafein mendidih pada suhu 234-239oC dan menyublim pada suhu rendah. Memiliki berat
molekul sebesar 194,2𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑚𝑜𝑙 . Kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform tetapi
sedikit larut dalam air dingin dan alkohol. Kafein bersifat sebagai basa lemah dan hanya
dapat membentuk garam dengan asam kuat. Sehingga kafein yang diperoleh dari hasil
percobaan memiliki sifat yang sama dengan literatur tersebut, tetapi sifat kimianya tidak
diketahui karena tidak dilakukan pengujian.

KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa massa kafein murni
yang diperoleh sebesar 0,01 gram dari massa daun teh kering 70 gram. Selain itu, diketahui
pula kadar kafein pada daun teh hitam kering sebesar 0,014%, sedangkan kadar kafein kasar
yang diperoleh sebesar 0,414%. Kafein yang diperoleh berupa serbuk berwarna putih. Isolasi
kafein pada percobaan ini dilakukan dengan beberapa metode, seperti ekstraksi dan
sublimasi, sehingga dapat diketahui kandungan kafein pada daun teh hitam kering.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Ananda, A.D., Aktivitas Antioksidan dan Karakteristik Organoleptik Minuman
Fungsional Teh Hijau (Camellia sinensis) Rempah Instan, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2009.

7 The journal homepage www.jpacr.ub.ac.id


p-ISSN : 2302 – 4690 | e-ISSN : 2541 – 0733
J. Pure App. Chem. Res., Year, Volume (Number), page X
Day month Year

[2] Gramza, A.K et al., Tea Extracts as Free Radical Scavengers, 2005, Polish Journal of
Enviromental Studies vol 14 (6).
[3] Tanuwijaya, Y., Upacara Minum Teh sebagai Bagian Kebudayaan Masyarakat Cina.
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Jakarta, 2009.
[4] Stodt, U.W. et al., Comparison of Three Strategies for The Isolation of Black Tea
Thearubigins with a Focus on Countercurrent Cromatography, 2015, Journal of Food
Composition and Analysis vol 43 (160-168).
[5] Cabrera, et al., Beneficial Effects of Green Tea, 2006, Journal of the American College
of Nutrition vol 2 (25).
[6] Hermanto, Kafein, 2008, UI Press, Jakarta.
[7] Ennis, D., The Effects of Caffeine on Health: The Benefits Outweight the Risks, 2016,
Oxford University Press, London.
[8] Zhang, W et al., Detection of Vapor Released from Sublimating Materials Encased in
Porous Medium, 2008, International Journal of Heat and Mass Transfer 118 (1357-
1372).
[9] Nazar, M., Isolasi dan Identifikasi Kadar Kafein Beberapa Varietas Kopi Arabika
(Coffea arabica) yang Tumbuh di Aceh Tengah, Program Studi Pendidikan Kimia dan
Sains, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 2014.
[10] Sciencelab, Caffeine Material Safety Data Sheet, www.sciencelab.com/caffeine (diakses
pada 6 April 2018).

8 The journal homepage www.jpacr.ub.ac.id


p-ISSN : 2302 – 4690 | e-ISSN : 2541 – 0733
J. Pure App. Chem. Res., Year, Volume (Number), page X
Day month Year

9 The journal homepage www.jpacr.ub.ac.id


p-ISSN : 2302 – 4690 | e-ISSN : 2541 – 0733
J. Pure App. Chem. Res., Year, Volume (Number), page X
Day month Year

LAMPIRAN

1. Perhitungan
Massa kafein kasar = 0,29 gram
Massa teh kering = 70 gram
Massa kafein murni = 0,01 gram

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟
% kafein kasar = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎𝑑𝑎𝑢𝑛𝑡𝑒ℎ𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
0,29𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑥100%
70𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,414%

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖
%kafein murni =𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎𝑑𝑎𝑢𝑛𝑡𝑒ℎ𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
0,01𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑥100%
70𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,041%

1 The journal homepage www.jpacr.ub.ac.id


0 p-ISSN : 2302 – 4690 | e-ISSN : 2541 – 0733
J. Pure App. Chem. Res., Year, Volume (Number), page X
Day month Year

2. Hasil Uji FTIR Kafein

1 The journal homepage www.jpacr.ub.ac.id


1 p-ISSN : 2302 – 4690 | e-ISSN : 2541 – 0733

You might also like