Laporan PKL Apotek

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan

menentukan mutu kehidupan dalam pembangunan nasional. Menurut World Health

Organization (WHO), definisi kesehatan adalah suatu keadaan sehat secara fisik,

mental dan sosial serta bukan hanya merupakan terbebas dari penyakit. Dengan

adanya kesehatan maka manusia dapat bertahan hidup dan beraktivitas serta akan

berpengaruh langsung terhadap kualitas hidup dan produktifitas setiap individu secara

social dan ekonomis. Upaya pelaksanaan kesehatan ini dilakukan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan antara lain dengan pendekatan peningkatan derajad

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

Salah satu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah

Apotek. Menurut PERMENKES NO 35 TAHUN 2014 Apotek adalah sarana

pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Apotek

merupakan salah satu sarana penunjang kesehatan yang turut berperan dalam

mewujudkan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah sebagai sarana

distribusi obat dan perbekalan farmasi yang aman, bermutu, berkhasiat, dan

terjangkau harganya oleh masyarakat luas. Apotek juga berperan sebagai sarana

pemberian informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya sehingga
2

kedua pihak tersebut mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai obat dan turut

meningkatkan penggunaan obat yang rasional (DEPKES RI, 2004).

Sejalan dengan pembangunan tempat pelayanan kesehatan seperti apotek,

pendidikan dibidang kesehatan perlu ditingkatkan untuk menghasilkan tenaga

kesehatan yang profesional dibidangnya. Tenaga kefarmasian yang berwenang

melakukan pelayanan kefarmasian adalah apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah

mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Sedangkan Tenaga Teknis Kefarmasian

adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian,

yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga

Menengah Farmasi/Asisten Apoteker (DEPKES RI, 2014).

Dalam rangka optimasi pelaksanaan pendidikan, proses pembelajaran yang

terjadi tidak terbatas di dalam kelas saja (klasikal) tetapi dilakukan secara langsung di

lapangan. Pengajaran yang berlangsung lebih menitikberatkan pada aspek

pengalaman diluar institusi pendidikan seperti suasana kerja, lingkungan dan

kehidupan masyarakat. Dalam hal ini PKL (Praktek Kerja Lapangan) merupakan

bagian yang tidak terpisah dari system Program Pengajaran serta merupakan wadah

yang tepat untuk mengaplikasikan pengetahuan sikap dan keterampilan (Kognitif,

Afektif dan Psikomotorik = KAP) yang diperoleh selama mengikuti Proses Belajar

Mengajar (PBM).

Untuk menghasilkan tenaga ahli madya farmasi yang professional di

bidangnya penyelenggaraan pendidikan terutama PBM perlu ditingkatkan dan


3

dikembangkan terus menerus baik kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu upaya

yang dilakukan adalah dengan memberikan pengalaman kerja melalui kegiatan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) diapotek.

1.2 Tujuan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

1. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan yang

membentuk kemampuan mahasiswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan

kerja yang sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang ditetapkan.

2. Mempelajari kegiatan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat secara

menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi, teknis maupun sosial

budaya.

3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman

kerja nyata dan langsung secara terpadu dalam melaksanakan kegiatan

pelayanan kefarmasian di Apotek, Puskesmas dan Rumah Sakit serta

penyuluhan obat kepada masyarakat.

4. Menumbuhkembangkan dan menetapkan sikap etika professional dan

nasionalisme yang diperlukan mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja

sesuai dengan bidangnya.

5. Memberikan kesempatan kerja kepada mahasiswa untuk memasyarakatkan

diri pada suasana/ iklim lingkungan kerja.

6. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan proses penyerapan teknologi

baru dari lapangan kerja ke institute pendidikan atau sebaliknya.


4

7. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan

mengembangkan serta meningkatkan penyelenggaraan pendidikan AKFAR

Yarsi Pontianak.

8. Memberikan kesempatan masuk penetapan kerja.


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apotek

Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan

kefarmasian pasal 1 ayat 13 disebutkan bahwa yang dimaksud apotek adalah sarana

pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Dalam

peraturan yang sama pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa pekerjaan kefarnasian adalah

pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan

penyimpanan dan pendistribusi atau penaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan

obat, atas resep dokter, pelayanan informasi obat serat pengembangan obat, bahan

obat dan tradisional.

Pada pasal yang sama ayat 3 dijelaskan bahwa tenaga kefarmasian adalah

tenaga yang dilakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga

teknis kefarmasian dan pada ayat 6 disebutkan bahwa tenaga teknis kefarmasian

adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang

terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analisis farmasi, dan tenaga

menengah farmasi/ asisten apoteker.

2.2 Tugas Dan Fungsi Apotek

Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan

kefarmasian dijelaskan bahwa tugas dan fungsi apotek adalah :


6

1. Sebagai tempat pengabdian profesi seseorang apoteker yang telah

mengucapkan sumpah jabatan.

2. Apotek berfungsi sebagai sarana pelayanan yang dapat dilakukan pekerjaan

kefarmasian berupa peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan

penyerahan obat.

3. Apotek berfungsi sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus

menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

4. Apotek berfungsi sebagai tempat pelayanan informasi meliputi :

a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang

diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun

kepada masyarakat.

b. Pelayanan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat

serta perbekala farmasi lainnya.

2.3 Persyaratan Apotek

Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat surat izin Apotek (SIA).

Surat izin apotek adalah surat izin yang diberikan oleh menteri kesehatan republik

indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana

apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek pada suatu tempat tertentu.

Menurut kepmenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa persyaratan-

persyaratan apotek adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan iin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama

dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan

tempat.
7

2. Perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain

yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

3. Sarana apotek dapat didirikan dilokasi yang sama dengan pelayanan komoditi

yang lain diluar sediaan farmasi.

4. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar

sediaan farmasi. Persyaratan lain yang harus diperhatikan unuk menirikan

suatu apotek antara lain.

2.3.1 Surat izin praktek apoteker (SIPA).

Untuk memperoleh SIPAsesuai dengan PP RI No. 51 tahun 2009 tentang

pekerjaan kefarmasian, seorang apoteker harus memiliki tanda registrasi Apoteker

(STRA).

Surat tanda registrasi apoteker ini dapat diperoleh jika seorang apoteker memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a. Memiliki ijazah apoteker

b. Memiliki sertifikat kompetensi apoteker

c. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah atau janji apoteker

d. Surat keteranagan sehat fisik dan mental dari dokter yang mempunyai surat

izin praktek

e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan meaksanakan ketentuan etika

profesi.setiap tenaga kefarasian yang akan menjalankan pekerjan kefarmasian

wajib memiliki surat izizn sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Setiap

tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wjib


8

memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin yang

dimaksud adalah berupa :

1. SIPA bagi apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian

2. SIK bagi apoteker yang melakukan pekerjaa kefarmasian

difasilitasbproduksi atau fasilitas distribusi/ penyaluran; atau

3. SIKTTK bagi tenaga teknis kefarmasian yang melakukan pekerjaan

kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.

4. Lokasi dan tempat, menurut peraturan mentri kesehatan republik indonesia

No. 922/Menkes/Per/X/1993.

Lokasi apotek tidak lagi ditentukan harus memiliki jarak minimal dari apotek

lain dan srana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan

pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi, namun sebaiknya harus

mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan, jumlah penduduk,

jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan, lingkungan yan higenis dan faktor-faktor

lainnya.apotek belokasi pada daerah yang mudah dikenali oleh masyarakat. Pada

halaman apotek terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata ‘APOTEK’

apotek harus dapat dengan mudah dijangkau masyarakat dngan kendaraan.

1. Bangunan dan kelengkapan

Banguna apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang

cukup serta memenuhi persyaratan tekns sehngga dapat menjamin kelancaran

pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan

kesehatan dibidang farmasi. Yang perlu diperhatikan adalah :


9

a. Bangunan apotek sekurang-kurangna terdiri dari: ruang tunggu, ruang

administrasi, dan ruang kerja apoeker, ruang penyimpanan obat, ruang

peracikan dan penyerahan obat, kamar mandi dan toilet.

b. Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan : sumber air yang memnuhi

syarat kesehatan, penerangan yang baik, alat pemadam kebakaran yang

berfungsi baik, ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi

syarat higienis, papan nama yang memuat nama apotek, nama APA,

naomor SIPA, alamat apotek, nomor telepon apotek.

c. Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain: alat pembuangan,

pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, gelas ukur dll.

Pelengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti lemari

obat dan lemari pendingin. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan

plastik pengemas. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika

dan bahan beracun.

d. Apotek harus memiliki buku-buku standar farmasi antara lain : farmakope

indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta kumpulan peraturan perundang-

undangan yang berhubungan dengan apotek.

e. Apotek harus memiliki perlengkapan adminstrasi, sepertiblanko pesnan

obat, faktur, kwitansi, salinan rsep dll.

2. Apoteker pengelola apotek

Berdasrkan keputusan mntri kesehatan republik indonesia No.

1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas peraturan mentri kesehatan

republik indonesia No. 922/Menkes/per/x/1993 tentang ketentuan dan tata cara


10

emberian izin apotek pada pasal 1 dijelaskan bahwa APA adalah seorang apoeker

yang telah diberikan surat izin (SIA). Apoteker pengelola apotek (APA)

berkewajiban menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil

keputusan yang tepat, mampu bekomunikasi antar profesi, menempatkan diri

sebagai pimpinan dalam situasi multidispliner, kemampuan mengelola sumber

daya manusia (SDM) Secara efektif, selalu belajar sepanjang karir dan membantu

memberi pendidikan serta memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

Selain harus memiliki surat izin Praktek Apoteker (SIPA), persyaratan lain

yang harus dipenuhi untuk menjadi apoteker pengolah apotek adalah:

a. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan

tugasnya sebagai apoteker

b. Tidak bekerja disuatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA diapotek

lain. Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek

yang dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja

sama dengan pemilik sarana apotek. Fungsi dan tugas apoteker di apotek

adalah sebagai berkut:

- Membuat visi misi apotek

- Membuat tujuan, strategi dan program kerja

- Membuat dan menetapkan peraturan atau SOP pada setiap fungsi kegiatan

apotek

- Membuat dan menentukan indikator form record pada setiap fungsi

kegiatan apotek
11

- Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SOP dan program kerja

pada setiap fungsi di apotek.

Sedangkan wewenang dan tanggung jawab apoteker di apotek adalah:

- Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan

- Menentukan sistem atau peraturan yang akan digunakan

- Mengawasi pelaksanaan SOP dan program kerja

- Bertanggung jawab terhadap kinerja yang diperoleh.

Sedangkan pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk, yait pengelolaan

bisnis (non teknis kefarmasian) dan pengelolaan di bidang pelayanan (teknis

kefarmasian0, maka untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan sukses seorang

APA harus melakukan kegiatan sebagai berikut:

- Memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa

tersedia dan diserahkan kepada yang membutuhkan.

- Menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa apotek

menyediakan berbagai obat dan perbekalan kesehatan lain secara lengkap.

- Menetapkan herga jual produknya dengan harga bersaing.

- Mempromosikan usaha apoteknya melalui berbagai upaya.

- Mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan.

- Mengupayakan agar pelayanan di apotek dapat berkembang dengan cepat,

nyaman dan ekonomis.


12

2.4 Peraturan Perundang-undangan di Bidang Apotek

Apotek berdasarkan peraturan perundang-undangan maupun yang digariskan

dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan mata rantai terakir dari

pelayanan kesehatan dibidang obat, alat-alat kesehatan dan kefarmasian lainnya

kepada masyarakat. Usaha apotek merupakan gabungan antara usaha sosial dan usaha

dagang, yaitu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian (tempat pengabdian profesi

apoteker) dan tempat mencari laba (Profit oriented).

Tetapi dalam pelaksaannya, terkadang lebih menitikberatkan pada keuntungan

tanpa memperhatikan fungsionalnya. Dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah

RI nomor 25 tahun 1980, secara tegas menempatkan posisi apoteker sesuai dengan

profesi dan tnaggung jawabnya baik dari segi kefarmasian maupun dari segi hukum

(perdata, administratif naupun hukumm publik) (Anonim, 1987).

Peraturan-peraturan tentang apotek antara lain:

a. Peraturan pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek

b. Peraturan pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang perubahan atas peraturan

pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang perubahan atas peraturan pemerintah

No. 26 tahun 1965 tentang Apotek.

c. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

d. Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang obat

wajib Apotek No. 1


13

e. Keputusan Menkes No. 924/ Menkes/PER/X/1993 tentang Obat Wajib

Apotek. No. 2

f. Keputusan Menkes No. 1176/MenKes/SK/X/1999 tentang Obat Wajib Apotek

No.3

g. Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika

h. Undang-undang No. 22 tahun 199 tentang Narkotika

i. Permenkes RI No. 1332?Menkes/SK/X/2002, tentang perubahan atas

Permenkes RI No. 922/Menke/PER/x/1993, tentang ketentuan dan tatacara

pemberian Izin Apotek

j. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Menurut Permenkes No.35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang

pekerjaan Kefarmasian menyatakan bahwa pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan

termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,

penyimpanan, dan pendistribusian atau penyalur obat, pengelolaan obat, pelayanan

obat, atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan

obat dan obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh tenaga

oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Peran

Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar

dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk ` interaksi tersebut

antara lain adalah pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien yang

membutuhkan.
14

Standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi :

a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

b. Pelayanan farmasi klinik

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi :

a. Perencanaan

b. Pengadaan

c. Penerimaan

d. Penyimpanan

e. Pemusnahan

f. Pengendalian

g. Pencatatan dan pelaporan`

2.5 Prosedur perizinan apotek

Menurut permenkes 1332 tahun 2012 tentang apotek. Sebelum apotek

didirikan terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Salinan / fotocopy surat izin kerja apoteker

2. Salinan / fotocopy kartu tanda penduduk

3. Salinan / fotocopy denah bangunan

4. Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak

milik/sewa/kontrak

5. Daftra asisten apoteker dengan mencantumkan nama alamat, tanggal lulus dan

nomor surat izin

6. Asli dan salinan / fotocopy daftar terperinci alat perlengkapan apotek.


15

7. Surat pernyataan dari apoteker pengelola apotek bahwa tidak bekerja tetap

pada perusahaan farmasi dan tidak menjadi apoteker pengelola apotek di

apotek lain.

8. Asli dan salinan / fotocopy surat izin atasan bagi pemohon pegawai negeri,

anggota, ABRI, dan pegawai instansi pemerintah lainnya.

9. Akte perjanjian kerja sama apoteker pengelola apotek dengan pemilik sarana

apotek.

10. Surat pernyataan pemilik sarana tidak terlibat pelanggaran praturan

perundang-undangan dibidang obat.

2.6.1 Mekanisme pengajuan pendirian apotek

1. Permohonan izin apotek diajukan aporeker kepada kepala dinas kesehatan

(DinKes) kabupaten/kota setempat (Form Apt -1).

2. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota selambat-lambatnya 6 hari kerja

setelah menerima pemohonan (Form Apt-1) dapat meminta bantuan teknis

kepada kepala balai POM untuk melakukan pemeriksaan stempat terhadap

kesiapan apotek unuk melakukan kegiatan apotek ( Form Apt-2).

3. Tim dinas kesehatan kabupaten/kota atau kepala balai POM selambat-

lambatnya 6 hari kerja setelah pemintaan bantuan teknis dari kepala dinas

kabuaten/kota melaporkan hasil pemeiksaan kepada dinas kesehatan

kabupaten/kota (Form Apt-3)

4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam No.2 dan 3 tidak

dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap


16

melakukan kegiatan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat dengan

tembusan kepada kepala dinas provinsi (Form Apt-4)

5. Dalam jangka waktu 12 hari keja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan,

kepala DinKes kabupaten/kota setempat mengeluarkan surat izin apotek

(Form Apt-5).

6. Dalam hal hasil pemeriksaan tim dinas kesehatan kabupaten/kota atau kepala

balai POM yang dimaksud No 3 masih belum memenuhi persyaratan, kepala

dinas kesehatan kabupaten/kota setempat dalam waktu 12 hari kerja

mengeluarkan surat penundaan (Form Apt-6).

7. Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud nomor 6, apoteker diberi

kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-

lambatnya dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal penundaan

2.7 Pengelolaan apotek

Pengelolaan apotek menjadi tugas dan tanggung jawab seorang apoteker dan

secara garis besarnya dalam peraturan mentri kesehatan No.922/Menkes/Per/x/1993

dan permenkes No. 35 tahun 2014.

2.7.1 Pengelolaan apotek

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

dilakukan seuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi

perencanaan, pengadaan, penerimaa, penyimpanan,pemusnaha,pengendalian,

pencatatan dan pelaporan.


17

a. Perencanaan

Dalam mebuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi. Alat kesehatan dan

bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakitpola konsumsi,

budaya dan kemampuan masyarakat.

b. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sedian

farmasi harus melali jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

c. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesehatan jenis spesifikasi,

jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam surat pesanan

dengan kondisi fisik yang diterima.

d. Penyimpanan.

1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal

pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka

harus dicegah terjadinya kontminasi dan harus ditulis informasi yang jelas

pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor

batch dan tanggal kadaluarsa.

2. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga

terjamin keamanan dan stabilitasnya.

3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan

kelas terapi obat serta disusun secaa alfabetis.


18

4. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (first expir first out) dan FIFO

(First in first out)

e. Pemusnahan

1. Obat kadaluwarsaatau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan

bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang

mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan

disaksikan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Pemusnahan obat selain

narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh

tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin

kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan

menggunakan formulir 1 sebagaimana terlampir

2. Resep yang telah disimpan melibihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat

dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh

sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara di bakar atau cara

pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep

menggunakan formulir 2 sebagamana erlampir dan selanjutnya dilaporkan

kepada dinas ksehatan kabupaten/kota.


19

BAB III

GAMBARAN UMUM APOTEK MULIA

3.1 Sejarah dan Lokasi Apotek Mulia

Apotek Mulia adalah Apotek swasta yang berdiri sejak januari tahun 2005

yang berlokasi di Jalan Jendral Urip No.18 Pontianak. Apotek Mulia Merupakan

perkembangan dari Apotek Agung, Apotek Cahaya, Apotek Merdeka Timur, Apotek

Sentral, Apotek Bersama, Apotek Andalan dan Apotek Best.

Apotek Mulia merupakan salah satu sarana kesehatan yang menyediakan

perlengkapan farmasi seperti alat – alat kesehatan dan obat – obatan yang berkualitas

aman dan terjangkau bagi masyarakat.

3.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi sangat diperlukan dalam rangka mengelola apotek agar

dapat berjalan dengan baik dan efisien. Dengan struktur organisasi yang baik,

wewenang, dan tanggung jawab masing masing personil yang telah diberikan

sehingga tidak ada tumpang tindih tanggung jawab. Personalia di Apotek Mulia

terdiri dari Owner, Manager, Supervisor, Asisten Apoteker, Adminitrasi, Kasir,

Pengantar Barang, Bagian Gudang dan Cleaning Service

3.3 Tata Ruang Apotek

Apotek Mulia terdiri dari beberapa ruang yaitu : ruang resep dan kasir, ruang

peracikan obat yang terdiri dari meja penerimaan resep, meja peracikan, dan

pemeriksaan kembali, lemari penyimpanan obat generic dimana penyusunannya


20

berdasarkan alfabetis, meja apoteker dan gudang penyimpanan obat yang terletak

dilantai dua.

3.4. Sarana Apotek

Sarana yang terdapat di Apotek Mulia meliputi halaman parkir yang cukup

luas, ruang tunggu yang dilengkapi dengan kipas angin dan tv yang bertujuan untuk

memberi kenyamanan kepada pasien saat menunggu. Terdapat Toilet, Ruang

penerimaan resep, peracikan dan tempat kasir. Apotek Mulia juga dilengkapi dengan

telepon, listrik, alat pemadam kebakaran, vertilisasi dan sanitasi yang memenuhi

persyaratan hygine serta papan nama apotek.

3.5 Perlengkapan Apotek dan Perbekalan Farmasi

Apotek mulia dilengkapi dengan peralatan yang cukup komplit untuk

kelancaran operasional diapotek, sebagai berikut :

1. Alat peracikan dan pembuatan berupa timbangan, anak timbangan, mortir,

stemper, gelas ukur, sudip, alat press dan lemari pendingin.

2. Wadah pengemas seperti cangkang kapsul dengan berbagai nomor, kertas

perkamen, pot salep dan botol.

3. Penunjang administrasi seperti blanko surat pemesanan obat baik biasa,

psikotropika maupun narkotika. Blanko salinan resep/ copy resep, kartu stock

kwitansi pembayaran, nota penjualan obat, buku pencatatan psikotropika

maupun narkotika.
21

3.6 Pengelola Apotek Mulia

3.6.1 Pengelola Sumber Daya Manusia

Prosedur penerimaan pegawai baru di Apotek Mulia dimana calon

karyawan/karyawati tersebut mengajukan terlebih dahulu lamaran kepada Apotek

Mulia dengan syarat melalui trening terlebih dahulu.

Rincian karyawan Apotek Mulia sebagai berikut :

Apoteker Pengelola Apotek : 1 Orang

Asisten Apoteker : 2 Orang

Bagian Gudang : 3 Orang

Kasir : 5 Orang

Administrasi : 1 Orang

Cleaning Service : 1 Orang

Agar setiap karyawan disiplin dalam bekerja maka masing – masing karyawan

mempunyai kedudukan dan tugasnya masing-masing. Adapun tugasnya sebagai

berikut :

a. Pemimpin apotek

Adalah apoteker pengolah apotek yang bertanggung jawab penuh terhadap

semua kegiatan Apotek.

1. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai

dengan pedoman yang telah di tetapkan pedoman perusahaan.

2. Menyusun organisasi kerja disesuaikan dengan pelaksanaan dan jenis kerja.

3. Meningkatkan produktivitas karyawan.

4. Mengawasi pelaksanaan administrasi dalam apotek


22

5. Membuat laporan mengenai seluruh kegiatan apotek baik internal maupun

eksternal.

6. Memberikan pelayanan informasi obat (PIO).

b. Asisten apoteker (AA)

Tugas AA peracikan adalah :

1. Menghitung dosis dan menulis etiket.

2. Menimbang dan menyiapkan obat.

3. Memeriksa kebenaran obat sebelum diberikan ke pasien.

4. Memberikan pelayanan informasi obat (PIO).

c. Seksi gudang

Tugas seksi gudang adalah :

1. Menerima barang dari distributor sesuai dengan surat pemesanan, mencatat

dalam buku penerimaan barang, menyiapkan dan menyusun barang –

barang.

2. Mengeluarkan atas adanya bon permintaan barang apotek.

3. Mencatat segala pemasukkan dan pengeluaran barang dari gudang dalam

kartu persedian barang.

4. Melaporkan kepada bagian pembeli mengenai persedian barang yang sudah

habis dan menipis.

Dalam rangka melaksanakan aktivitasnya, suatu apotek membutuhkan tenaga

kerja yang terampil dan terlatih serta berpengalam sesuai dengan bidang dan tugasnya

masing-masing. Untuk memelihara dan meningkatkan memelihara dan meningkatkan


23

kelancaran kerja di apotek mulia, maka dibuat kebijakkan dalam mengatur jam kerja

yang dibagi 3 shift, yaitu:

Hari Shift pagi Shift sore

Senin- Sabtu 07.30-16.00 16.00-21.30

WIB WIB

3.6.2 Pengelola Perbekalan Farmasi

Pengelola Perbekalan Farmasi meliputi :

1. Perencanaan

Perencanaan adalah merencanakan obat atau barang yang akan di pesan oleh

Apotek Kepada supllier atau PBF untuk memenuhi kebutuhan Apotek untuk

jangka waktu tertentu. Barang atau obat yang direncanakan meliputi :

1. Obat Keras

2. Obat Narkotika

3. Obat Psikotropika

4. Obat Bebas

5. Obat Bebas Terbatas

Perencanaan bertujuan untuk dana yang ada dapat di manfaatkan sebaik

mungkin dan mencegah penumpukkan barang. Perencanaan barang biasanya

berdasarkan keuangan apotek, kecepatan penjualan obat (fast moving dan

slow moving ) dan pola penyakit yang ada di masyarakat. Jika obat tersebut

termasuk obat yang fast moving yang jumlahnya penjualannya realtif besar
24

maka pemesanannya segera mungkin dengan perencanaan yang di buat, tetapi

jika obat tersebut termasuk dalam slow moving maka pemesanananya tidak

perlu tergesa – gesa dan hanya dalam jumlah sedikit saja.

2. Pengadaan

Pengadan barang di lakukan dengan cara pemesanan kepada PBF melalui

sales yang datang secara berkala ke Apotek atau bisa melalui telepon.

Pemesanan tergantung pada frekuensi kedatangan sales PBF serta jumlah obat

yang habis terjual selama jangka kedatangan sales PBF tersebut. Pemesanan

kepada PBF berizin menggunakan SP (Surat Pesanan rangkap 2 dan di

tandatangani oleh APA serta di beri stempel Apotek.Lembar Pertama SP

diserahkan kepada PBF dan Lembar kedua di simpan sebagai arsip apotek.

SP untuk Psikotropika dapat berisi beberapa macam obat yang juga di buat 2

rangkap, sedangkan SP untuk Narkotika hanya berlaku untuk satu macam

jenis obat saja yang tertulis di dalam blanko SP khusus dari Kimia Farma

selaku PBF resmi yang mendapat izin dari pemerintah dalam penyaluran obat

narkotik dan di buat 4 rangkapberwarna pink, birukuningdanputih. SP ini

harus di tandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dan harus

mencantumkan nomor SP (Surat Penugasan) serta di beri stempel di apotek.

Jika PBF tempat pemesananan psikotropika berada di propinsi, maka SP yang

harus di stujui oleh Dinas Kesehatan setempat.

3. Penerimaan

Obat – obat yang telah di pesan akan di berikan ke apotek dengan di sertai

faktur rangkap 3 dari PBF , yaitu :


25

a. Faktur asli Penagihan

b. Tembusan sebagai sumber pencatatan admiistrasi gudang

c. Tembusan ke bagian pembelian untuk di lakukan cek silang dan

surat pemesanan mengenai jumlah dan harga barang

4. Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang

diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun

kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan perbekalan farmasi

dilakukan digudang. Barang yang masuk atau keluar dari gudang dicatat

dalam kartu stock. Penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Mulia

dilakukan dengan sistem :

a. Berdasarkan Golongan Obat

Penyimpanan dilakukan berdasarkan golongan obat, misalnya obat keras

dikelompokkan dan disimpan dilemari, obat bebas dan obat bebas terbatas

disimpan didalam etalase sedangkan obat- obatan jenis narkotika dan

psikotropika disimpan dalam lemari khusus.

b. Berdasarkan Bentuk Sediaan

Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan padat (kapsul, tablet),

semi padat (salep, krim), dan sediaan cair (sirup, suspensi, emulsi). Untuk

sediaan tablet dan kapsul yang dikemas dalam bentuk strip disimpan pada

laci tersendiri yang dilengkapi dengan kartu stock dan penyimpanannya

dengan tablet dan kapsul yang dikemas dalam botol.


26

c. Berdasarkan Stabilitas Sediaan

Penyimpanan dilakukan berdasarkan kestabilan sediaan obat untuk obat

yang stabil pada suhu kamar didalam lemari sedangkan obat-obatan yang

tidak stabil dalam suhu kamar seperti suppositoria, vaksin, dan injeksi

disimpan dilemari pendingin.

d. Disusun Menurut Urutan Abjad/ Alfabetis

Penyimpanan dilakukan berdasarkan alfabetis dengan metode FIFO (First

In First Out) dan FEFO ( First Expired First Out) yang artinya barang

yang masuk maka dikeluarkan terlebih dahulu dan barang yang kadaluarsa

lebih cepat dikeluarkan terlebih dahulu.

5. Penjualan

Penjualan obat di Apotek Mulia meliputi penjualan obat dengan resep dokter,

obat bebas, obat bebas terbatas, dan alkes. Selain bertugas melayani pembeli,

bagian penjualan juga bertugas menghitung harga resep dan penjualan obat

bebas. Laporan ini merupakan control pemasukan harian apotek yang

jumlahnya akan dicocokan dengan jumlah uang yang diterima kasir.

6. Pengembalian dan Pemusnahan

Pengembalian dan pemusnahan bertujuan untuk meningkatkan kualitas obat

yang diberikan pada pasien. Obat-obatan yang mendekati kadaluarsa atau

telah kadaluarsa dapat dikembalikan kepada PBF sesuai dengan perjanjian.

Waktu pengembalian obat tersebut sesuai dengan batas waktu pengembalian

selama tiga bulan sebelum kadaluarsa. Obat-obatan yang telah rusak atau

kadaluarsa yang tidak dapat dikembalikan kepada PBF dikumpulkan


27

kemudian dimusnahkan dan dibuat berita acara pemusnahan. Untuk obat

narkotika dan psikotropika yang dimusnahkan harus ada tanda tangan APA

dan saksi. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2014 menyatakan bahwa

penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika dan psikotropika hanya

dapat dilakukan berdasarkan resep dokter atau dokter gigi dan dilarang untuk

disalahgunakan. Khusus penyerahan narkotika yaitu hanya boleh diserahkan

berdasarkan resep asli. Resep yang masuk setiap harinya dikumpulkan. Resep

yang mengandung obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan secara

terpisah dari resep lainnya. Resep disusun menurut tanggal dan nomor resep

dalam satu bulan. Asisten Apoteker bertanggung jawab dalam pencatatan

penggunaan narkotika dan psikotropika yang meliputi tanggal, nomor resep,

jumlah obat, nama dan alamat pasien, nama dan alamat dokter penulis resep

serta stock akhir. Resep disimpan selama lima tahun kemudian dimusnahkan

dengan dibakar oleh APA dan dihadiri oleh Dinas Kesehatan Kota dan juga

BPOM yang kemudian dibuat dalam berita acara pemusnahan resep.

3.6.3 Pengelolaan Administrasi

Ada dua macam laporan dibuat oleh Apotek Mulia Yaitu :

1. Laporan internal

a. Laporan Harian yaitu jumlah resep, jumlah penjualan obat bebas, bebas

terbatas, narkotika, psikotropika dan jumlah uang yang masuk.

b. Laporan Bulanan keuangan yaitu laporan hutang, laporan keluar masuknya

uang, laporan pembayaran rekening listrik, air, telepon dan laporan gaji

pegawai.
28

2. Laporan Eksternal

a. Laporan penggunaan obat narkotika yang dibuat setiap bulan. Laporan ini

berisi nama persediaan, persediaan awal bulan pemasukkan, persediaan

akhir bulan, penambahan jumlah (tanggal pembelian, jumlah, nama PBF,

pengurangan dan keterangan lain bila ada). Laporan dibuat empat rangkap

yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota Pontianak, tembusan untuk

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, BPOM dan Arsip Apotek.

b. Laporan penggunaan psikotropika yang dibuat setiap tahun pada awal

bulan januari. Laporan dibuat empat rangkap yang ditujukan kepada Dinas

Kesehatan Kota Pontianak, tembusan untuk Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Barat, BPOM dan Arsip Apotek.


29

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

4.1 Jenis dan Bentuk Kegiatan PKL

Beberapa aspek yang harus diperhatikan pada saat melaksanakan PKL

meliputi kecakapan kerja yang harus diperoleh, seperti struktur organisasi, bidang-

bidang kerja, persoalan atau kendala yang dihadapi serta upaya pemecahannya.

Aktivitas/kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta PKL di Apotek Mulia

adalah sebagai berikut :

1. Mempelajari struktur organisasi di Apotek

a. Mengetahui struktur organisasi di Apotek.

b. Mengetahui tugas pokok dan fungsi masing-masing struktur di Apotek.

2. Mempelajari dokumen dan administrasi di Apotek

a. Mengetahui tentang alur pembukuan di Apotek.

b. Mengetahui tentang pencatatan kartu stok, pembuatan dan pengarsipan

surat pesanan (narkotika, psikotropika dan obat keras), pembuatan laporan

psikotropika dan narkotika.

c. Pengamatan faktur obat/barang.

3. Mempelajari jenis obat yang ada di Apotek

a. Mengetahui cara penataan dan penyimpanan obat.

b. Mengetahui beberapa contoh jenis-jenis obat bebas, obat bebas terbatas,

obat keras, obat psikotropika dan narkotika.


30

4. Mempelajari alur pengadaan obat, perencanaan, seleksi serta penerimaan dan

penyimpanan obat (obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, psikotropika

dan narkotika)

a. Mengetahui rencana pengadaan obat di Apotek.

b. Mengetahui seleksi obat yang akan di pesan.

c. Mengetahui cara pemesanan obat.

d. Mengetahui cara penerimaan dan penyimpanan obat.

5. Mempelajari pelayanan obat swamedikasi

a. Mengetahui alur pembelian obat untuk pasien tanpa resep (swamedikasi).

b. Mengetahui cara melakukan swamedikasi.

6. Melayani resep dokter serta memberikan informasi obat

a. Mengetahui cara membaca resep (minimal 200 resep).

b. Mengetahui cara analisis resep (minimal 50 resep).

c. Mengetahui cara pengerjaan dan penyiapan resep obat jadi (minimal 100

kali).

d. Mengetahui cara pengerjaan dan penyiapan resep obat racikan (minimal

100 kali).

e. Mengetahui cara menuliskan etiket yang benar (minimal 200 kali).

f. Mengetahui cara memberikan informasi obat pada pasien (minimal 10

pasien).

7. Mengetahui cara pengarsipan, dokumentasi resep dan pemusnahan resep

a. Mengetahui cara pengarsipan resep.

b. Mengetahui cara dokumentasi resep psikotropik-narkotik.


31

c. Mengetahui cara pemusnahan resep.

8. Membuat brosur atau leaflet yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian.

4.2 Prosedur Kerja

Selama melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan di Apotek Mulia, kami

para mahasiswa mengikuti kegiatan sesuai dengan arahan yang diberikan oleh

pemibimbing lapangan sesuai dengan prosedur yang ada di Apotek Mulia mulai dari

pembelajaran mengenai struktur organisasi hingga pelayanan obat.

4.3 Kendala yang Dihadapi dan Upaya untuk Memecahkannya

Kendala yang dihadapi ketika melaksanakan kegiatan PKL di Apotek Mulia

tidak begitu sulit. Kendala-kendala hanya terjadi di hari pertama, kedua, dan ketiga

karena kami belum terbiasa membaca tulisan resep yang dituliskan oleh dokter.

Selain itu, kami juga belum terlalu hafal letak obat, nama obat, dan indikasinya untuk

memberikan informasi kepada pasien. Namun, berselang beberapa hari kami sudah

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat. Dengan perlahan kami mulai

belajar menghafal nama-nama obat serta indikasinya, jika masih ada yang belum

paham kami sesekali bertanya kepada Asisten Apoteker yang berada di Apotek.

Begitu juga dengan letak dan penyimpanan obat, kami tidak begitu lama untuk

melakukan penyiapan resep non racikan maupun racikan karena sudah hafal dimana

letak obat tersebut. Untuk tulisan-tulisan resep dokter yang tidak kami mengerti sama

sekali, setelah belajar jadi kami sudah terbiasa dengan tulisan resep tersebut. Pada

resep racikan yang dibuat dalam bentuk kapsul, kami harusbisa mengira-ngira untuk

menentukan nomor cangkang kapsul yang digunakan sesuai dengan jumlah yang
32

akan dibuat. Resep racikan dalam bentuk pulveres kami harus membaginya sama rata

dengan kasat mata.


33

BAB V

PEMBAHASAN

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh Apoteker (PP No. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13). Apotek adalah

suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan

farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang

dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisisonal dan kosmetik. Perbekalan

kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang dipelukan untuk

menyelenggarakanupaya kesehatan (Keputusan Menkes RI Nomor

1027/MenKes/SK/IX/2004).

Menurut MenKes No. 35 tahun 2014 yang dimaksud dengan pelayanan

kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien

yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti

untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Tujuannya adalah menyediakan

menyediakan dan memberikan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta informasi

terkait agar masyarakat mendapatkan manfaat yang terbaik.

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang

mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan,

dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.

Apotek dapat diushakan oleh lembaga atau instalasi pemerintah dengan tugas

pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik negara yang ditujuk oleh
34

pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari

dinas kesehatan setempat.

Kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapangan) ini bertujuan agar mahasiswa

Akademi Farmasi Yarsi Pontianak memperoleh pengalaman yang baik dan berguna

sehingga dapat menyesuaikan diri dan dapat menjadi seorang tenaga teknis

kefarmasian yang terampil dan profesional dalam bekerja. Praktek Kerja Lapangan

(PKL) yang kami laksanakan dari tanggal 19 Maret 2018 sampai dengan 7 April

2018. Di Apotek Mulia ini kami mendapatkan banyak pelajaran, perbekalan dan

pengalaman yang cukup banyak selama PKL disini.

Apotek Mulia adalah apotek yang berdiri sejak januari 2005 yang berada di

jalan Jendral Urip No.81. Ditinjau dari lokasinya Apotek Mulia ini berada di jalur

yang lalu lintas yang ramai tetapi letak yang strategis sehingga kebanyakan orang

mengetahuinya.

Apotek Mulia memiliki jam kerja mulai dari pukul 07.30 WIB hingga pukul

21.30 WIB, yang terbagi dalam 2 shift yaitu shift pertama pada pukul 07.30 WIB

hingga pukul 16.00 WIB dan shift kedua dari pukul 16.00 WIB hingga 21.30 WIB.

Apotek Mulia bekerjasama dengan dokter umum, dokter gigi, dokter syaraf, dokter

kandungan dan dokter penyakit dalam.

Dokter praktek mulai dari pukul 18.30 – 21.00 setiap hari kerja. Pasien yang

datang akan langsung menebus obat di Apotek Mulia. Sistem penggunaan obat di

Apotek Mulia ini menggunakan sistem fast moving yaitu obat-obat yang sering

digunakan atau yang cepat habis, obat tersebut yang akan dipesan lebih banyak

dibanding dengan obat-obatan lainnya.


35

Pengadaan obat dilakukan jika pada satu kartu stock menunjukkan jumlah

minimum yang harus tersedia dalam pelayanan apotik selama satu bulan. Obat-obat

yang bersifat fast moving dilakukan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan

dengan obat yang lainnya agar penggunaannya tidak cepat habis, dan juga berguna

untuk mencegah kemungkinan terjadinya keterlambatan pemesanan ke distributor

atau keterlambatandatangnya obat dari distributor. Perbekalan farmasi atau obat-

obatan yang telah datang kemudian langsung dilakukan pengecekan dilihat dari faktur

yang diberikan oleh distributor seperti nama obat, jumlah obat, kadaluwarsa, No.

Batch, dan bentuk fisik sediaan barang yang diterima. Setelah selesai pengecekan

kemudian obat tersebut disimpan di dalam gudang atau kamar obat.

Pencatatan penggunaan obat dilakukan setiap harinya, untuk melihat kartu

stock atau ketersediaan obat di Apotek, sehingga petugas Apotek dapat melakukan

pemesanan dengan cepat jika ditemukan obat-obatan yang kurang memadai dalam 1

bulannya. Kartu stock berfungsi untuk control penggunaan obat-obat di Apotek, dan

juga dapat untuk mengetahui kadaluwarsa dari obat tersebut. Setiap obat memiliki

satu kartu stock supaya memudahkan petugas mengetahui ketersediaan obat di dalam

gudang obat agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan administrasinya. Setelah

melakukan pencatatan didalam kartu stock kemudian petugas akan mengentry ke

dalam komputer dan mencocokannya dengan kartu stock agar tidak terjadi kesalahan

dan untuk laporan setiap hari.

Sistem penyimpanan yang digunakan di Apotek ini adalah FIFO (First In

FirstOut) yang dikombinasikan dengan FEFO (First Expired First Out), bertujuan

untuk menghindari terjadinya kadaluwarsa dan kerusakan pada obat. Ada obat yang
36

disimpan didalam kamar obat seperti obat-obat bebas, obat bebasterbatas, obat kras,

psikotropika dan narkotika. Tata letak aturan penyimpanan di Apotek Mulia sudah

melakukan sesuai prosedur atau sesuai dengan UU yang berlaku. Pendistribusian obat

dan perbekalan farmasi di Apotek dapat melalui resep dokter ataupun permintaan

bebas dari pasien.

Pasien menunggu obat di ruang tunggu, Apotek harus memberikan

kenyamanan bagi pasien yang datang saat membeli obat yaitu dengan suasana

ruangan yang nyaman. Di Apotek Mulia ini sudah menjalakannya. Selain itu, semua

karyawan di Apotek Mulia sangat ramah terhadap pasien, karyawan diharapkan dapat

berkomunikasi sebaik mungkin kepada pasien agar timbul rasa nyaman dari pasien

terhadap Apotek dan semua karyawan. Kepuasan pasien merupakan hal yang sangat

penting dalam kemajuan Apotek.

Alur pelayanan di Apotek Mulia menjelaskan bahwa tidak hanya dari resep

dokter saja tetapi dapat juga dengan pelayanan tanpa resep dokter atau bebas.

Peracikan yang dilakukan di Apotek ini adalah membuat sediaan puyer, kapsul, salep

kulit, dan sirup kering yang biasa sirup golongan antibiotik. Alur pelayanan di apotik

mulia juga menjalankan adanya pengecekkan kembali (skrining resep) sebelum

diberikan kepada kasir dan diserahka ke pasien. Hal ini bertujuan untuk

meminimalisir terjadinya kesalahan yang terjadi saat penyerahan obat ke pasien.

Pengecekan obat dilakukan oleh AA (Asisten Apoteker) yang bertugas di Apotek.


37

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan di Apotek Mulia pada

tanggal 19 Maret – 7 April 2018 maka dapat disimpulkan :

1. Pembelajaran di dunia kerja yaitu di Apotek Mulia merupakan suatu strategi

yang memberi peluang kepada kami dalam mengalami proses belajar dan

mencari wawasan melalui bekerja langsung pada pekerjaan sesungguhnya.

Dengan adanya PKL di Apotek ini kami dapat merasakan bagaimana

pelaksanaan praktek langsung di lingkungan dunia kerja yang lasnsung di

bimbing oleh pembimbing kami, bahkan kami dapat mengukur sejauh mana

penguasaan ilmu yang didapatkan di kampus.

2. Apotek Mulia yang berfungsi sebagai sarana dilakukannya pekerjaan

kefarmasian dan pelayanan pada mayarakat sudah cukup baik.

3. Asisten Apoteker telah melaksanakan peran dan fungsi dengan baik sebagai

pelaksanaan pelayanan resep dan juga berperan dalam pengelolaan obat

maupun perbekalan farmasi.

4. Pengelolaan Apotek telah berjalan cukup baik operasionalnya dan kerjasama

yang terjalin antar karyaman berjalan dengan baik.


38

6.2 Saran

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan selama PKL di Apotek Mulia

dapat disarankan kepada pihak Akademi Farmasi Yarsi guna untuk kemajuan dimasa

mendatang yaitu menambah waktu PKL agar mahasiswa mendapatlkan pengetahuan

yang lebih banyak tentang Apotek.

You might also like