Professional Documents
Culture Documents
Bahan Bacaan Sesi 11 Kekerasan
Bahan Bacaan Sesi 11 Kekerasan
Bahan Bacaan Sesi 11 Kekerasan
Pengantar
UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 1 menyatakan bahwa “Anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang
masih dalam kandungan”. Masa kanak-kanak adalah periode untuk tumbuh dan
berkembang dengan cepat dan rentan dengan berbagai resiko yang dapat mengganggu
proses tumbuh kembang tersebut. Pertumbuhan fisik (masa otot, otak, tulang) dan
perkembangan sosial serta intelektual berlangsung dengan sangat cepat di periode lima
tahun pertama kemudian semakin perlahan sampai anak mencapai usia 18 tahun. Selain
aspek sosial, moral spiritual, maka sejak usia 18 tahun aspek-aspek fisik dan mental telah
terhenti. Salah satu resiko pertumbuhan dan perkembangan anak adalah berbagai jenis
perlakuan salah dan berbagai bentuk kekerasan. Oleh karena itu, tugas orangtua,
masyarakat dan negara adalah melindungi kepentingan anak untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya perlakuan salah dan kekerasan”
Karena alasan tersebut di atas, maka ketika orangtua tidak dapat menjalankan tugas-
tugas dan tanggung jawabnya, negara harus membantu memberdayakan keluarga(UUD
1945 Amandemen pasal 28B dan 34). Bantuan PKH dan pelatihan pengasuhan bagi
orangtuaadalah salah satu penerapan dari tugas dan tanggung jawab negara untuk
memastikan bahwa setiap anak memperoleh dukungan dan pengasuhan terbaik.
Tugas dan tanggung jawab negara dalam perlindungan anak didasarkan atas mandat
UUD 1945 serta Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak (KHA) yang telah diratifikasi melalui
Kepres Nomor 36 Tahun 1990. Dalam KHA dikenal 4 (empat) prinsip utama untuk
melindungi anak, yaitu:
(1) Non-diskriminasi: anak tidak dibeda-bedakan berdasarkan latar belakang suku, ras,
agama, warga negara, latar belakang politik oragtua, dan kemampuannya
(disabilitasnya).
(2) Kepentingan terbaik bagi anak: agar setiap keputusan publik yang diambil oleh
negara dan pemerintah harus mempertimbangkan kepentingan terbaik anak
dahulu.
(3) Hak-hak anak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang: bahwa keberadaan anak tidak
sekedar hidup, tetapi memiliki hak memperoleh perawatan dan pengasuhan yang
baik agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan menikmati hidup yang
berkualitas.
26
(4) Menghormati pandangan anak: pendapat dan padangan anak patut dihargai,
dihormati, dan benar-benar diperhatikan sesuai dengan kemampuan dan tingkat
perkembangan anak,
Sampai dengan saat ini, anak-anak Indonesia masih menghadapi banyak tantangan
dalam proses tumbuh dan berkembang. Kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan
berbagai bentuk perlakuan yang tidak sepatutnya dilakukan terhadap anak masih sering
diamati terjadi di dalam keluarga dan masyarakat. Orang-orang yang diberi tanggung
jawab dan kewajiban untuk mengasuh dan merawat anak seperti orangtua, guru,
pemuka masyarakat, pemuka agama dan lain-lain justru melakukan kekerasan anak.
27
2. Eksploitasi terhadap anak yaitu tindakan mengambil keuntungan secara finansial
dan sosial terhadap tubuh dan kenaifan anak. Ada dua jenis eksploitasi, yaitu:
a. Eksploitasi seksual3, dalam hal ini tubuh dan seksualitas anak dimanfaatkan,
termasuk citra tubuh anak (foto-foto porno) untuk memperoleh keuntungan
finansial (dalam industri seks komersial) atau status sosial (perkawinan
dengan anak dianggap memberikan keuntungan sosial).
b. Eksploitasi ekonomi, tidak sekedar seksualitas anak, tetapi ciri-ciri kekanak-
kanakan anak yang lain (lucu, lugu, memelas, bertubuh kecil, tidak ada rasa
takut, sikap penurut, dll) dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan
finansial baik melalui pekerjaan di sektor informal (mengemis, memulung,
menyelam, mendulang dll.) maupun di sektor formal (industri: mengelem,
mencelup, mengasah, menjemur, mengangkut, dll.).
Kekerasan yang dialami anak seringkali terjadi di lingkungan terdekat anak dan
biasanya pelaku adalah orang terdekat atau orang yang dikenal anak. Ada anggapan
kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orangtua atau orang terdekat dari anak
diterjemahkan sebagai bentuk kasih sayang atau salah satu bentuk untuk
mendisiplinkan anak. Selanjutnya, kekerasan terhadap anak dianggap sebagai
“urusan keluarga” karena anak adalah “milik” orangtuanya sehingga orang
lain/orang luar tidak boleh ikut campur. Undang undang Perlindungan Anak dan
Undang undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga mengatur sanksi
hukum terhadap pelaku kekerasan pada anak maupun kekerasan dalam rumah
3
Eksploitasi seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain
dari korban untuk mendapatkan keuntungan, termasuk tetapi tidak terbatas semua perbuatan pelacuran
dan pencabulan.
28
tangga sebagai kasus pidana. Untuk itu orangtua dan masyarakat perlu memahami
dampak buruk kekerasan pada anak dan harus mampu mencegahnya.
29
parah akibat-akibatnya. Meskipun demikian, keparahan masih ditentukan oleh
faktor-faktor lainnya.
3. Keseringan (frekwensi): semakin sering perlakuan salah atau kekerasan dilakukan,
semakin parah akibat-akibatnya.
4. Lama berlakunya tindakan (durasi): semakin lama tindakan itu terjadi pada anak,
akan semakin serius tingkat keparahannya.
30
g. Aktif berdiskusi dengan guru untuk mengetahui perkembangan anak di
sekolah.
31
Jika dilihat dari jenisnya, maka tiap anak istimewa memiliki tingkat kerentanan
yang berbeda-beda sehingga membutuhkan perhatian yang berbeda pula oleh
orang tua atau orang yang terdekatnya.
32
5) Orangtua ikut serta dalam forum orangtua anak istimewa.
6) Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan pada keluarga yang
memiliki anak istimewa dengan memperhatikan, melindungi,
menyelenggarakan sekolah inklusi, lingkungan bebas hambatan, dan
perlindungan sosial serta perawatan.
Daftar Pustaka:
Suyanto Bagong, Masalah Sosial Anak, Kencana Prenada Media Group, 2013, Jakarta.
Wyckoff Jedery, Unell Barbara C, Disiplin Tanpa Kekersan atau Pukulan, Penyelesaian
Praktis Untuk Masalah PerilakuAnak-anak Usia Pra Sekolah Modul Kekerasan
Anak, Suhadi, Unicef, 2013.
Psikhologi Perkembangan, Hurlock
http://dampakkekerasanterhadapanak.blogspot.com/
Materi Prof. Irwanto, Universitas Atmajaya, Jakarta, 2014.
UNICEF Fact Sheet
http://tipswanitacepathamil.com/mencegah-pelecehan-seksualpada-anak.html
33