Jurnal Balon Kateter

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 1, No.

2, Juni 2011

PENDEKATAN EVIDENCE BASED PRACTICE:


“METODE SAYEBA” PADA PENANGANAN POSTPARTUM HEMORRHAGE
DENGAN INDIKASI ATONIA UTERI

Awatiful Azza*

*Staf Pengajar Prodi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,


Universitas Muhammadiyah Jember

ABSTRACT

Haemoragic post partum now still represent the prominent cause morbiditas
and mortalitas maternal either in Developed countries and also Developing countries,
including Indonesia. To happen haemoragic post partum represent the condition of
serious condition requiring handling immediately in order not to happened
undesirable complication. Some hand technic can be to overcome blood of
haemoragic post partum. One of form which in this time have been developed to
study research with " method of Sayeba". This Method can be conducted to
discontinue haemoragic post partum indication uteri atonia. Used technic this method
with installation of fastened condom catheter and included into uteri cavum. Condom
filled with hysiological salt dilution counted 250-500 cc according to requirement,
laterthen released by] 24 - 48 hour. Pursuant to research which have been conducted
to this method, its efficacy number is 100%.
Keywords : Evident Based Practice (EBP), postpartum hemorrhage (PPH), method of
sayeba, Uteri atonia

PENDAHULUAN
Kematian maternal adalah
Perdarahan pasca persalinan ( suatu tragedi dan merupakan kerugian
Postpartum Hemorrhage = PPH ) besar bagi masyarakat dan suatu
sampai saat ini masih merupakan bangsa. Sekitar setengah juta wanita
penyebab utama morbiditas dan mati tiap tahun akibat proses kelahiran
mortalitas maternal baik di Negara bayi dan kehamilan. Sekitar
maju maupun di Negara berkembang. seperempat di antara mereka
mengalami komplikasi yang terjadi
Kelahiran bayi adalah suatu pada kala ketiga persalinan. Di Inggris
proses normal,, namun adakalanya risiko kematian maternal akibat
ditemui kejadian morbiditas dan postpartum hemorrhage adalah satu per
mortalitas maternal yang berkaitan 100.000 kelahiran, sedangkan di
dengan permasalahan yang dihadapi negara berkembang adalah satu per
pada kala ketiga persalinan. Kala 1000 kelahiran. Pada sekitar tahun
ketiga persalinan merupakan suatu 1995-1996 postpartum hemorrhage
proses berlanjut yang dimulai dengan sebagai penyebab utama dari kematian
lahirnya janin dan berakhir dengan maternal di Malaysia. Angka kematian
lahirnya plasenta. Umumnya sekitar 5 maternal ( Maternal Mortality Rate =
sampai 10 menit, tetapi tidak sampai MMR ) di Amerika Serikat tahun 1995
melebihi dari 30 menit. sebanyak 7,1/100.000 kelahiran hidup.

95
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 1, No. 2, Juni 2011

Penyebab terbanyak dari MMR b. Perdarahan postpartum sekunder


tersebut adalah perdarahan, emboli, (late postpartum hemorrhage) :
hipertensi dalam kehamilan, yang terjadi antara 24 jam dan 6
kardiomiopati serta karena komplikasi minggu setelah bayi lahir.
anastesi. Kematian terjadi pada ibu
dengan PPH dkarenakan adanya
Indonesia yang terletak di Asia kegagalan multiorgan. Perdarahan
Tenggara sampai dengan saat ini masih hebat menyebabkan penurunan volume
menduduki angka tertinggi kematian sirkulasi sehingga terjadi respons
yaitu sebanyak 307/100.000 ( SDKI simpatis. Terjadi takikardia,
tahun 1998-2002 ). Faktor penyebab kontraktilitas otot jantung meningkat
kematian tersebut yaitu perdarahan ( dan vasokonstriksi perifer. Sementara
28% ) disusul Preeklamsia-eklamsia volume darah beredar menurun,
dan infeksi masing-masing sebanyak kemampuan sel darah merah untuk
13% dan 10%. Secara keseluruhan di mengangkut oksigen juga menurun
seluruh dunia ini kematian maternal sedang kenaikkan kontratilitas otot
sebanyak 600.000 pertahun dan yang jantung membutuhkan pasokan
disebabkan oleh PPH sebanyak oksigen lebih banyak. Keadaan ini
125.000 wanita pertahun . cepat memacu terjadinya kegagalan
miokardium. Vasokonstriksi perifer
DEFINISI PPH ditambah dengan menurunnya
kemampuan darah membawa oksigen
Perdarahan postpartum adalah menyebabkan terjadinya hipoperfusi
perdarahan yang terjadi setelah bayi dan hipoksia jaringan. Hipoksia
lahir yang melewati batas fisiologis jaringan memacu metabolisme anaerob
normal. Pada umumnya seorang ibu dan terjadilah asidosis. Asidosis inilah
melahirkan akan mengeluarkan darah yang memacu terlepasnya berbagai
secara fisiologis sampai jumlah 500 ml mediator kimiawi dan memacu respons
tanpa menyebabkan gangguan inflamasi sistemik. Keadaan ini
homeostasis. Dengan demikian secara menyebabkan terlepasnya radikal
konvensional dikatakan bahwa oksigen yang berakibat kematian sel
perdarahan yang melebihi 500 ml yang menyebabkan lemahnya sistem
dapat dikategorikan sebagai barier mukosa sehingga
perdarahan postpartum. Definisi baru mikroorganisme dan endotoksin
mengatakan bahwa setiap perdarahan mudah tersebar ke seluruh jaringan dan
yang yang dapat mengganggu organ. Keadaan inilah yang
homeostasis tubuh atau mengakibatkan terjadinya systemic
mengakibatkan tanda hipovolemia inflammatory response syndrome
termasuk dalam kategori perdarahan (SIRS) dan kegagalan multiorgan yang
postpartum. Perdarahan dapat terjadi berakhir dengan kematian.
sebelum, selama, atau sesudah lahirnya
plasenta. PATOFISIOLOGI PPH

Ada dua jenis menurut waktu Perdarahan postpartum /


terjadinya PPH: Postpartum Hemorrhage ( PPH )
a. Perdarahan postpartum primer (early terjadi karena adanya perdarahan
postpartum hemorrhage) : yang banyak yang berasal dari tempat
terjadi dalam 24 jam setelah bayi implantasi plasenta, atonia uteri, atau
lahir. adanya laserasi jalan lahir. Pada PPH

18
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 1, No. 2, Juni 2011

yang penting adalah menentukan menyempitkan dan membuntu lumen


etiologinya dan memberikan pembuluh darah.
penanganan yang sesuai.
Adanya sisa plasenta atau
Walaupun pengetahuan tentang bekuan darah dalam jumlah yang
penyebab perdarahan pasca persalinan banyak dapat mengganggu efektivitas
telah banyak diketahui dan darah sudah kontraksi dan retraksi miometrium
banyak tersedia tetapi kematian yang sehingga dapat menyebabkan
disebabkan oleh PPH ini masih perdarahan tidak berhenti. Kontraksi
menduduki tempat yang tinggi baik di dan retraksi miometrium yang kurang
Negara maju maupun di Negara- baik dapat mengakibatkan perdarahan
negara berkembang. walaupun sistem pembekuan darahnya
normal, sebaliknya walaupun sistem
Menurut American College of pembekuan darah abnormal asalkan
Obstetricians and Gynecologist kontraksi dan retraksi miometrium
menetapkan kriteria penurunan > 10% baik akan menghentikan perdarahan.
dari kadar hematokrit sebelum dan
sesudah persalinan merupakan kondisi PENANGANAN PPH DAN
PPH dan biasanya mengenai 4 – 6% PENELITIAN TERKAIT
dari seluruh persalinan.
Tujuan utama penanganan PPH
Adanya peningkatan jumlah adalah (1) mengembalikan volume
volume plasma dan sel darah merah darah dan mempertahankan oksigenasi
pada wanita hamil sebanyak ( 30 – (2) menghentikan perdarahan dengan
50% ) serta adanya peningkatan menangani penyebab PPH.
cardiac output, maka dibandingkan
wanita tidak hamil, wanita hamil lebih Beberapa pendekatan untuk
mudah berkompensasi terhadap adanya mencegah PPH diantaranya melalui
perdarahan dengan cara meningkatkan penanganan aktif kala tiga (PAKT).
tahanan vaskuler perifer sehingga Setiap ibu melahirkan harus
tekanan darah tidak menurun dan dapat mendapatkan penanganan aktif kala
menjamin kelancaran perfusi organ. tiga (active management of the third
Namun demikian setelah kemampuan stage, AMTS). PAKT adalah sebuah
peningkatan vaskuler terlampaui maka tindakan (intervensi) yang bertujuan
terjadilah penurunan tekanan darah, mempercepat lahirnya plasenta
cardiac output dan perfusi organ dengan meningkatkan kontraksi uterus
sehingga menimbulkan gejala klinis sehingga menurunkan kejadian
dari PPH. perdarahan postpartum karena atoni
uteri .
Mekanisme penghentian Tindakan ini meliputi 3
perdarahan pasca persalinan berbeda komponen utama yakni (1) pemberian
dengan perdarahan yang terjadi di uterotonika (Oksitosin 10 unit
tempat lain. Faktor vasospasme dan disuntikan secara intramuskular segera
pembekuan darah sangat penting, pada setelah bahu depan atau janin lahir
perdarahan pasca persalinan. seluruhnya), (2) tarikan tali pusat
Penghentian perdarahan pada bekas terkendali yang dilakukan pada saat
implantasi plasenta terutama karena uterus berkontraksi kuat. Jangan lupa
adanya kontraksi dan retraksi melakukan counter-pressure terhadap
miometrium, sehingga dapat uterus untuk menghindari inversi

19
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 1, No. 2, Juni 2011

uterus dan (3) masase uterus setelah sebagai upaya pencegahan perdarahan
plasenta lahir., sampai uterus postpartum dalam PAKT.
berkontraksi kuat, palpasi tiap 15
menit dan yakinkan uterus tidak Jika dengan PAKT perdarahan
lembek setelah masase berhenti.. vaginal masih berlangsung maka harus
segera diberikan 5-10 unit oksitosin
Idealnya stabilisasi pada ibu secara intravena pelan atau 5-30 unit
PPH dilakukan lebih dulu sebelum dalam 500 ml cairan dan 0,25-0,5 mg
tindakan definitif dikerjakan, tetapi hal ergometrin intravena. Pada saat yang
ini kadang-kadang tidak mungkin sama dilakukan pemeriksaan untuk
dikerjakan sendiri-sendiri melainkan menyingkirkan kemungkinan adanya
seringkali dikerjakan perbaikan sebab lain seperti adanya robekan jalan
keadaan umum ( resusitasi ) sambil lahir atau retensi sisa plasenta.
dilakukan tindakan untuk Perhatian juga harus ditujukan
menghentikan perdarahan tersebut. pada cara mengatasi syok (“ABC’s”)
dengan memasang venokateter besar,
Beberapa penelitian berkaitan memberikan oksigen dengan masker,
dengan penatalaksanaan PPH monitoring tanda vital dan memasang
menyebutkan bahwa misoprostol oral kateter tinggal untuk memonitor
(pada 3519 wanita) dapat menurunkan jumlah urin yang keluar. Monitoring
kebutuhan transfusi darah sebanyak 3 saturasi oksigen juga perlu dilakukan.
kali. Meskipun demikian misoprostol Darah diambil untuk pemeriksaan
memberikan efek samping yang cukup rutin, golongan darah dan skrining
signifikan berupa menggigil koagulasi.
(shivering) dan kenaikan suhu
(pyrexia) sampai 38º Celsius. Apabila Langkah penting yang harus
misoprostol dibandingkan dengan segera diambil adalah koreksi
oksitosin injeksi terlihat bahwa hipovolemia (resusitasi cairan).
oksitosika injeksi lebih baik dalam Kelambatan atau ketidak sesuaian
mencegah kejadian perdarahan dalam memberikan koreksi
postpartum (>1000 ml). hipovolemia merupakan awal
kegagalan mengatasi kematian akibat
Penelitian lain menyebutkan perdarahan postpartum.
tidak ada perbedaan antara pemakaian
misoprostol dibanding dengan Penanganan pertama untuk
oksitosika injeksi dalam kejadian lama menjaga homeostasis tubuh dan
kala III (>30 menit), plasenta manual mempertahankan perfusi jaringan
maupun kebutuhan transfusi darah. adalah dengan pemberiaan ciran.
Bahkan untuk lama kala III, oksitosika Larutan kristaloid (saline normal atau
injeksi lebih pendek dibanding ringer laktat) atau koloid harus segera
misoprostol. Studi WHO tahun 2001 diberikan dengan jumlah 3 kali
juga menunjukkan tidak ada perbedaan estimasi darah yang hilang, tetapi
kejadian kematian maternal antara larutan kristaloid lebih diutamakan.
kedua kelompok, dari 9264 pada Dextran tidak boleh diberikan karena
kelompok misoprostol dibanding 9266 mengganggu agregasi platelet. Dosis
pada kelompok oksitiosika injeksi. maksimal untuk larutan koloid adalah
Studi lain juga menunjukkan bahwa 1500 ml per 24 jam.
oksitosin masih lebih baik
dibandingkan dengan misoprostol

20
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 1, No. 2, Juni 2011

Oksitosin dan metilergonovin alternatif baru dengan pemasangan


masih merupakan obat lini pertama. kondom yang diikatkan pada kateter.
Oksitosin dberikan lewat infus dengan Dari penelitiannya disebutkan angka
dosis 20 unit per liter dengan tetesan keberhasilannya 100% ( 23 berhasil
cepat. Bila sudah terjadi kolaps dari 23 PPH ), kondom dilepas 24 – 48
sirkulasi oksitosin 10 unit diberikan jam kemudian dan tidak didapatkan
lewat suntikan intramiometrial. Tidak komplikasi yang berat. Indikasi
ada kontraindikasi untuk oksitosin pemasangan kondom sebagai tampon
dalam dosis terapetik, hanya ada tersebut adalah untuk PPH dengan
sedikit efek. Metilergonovin tidak penyebab Atonia Uteri. Cara ini
boleh diberikan pada pasien hipertensi. kemudian disebut dengan “Metode
Misoprostol rektal dengan dosis tinggi Sayeba”. Metode ini digunakan
(1000 µg) terbukti efektif sebagai alternatif penanganan HPP
menghentikan perdarahan postpartum terutama sambil menunggu perbaikan
yang membandel (refractory). keadaan umum, atau rujukan.

Penanganan berikutnya, jika Cara pemasangan tampon


tidak terdapat robekan jalan lahir maka kondom menurut Metode Sayeba
segera dilakukan eksplorasi kavum adalah secara aseptik kondom yang
uterin untuk menyingkirkan adanya telah diikatkan pada kateter
retensi sisa plasenta. Jika setelah dimasukkan kedalam cavum uteri.
manuver ini perdarahan masih Kondom diisi dengan cairan garam
berlangsung dan kontraksi uterus fisiologis sebanyak 250-500 cc sesuai
lembek, maka atonia uteri adalah kebutuhan. Selanjutnya dilakukan
penyebab perdarahan. observasi perdarahan dan pengisian
kondom dihentikan ketika perdarahan
PENDEKATAN EVIDENCE BASE sudah berkurang. Untuk menjaga
PRACTICE kondom agar tetap di cavum uteri,
dipasang tampon kasa gulung di
Pemberian tampon ( packing ) vagina. Bila perdarahan berlanjut
uterovagina pada PPH dengan kassa tampon kassa akan basah dan darah
gulung dapat merugikan karena keluar dari introitus vagina.
memerlukan waktu untuk Kontraktilitas uterus dijaga dengan
pemasangannya, selain itu juga dapat pemberian drip oksitosin paling tidak
menyebabkan perdarahan yang sampai dengan 6 jam kemudian.
tersembunyi atau bila ada perembesan Diberikan antibiotika tripel,
berarti banyak darah yang sudah Amoksisilin, Metronidazol dan
terserap di tampon tersebut Gentamisin. Kondom kateter dilepas
sebelumnya dan dapat menyebabkan 24 – 48 jam kemudian, pada kasus
infeksi. dengan perdarahan berat kondom dapat
dipertahankan lebih lama.
Hasil penelitian tentang tampon
yang dikembangkan untuk KESIMPULAN
penanganan PPH adalah menggunakan
Sengstaken-Blakemore tube, Rusch Perdarahan postpartum sering
urologic hydrostatic balloon catheter ( bersifat akut, dramatik, underestimated
Folley catheter ) atau tamponade dan merupakan sebab utama kematian
balloon catheter. Pada tahun 2003 maternal. Pendekatan risiko
Sayeba Akhter dkk mengajukan diperlukan untuk mengantisipasi

21
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 1, No. 2, Juni 2011

kemungkinan terjadinya komplikasi. 235. Int J Gynaecol Obset


Upaya untuk penanganan perdarahan 1997;57:219–26.
postpartum ditujukan pada 3 hal yakni
pencegahan, penghentian perdarahan Anderson J M and Etches D. 2007.
dan mengatasi syok. Penanganan aktif Prevention and Management of
kala III persalinan merupakan tindakan Postpartum Hemorrhage. Am
preventif yang harus diterapkan pada Fam Physician 2007;75:875-
setiap persalinan. Oksitosin dan 82.
metilergonovin merupakan obat lini
Cuningham FG, et.al. 2001. William
pertama baik dalam upaya pencegahan
Obstetrics 21st ed. Connecticut:
maupun pengobatan. Misoprostol
Appleton and Lange.
dengan dosis 600-1000 µg dapat
dipakai bila obat lini pertama gagal. Maughan KL, Heim SW, Galazka SS.
2006. Preventing Postpartum
Restorasi cairan melalui dua Hemorrhage: Managing the
jalur infus dengan venokateter ukuran Third Stage of Labor. Am Fam
besar (16-18) adalah tindakan pertama Physician 2006;73:1025-8.
mengatasi syok hemoragik. Larutan
kristaloid sebanyak 3 kali estimasi Marzi I. 1997. Hemorrhagic shock:
jumlah darah yang hilang dapat update in pathophysiology and
mempertahankan perfusi jaringan. therapy. Acta Anaesthesiol
Dalam keadaan yang sangat mendesak Scand Suppl 1997;111:42-4.
(perdarahan mencapai 40% volume
darah) dan masih berlangsung Ramanathan, G and Arulkumaran.
pemberian darah yang sesuai tanpa 2006. Postpartum Hemorrhage.
crossmatching adalah tindakan live J Obstet Gynaecol Can :967–
safing yang dapat dibenarkan. 973.
WHO. World Health Report. 2005.
Tindakan bedah dilakukan bila Make every mother and child
usaha menghentikan perdarahan tidak count. Geneva: World Health
berhasil. Tindakan tersebut adalah Organization
kompresi bimanual, tamponade, jahitan
B Lynche, histerektomi dan tamponade
intraabdominal. Metode sayeba
merupakan salah satu bentuk
penanganan PPH dengan memasang
ballon cateter di cavum uteri.
Bila terjadi gejala DIC maka
pengobatan khusus DIC harus segera
diberikan mulai dari transfusi platelet,
fresh frozen plasma dan
cryoprecipitate

DAFTAR PUSTAKA
American College of Obstetricians and
Gynecologists: ACOG
educational bulletin. 1997.
Hemorrhagic shock. Number

22

You might also like