Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Sumber pembiayaan rumah saldt.

Sistem pembiayaan merupakan suatu hubungan antara

berbagai pihak yang terlibat di dalam sektor kesehatan (kbususnya

rumah sakit ) atas dasar prinsip ekonomi dan sosial.

Menurut William O. Cleverly dalam tulisannya tentang

Financial Enviroment 0/ Health Care Organization, yang dikutip

oleh Zulfendri (1999), yaitu mengenai sumber dan pengalokasian

pembiayaan kesehatan di Indonesia dapat digambarkan melalui

diagram sebagai berikut :

I. Su~.'P/;.r I ..
Resourcees
...
Penyelenggaraan
/Unit Pelayanan Kes Financial
.....
1----
...~
Peralatan Kes Unit Pelayanan Pasien
Obat-obatan Kesehatan: - Self pay
Konsultan Kes - Pemerintah - Asuransi
Ketenagaan - Swasta - Dana Sehat
Peminjam Dana Non Pasien
- Word bank. - Subsidi
- ADB - Grants
- USAID - Dukungan pajak

Untuk menunjang penyelenggaraan pelayanan kesehatan

maka unit pelayanan mendapat masukan dari suppliers berupa

resources yakni peralatan kesehatan.

7
Sementara obat-obatan, ketenagaan mendapat pinjaman dari
donatur lain, misalnya World bank, ADB,USAIDdan sebagainya.
Dengan adanya masukan berupa sumber daya dan dana
tersebut, maka unit pelayanan kesehatan (milik pemerintah, swasta)
dapat melakukan kegiatan pelayanan dalam hal pemenuhan jasa
pelayanan kepada masyarakat umum.
Adapun masyarakat akan membayar jasa pelayanan kesehatan
tersebut, yang mana sistem pembayaran dapat membayar sendiri
atau asuransi. Secara garis besar di dalam sistem pembiayaaan
terdapat berbagai sumber, sebagai berikut :
2.1.1. Pemerintah Pusat, yang dikelola/terkait oleh Departemen
Kesehatan adalah dari:
a. Anggaran Pembangunan Sektoral (DIP)
b. Anggaran Rutin (DIK)
2. 1. 2. Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan (INPRES)
a. Subsidi Bantuan Biaya Operasional (SBBO) rumah sakit.
b. Pemerintah Daerah Tingkat - I/Propinsi. Bersasal dari;
2.1.3. Anggaran Pembangunan Daerah TK- I (DIPDATk.I.)
a. Anggaran rutin daerah tingkat - I (DIKDATingkat I).
2.1.4. Anggaran Pembangunan Daerah Tingkat II (DIPDATk II)
a. Anggaran rutin daerah tingkat II (DIKDATingkat - II).
Khusus BUMN Departemen Kesehatan (Kimia Farmasi,
Indo Farma], pembiayaan produksi obat.

8
Sedangkan bantuan luar negeri, antara lain berasal dari WHO,

UNICEFserta pinjaman luar negeri dan lain sebagainya. Pembiayaan

kesehatan oleh masyarakat/swasta dapat dirincikan sebagai berikut :

1. Pengeluaran rumah tangga untuk pembiayaan kesehatan (Out of

pocket atau Direct payment), biaya ini digunakan untuk membiayai

pelayanan kesehatan atau operasional rumah sakit.

2. Pembiayaan oleh perusahaan swasta dan BUMN non DEPKES

untuk mernbiayai para karyawannya, biaya digunakan untuk

mernbiayai pelayanan atau operasional rumah sakit.

3. Pernbiayaan rnelalui asuransi kesehatan, yaitu PT Askes, Asabri

dan Jasa Raharja.

Telah diuraikan di atas bahwa proporsi surnber dana

pembiayaan kesehatan, khususnya pembiayaan obat dan bahan

habis pakai. Menurut Arnan Nasution dalam suatu orasi ilrniah pada

HUT FKM USU ke-7 tahun 2000, rnenyebutkan bahwa pembiayaan

obat yang dilakukan oleh Pernerintah hanya sekitar 30%, sedangkan

sebahagian besar atau sekitar 700/0 pengeluaran untuk obat yang di

biayai masyarakat secara mandiri.

2.2. PeDgertiaD Efiaiensi.


Secara urnum efisiensi adalah untuk mempertanyakan
apakah biaya yang dikeluarkan untuk suatu jenis pelayanan

9
kesehatan di rumah sakit adalah lebih tinggi dari pada yang
seharusnya, karena biaya untuk memproduksi pelayanan tersebut
tidak ditekan seminimal mungkin atau mengurangi mutu pelayanan.
Bank Dunia membagi efisiensi kedalam duajenis yaitu :

2.2.1. Efisiensi Alokasi :


Berkaitan dengan alokasi sumber daya (Dana), untuk
menghasilkan luaran yang memberikan nilai yang tertinggi dari
penggunaannya.
contohnya;
a. kurangnya pembiayaan untuk pelayanan kesehatan
b. kurang tepatnya alokasi sumber daya antara pelayanan
kesehatan dasar dan tersier. Jenis ini lebih banyak berkaitan dengan
ekonomi makro dan kebijakan.

2.2.2. Eftsiensi Internal.


Berkaitan dengan upaya untuk menghindari pemborosan
dalam proses produksi yang dapat disebabkan oleh antara lain
sumber daya administratif atau manajerial yang tidak memadai.

Contoh;
a. Berlebihan dalam pembuatan keputusan finansial, sehingga
rumah sakit tidak dapat mengatur kompisisi yang optimal dari
berbagai faktor input yang pembiayaan yang tidak memadai untuk

10
berbagai input komplementer tertentu seperti, obat, trasportasi
operasional dan bahan bakar.
Efisiensi jenis ini lebih banyak berkaitan dengan ekonomi mikro dan
administrasi.
Kemudian Newbrander (1992) yang dikutip Ali Al katiri dalam

bukunya Rumah Sakit Proaktif Pemikiran Awal (1997) menyebut

efisiensi internal dengan istilah efisiensi produksi, efisiensi ekonomi

dan efisiensi skala.

Masalah yang berkaitan dengan efisiensi pada pelayanan

kesehatan pemerintah pada umumnya antara lain:

a. Distribusi sumber daya yang tidak proporsional antara berbagai

macam intervensi yang berbeda tingkat efektivitas - biayanya.

(Cost effectivenes)__. efisiensi alokatif.

b. Pemborosan sumber daya karena kelemahan pada sistem

pengadaan peralatan dan tenaga serta operasional ... efiseinsi

teknis.

Sedangkan menurut Junadi Pumawan (1995) "Konsep

Ejtsiensf' biaya di rumah sakit adalah mengandung arti usaha yang

secara sadar dilakukan terus menerus untuk mengontrol meroketnya

biaya pelayanan dalam tingkatan yang wajar.

Selain itu dilihat kecenderungan ke depan, yaitu penggunaan

untuk memuaskan pasien akan membuat biaya pengoperasian

rumah sakit semakin meningkat, bukan berkurang, yang bisa

11
diusahakan adalah agar biaya operasional dapat dikontrol dalam
tingkatan yang wajar.

Oleh karena itu konsep efisiensi biaya mengadung arti usaha


yang secara sadar dilakukan terus menerus untuk mengontrolbiaya
pelayanan di rumah sakit.
Tabel .2 .1 : Kouaep Eflsieusi Bia,..

Konsep
Output ---..... Revenue
Input ... Resources
- Tenaga
- Bahan IObat-obatan
- Prosedur
- Standar
- Manajemen
- Cost

Sumber buku: Junadi Purnawan. MeningkatkanEfisiensibiaya


di rumah sakit, Jumal Admfnistrasi Rumah SaJdt Vol 4, FIOI.
UI,1992

Programefisiensibiaya di rumah sakit perlu dilakukan secara


terus menerus disemua aspek, maka keberhasilan programini sangat
bergantung banyaknya personilyang terlibat.
Manajemen program menjadi tanggung jawab administrator
rumah sakit, tetapi pelaku utama dari program efisiensi ini
sebenamya adalah dokter yang melaksanakan tindakan pembedahan
dan petugas anestesia serta petugas rumah sakit lainnya, khususnya
petugas dikamar operasi, seluruh pihak ini perlu awas (Awareness) )
dan sadar (Conscious) akan pentingnyaprogram ini.

12
2. 3. Strategi BfisleDu Biaya Ramah Saldt.
Dalam pelaksanaan program efisiensi biaya, strategi atau
usaha yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut, Administrator
dapat membaginyadalam 41angkah strategis berikut ini:
a. Langkah pertama adalah Awas biaya. administartor rumah sakit
perlu awas biaya tentang biaya yang timbul dari setiap
operasional rumah sakit. Fokus disini adalah semua biaya, oleh
semua petugas atau karyawan rumah sakit.
b. Langkah kedua adalah Pengawasan btaya. Administratorrumah
sakit perlu menyiapkan mekanisme dan penyediaan media untuk­
mengidentifikasi, melaporkan dan mengawasi. Analisis perlu
dilakukan untuk melihat hubungan antara biaya, dengan kinerja
(performance) individu, bagian tertentu maupun keseluruhan
rumah sakit. Fokusnya adalah dimana timbulnya biaya
operasional , berapa banyak dan mengapa.
c. Langkah ketiga adalah pengelolaan biaya, yaitu menyusun
sistem untuk mengontroldan mengusahakan timbulnya rencana
strategi, program dan tercapainya tujuan dari efisiensi biaya.
Fokusnya adalah apa yang dapat dilakukan, akan dilakukan oleh
siapa.
d. Langkah keempat adalah menyedfakan insent4f dan konpensasi
yang menyebabkan program efisiensi biaya dapat berjalan terus,
dengan memperhatikan besarnya kontribusi setiap orang maupun
kelompok.

13
Setiap langkah ini dapat memberikan hasil secara langsung,
namum agar program efisiensi ini dapat berlangsung secara terus
menerus, keempat langkah ini perlu dilakukan secara berurutan,
awas biaya saja tanpa adanya tindak lanjut tidak akan banyak
berguna.
Sebaliknya pemberian insentif tanpa monitoring biaya akan
meningkatkan biaya. Disamping empat langkah yang umum, banyak
intervensi manajemen yang dapat dilakukan untuk mengefisienkan
biaya, beberapa diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut :

2.3.1. Melalui PeniDgkatan Produktivitas.


Berbagai teknik peningkatan produktivitas dengan
sendirinya dapat dilakukan dan langsung berpengaruh terhadap
indikator efisiensi biaya, teknik tersebut misalnya: a). manajemen
operasional, b). pengukuran dan penyusunan standar kerja, c).
penyusunan standar, d). penyusunan sistem insentif. e).
pengukuran aktivitas, dan f). penyederhanaan kerja.

2.3.2. Melalui Manajemen Peralatan, Sarana dan FasWtas.


Rumah sakit dalam memberikan pelayanan jasa dan kualitas
pelayanan yang diberikan sangat bergantung pada peralatan, sarana
dan fasilitas yang ada, oleh karena pengelolaannya perlu dilakukan
secara efisien. Beberapa metode yang dapat diterapkan adalah :
a). sistem manajemen material, b). manajemen pemeliharaan, dan
c). penyewaan dan kerjasama dalam penggunaan fasilitas rumah

14

-- ----- ----- ---- --- ---


Salah satu pokok yang harus dilakukan untuk dapat tetap
bertahan dalam situasi kompetitifdi atas adalah dengan melakukan
kegiatan layanan di rumah sakit dengan biaya yang efisien dan
dengan tanpa menggangguefektifitasdan kwalitaslayanannya.
Lebihlanjut disepakati bahwa tingkat efisiensiyang relatiftinggi
dalam kegiatan pelayanan di rumah sakit tidak akan dapat di capai
apabila pemahaman terhadap biaya dan faktor yang terkait tidak
dimilikioleh administrator rumah sakit.
Sepertilazimnyapada kegiatan di industri non kesehatan biaya
atau sumber yang dibutuhkan dalam kegiatan di rumah sakit pada
dasamya dapat dikatagorikan dalam 3 pokok; yaitu a). biaya tanah
atau laban, b). Biaya tenaga kerja, dan c). biaya kapital atau
investasi
Selanjutnya, dari setiap jenis biaya di atas - khususnya biaya
tenaga kerja dan investasi - dapat dikembangkan dalam 3 sub
klasifikasi..Pada Tabelberikut bisa dilihat uraian dari ketigakatagori
pokok biaya dengan sub klasifikasinyadan dilengkapi dengan cara
pengukurannya.

15
Tabel 2. 2. Klaslfikasi Blay. di Rumah Saldt
Katagori Sub Klasiflkasi Pengukran
Pertama Kedua Ketiga
Tanah/Lahan Lokasi - - Sewa/bln
Tenaga Klinis - Dolder Honorj'gaji
- Paramedik Gaji/bln
- Tehnisi Medik Gaji/bln
Administrasi Internal Administrator Gaji/bln
Manajer Oaji/bln
Supervisor, dl1 Gaji/bln

Ekstemal Penunjang:
Kebersihan Gaji/bln
Dapur Gaji/bln
Laundry Gaji/bln
D11

Umum:
Administrasi Gaji/bln
Keuangan Gaji/bln
Komputer Gaji/bln
D11

Investasi Jangka Klinis Bahan habis Hargaj'unit


Pendek Pakai
Obat ~obatan Hargaj'unit
Aministra ATK Hargaj'unit
si Utilitas Hargaj'unit
Penyusutan
/Bulan
Jangka Klinis Alat Medik Penyusutan
Panjang /Bulan
Gedung Penyusutan
/Bulan
Administ Alat Non Medik Penyusutan
rasi jbulan
Gedung

Sumber Buku : David W Young 1984, dikutif Amal C.Sjaaf ,. Pengawasan


Biaya di Rumah Sakit, Keputusan Manajerial dalam Lingkup Akutansi
Biaya" Jumal Acfmtnfsttoasf Rumah Saldt, Vol XlV, :rKlW.UI, J994,

16
Dari Tabel tersebut dengan segera telah pula dapat ditentukan
klasifikasibiaya rumah sakit menurut perilakunya: biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).

Biaya tetap adalah jenis biaya yang tidak berubah dengan


adanya perubahan (kenaikanatau penurunan) kegiatan. Sedangkan
biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah sesuai dengan adanya

perubahan kwantitas kegiatan. Honor dokter yang terkait dengan


jumlah penderita yang diperiksanya jelas merupakan biaya tetap,
sedangkan gaji dokter tetap di rumah sakit digolongkansebagaibiaya
tetap.
Biaya penyusutan alat medik dan non medik serta gedung
adalah biaya tetap, tetapi biaya bahan habis pakai dan alat tulis
kantor (ATK)
serta obat - obatan adalah biaya tidak tetap.
Pemahaman mengenai jenis biaya seperti di atas dan dilengkapi
dengan pemahaman tentang perilakunya akan banyak menolong
administrator rumah sakit dalam meningkatkanefisiensi.

Tentunya pemahaman tersebut perlu dilengkapi - bahkan


didahului - dengan pemahaman mengenai beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap biaya pelaksanaan kegiatan di rumah sakit,
antara lain : jenis penderita, jumlah penderita, sumber yang digunakan
per penderita, tingkat efisiensi pemamfaatan sumber, dan biaya per

unit dari pemamfaatan sumber.

17
Khusus tentang jenis kasus yang dihadapi, yang perlu

diperhatikan disini yaitu eratnya kaitan faktor ini dengan teknologi


kesehatan yang dimiliki.

Kalau diamati bahasan di atas maka dapat dikatakan bahwa

efisiensi pembiayaan di rumah sakit sebenarnya sangat terkait

dengan kegiatan layanan per pederita.

Lebih spesiflk, efisiensi tersebut hanya akan dapat


dikembangkan apabila jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan
untuk layanan per penderita dapat ditentukan.
Untuk hal ini maka perlu pula dipahami pengertiandari maya
langsung (direct cost) dan maya tdak langsung (indirect cost). Biaya

langsung yaitu biaya yang secara jelas penggunaannya di lakukan


dalam suatu unit kegiatan tertentu, misal : biaya obat-obatan dari
unit rawatjalan.
Sedangkan biaya tidak langsung yaitu biaya yang
penggunaannya di lakukan bukan di unit kegiatan yang
bersangkutan biaya gaji staf administrasi rumah sakit.

2.4. Siatem Paket (Budget sy.steml

Menurut SK.Poerwani1995,sistem paket adalah suatu sistem


pembiayaanpelayanan kesehatan yang dihitung anggaran biayayang
disediakan untuk suatu kelompokpelayanan, misalnya biaya paket
perhari rawat inap atau keseluruhan biaya rawat yang diperlukan

18
oleh suatu rumah sakit di dalam melayani pasien/keluarga atau

peserta asuransi untuk periode tertentu.

Strategi pentarifan yang diusulkan ialah dengan cara paket

hemat atau paket harga (bundling price), cam ini sebenarnya bukan

cara baru karena dimanfaatkan oleh berbagai usaha di dunia.

Paket adalah sejumlah pembiayaan dalam jumlah yang pasti

[fixed] yang merupakan komponen dari sebahagian atau seluruh

pembayaran jasa. Jasa itu dapat berupa pemakaian sarana dan

prasarana rumah sakit, jasa medis, jasa paramedis, administrasi,

pemeriksaan penujang, obat-obatan dan alat habis pakai yang

tersedia maupun yang tidak tersedia (tidak dapat disediakan oleh

rumah sakit).

Dimana kebijaksanaan dalam pentarifan adalah memberikan

pelayanan sesuai dengan kebutuhan (medical need) dan bukan

keinginan medis (medical demand), sebenarnya sistem paket ini dapat

bermanfaat bila dalam pentarifan semua tenaga di kamar operasi

dilibatkan mengenai tarif.

2.4.1. Suma biaya layalUlDper penderita

Merujuk kepada pembahasan mengenai sarana, prasarana

dan fasilitas serta pembiayaan, maka secara sederhana biaya layanan

per penderita yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit dapat

digambarkan sebagai berikut:

19
Gambar 2: 3. Biaya layanan per penderita
Standar
tenaga
pelaksana

I-------i Standar
Biaya
Tenruz:a

Standar
Gaji/honor
Biaya
langsung

Standar
biaya
langsung

Standar
kebutuhan Biaya
Alat/Bln layanan
Standar
Per tindakan per
layanan
Per penderita
penderita

1-------1 Standar Biaya


tidak
Biaya
langsung
Kebutuhan per
Kebutuhan
Per
Standar penderita
tindakan
Harga

Sumber Buku : David W Young 1984, dikutif Amal C.Sjaaf" Pengawasan Biaya di
Rumah Sakit, Keputusan Manajerial dalam. Lingkup Akutansi Biaya" Jumal
Admfnt.tnui Rumah Saklt, Vol XlV, FKM.tn; 1994,

20
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa perhitungan biaya

langsung pertindakan disini pada dasarnya akan dimamfaatkan

untuk menentukan biaya layanan perpenderita dengan diagnosis


apapun. Tindakan disini adalah setiap tindakan (Proses) yan
diperlukan dalam mendiagnosis, mengobati dan merawat penderita
dengan diagnosistertentu sesuai dengan standar layanan yang ada.

2.5. TiDdakaD KebidanaD (Sectio ca_area).

Menurut Hanifa wiknjosastro (1995), dalam buku Kebidanan


menuliskan bahwa Sectio caecarea ialah, pembedahan untuk
melahirkanjanin dengan membuka dinding perut.
Dewasa ini cara seperti ini jauh lebih aman dari dahulu,
karena pada saat ini dengan teknik operasi yang lebih sempurnadan
anestesia yang lebih baik.

Menurut Soedarto, dalam Analgesia dan Anestesia Kebidanan


(1995), Pada negara-negara maju frekuensi sectio caesaria berkisar
antara 1,5 sampai 7 % dari semua persalinan. Pembedahan sectio
caesarea yang dewasa ini paling banyak dilakukan ialah sectio
caesaria transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah
uterus.

21
Adapun keunggulan pembedahan ini adalah; perdarahan luka

insisi tidak seberapa banyak, bahaya peritonitis tidak besar, dan

parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri

dikemudian hari tidak besar.

2.5.1. Macam - macam jenis .ectio caesarea, yaJmi :


a. Sectiocaesarea transperitonealprofunda.
h. Sectiokorporal( sectiokalsik )
c. Sectiocaesarea ekstraperitoneal.

2.5.2. ADeatesta dalam operasi kebidanaa (Sectio Caesareat


Pemberian anestesia/ analgesia pada wanita hamil atau
sedang melahirkan dipengaruhi oleh status fisiologis ibu serta
memerlukan pertimbangan pengaruh obat dan zat anestetik pada
janin ( HanifaWiknjosastro,1995).
Anestesia umum mempunyai pengaruh depresif pada pusat
pemafasan janin, sehingga kadang-kadang bayi bayi lahir dalam
keadaan henti nafas (Apnea)yang tidak bisa diatasi dengan mudah.
Anestesia spinal aman buat janin, akan tetapi selalu ada
kemungkinan bahwa tekanan darah penderita menurun dengan
akibat buruk bagi ibu dan janin, sehingga cara yang paling aman
ialah anestesia lokal, akan tetapi tidak selalu dapat dilakukan
berhubung dengan sikap mental penderita (Soe1arto, 1995)

22
2.5.3. Pallet obat daD bahaa habis pakal pada tindakaa sectlo
saesarea.

Obat-obat yang diberikan pada operasi sectio caesarea


adalah obat anestesia ditujukan untuk menghilangkanrasa sakit
dan nyeri (analgesia}yang memungkinkan dokter kebidanan dapat
melakukan tindakan pembedahan pada seseorang penderita dengan
baik dan aman, dan bahan lainnya.
Adapunobat-obat yang diberikan adalah terbagi atas.
1. Obat-obatan untuk Anestesia:

a. Premedikasi,misalnyaAtropinsulfas 0,5 mg.


b. Induksi, misalnya Valium inj , Katalar 100 mg, Penthotal
0,5 mg, dU.
c. Obat-obat pelemas otot, untuk intubasi pasien, misalnya
Succynilasta, pavoloninj. dll.
d. Obat Pemeliharaan (Maintenance) selama anestesia,
biasanya berupa obat inhalasi atau yang dihirup, misalnya
Halothane,etrane.
e. Obat-obat pengakhiran anestesia, misalnya Oksigen.
Prostigmindan Atropinsulfas.
1. 2. Obat-obatan anti perdarahan, misalnyaadona injeksi.
1. 3. Obat-obatankebidanan, misalnya Ergometrin,dll.
2. Obatan antibiotika, misalnyaParpiccilininj 2 gram.
Dimana dosis yang diberikan tergantung kepada berat badan
penderita dan kondisi penderita, tetapi harus diingat bahwa makin

23
banyak obat (dosis) yang diberikan untuk keperluan anestesia
/analgesia makin berbahaya obat tersebut bagi keselamatan ibu dan
anak.
Oleh sebab itu pada tindakan pembedahan sectio saesarea, obat
yang dipergunakan atau dianjurkan adalah dengan pemakaian dosis
seminimal mungkin.
3. Bahan dan alat kesehatan :
a. Benangjahit (Plaen gut, cromic gut, zyde)
b. Jarum suntik, jarum infus, cairan infus, dll
c. Kain kasa, alkohol, betadin, plester, dll
Dimana jumlah dan banyak telah ditentukan banyak dan
ukurannya, sehingga sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan,
yaitu sebesar Rp. 140.000 (Perda Tk.II Kerinci tahun 1995 )

2.6. Kerangka konsep.


Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah mencoba
menjelaskan hubungan sistem paket obat dan bahan habis pakai
(OBHP) terhadap efisiensi biaya tindakan operasi sectio caesarea,
jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Slstem poet Sectlo EFISIENSI


caesarea
(Efisien)
1. - Teaaga (Tidak Efisien)
2. - Standar Obat
3. - lamaBya operasl
4. - JeaJa hat_la

24
2.7. Deflnlal Variabel

2.7.1. Variabelbebas dalam penelitianadalah paket obat dan bahan


habis pakai tindakan sectio caesarea, yaitu hal atau keadaan yang
dapat mempengaruhipemakaian obat dan bahan habis pakai yang
meliputi tenaga, standar obat, lamanya operasi, dan jenisnya
anestesia.

2.7.2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat efisiensi

biaya dirumah sakit adalah biaya yang dianggarkan,dimana paket


dinilaidenganjumlah uang sebesar Rp 140.000.

25

----- --_--_

You might also like