Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Mayoritas masyarakat Kota Banda Aceh yang terpengaruh oleh

moderenisasi turut di pengaruhi oleh penggunaan sepeda motor dalam

kehidupan sehari – hari, pertumbuhan jumlah sepeda motor juga di barengi

dengan semakin banyak kebutuhan lahan parkir di Kota Banda Aceh.

Pemerintah kota diminta untuk sigap dalam menanggapi hal tersebut agar

tidak terjadi kesemrautan dalam penataan Kota, disamping pemenuhan

lahan parkir bagi kendaraan pemerintah kota memiliki maksud untuk

menambah PAD dari sektor parkir.

Tahun 2016 lalu, Pemko Banda Aceh menerima masukan Rp 3,5

miliar untuk pendapatan asli daerah dari sektor perparkiran. Itu

disampaikan Bukhari Sufi, Kepala Bidang (Kabid) Perparkiran Dinas

Perhubungan (Dishub) Kota Banda Aceh, Jum'at (7/4/2017). Kata Bukhari

Sufi, semua dana tadi berasal dari sekitar 325 titik parkir yang terdaftar di

Dishub Kota Banda Aceh. Sesuai peraturan, sistem pembagian hasil yaitu

65 persen untuk juru parkir dan sisanya 35 persen untuk Pemko Banda

Aceh melalui Dishub. “Yang 35 persen kita terima, langsung dimasukkan

dalam kas untuk selanjutnya disetorkan ke Pemko Banda Aceh," jelas

Bukhari Sufi. Ia juga mengatakan, tahun 2016 lalu, Dishub Kota Banda

Aceh berhasil mengumpulkan 3,5 miliar. Sementara target yang ditetapkan

1
2

DPRK dan Pemko Banda Aceh Rp 4,6 miliar per tahun. "Tahun lalu tidak

memenuhi target. Salah satu penyebab pembangunan jalan Fly Over di

Simpang Surabaya, karena di lokasi tersebut merupakan salah satu potensi

penghasil parkir terbesar di pusat kota," katanya. Lanjut Bukhari,

pengutipan tersebut dilakukan setiap hari oleh pihak Dishub Kota Banda

Aceh. “Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pengendapan dana, maka

setiap harinya petugas Dishub melakukan pengutipan langsung dan

keesokan harinya langsung disetorkan ke kas," papar Kabid Perparkiran

Dishub Kota Banda Aceh, Bukhari Sufi.1

Selama ini konsumen yang memarkirkan motor dilahan parkir

membayar dengan sejumlah uang berdasarkan jenis kendaraan seperti

yang diatur dalam Qanun Kota Banda Aceh Nomor 11 Tahun 2007

Tentang Retribusi Parkir Di Tepi Jalan, kemudian petugas parkir akan

memberikan karcis Sebagai tanda bukti bahwa konsumen meletakkan

tanggung jawab pada pengelola, diterimanya sebuah/secarik kertas/tiket

/karcis parkir. Dalam karcis parkir tersebut terdapat sebuah kalusul yang

menyatakan hak, tanggung jawab dan kewajiban konsumen serta

pengelola. Hal ini mengandung pengertian bahwa konsumen sepakat

menerima perjanjian tertulis yang dinyatakan dalam kontrak baku

(standar contract) dalam karcis tersebut. Peristiwa yang terjadi dalam

proses perparkiran secara hukum adalah peristiwa penitipan barang.

1
http://www.modusaceh.co/news/pemko-banda-aceh-terima-rp-3-5-miliar/index.html,
Terakir Diakses Pada Tanggal 11 Desember 2017 Pukul 17:45 WIB.
3

Dalam karcis parkir di Kota banda aceh terdapat salah satu kalimat yang

menyatakan ”Kehilangan, kerusakan Kendaraan Tidak Menjadi Tanggung

Jawab Pengelola Jasa Parkir”

Dalam penjelasan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan

Konsumen menyebutkan tujuan dari larangan pencantuman klausula baku

yaitu bahwa larangan ini dimaksudkan untuk menempatkan kedudukan

konsumen setara dengan pelaku usaha berdasarkan prinsip kebebasan

berkontrak. Karena pada dasarnya, hukum perjanjian di Indonesia

menganut asas kebebasan berkontrak (Pasal 1338 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (KUHPerdata). Dalam hal ini setiap pihak yang

mengadakan perjanjian bebas membuat perjanjian sepanjang isi perjanjian

tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum yang

berlaku, tidak melanggar kesusilaan dan ketertiban umum (lihat Pasal

1337 KUHPerdata).

Klausula tersebut merupakan klausula eksonerasi, Eksonerasi

atau exoneration (Bahasa Inggris) diartikan oleh I.P.M. Ranuhandoko

B.A. dalam bukunya “Terminologi Hukum Inggris-Indonesia”yaitu

“Membebaskan seseorang atau badan usaha dari suatu tuntutan atau

tanggung jawab.”Secara sederhana, klausula eksonerasi ini diartikan

sebagai klausula pengecualian kewajiban/tanggung jawab dalam

perjanjian, Pembatasan atau larangan penggunaan klausula eksonerasi ini

dapat kita temui dalam hukum positif di Indonesia yaitu dalam Pasal
4

18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen. Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini klausula

eksonerasi merupakan salah satu bentuk “Klausula Baku” yang dilarang

oleh Undang-Undang tersebut.2

Adanya tanggung jawab resiko yang diabaikan salah satu pihak.

Artinya Pihak Pengelola mengabaikan tanggung jawabnya sesuai yang

digariskan dalam konsep penitipan barang menurut hukum perdata.

Sehingga yang sumir adalah bagaimana dengan hak dan kepastian serta

jaminan tanggung jawab yang diterima konsumen?. Dari kalimat tersebut

terdapat relevansi yang menarik, yaitu kontrak baku, perlindungan

konsumen, penitipan barang dan putusan Mahkamah Agung mengenai

Parkir. Beberapa hal tersebut perlu dijabarakan dengan mendudukkannya

pada konsep yang benar, sehingga Implemntasi atas Putusan Mahkamah

Agung dapat dilaksankan dan atau diikuti sebagai yurisprodensi yang

tepat. Sehingganya tidak terdapat kesenjangan antara das sollen dengan

das sein. ”Pemahaman dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen

menjelaskan bahwa terdapat hak konsumen yang antara lain hak atas

kenyamanan, keselamatan dan kepastian atas norma yang digunakan.

Terutama mengenai asas-asas penitipannya, bagaimna tanggung jawab

kedua belah pihak, syarat penitipan sampai pada resiko sekecil apapun

terhadap kendaraan dan/atau barang yang berada didalamnya. Kesiapan

2
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4d0894211ad0e/klausula-eksonerasi,
Terakhir Diakses Pada Tanggal 11 Desember 2017 Pukul 18:33.
5

pengelola, tempat, petugas dan sistem pengamananya juga perlu

diperhatikan, sebagai konsekuensi atas Putusan Mahkamah Agung

tersebut dan Pemerintah Daerah Khususnya tidak hanya berorientasi pada

Pendapatan Asli Daerah (PAD) semata.

Ketidaknyamanan konsumen baik dari sisi hukum dan sosial

menyebabkan perlindungan konsumen tidak mendapat porsi perhatian

yang cukup memadai akibat perjanjian dalam karcis parkir tersebut.

Dimana konsep penitipan barang menurut hukum Perdata sudahlah sangat

jelas hak dan kewajiban serta tanggung jawab kedua belah pihak.

Demikian juga mengenai pengaturan kontrak baku sehubungan dengan

perlindungan konsumen juga telah jelas dijabarkan dalam Undang-

Undang Perlindungan Konsumen di Indonesia.3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,

maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Bagaimana konsep dan bentuk perjanjian jasa parkir yang memenuhi

asas – asas hukum dan kepastian hukum ?

2. Bagaimana perspektif hukum selanjutnya dalam pengaturan perjanjian

jasa parkir ?

3
Majalah Hukum Forum Akademika, Taufik Yahya, Dwi Suryahartati, Dan Firya
Oktaviarni,
6

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk lebih mudah

memahami dan menjelaskan tentang :

1. Untuk menjelaskan Bagaimana konsep dan bentuk perjanjian jasa

parkir yang memenuhi asas – asas hukum dan kepastian hukum.

2. Untuk menjelaskan bagaimana perspektif hukum selanjutnya dalam

pengaturan perjanjian jasa parkir.

Setiap penelirian selalu diharapkan agar dapat memberi manfaat

pada berbagai pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat menemukan dasar rumusan masalah

yang jelas tentang pencantuman klausula eksonerasi dalam perjanjian

penggunaan jasa parkir berdasarkan undang-undang nomor 8 tahn 1999

tentang perlindungan konsumen dalam sistem hukum perlindungan

konsumen di indonesia.

2. Manfaat praktis

Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan kontribusi

pemikiran kearah yang lebih baik demi perkembangan dan

penyempurnaan sistem hukum nasional khususnya dalam hukum

perlindungan konsumen yang salah satu isinya mengatur mengenai

perlindungan konsumen terhadap klausula baku pada jasa parkir.


7

D. Metodelogi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis

normatif, yaitu diiringi dengan menggunakan pendekatan penelitian yang

mencakup tentang asas – asas hukum, sistematika hukum, sejarah hukum,

perbandingan hukum, dan taraf sinkronisasi hukum. Menurut Bernard Arif

Sidharta, yuridis normatif adalah penelitian yang mencakup kegiatan

memaparkan, mensistematiskan dan mengevaluasi hukum positif yang

berlaku dalam suatu masyarakat, dan diupayaka untuk menemukan

penyelesaian yuridis terhadap masalah hukum.4

E. Teknik Pengumpulan Data.

Dalam menyusun makalah ini, kami menggunakan 2 teknik

pengumpulan data, yaitu:

1. Buku/jurnal

Penulis mengambil informasi tentang makalah ini yang kami

cari melalui buku-buku dan jurnal penunjang dari perpustakaan yang

kemudian dirangkum dan disusun dalam penelitian ini.

2. Internet.

Penulis mengambil berbagai macam informasi tentang

makalah ini yang kami cari dan telusuri melalui jaringan internet

dari berbagai macam situs yang kemudian merangkum dan

menyusunnya dalam penelitian ini.

4
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Cet. 1, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2007, Hlm. 41-42
8

F. Sistematika Penulisan

penulisan makalah ini telah kami susun dalam tiga bab, sebagai

berikut yang mana pada Bab I berisikan pendahuluan, yang didalamnya

terdapat uraian pokok mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan, metodelogi penelitian, teknik pengumpulan data, dan sistematika

penulisan. Bab II berisikan pembahasan, berisi tentang konsep dan bentuk

perjanjian jasa parkir yang memenuhi asas – asas hukum dan kepastian

hukum, perspektif hukum selanjutnya dalam pengaturan perjanjian jasa

parkir dikota Banda Aceh. Bab III berisikan penutup, berisi simpulan,

saran, serta bagian akhir daftar pustaka

You might also like