Anoreksia

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

A.

PENGERTIAN

Anoreksia (anorexia) berasal dari bahasa Yunani an-, yang artinya “tanpa” dan
orexis artinya “hasrat untuk”. Anoreksia memiliki arti “tidak memiliki hasrat untuk
(makan)”, yang sesungguhnya keliru, karena kehilangan nafsu makan diatara penderita
anoreksia nervosa jarang terjadi. Menurut Bruch (1973) “pengejaran tanpa lelah kekurusan
tubuh dengan menciptakan kelaparan diri sendiri bahkan sampai pada kematian”

Anoreksia Nervosa atau yang lebih sering disebut dengan anoreksia adalah
gangguan psikologi yang berkaitan dengan makan dan berat badan ekstrim. Rasa takut
memiliki kenaikan berat badan dan persepsi salah mengenai berat badan menjadi alasan
penderita anoreksia melakukan diet ekstrim yang bisa membahayakan nyawanya.

Anorexia nervosa tidak benar-benar mengenai makanan. Ini merupakan cara


tidak sehat untuk mengatasi masalah emosional. Ketika anda memiliki anorexia nervosa,
anda sering menyamakan kekurusan adalah bernilai.

B. ETIOLOGI
Etiologi anoreksia dapat dikategorikan menjadi empat kategori: patologi, farmakologi,
psikiatri, dan social
1. Penyebab Patologik dapat bersifat akut seperti apendisitis atau kedaruratan bedah yang
lain, atau bersifat kronis seperti gagal ginjal atau gagal jantung atau keganasan.
Penyebab patologik jarangterjadi tanpa tanda dan gejala klinis di samping anoreksia.
2. Penyebab Farmakologi mencakup riwayat obat-obatan yang telah dikonsumsi dan obat
yang baru saja dihentikan. Bahan zat kimis yang disalahgunakan, seperti alkohol,
tembakau, narkotik, mariyuana, dan stimulan, dapat mempengaruhi nafsu makan. Obat
yang diresepkan dan obat yang dijual bebas, serta suplemen diet dapat menimbulkan
anoreksia.
3. Kelainan Psikiatrik kadang kala lebih sulit dibanding kategori yang lain, serta
memerlukan waktu yang lama dan derajat kecurigaan yang tinggi. Anoreksia mungkin
disebabkan oleh kelainan makan primer, seperti anoreksia nervosa, atau kelainan yang
lain seperti depresi, kelainan keprobadia, kelainanbipolar, dan skizofrenia.
4. Faktor Sosial sering kali mempengaruhi nafsu makan. Rasa belasungkawa, stress, dan
kesendirian dapat menyebabkkan anoreksia. Pindah rumah, kehilangan kemampuan
berbelanja makanan atau mempersiapkan makanan, dan kekurangan uang juga dapat
menyebabkan perubahan nafsu makan.

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme Umum.
Meskipun mekanisme pasti mekanisme pengaturan nafsu makan dan berat
badan belum diketahui sepenuhnya, riset sekarang ini memberikan banyak sekali informasi
tentang permasalahan ini. Hipotalamus dinilai dapat mengatur baik rasa kenyang maupun
lapar, dengan menghasilkan homeostasis berat badan dalam keadaan yang
ideal.Hipotalamus mengintepretasikan dan mengintegrasikan sejumlah besar masukan
neural dan humoral untuk mengkoordinasikan tahapan lapar dengan pengeluaran energi
sebagai respon terhadap keadaan perubahan keseimbangan energi.

Sinyal jangka panjang yang menghubungkan informasi tentang simpanan energi


badan, status endokrin, dan kesehatan umum terutama merupakan masukan humoral.
Sinyal jangka pendek, termasuk hormon usus dan sinyal neuran dari pusat otak lebih tinggi
dan usus, meregulasi tahapan awal dan akhir proses makan. Hormon-hormon yang terlibat
dalam proses inimencakup leptin, insulin, kolesitokinin, grelin, polipeptida YY, polipeptida
pankreas, peptida-1 yang mirip glukagon, dan oxytomodulin. Perubahan setiap proses
humoral atau neuronal inidapat menimbulkan anoreksia.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Gangguan tidur timbul pada beberapa penderita anoreksia dan terdapat gerakan mata
yang cepat, seperti yang sering terdapat pada penderita depresi. Masalah pada
pengaturan suhu , khususnya hipotermia.
2. Tidak mau makan dengan sengaja karena ketakutan yang berlebihan akan kenaikan
berat badan.
3. Pengidap memiliki Body Mass Index kurang dari 18,5.
4. Terganggunya siklus menstruasi.
5. Cenderung tidak mengakui bahwa ia mengidap anoreksia karena ia merasa dapat
mengontrol keadaan dengan kemampuannya mengatakan tidak pada makanan.
6. Gangguan pada hipotalamik-pituitary-ovarian axis dimanifestasikan dengan amenorea
yang berkaitan dengan pola tidak matang dari sekresi hormon luteinizing.
7. Adanya disfungsi hypothalamic- pituitary-adrenal axis dibuktikan dengan antara lain
dengan meningkatnya kortisol, hilangnya variasi diurnal pada sekresi kortisol , dan
kegagalan deksametason untuk menekannya.
8. Peningkatan area nitrogen pada darah dapat timbul sebagai akibat dehidrasi dan
penurunan kecepatan penyaringan glomerulus, namun kadar yang normal dapat
ditemukan pada keadaan serupa karena rendahnya pemasukan protein pada penderita
dehidrasi.
9. Konstipasi merupakan komlikasi masalah motilitas yang sangat sering terjadi pada
penderita AN.
10. Penderita AN tampaknya sangat resisten terhadap inspeksi.
11. Kulit penderita AN kering dan sering tampak rambut lanugo.
12. Pada fase pemberian makan kembali sering kerontokan rambut

E. Komplikasi
1. Berat badan jauh dibawah normal.
2. Anggapan yang selalu buruk tentang bentuk badannya sendiri.
3. Perubahan menstruasi sampai akhirnya tidak menstruasi.
4. Detak jantung tidak teratur.
5. Gangguan fungsi hati, sistem cardiovascular dan organ dalam lainnya.
6. Terjadinya pelemahan otot dan disfungsi sistem imun.
7. Ketidakseimbangan hormon.
8. Terganggunya proses pertumbuhan tubuh.
9. Osteoporosis.
10. Kematian.

F. Penanganan
Pengobatan anoreksia nervosa umumnya dilakukan dengan mengombinasikan
terapi psikologis dan perubahan gaya hidup. Penanganan ini perlu dilakukan sedini
mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi. Rencana perawatan akan melibatkan
beberapa tenaga medis, sebut saja dokter, dokter spesialis nutrisi, psikiater,
psikolog, dan perawat.

Pada kasus anoreksia parah, pasien mungkin perlu dirawat inap di rumah sakit
untuk jangka waktu yang telah di tentukan. Langkan ini dilakukan demi meningkatkan rasa
percaya diri, merubah pola makan, mengebalikan persepsi positif mengenai diri sendiri,
sekaligus meningkatkan kualitas hidup.

G. IMPLIKASI DALAM KEPERAWATAN

1. Bersikap empati dan tidak menghakimi meskipun tidak mudah. Ingat perspektif dan

ketakutan klien tentang berat badan dan makan.

2. Hindarkan kesan seperti orang tua yang mengajarkan klien tentang nutrisi atau mengapa

kegunaan laksatif membahayakan.

3. Jangan menjuluaki klien sebagai orang yang baik ketika ia menghindari perilaku

memakan semua makanannya.

You might also like