Professional Documents
Culture Documents
Laporan PKHP Kel 2 Alhamdulillah Fixx
Laporan PKHP Kel 2 Alhamdulillah Fixx
KELOMPOK 2
KELOMPOK 2
COVER ................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................vi
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................... 2
1.3. Waktu dan Tempat ................................................................................ 2
2. METODOLOGI ............................................................................................. 3
2.1 Metode Pelaksanaan ............................................................................. 3
2.1.1 Praktikum Lapang........................................................................... 3
2.1.2 Praktikum Laboratorium.................................................................. 3
2.2 Teknik Pengambilan Data ...................................................................... 5
2.2.1 Data Primer .................................................................................... 5
2.2.2 Data Sekunder ............................................................................... 7
3. KEADAAN UMUM ........................................................................................ 9
3.1 Lokasi UKM ........................................................................................... 9
3.2 Struktur Organisasi UKM ....................................................................... 9
3.3 Sarana Produksi .................................................................................. 10
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 13
4.1 Proses Pembuatan Produk .................................................................. 13
4.2 Good Manufacturing Practice (GMP) ................................................... 15
4.3 Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP) .............................. 18
4.4 Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) .................................. 21
4.4.1 Tim HACCP .................................................................................. 21
4.4.2 Deskripsi Produk .......................................................................... 22
4.4.3 Identifikasi Rencana Penggunaan ................................................ 23
4.4.4 Penyusunan Diagram Alir ............................................................. 25
4.4.5 Verifikasi Diagram Alir .................................................................. 30
4.4.6 Analisa Bahaya............................................................................. 30
4.4.7 Critical Control Point (CCP) .......................................................... 38
4.4.8 Batas Kritis/ Critical Limit (CL) ...................................................... 42
4.4.9 Sistem Pemantauan ..................................................................... 43
4.4.10 Tindakan Koreksi .......................................................................... 49
4.4.11 Verifikasi ....................................................................................... 50
4.4.12 Dokumentasi dan Pencatatan ....................................................... 52
ii
4.5 Keamanan Pangan .............................................................................. 54
4.5.1 Analisa Prosedur Pengujian FMR/BMR ........................................ 54
4.5.2 Analisa Hasil ................................................................................. 56
4.6 Tinjauan Halal...................................................................................... 56
5. PENUTUP .................................................................................................. 60
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 60
5.2 Saran ................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 62
LAMPIRAN ........................................................................................................ 64
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
vi
1. PENDAHULUAN
Era globalisasi saat ini, mendorong produk pangan yang dihasilkan selain
harus bermutu, juga harus aman dan bebas dari bahan berbahaya untuk
dikonsumsi, sehingga tidak menjadi ancaman bagi kesehatan konsumen.
Keamanan pangan merupakan persyaratan utama dan terpenting dari seluruh
parameter pangan yang ada. Manajemen pengawasan pangan pada produk
akhir saja belum optimal dalam mengimbangi pesatnya kemajuan industri pangan
serta belum bisa menjamin keamanan pangan yang beredar, sehingga
berkontribusi kurang baik dalam mengurangi permasalahan keamanan pangan.
Konsumen pun percaya bahwa dengan penggunaan bahan baku yang baik serta
pengolahan dan distribusi yang baik akan menghasilkan produk akhir pangan
yang baik pula. Oleh karena itu berkembanglah berbagai manajemen keamanan
pangan yang dapat memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan sejak
proses produksi sampai ke tangan konsumen. Kemanan mutu dapat meliputi
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), Good Manufacturing Practice
(GMP), dan Standar Sanitation Operating Procedure (SSOP) (Putra, 2017).
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu pendekatan
sistematis untuk manajemen keamanan pangan berdasarkan prinsip-prinsip baku
yang bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya pada setiap langkah rantai
makanan dan menempatkan sistem pengendalian yang akan mencegah bahaya-
bahaya tersebut terjadi. Sistem HACCP lebih menekankan pada upaya preventif
untuk memberi jaminan keamanan produk pangan yang dihasilkan. Sistem
HACCP juga dianggap sebagai alat manajemen yang digunakan untuk
memproteksi rantai pasokan pangan dan proses produksi terhadap kontaminasi
bahaya-bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik (Winarno, 2004).
Good Manufacturing Practices (GMP) merupakan acuan bagi industri
pengolahan pangan, pembina industri pengolahan pangan dan pengawal mutu
dan keamanan pangan olahan (Menperin, 2010). Penerapan prosedur ini
memiliki tujuan menjaga kualitas dan bebas dari kontaminan, seperti kontaminasi
fisik (rambut,batu, kaca, plasti, dan metal), kontaminasi kimia (gas dan bahan
1
kimia yang digunakan) dan kontaminasi mikrobiologi (mikroorganisme)
(Menperin, 2010).
Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) merupakan standar
operasi perusahaan yang mencakup kebijakan perusahaan, tahap kegiatan,
nama petugas, cara pemantauan dan cara dokumentasi sebagai pertimbangan
dalam melakukan inspeksi (Soekotjo, 2006). Sanitation Standard Operating
Procedure (SSOP) memiliki delapan aspek antara lain yaitu keamanan air,
kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak langsung dengan makanan,
pencegahan kontaminasi silang, fasilitas sanitasi, perlindungan bahan dari kontak
dengan komponen toksik, pelabelan dan penyimpanan komponen toksik,
kesehatan pekerja dan pencegahan hama pabrik (Dewanti, 2005). Sanitation
Standard Operating Procedure (SSOP) mampu menjelaskan kinerja perusahaan
dalam menjalankan sanitasi dan praktek-praktek yang dipantau serta menjadi
pedoman dalam menjelaskan prosedur sanitasi secara jelas dan lengkap
(Soekotjo, 2006).
Perikanan adalah agar mahasiswa dapat memahami teori dan dapat terjun
08.00 WIB sampai 10.30 WIB bertempat di Bandeng Presto Siti Sampurno, Jalan
pukul 08.30 WIB sampai 09.00 WIB bertempat di laboratorium Keamanan Hasil
Brawijaya Malang.
2
2. METODOLOGI
adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari metode deskriptif adalah untuk membuat suatu deskriptif
tulisan secara sistematis, factual dan akurat tentang fakta-fakta, sifat-sifat serta
presto dibutuhkan data primer dan sekunder. Hal-hal yang akan di deskripsikan
dalam praktikum antara lain keadaan umum usaha, sarana dan prasarana
sanitasi dan hygiene pembuatan bandeng presto dari lingkungan sekitar tempat
produksi.
Dihaluskan
3
Ditambahkan 10 ml aquades
Positif Negatif
Dihaluskan
Diletakkanpadacawanporselen
Didiamkan 5 menit
Negatif
Positif
Tidak berbentuk warna pink hingga
Terbentuk warna pink keunguan
hinggakeunguan
4
2.2 Teknik Pengambilan Data
Hasil Perikan adalah primer dan sekunder. Hal-hal yang akan di deskripsikan
dalam praktikum antara lain keadaan umum usaha, sarana dan prasarana
mutu, sanitasi dan hygiene pembuatan Bandeng presto dari lingkungan sekitar
tempat produksi
data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti
Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama
seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Data primer yang
(Wandansari, 2013).
5
2.2.1.1 Observasi
kegiatan orang atau sekelompok orang yang diteliti. kemudian mencatat hasil
dan obyek yang diteliti. Tujuan dari observasi adalah memahami pola, norma dan
makna dari perilaku yang diamati, serta peneliti belajar dari informan dan orang-
lapangan dan secara aktif, hal ini dikarenakanan untuk mengetahui bagaimana
keadaan lokasi langsung dari usaha yang dijalankan oleh produsen. Selain itu
observasi dilakukan secara langsung agar dapat melihat kondisi UKM Siti
sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan yang ditanya
6
atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara merupakan proses
tersimpan tentang sesuatu yang sudah terjadi. Dokumen merupakan fakta dan
catatan harian, biografi, simbol, artefak, foto, sketsa dan data lainya yang
tersimpan. Dokumen tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi
peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi untuk
dokumentasi dengan mengambil gambar atau foto produk olahan ikan yang akan
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini
digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh oleh peneliti
yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan sebagainya
(Abror, 2013).
7
Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan
cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur,
artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang
data dari lapangan, mengenai kegiatan proses pembuatan bandeng presto. Data
sekunder juga diperoleh dari berbagai literatur berbagai sumber, sebagai bahan
8
3. KEADAAN UMUM
melakukan survey lapang pada tanggal 29 Maret 2018 pada pukul 08.00 WIB
dengan narasumber yaitu Ibu Siti Mutmainah dan suami sebagai produsen dari
Malang. Pemilihan tempat usaha Bandeng Presto Siti Sampurno ini bisa dibilang
cukup strategis, karena terletak pada daerah pemukiman warga yang terletak
UKM Bandeng Presto Siti Sampurno dikelola oleh sepasang suami isteri
yang bernama Bapak Sampurno dan Ibu Siti Mutmainah. Mereka mengelola
UKM Bandeng Presto Siti Sampurno ini hanya berdua karena ingin mencari
9
kesibukan di masa tua. Di UKM ini tidak ada pekerja tambahan, semua
pengeluaran, logistic, beanja dan sebagainya hanya dikelola oleh pemilik UKM
1. Freezer
menyimpan produk yang sudah diolah setengah jadi sebelum dikirim kepada
stan penjualan.
2. Blender
bumbu kuning.
Gambar 3. Sarana
10
Blender
3. Baskom
Gambar 4. Sarana
Baskom
4. Nampan
sudah dicuci dan dibersihkan isi perutnya dan menaruh bandeng presto yang
telah digoreng.
5. Wajan
11
6. Kompor
7. Alat Presto
8. Sealer
Gambar 9. Sealer
12
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
bertempat di UKM Bandeng Presto Siti Sampurno yang berada di Jalan Silikat no
pertama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan
Bandeng Presto. Lalu ikan bandeng yang diperoleh dari bangil pemilik UKM
memilih ikan bandeng dari bangil karena menurut pemilik UKM bahan baku ikan
bandeng dari bangil adalah yang paling bagus, ikan bandeng akan disiangi
terlebih dahulu, yaitu dibuang isi perut tanpa membuang insang agar ikan
Penyiapan bahan baku bumbu untuk ikan bandeng yaitu: bawang putih, jahe,
kunir, jeruk purut, gula, garam, dan micin. Setelah itu pembuatan bumbu ikan
bandeng presto. Lalu ikan bandeng yang sudah disiangi dan dicuci bersih di beri
bumbu hingga merata keseluruh permukaan ikan seperti dibalut, setelah ikan
bandeng yang di beri bumbu telah siap hal selanjutnya dilakukan adalah menata
ikan bandeng dalam panci presto, setiap panci presto dapat berisi 25 ikan
bandeng presto.
api sedang selama 1,5 jam hingga panci presto berbunyi. Setelah proses
ikan yang telah dipresto dilumuri oleh tepung kanji dan telur dan dimasukkan
keemasan dan ditiriskan. Setelah itu masukkan dalam kotak rakit atau box untuk
13
yang sudah jadi di masukkan kedalam plastik kemudian di sealer dan ditata
didalam box kemasan tempat ikan bandeng di kemas. Ikan bandeng presto siap
untuk di distribusikan.
Menurut Falistin et al. (2015), total lemak dalam ikan bandeng adalah
6,73/100g daging ikan. Kandungan lemak ikan bandeng dapat digunakan untuk
yang memiliki banyak duri membuat banyak masyarakat tidak menyukai ikan
bandeng.
pada asam lemak tak jenuh, tetapi bila minyak di panaskan 100°C atau lebih,
asam lemak jenuh dapat teroksidasi. Oksidasi pada penggorengan suhu 200°C
jenuhrantai panjang. Asam lemak bebas yang terbentuk pada bahan panan yang
diolah dengan kadar lebih besar akan menimbulkan rasa yang tidak diinginkan
14
Ikan bandeng yang diperoleh dari pasar
Pembuatan Bumbu
Ikan Bandeng digoreng dengan menggunakan metode Deep Frying hingga berwara
coklat keemasan
Pembuatan Sambal
kaeryawan, training, cleaning dan sanitasi yang efektif. Prinsip dasar dari GMP
adalah bahwa mutu dibangun di dalam produk, dan tidak hanya diuji pada produk
akhir saja. Itu artinya, penjaminan mutu terhadap produk tidak semata-mata
15
untuk mendapatkan spesifikasi akhir yang diinginkan, tapi penjaminan mutu
masing-masing kondisi yang sama, kapan pun produk dibuat. Banyak hal yang
menjadi 8 aspek:
oleh UKM Siti Sampurno, untuk menilai proses produksi yang telah dilakukan
16
menggunakan air mengalir dalam pencucian harus
dipastikan memiliki mutu
yang baik sehingga
dapat membersihkan
ikan dari kotoran yang
menempel pada ikan.
Bahan untuk membuat
Bumbu-bumbu disiapkan bumbu sebelumnya telah
Persiapan
kemudian dihaluskan hingga dicuci dengan bersih dan
Bumbu
menjadi bumbu cair ditempatkan kedalam
wadah yang bersih pula
Setelah bumbu siap, ikan
bandeng yang telah
Daging Ikan bandeng dicuci bersih kemudian
Pencampuran dilumurkan Bumbu hingga dilumurkan bumbu
merata ke seluruh tubuh ikan hingga merata keseluruh
permukaan badan ikan
atau dengan cara dibalut
Penataan ikan Penataan ikan secara
Ikan bandeng yang sudah
bandeng ke rapi dimana setiap panci
dibumbui kemuadian di tata
dalam panci presto berisi 25 ikan
dalam panci presto.
presto bandeng.
Proses pemprestoan 1
Proses pemprestoan
Proses menggunakan api sedang
hanya menggunakan api
Pemprestoan 1 dihitung 1,5 jam hingga presto
sedang
berbunyi.
Proses pemprestoan 2
Proses pemprestoan
Proses menggunakan api sedang
hanya menggunakan api
Pemprestoan 2 selama 1,5 jam hingga presto
sedang
berbunyi
Dalam proses
penggorengan ikan
bandeng dilakukan
Setelah melalui proses menggunakan deep
Pemprestoan 1 dan 2, ikan frying, agar matang ikan
Penggorengan bandeng dicampurkan tepung bandeng merata dan
kanji dan telur, dan ikan di tidak terjadi kegosongan
goreng dengan minyak panas. hingga warna ikan
bandeng berubah
menjadi coklat
keemasan.
Ikan ditiriskan agar tidak
Setelah digoreng ikan ditiriskan
meninggalkan banyak
Penirisan hingga tidak meninggalkan
minyak akibat setelah
minyak
penggorengan
17
Bahan sambal
sebelumnya sudah
disiapkan dan dicuci
Sambal yang sudah tersedia di
Pembuatan bersih akan dibuat
kemas dalam wadah plastik dan
sambal sambal yang nanatinya
di sealer
akan dikemas dalam
plastik kecil dan di sealer
agar tidak bocor.
Pengemasan ikan
Ikan bandeng presto ditata
Penataan dalam bandeng dilakukan agar
dalam box kemasan dimana
box kemasan ikan bandeng tahan lama
satu box berisi 1 ikan bandeng
dan pelabelan dan tidak terkena
presto dan 1 sambal
kontaminasi dari luar.
Penyimpanan ikan
bandeng presto
Ikan bandeng presto ini dapat dilakukan dalam kondisi
bertahan di dalam kulkas selama jah dari benda lain yang
Penyimpanan
4 hari dan pada suhu kamar 3 berbau tajam dan benda-
hari benda yang dapat
menyebabkan adanya
kontaminasi.
HACCP Regulation oleh FDA terdapat 8 kunci SSOP. Sesuai dengan hasil
1. Keamanan air
18
3. Pencegahan kontaminasi silang
kontaminasi
Berikut adalah praktek penerapan SSOP pada UKM Bandeng Presto Siti
Sampurno yang bertempat di Jalan Silikat 63 Blimbing Kota Malang dapat dilihat
pada Tabel 2.
19
1. Permukaan yang Semua peralatan dan
kontak dengan ikan perlengkapan yang kontak
belum bersih dan
dengan bahan pangan harus
belum adanya sanitasi
yang baik didesain dan terbuat dari bahan
2. Peralatan yang kontak yang mudah dibersihkan
Kondisidan dengan ikan belum
bersih
kebersihan 3. Tempat pencucian
permukaan yang ikan yang kurang
kontak dengan bersih bertempat di
atas wastafle dan
bahan pangan
hanya di beri wadah
penggorengan (wajan)
4. Pekerja tidak memakai
sarung tangan dan
pakaian luar yang
bersih.
1. Pekerja mencuci tangan 1. Pekerja dilarang berbicara
sebelum dan sesudah selama proses berlangsung
produksi 2. Pekerja wajib
2. Berbicara pada saat menggunakan masker,
proses berlangsung penutup kepala dan sarung
Pencegahan 3. Tidak menggunakan tangan
masker,penutup kepala
kontaminasi silang
dan sarung tangan
20
1. Tersedia toilet dan 1. Fasilitas sanitasi dan cuci
fasilitasnya yang tangan harus mudah
dilengkapi dengan pintu
dijangkau pekerja dan
yang tertutup, yang
terpelihara dengan baik. dibedakan dari tempat
Namun jaraknya dekat mencuci ikan
Menjaga fasilitas dengan dapur atau
2. Penyediaan mesin alat
tempat produksi.
pencuci 2. Tersedia wastafel pengering tangan
tangan,sanitasi dan dengan fasilitas air 3. Penyediaan toilet harus
toilet mengalir, sabun
cukup, harus dijaga
pembersih, lalu handuk
atau lap. Namun kebersihannya, dan harus
wastafel ini menjadi 1 jauh dari tempat produksi
tempat untuk mencuci
ikan.
yaitu Menyusun Tim HACCP, Tim HACCP harus mengetahui alur proses dan
keahlian spesifik produk yang akan dihasilkan. Apabila beberapa keahlian tidak
tersedia, diperlukan konsultan dari pihak luar. Jumlah tim HACCP maksimal 5
dan minimal 3 orang. Dimana terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota tim
(Putra, 2017)
Tim HACCP kelompok 2 terdiri dari 10 orang, adapun anggota dan masing-
21
menyusun rencana HACCP
2. Erda Ryvandu Wakil Ketua Mendampingi dan
membantu ketua dalam
menyusun rencana HACCP
3. Dearta Debianza Anggota Bertanggung jawab dalam
medokumentasikan
kegiatan dan akomodasi
4. Nudya Jannati Alwi Anggota Bertanggung jawab dalam
penggunaan literatur dan
sistematika
empuk dan duri yang lunak. Pada proses pembuatannya, Bandeng Presto ini
22
awalnya di bumbui dengan bawang putih, kunyit, gula, garam. Kemudian ikan
yang sudah dibumbui tersebut dimasak diletakkan dalam panci yang dapat
dikunci rapat sehingga uap air tidak keluar dan ikan yang di masak bisa matang
secara merata. Salah satu keunikan dari ikan bandeng yang di masak denagn
cara presto adalah duri ikannya yang menjadi lunak. Sehingga saat
Presto sudah jadi kemudian bisa dimasak dengan cara di goreng, goreng
tepung, dan bisa dijadikan menu lainnya. Selain itu perlu dicantumkan informasi
umum lainnya. Deskripsi produk bandeng presto dapat dilihat pada Tabel 3.
perilaku.
Segmentasi geografis
23
unit geografis, seperti: negara, provinsi, kota atau lingkungan. Segmentasi pasar
Segmentasi demografis
pelanggan.
Segmentasi psikografis
variabel-variabel pola atau gaya hidup (life style) dan kepribadian (personality).
Sebagai contoh, segmen pasar masyarakat yang bergaya hidup konsumtif dan
produktif dan hemat yang mementingkan kualitas dengan harga yang relatif
murah.
Segmentasi perilaku
konsumen yang ada di daerah Malang dari kalangan menengah keatas hingga
presto adalah ibu rumah tangga hingga keluarga yang digunakan sebagai lauk
24
yang dapat dikonsumsi sehari-hari. Bandeng presto memliki kandungan yang
gizi yang baik karena mengandung cukup protein yang dapat digunakan untuk
Tim HACCP mencatat tahap dari penerimaan bahan baku sampai produk
akhir yang disimpan. Diagram alir disusun sesuai dengan runtutan yang jelas dan
diagram alir dilakukan bersama dalam Tim HACCP dan dilakukan rapat untuk
Diagram alir yang baik akan menerangkan bagian yang akan diproses tiap
tahapannya, penggunaan alat yang akan digunakan pada tiap tahap, kondisi
pengolahan, proses pemeriksaan, dan tahap pembuatan. Selain kata yang jelas,
penerapan HACCP. Diagram alir harus disusun oleh tim HACCP. Setiap tahapan
proses harus dianalisa oleh bagian tertentu untuk memperoleh dasar evaluasi
bahaya. Diagram alir harus dibuat secara jelas, akurat dan detail. Penyusunan
diagram alir dibuat dari mulai bahan baku diterima sampai dengan bahan produk
selesai dibuat dan sampai dengan tahapan pengemasan. Diagram alir proses
25
Gambar 11. Diagram Alir
Bahan Ikan Baku Bandeng Segar
Pencucian I
Pencucian II
Pelumuran Bumbu
Pengemasan
Bahan baku yang digunakan berupa ikan bandeng yang berasal dari
Sidoarjo atau Pasuruan. Lalu, bandeng yang diterima, disimpan di dalam freezer
sebagai stock pada temperature -20ºC s/d -30ºC. Jika akan diolah, ikan
terbuka kurang lebih 5 jam sampai ikan bandeng sudah tidak keras lagi tetapi
26
b. Pencucian I
menghilangkan lendir.
c. Penyiangan
bandeng untuk tahap selanjutnya. Ikan dibelah dari anus sampai insang dan
kepala tetapi jangan sampai putus, seperti pembelahan bentuk “butterfly”. Ikan
disiangi dengan cara merobek bagian perut ikan dalam posisi membujur
dibagian bawah sisi luar perut, mulai dari atas sirip dubur ke arah depan
sebelum sirip dada. Kemudian isi perut diambil dengan jari tangan. Insang tidak
dibuang tetapi cukup dicuci sampai bersih. Hal ini dilakukan agar kepala tidak
kempes setelah direbus. Isi perut dan kotoran-kotoran lainnya ditampung dalam
ember kecil.
d. Pencucian II
Ikan yang sudah disiangi, langsung dicuci dengan air bersih (air PAM yang
telah diendapkan atau air sumur) yang mengalir sebanyak 4-5 kali sampai
kotoran yang menempel pada tubuh ikan hilang. Ikan yang sudah dicuci bersih
e. Pelumuran bumbu
pelumuran bumbu. Pelumuran bumbu dilakukan apabila ikan sudah dicuci dan
adalah bawang putih, jahe, kunyit, jeruk purut, gula, garam, dan penyedap rasa.
27
Bumbu–bumbu tersebut dihaluskan dengan menggunakan cobek atau blender.
bertujuan untuk mempertegas rasa dan aroma dan apabila tidak ditambahkan
kunyit dalam bumbu warna bandeng duri lunak akan terlihat pucat dan kurang
f. Penyusunan
ditambahkan garam sampai ikan tertutup dengan tebal lapisan garam 0,5 cm
autoclave (secara modern) adalah sebagai berikut sebelum ikan disusun dalam
autoclave, air bersih dimasukkan ke dalam autoclave sebanyak 1-2 liter. Ikan
yang telah dibumbui dibungkus daun pisang sebanyak satu lembar satu persatu
pada penyusunan ikan terdiri dari 4 - 5 lapisan. Jika lapisan dasar posisi kepala
ikan berada dalam satu sisi, maka lapisan diatasnya harus di sisi yang
seperti itu dimaksudkan agar ikan teratur rapi sehingga autoclave dapat
digunakan harus dalam keadaan bersih dan kering. Bagian terpenting dari
autoclave terletak pada kekuatan alat pengunci dan kelenturan tangkainya untuk
diteliti terlebih dahulu agar tidak terjadi gangguan selama pengolahan. Di bagian
28
karet harus melingkar dan lekat tak terpisahkan dengan komponen penutup
lainnya. Karet harus utuh dan keras namun kenyal (elastis). Bagian pengunci
harus terpasang dengan baik. Demikian pula stik harus tegak dan kuat, tidak
g. Pemasakan
tersusun rapi, autoclave ditutup rapat. Cara menutup autoclave adalah pengunci
diputar searah jarum jam dengan tang dan pengunci yang berlawanan arahnya
juga ikut diputar bersamaan sampai terasa berat atau tidak dapat diputar lagi
dengan cara ditekan sampai berbunyi klik yang menandakan kerapatan badan
h. Pendinginan
setengah jam sampai tidak mengeluarkan suara mendesis agar uap yang ada di
dalam panci keluar semua dan tekanan dalam panci turun. Hal ini dilakukan
untuk mencegah rusaknya karet katup pengaman panas. Setelah dingin ikan
diangkat satu persatu dengan hati-hati kemudian di letakkan berjajar di atas rak
i. Penggorengan
hingga minyak yang digunakan terserap pada ikan hingga berubah warna
menjadi coklat keemasan. Minyak yang digunakan adalah minyak baru. Setelah
j. Pengemasan
29
Kantong plastik yang digunakan adalah jenis kantong plastic polyethylene
karena bersifat tahan panas.. Sedangkan kertas yang digunakan adalah kertas
karton dengan berbgai macam ukuran tergantung satuan produk yang akan
dimasukan kedalam kemasan yang terbuat dari karton. Kemasan karton ini
mulai dari bahan baku hingga produk jadi siap untuk dipasarkan. Diagram alir
yang telah dibuat oleh Tim HACCP kemudian akan dicocokkan dengan keadaan
setelah penentuan akhir diagram alir sementara. Diagram alir yang diverifikasi
adalah diagram alir yang dibuat lengkap dengan bagian yang termasuk dalam
tahap dalam diagram alir yang menjadi CCP akan dibedakan dengan pemberian
Analisa bahaya merupakan bagian dari kajian bahaya dari HACCP, yaitu
Bahaya dapat berupa kontaminan biologis, kimiawi, maupun fisik. Bahaya ini
dapat berasal dari bahan mentah, kemasan, proses, dan penanganan yang
30
berlangsung dalam rantai makanan ataupun dari lingkungan. Bahaya-bahaya
bahaya keamanan produk pangan yang dapat terjadi dalam proses produksi,
dilakukan dua tahap, yaitu identifikasi bahaya dan evaluasi bahaya. Hasil dari
tahap ini adalah bahaya signifikasi yang didapat dan tindak pencegahan akan
Hazard merupakan factor biologis, kimia atau fisik yang cukup mungkin
adalah proses pengumpulan dan evaluasi informasi bahaya yang terkait dengan
ditangani dalam rencana HACCP. Analisa bahaya dilakukan pada tiap tahapan
31
Tabel 4. Analisa Bahaya (Hazard Analysis)
Hazard
belong
Is the potensial hazard significant
to/
Process Otential Apakah bahaya potensial signifikan Preventive
Hazard cause Kategori Justificatio
Step/ Hazard/ measures/
Penyebab bahaya n/
Tahapan Bahaya Tindakan
bahaya Severity Alasan
Proses Potensial Probabilit Significant pencegahan
Keparaha
B C F y Resiko Signifikan
n
L/M/H Yes/No
L/M/H
Penerimaan Pembusukan Mikroorganisme √ Medium Medium Yes Terdapat Adanya
Bahan pada daging ketentuan dan
Baku yang bisa sertifikasi
menyebabka keamanan
n bahaya pangan
bagi
manusia
Kontaminasi Benda asing √ Medium Medium Yes Benda asing Menjaga
dan kotoran dan kotoran kebersihan
dapat alat, pekerja
mengontami dan
nasi bahan melalukan
baku selama pengecekan
pengangkut selama
an pengangkutan
Pencucian I Kontaminasi Mikroorganisme √ Low Low No Terdapat Melakukan
mikroorganis pengecakan
me patogen air secara
(Coliform) berkala agar
pada air terhindar
Kontaminasi Logam Berat √ Low Low No Terdapat Melakukan
32
logam pada analisis air
air yang
digunakan
untuk
mencuci
bahan baku
Penyiangan Kontaminasi Mikroorganisme √ Medium Medium Yes Kontaminasi Pekerja harus
dari tangan mencuci
dan alat tangan
pekerja terlebih
dapat dahulu
membahaya sebelum
kan bagi melakukan
manusia penyiangan
dan
menggunakan
sarung tangan
Pembusukan Saluran √ Medium medium Yes Saluran Penyiangan
pencernaan ikan pencernaan harus
harus dilakukan
dihilangkan secara teliti
agar agar tidak ada
terhindar bagian dari
dari saluran
pembusukan pencernaan
yang
tertinggal
Pencucian Kontaminasi Mikroorganisme √ Low Low No Terdapat Melakukan
II mikroorganis pengecakan
me patogen air secara
(Coliform) berkala agar
pada air terhindar
Kontaminasi Logam Berat √ Low Low No Terdapat Melakukan
33
logam pada analisis air
air yang
digunakan
untuk
mencuci
bahan baku
Pelumuran Kontaminasi Rambut, debu √ Low Low No Adanya Pekerja harus
Bumbu dan kotoran debu, teliti pada saat
lainnya rambut dan melakukan
kotoran pelumuran
pada saat bumbu
pelumuran
bumbu
dapat
menyebabka
n
kontaminasi
Penyusuna Kontaminasi Debu dan √ Low Low No Debu pada Menjaga
n ikan kotoran alat presto kebersihan
dapat alat dan
mengontami dilakukan
nasi produk pencucian alat
sebelum
digunakan
Pemasakan Kontaminasi Logam Berat √ Low Low No Panci presto Menjaga
dengan yang terbuat kebersihan
presto dari logam alat dan
berat dapat dilakukan
menjadi pencucian alat
kontaminan sebelum
apabila digunakan
berkarat dan serta
tidak terjaga mengeringkan
34
kebersihann alat dengan
ya. benar agar
tidak terjadi
reaksi antara
air dengan
logam berat
dan tidak
menimbulkan
karat.
Kontaminasi Mikroorganisme √ Low Low No Pencucian Mencuci ikan
ikan apabila bandeng
tidak bersih menggunakan
dapat air yang
menyisakan bersih agar
mikroorganis tidak terdapat
me selain itu sisa
penggunaan mikroorganis
air yang me pada ikan
tidak bersih bandeng
menimbulka sebelum di
n presto dengan
kontaminasi alat presto.
pada produk
sebelum
dipanaskan.
Pendingina Kontaminasi Debu √ Low Low No Apabila Ruangan
n pada didinginkan disekitrar
suhu ruang dapat terjadi dibersihkan
kemungkina terlebih
n debu dahulu dari
menempel debu dan saat
pada ikan pendinginan.
bandeng
35
dan
menyebabka
n
kontaminasi
silang.
Kontaminasi Serangga √ Low Low No Bau ikan Pada saat
bandeng pendinginan
yang khas di suhu ruang,
apabila sebaiknya
diletakkan ditutup
pada suhu dengan
ruang dapat tudung saji
menimbulka agar tidak
n datangnya mengundang
lalat atau serangga.
serangga
lainnya
Penggoren Kontaminasi Minyak √ Medium Medium No Kualitas Pengontrolan
gan dengan minyak lama waktu
minyak kurang baik, penggorenga
waktu n,
penggoreng penggunaan
an terlalu minyak dan
lama dan wajan yang
baik
Kontaminasi Logam berat √ Medium Medium No Penggoreng Dapat
an dikontrol
menggunak dengan
an wajan penggunaan
besi. alat dan
bahan yang
sesuai
standar
36
Pengemasa Daya Tarik Sisa minyak √ Medium Medium No Setelah Melaukan
n penggoreng penirisan ikan
an apabila dengan benar
tidak setelah
ditiriskan digoreng.
dengan baik
maka sisa
minyak
dapat
memperjelek
kemasan
dan
menurunkan
daya
tariknya.
37
4.4.7 Critical Control Point (CCP)
sampai titik aman. Titik pengendalian kritis (CCP) dapat berupa bahan mentah,
diterapkan untuk mencegah atau mengurangi bahaya. Ada dua titik pengendalian
kritis:
dapat dihilangkan
dikurangi.
CCP dapat didefinisikan sebagai titik, atau tahapan atau prosedur dalam
atau diturunkan pada tingkat yang dianggap aman. Untuk menetapkan apakah
suatu tahapan proses dapat dikategorikan sebagai titik kritis atau bukan, maka
38
Gambar 11. Pohon Penetuan Keputusan Critical Control Point (CCP)
Ya Tidak
Tidak
Ya Tidak CCP
39
Tabel 5. Critical Control Point (CCP)
Tahap dan Catatan Tim
Q1 Q2 Q3 Q4 CCP
Bahaya HACCP
Tahap ini tidak
memiliki
pengendalian dan
tidak dapat
Penerimaan Bukan
Tidak - - - menghilangkan
Bahan Baku CCP
bahaya tetapi tidak
melebihi tingkat
bahaya yang tidak
dapat diterima.
Proses pencucian
1 terdapat langkah-
langkah
pengendalian
untuk bahaya
teridentifikasi serta
langkah ini dapat
Pencucian I Ya Ya - - CCP
menghilangkan
atau mengurangi
kemungkinan
adanya suatu
bahaya sampai
pada tahap yang
bisa diterima.
Proses penyiangan
terdapat langkah-
langkah
pengendalian
untuk bahaya
teridentifikasi serta
langkah ini dapat
Penyiangan Ya Ya - - CCP
menghilangkan
atau mengurangi
kemungkinan
adanya suatu
bahaya sampai
pada tahap yang
bisa diterima.
Tahap ini tidak
memiliki
Bukan
Pencucian II Tidak - - - pengendalian dan
CCP
tidak dapat
menghilangkan
40
bahaya tetapi tidak
melebihi tingkat
bahaya yang tidak
dapat diterima.
Tahap ini tidak
memiliki
pengendalian dan
tidak dapat
Pelumuran Bukan
Tidak - - - menghilangkan
Bumbu CCP
bahaya tetapi tidak
melebihi tingkat
bahaya yang tidak
dapat diterima.
Tahap ini tidak
memiliki
pengendalian dan
tidak dapat
Penyusunan Bukan
Tidak - - - menghilangkan
pada autoclave CCP
bahaya tetapi tidak
melebihi tingkat
bahaya yang tidak
dapat diterima.
Proses pemasakan
terdapat langkah-
langkah
pengendalian
untuk bahaya
teridentifikasi serta
langkah ini dapat
Pemasakan Ya Tidak Ya Tidak CCP
menghilangkan
atau mengurangi
kemungkinan
adanya suatu
bahaya sampai
pada tahap yang
bisa diterima.
Tahap ini tidak
memiliki
pengendalian dan
tidak dapat
Bukan
Pendinginan Tidak - - - menghilangkan
CCP
bahaya tetapi tidak
melebihi tingkat
bahaya yang tidak
dapat diterima.
41
Proses
penggorengan
terdapat langkah-
langkah
pengendalian
untuk bahaya
teridentifikasi serta
Penggorengan Ya Ya - - CCP langkah ini dapat
menghilangkan
atau mengurangi
kemungkinan
adanya suatu
bahaya sampai
pada tahap yang
bisa diterima.
Tahap ini tidak
memiliki
pengendalian dan
tidak dapat
Bukan
Pengemasan Tidak - - - menghilangkan
CCP
bahaya tetapi tidak
melebihi tingkat
bahaya yang tidak
dapat diterima.
Batas kritis adalah angka dengan satuan tertentu atau tanda-tanda fisik
sebagai batas aman bahaya pada tahap CCP tertentu. Batas krisis menunjukan
bahaya masih terkendali atau aman. Pada tahapan sebelumnya yaitu penentuan
merupakan CCP. Dari setiap tahapan yang merupakan CCP tersebut, terdapat
agar dapat mengendalikan tahapan tersebut dan tidak melewati batas kritis yang
telah ditentukan. Bila tahapan tersebut tidak melewati batas kritis, maka bahaya
ada tahapan tersebut masih terkendali atau aman dan produk yang dihasilkan
adalah produk yang aman untuk dikonsumsi. Batas kritis terdiri dari tiga hal yaitu
42
target value (nilai target), action limit (batas dilakukannya tindakan), critical limit
Batas kritis adalah nilai maksimum atau nilai minimum bahaya biologi,
kimia, atau fisik yang teridentifikasi yang harus dikendalikan pada titik kritis untuk
aman. Setiap CCP akan memiliki satu atau lebih tindakan pencegahan yang
kritis harus berbasis ilmiah dan menggunakan peralatan yang selalu dikalibrasi
43
secara rutin, sehingga memberikan data pengamatan yang handal dan dapat
menjelaskan :
Wallace, 2004):
pengukuran terhadap:
saringan.
Pemeriksaan kimiawi, seperti analisis klorin, pH, dan aw. Jenis uji kimia
44
penampakan visual dapat diterapkan pada CCP benda asing, dan
hasilnya tidak dapat langsung tersedia. Hasil langsung pada saat itu
2. Penetapan frekuensi
3. Manusia
4. Pencatatan
Hasil aktivasi pemantauan harus dicatat oleh pemantau CCP. Buku laporan
terkendali, dan catatan itu harus ditelaah secara teratur dan disimpulkan oleh
45
Terdapat 4 sisi pemantauan dalam proses pengolahan ikan bandeng
presto, pertama adalah pada proses penyiangan bahan baku untuk dijadikan
sebagai bahan dasar proses pengolahan ikan bandeng presto. Sebagai tim
HACCP yang harus dilakukan adalah meneliti kondisi bagian dalam, sisik ikan
yang akan dipresto, karena pada bagian sisik, kulit, insang pada ikan banyak
adalah pada proses pencucian bahan baku ikan, sebagai tim HACCP yang harus
bersih dari kotoran maupun sisa penyiangan, karena Ketiga adalah bumbu yang
dioles pada proses presto dijadikan sebagai bahan dasar atau bahan sebagai
penyedap dalam proses pengolahan ikan bandeng presto, sebagai tim HACCP
yang harus dilakukan adalah meneliti bumbunya bahan apa saja yang digunakan
untuk membuat bumbu tersebut. Hal yang harus diperhatikan adalah suhu dan
waktu pemasakan (presto) yaitu selama 1 sampai 1,5 jam untuk menghasilkan
produk yang berkualitas tanpa adanya resiko case hardening dan mengurangi
defisit pada biaya produksi. Keempat adalah pada proses pengemasan, dimana
harus kertas karton untuk pembungkus dan kantong plastik harus diperhatikan,
sebagai tim HACCP yang harus dilakukan adalah melakukan verifikasi sehingga
ikan bandeng presto tetap terjaga kualitasnya. SIstem pemantauan pada produk
bandeng presto dari UKM Siti Sampurno ini dapat dilihat pada tabel 7 .
46
Tabel 7. Sistem Pemantauan
Significant
CCP Critical Limit Monitoring
Hazard
What How Frequency Who
Pencucian Kontaminasi Bebas dari Kualitas air Pencucian ikan Setiap proses Quality
Ikan Bandeng mikroba kotoran, bandeng pencucian Control
(coliform/ E. menggunakan air dengan air
Coli dalam air) bersih yang mengalir hingga
dan logam berat mengalir, benar-benar
mikroorganisme bersih
0%, dan E. coli
0% kontaminasi
logam berat dan
pasir 0%
Penyiangan Kontaminasi Kontaminasi Kualitas alat Memastikan Setiap proses Quality
ikan bandeng sisa kotoran mikroba 0%, yang digunakan Alat dan cara penyiangan Control
(Chanos atau kotoran kotoran 0%, debu untuk penyiangan
chanos) yang tertinggal 0% penyiangan yang baik dan
pada wadah higienis
47
tidak higienis fluktuasi suhu saat kehigienisan penggorengan Control
konstan penggorengan saat
menggoreng
ikan bandeng
48
4.4.10 Tindakan Koreksi
ketika hasil monitoring pada CCP menunjukan adanya loss of control. Setiap
normal.
System
menggunakan air
yang baru
49
Penyiangan Terbebas dari Melihat kondisi alat Ikan bandeng harus
mikroorganisme
jam pemasakan
digoreng
4.4.11 Verifikasi
50
ditetapkan dan memastikan bahwa tujuan menghasilkan produk yang aman
audit terhadap sistem HACCP, serta peninjauan dan analisis data seperti
laporan keluhan konsumen dan kalibrasi peralatan. Verifikasi terdiri dari 3 jenis
kegiatan, yaitu;
1. Validasi HACCP
3. Pengujian produk
51
Pengemasan Terbebas dari Melihat kondisi -periksa ketepatan
kontaminasi benda lingkungan, alat proses pengemasan
asing , debu dan pengemas dan
mikroba 0% produk
dan tersusun dalam suatu program. Hasil dokumentasi dan catatan disimpan
dengan baik karena dapat menjadi bukti bahwa sistem HACCP yang telah
diterapkan disusun dengan tepat dan berfungsi dengan baik (Putra, 2017).
menunjukkan bahwa sistem itu memang disusun dengan tepat dan berfungsi
dengan benar. Jenis data yang akan disimpan meliputi (Widiyastuti, 2018):
penyimpangan.
dalam penerapan sistem HACCP telah dilatih untuk melakukan hal itu.
Catatan audit
Catatan kalibrasi
52
Sistem dokumentasi dalam sistem HACCP bertujuan untuk mengarsipkan
rancangan program HACCP dengan cara menyusun catatan yang teliti dan
pemeriksaan oleh manager atau instansi berwenang jika produk yang dihasilkan
pembuktian yang efisien serta akurat adalah penting dalam penerapan sistem
Proses pencatatan pada produk ikan bandeng presto, dilakukan mulai dari
saat penerimaan bahan baku meliputi tanggal, hari dan keterangan produk.
Kemudian pencatatan karakteristik produk pada bagian fisik ikan yang akan
alat yang akan dipakai untuk proses pemasakan termasuk bahan mentah,
selanjutnya dilakukan pada saat mengatur suhu pada saat proses pemasakan
agar suhu pada saat pemaskan tidak naik turun karena akan menyebabkan
kerusakan pada ikan bandeng tersebut. Pada setiap proses penangangan dan
53
4.5 Keamanan Pangan
disiapkan sampel yang akan di uji (Bandeng Presto Siti Sampurno), selanjutnya
warna, lalu dihomogenkan dan ditunggu selama 10 menit agar sampel dan
warnanya, sampel positif jika terbentuk warna pink hingga keunguan dan
pendingin dan didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu ukur 50 mL. Uji
mL hasil destilat dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 mL H2SO4 96% 1:1 lewat
(a) Buat larutan KMnO4 0,1 N (b) Ambil 10 gram sampel tahu, kemudian
54
buah naga dengan tahapan sebagai berikut, yaitu (a) Buang bagian kulit buah
naga yang paling luar (b) Potong-potong kulit buah naga menjadi bagian kecil
menambahkan sedikit air (d) Ambil 10 gram sampel tahu, kemudian haluskan
menggunakan mortar (e) Tambahkan 20 mL aquades, aduk dan saring (f) Ambil
tetes larutan kulit buah naga (h) Goyang-goyangkan tabung reaksi (i) Amati
disiapkan sampel yang akan di uji (Bandeng Presto Siti Sampurno), selanjutnya
menit agar sampel dan reagent dapat bereaksi dengan sempurna, kemudian
warna merah bata/coklat dan negatif ditandai dengan tidak adanya perubahan
warna.
oven pada suhu 1200C selama 6 jam. Kemudian sampel dimasukan ke dalam
cawan porselin. Dimasukkan ke dalam tanur dan dipijarkan pada suhu 8000C.
Sisa pemijaran ditambahkan 1-2 tetes asam sulfat pekat dan 5-6 tetes metanol,
kemudian dibakar. Bila timbul nyala hijau, maka menandakan adanya boraks
55
pada suhu 800°C selama 3 jam. Sebagian besar dari hasil pemijaran
ditambahkan 1-2 tetes asam sulfat pekat dan 5-6 tetes metanol, kemudian
dibakar. Bila timbul nyala hijau maka menandakan adanya senyawa boron
pada uji formalin dengan sampel Bandeng Presto Siti Sampurno setelah ditetesi
dengan formalin main reagent (FMR) tidak terbentuk warna pink hingga
keunguan atau negatif mengandung formalin. Sedangkan untuk uji boraks pada
sampel Bandeng Presto Siti Sampurno setelah ditetesi boraks main reagent
bahan makanan yang diduga menggunakan bahan yang diselidiki, dengan hasil
merupakan salah satu jenis kit tester kandungan formalin. Untuk hasil posit
perubahan warna menjadi pink keunguan sedangkan untuk yang hasil negatif
Borax Main Reagent (BMR). jika pada sampel ditandai dengan warna merah
bata atau coklat maka sampel positif mengandung boraks sedangkan jika pada
sampel tidak ada perubahan warna atau warna kuning sampel negatif
yang bergerak dalam bidang makanan dan khusus menjual produk bandeng
presto. Walaupun usaha bandeng presto Siti Sampurno belum memliki sertifikat
56
halal MUI, tetapi produk yang dijual bebas dari bahan tambahan yang
berbahaya, haram dan bahan kimia yang dapat merugikan kesehatan. Pemilik
dari Bandeng Siti Sampurno berencana untuk mengajukan sertifikasi halal MUI
pengakuan dari MUI, diteruskan dengan label halal. Sementara, “sertifikasi halal”
adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai
dengan syariat Islam. Kepemilikan sertifikasi halal merupakan syarat agar dapat
sertifikasinya. Selain itu, logo halal harus ditunjukkan kepada masyarakat luas
57
menggunakan bahan tambahan jenis tambahan
oleoresin? menggunakan
bahan alami
Bahan
Jika “YA”, jenis oleoresin berasal dari tambahan
7
sumber apa? menggunakan
bahan alami
Bahan
Apakah dalam produksinya
tambahan
8 menggunakan bahan tambahan jenis
menggunakan
isoamyl alcohol?
bahan alami
Bahan
Jika “YA”, jenis isoamyl alcohol berasal tambahan
9
dari sumber apa? menggunakan
bahan alami
Apakah dalam produksinya Untuk
10 menggunakan bahan tambahan jenis menambah cita
MSG? rasa
Jika “YA”, jenis MSG berasal dari Penyedap rasa
11
sumber apa? (micin)
Bahan
Apakah dalam produksinya
tambahan
12 menggunakan bahan tambahan jenis
menggunakan
Antifoam?
bahan alami
Bahan
Jika “YA”, jenis Antifoam berasal dari tambahan
13
sumber apa? menggunakan
bahan alami
Bahan
Apakah dalam produksinya
tambahan
14 menggunakan bahan tambahan selain
menggunakan
jenis yg tercantum pada No. 4,6,8,10?
bahan alami
15 Jika “YA”, jenis apa, sebutkan? Garam, gula
Bila bahan baku yang digunakan Bahan baku
berasal dari daging ayam, kambing, menggunakan
16 sapi dan kerbau. Apakah bahan baku ikan bandeng
tersebut dari pasar tradisional atau dari pasar
modern/supermarket? tradisional
Bahan baku
Bila bahan baku yang digunakan
menggunakan
berasal dari daging ayam, kambing,
17 ikan bandeng
sapi dan kerbau. Apakah bahan baku
dari pasar
tersebut dari rumah potong hewan?
tradisional
Bila bahan baku yang digunakan Bahan baku
berasal dari daging ayam, kambing, menggunakan
18
sapi dan kerbau. Apakah bahan baku ikan bandeng.
tersebut hasil sembelihan sendiri?
Bila ada produk yang belum jelas status Alat produksi
kehalalannya (tidak disertifikasi halal), yang belum
19 apakah alat produksi yang digunakan ada sertifikat
berbeda dengan alat produksi untuk halalnya yang
produk yang disertifikasi halal MUI? dipakai
58
sederhana.
Bahan baku
menggunakan
Apakah bahan pada produk yang tidak ikan bandeng
20 disertifikasi halal mungkin mengandung yang
babi atau turunannya? merupakan
hewan air yang
dipastikan halal
Pemilik
Bila produk yang tidak disertifikasi halal memastikan
MUI tidak mengandung babi dan bahwa
21 turunannya, apakah prosedur sanitasi peralatan
peralatan produksi sesuai dengan produksi tidak
ketentuan MUI? mengandung
benda haram.
Pemilik
Bila alat produksi antara produk yang memastikan
tidak disertifikasi halal dan produk halal bahwa
22 terpisah, apakah tempat penyiapan peralatan
bahan dan tempat bahan work in produksi tidak
process juga terpisah? mengandung
benda haram.
Pemilik hanya
Apakah penyelenggaraan proses mengelola
23 produksi didukung oleh sistem sendiri tanpa
administrasi yang baik? bantuan tenaga
administratif
Apakah semua bahan baku, tambahan, Setiap tahapan
24 dan penolong tercatat secara sistematis harus berututan
serta mudah untuk ditelusuri? dan sistematis.
Apakah Bagian Produksi mempunyai Setiap tahapan
25 instruksi kerja untuk setiap tahapan harus
proses? berututan.
Catatan Khusus Auditor
Pemilik UKM Bandeng Presto Siti Sampurno sebaiknya mendaftarkan UKM nya
agar mendapatkan sertifikasi halal dari MUI agar konsumen lebih percaya dan
merasa aman.
59
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
ikan bandeng segar, lalu dibuang isi perut dan dicuci dengan air hingga
bersih, setelah itu dilakukan pembuatan bumbu, lalu ikan bandeng dicampur
dengan bumbu hingga merata, sesudah itu ikan bandeng ditata ke dalam
panci presto dan dilakukan proses pemrestoan 1 dengan api besar dalam
waktu setengah jam (30 menit) hingga keluar asap pada tutup panci, setelah
itu dilakukan proses pemrestoan 2 dengan api kecil dalam waktu satu
setengah jam (90 menit), selanjutnya ikan bandeng yang sudah di presto
dilumuri tepung dan digoreng pada wajan dengan minyak, lalu ditiriskan dan
Pada uji formalin dengan sampel Bandeng Presto Siti Sampurno setelah
ditetesi dengan formalin main reagent (FMR) tidak terbentuk warna pink
60
hingga keunguan atau negatif mengandung formalin. Sedangkan untuk uji
boraks pada sampel Bandeng Presto Siti Sampurno setelah ditetesi boraks
main reagent (BMR) tidak terbentuk warna atau sampel negatif mengandung
boraks. Maka dari itu dapat dipastikan bahwa produk bandeng presto halal
5.2 Saran
Pada produk bandeng presto milik Bu Siti yang bertempat di Jalan Silikat
perizinan sebagai UKM seperti PIRT, BPOM, dan Halal agar produk yang
dihasilkan terjamin mutu dan kualitasnya. Selain itu juga diharapkan agar lebih
pemasaran online agar lebih berkembang lagi. Dari sisi kemasan diharapkan
juga mulai mencoba menggunakan teknologi vakum agar produk dapat disimpan
61
DAFTAR PUSTAKA
62
Masrifah, E., P.N. Bambang, dan A. Sukmawati. 2015. Kesesuaian penerapan
manajemen mutu ikan pindang bandeng (Chanos chanos) terhadap
Standar Nasional Indonesia. Manajemen IKM. 10(2): 163-172.
Mortimore, S., dan C. Wallace. 2004. HACCP Sekilas Pandang. EGC. Jakarta.
Putra, A. A. P. 2017. Penyusunan rencana Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) pada produksi gula kristal putih (Studi Kasus di PTPN VII
Pabrik Gula Bungamayang). Skripsi. Universitas Lampung.
Singgih, H. 2013. Uji kandungan formalin pada ikan Asin menggunakan sensor
warna dengan bantuan FMR (Formalin Main Reagent). Jurnal ELTEK.
11(1) : 55-70.
Sudarmaji. 2005. Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis
Critical Control Point). Jurnal Kesehatan Lingkungan. 1 (2): 183 – 190.
Tatuh, H.A., J. Rorong., dan S. Sudewi. 2016. Analisa kandungan formalin pada
berbagai jenis ikan di kota manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. 5 (4) : 162-
167.
Tubagus, I., G. Citraningtyas., dan Fatimawali. 2013. Identifikasi dan penetapan
kadar boraks dalam bakso jajanan di kota manado. Jurnal Ilmiah
Farmasi. 2 (4) : 142-148.
Widiyastuti, S. 2018. Analisis bahaya dan titik kendali kritis (HACCP) rendang
(Studi Kasus di Rumah Makan Padang X Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan) Tahun 2017. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Yulianto, D. 2013. Analisis boraks dalam sampel bakso sapi I, II, III, IV, V, VI, VII,
dan VIII yang beredar di pasar soponyono dan pasar jagir. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya. 2 (2) : 1-9.
63
LAMPIRAN
64
Foto bersama Pengemasan
pemilik
65
Lampiran 2. Praktikum Laboraturium
Pengujian Formalin
Hasil
66
Pengujian Boraks
Hasil
67