Uas Tpbi Gilang

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

Nama : Gilang Primanagita Rachman

NPM : 230110150004
Kelas : Perikanan A 2015

TUGAS UAS TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN

1. Teknologi pembenihan ikan air tawar tidak terlepas dari sistem pemeliharaan
induk untuk mempertahankan superioritas genetika induk.
a. Uraikan dan jelaskan tahapan sistem tersebut dan aplikasi sistem tersebut dalam
breeding ikan.
b. Bagaimana tahapan produksi induk GGPS, GPS, dan Induk sebar
c. Sistem pemijahan yang mana yang akan diadopsi, apabila indukan ikan jantan sulit
untuk dipijahkan.
d. Jelaskan secara lengkap bagaimana interaksi mekanisme aktivitas reproduksi induk
mulai dari tahap calon induk hingga pasca pemijahan.
Jawaban :
a). Dilakukan breeding atau pemuliaan dengan cara seleksi memilih ikan-ikan yang
secara genetik unggul untuk dipergunakan sebagai tetua pada generasi berikutnya
dan kemudian dipijahkan. Seleksi dilakukan secara individu dan famili. Seleksi
individu dilakukan dengan cara Fenotip ternak yang bersangkutan bisa diukur baik
pada jantan atau betina.

b). GGPS (Great Grand Parent Stock) ialah Induk ikan pertama yang dihasilkan oleh
balai penyelenggara pemuliaan ikan yang diawasi dengan secara ketat dan tidak
boleh disebarluaskan kepada pihak lain yang bertujuan untuk keperluan stabilitas
genetika induk. Tahapan GGPS yaitu Induk ikan penjenis yang biasanya dihasilkan
oleh hasil pemuliaan upt dirjen perikanan yang dijaga dan dipelihara dengan benar
oleh balai atau instansi terkait kemudian dipijahkan (diperbanyak) antara jantan
dan betina yang memiliki keunggulan, kemudian benih hasil pemijahan tersebuat
(F1) inilah yang selanjutnya diseleksi dan dijadikan GPS (Grand Parent Stock).

GPS (Grand Parent Stock) ialah merupakan induk ikan tingkat kedua dan
merupakan keturunan pertama dari induk penjenis yang memenuhi standar mutu
kelas induk dasar. Iduk GPS oleh disebarluaskan kepada BBI (Balai Benih Ikan)
Sentral. GPS berasal dari pemijahan induk ikan jantan GGPS dan betina GGPS.
Kemudian ikan GPS ini diperlihara dan dirawat dengan baik agar menjaga kualitas
ikan tersebut. Ikan GPS dipijahkan (diperbanyak) dengan cara memijahkan induk
jantan dan betina yang memiliki keunggulan, kemudian benih hasil pemijahan
tersebut (F1) ini yang selanjutnya diseleksi dan dijadikan PS (Parent Stock).

PS (Parent Stock) ialah merupakan induk ikan tingkat ketiga dan merupakan
keturunan pertama dari induk dasar yang memenuhi standar mutu kelas induk
pokok. Induk PS dapat didistribusikan ke BBI (Balai Benih Ikan) lokal, Perusahaan
swasta, dan Petani produsen induk dengan catatan harus memiliki sertifikat mutu
produksi ikan dan izin usaha produksi ikan. PS berasal dari dari pemijahan induk
ikan jantan GPS dan betina GPS. Kemudian ikan PS ini dipelihara dan dirawat
dengan baik agar menjaga kualitas ikan tersebut. Ikan PS dipijahkan (diperbanyak)
dengan cara memijahkan induk janta dan induk betina yang memiliki keunggulan,
kemudian benih hasil pemijahan tersebut (F1) ini selanjutnya diseleksi dan
dijadikan induk sebar.

Induk Sebar ialah induk ikan tingkat keempat yang merupakan keturunan pertama
dari induk pokok yang memenuhi standar mutu kelas induk sebar. Induk sebar
inilah yang boleh didistribusikan kepada masyarakat atau produsen induk sebagai
induk ikan bermutu dan memiliki sertifikat induk.

c). Sistem pemijahan yang diadopsi apabila induk jantan sulit dipijahkan yaitu
pemijahan secara semi buatan. Pemijahan secara semi buatan yaitu pemijahan yang
dilakukan dengan bantuan hormonal ( ovaprim) yang bertujuan merangsang induk
ikan agar mencapai kematangan gonad tetapi proses ovulasinya dilakukan secara
alami.

d). Mekanisme hormonal aktivitas reproduksi induk induk mulai dari tahap calon
induk hingga pasca pemijahan yaitu perkembangan gonad pada produksi ikan
membutuhkan hormone gonadotropin (GtH). Hormon gonadotropin tersebut
diproduksi oleh kelenjar pituitary dan dialirkan oleh darah kedalam gonad.
Kemudian Hormon GnRH menstimulasi hipofisis untuk mesekresi hormone FSH
(Folicle Stimulating Hormon) dan LH (Lutineuzing Hormon). Pada proses
spermatozoa. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormone
testosterone. Pada masa pubertas, androgen/testosterone memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder. FSH merangsang sel sertoli untuk menghasilkan androgen
binding protein yang akan memacu spermatogonium untuk memulai
spermatogenesis. Sedangkan pada prose oogenesis. FSH dan LH menyebabkan
serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi sekresi hormone estrogen dan
progesterone. LH merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormone
progesteron dan merangsang ovulasi. Pada pasca pemijahan terjadi proses atresia
pada ikan yaitu penyerapan kembali kuning telur dan sperma oleh ikan yang
dipengaruhi oleh fotoperiode pendek (cahaya gelap lebih panjang) yang
menyebabkan kerja hormone GnRH terhambat.

2. Teknik produksi benih mutiara dan prosduksi mutiara, pada prinsipnya


merupakan dua aktivitas yang berbeda.
a. Jelaskan dimana perbedaaannya
b. Bagaimana teknis pemijahan kerang mutiara hingga terjadi pengeluaran sperma dan
sel telur.
c. Jelaskan secara lengkap daur hidup kerang dan bagaimana teknik penyisipan inti
bulat untuk produksi mutiara hitam dan putih.
d. Uraikan secara ringkas bagaimana pembesararn spat di laut dan gambarkan
urutannya
Jawaban :
a. Teknik produksi benih mutiara pada prinsipnya adalah menghasilkan larva
tiram mutiara dimana tejaddi proses fertilisasi antara sperma dan sel telur dimana
perlakuan pertama yang dilakukan pada kegiatan pembenihan adalah memasukkan
indukan jantan ke ruangan pendingin atau ruangan berpendingin selama 30 menit.
Menurut Tomatala (2011), hal ini bertujuan agar tingkat stres pada indukan jantan
lebih tinggi sehingga diharapkan indukan jantan akan mengeluarkan sperma dalam
waktu yang cepat akibatnya akan merangsang indukan betina untuk mengeluarkan
telur. sedangkan prinsip pembutan mutiara pada alamiahnya mutiara tercipta karena
adanya benda asing yang menempel pada mantel tissue biasanya beruoa pasir
atupun pechan karang kecil namun demikian ketika kita melakukan penanaman
nukleus dibagian tersebut makan akan secara otomatis dibuang oleh tiram mutiara
sehingga penanaman nukleus dilakukan pada bagian dekat dengan gonat sehingga
tidak akan dibuang oleh tiram mutiara.
b. Teknis Pemijahan Kerang hingga pengeluaran Sperma dan Sel telur
Pembenihan tiram mutiara dilakukan di laboratorium dengan menggunakan
bak fiber serta wadah pemijahan. Perlakuan pertama yang dilakukan pada kegiatan
pembenihan adalah memasukkan indukan jantan ke ruangan pendingin atau
ruangan berpendingin selama 30 menit. Menurut Tomatala (2011), hal ini bertujuan
agar tingkat stres pada indukan jantan lebih tinggi sehingga diharapkan indukan
jantan akan mengeluarkan sperma dalam waktu yang cepat akibatnya akan
merangsang indukan betina untuk mengeluarkan telur. Pemijahan tiram mutiara
Pinctada maxima Atau dering disebut Spawning pada hatchery biasanya didahului
dengan perangsangan yang diberikan berupa manipulasi suhu. Sedangkan untuk
induk betina, dimasukkan ke meja spawning yang berlangsung menjelang sore
menuju malam hari kurang lebih pada pukul 14.30 WITA. Setelah indukan jantan
yang diberi perlakuan penurunan suhu kemudian disatukan dengan indukan betina
pada wadah spawning. Spawning dilakukan dengan menggunakan metode
manipulasi lingkungan yaitu diberi perlakuan pergantian air setiap 30 menit.
Setelah satu jam kemudian diberi perlakuan pemancingan dengan menggunakan
sperma beku yang telah dicairkan caranya yakni dengan menyiramkan keseluruh
media air pada wadah spawning. Pukul 17.00 WITA indukan tiram mutiara masih
belum memperlihatkan tanda – tanda keluarnya sperma dan sel telur. Perlakuan
berikutnya adalah manipulasi suhu dengana cara menaikan suhu media air dari 270
C menjadi kurang lebih 310 C – 35 0C.
Pada sekitar jam 18.15 WITA induk jantan mengeluarkan sperma dan sekitar
10-15 menit kemudian diikuti induk betina yang mengeluarkan telur. Hal ini sesuai
pernyataan Winanto (2004), yaitu selama proses pemijahan, induk jantan biasanya
mengeluarkan sperma terlebih dahulu, kemudian sekitar 20-60 menit diikuti
indukan betina yang mengeluarkan sel telur. Pembuahan terjadi secara eksternal
(di luar tubuh) yaitu di dalam air secara alami. Sel telur dan sperma yang keluar
kemudian dihisap dengan menggunakan pipa sifondengan pada bagian output pipa
diletakan plankton net dengan mesh size 45 µm dan 65 µm yang berfungsi sebagai
pemisahkan antara kotoran dan sperma serta sel telur. Sperma dan sel telur yang
telah disaring akan ditampung pada wadah berupa ember kemudian terjadilah
ferltelisasi pada media. Proses keluarnya sperma dan sel telur terjadi selama 3 kali
berturut turut yakni pada pukul 18.15 WITA, 20.00 WITA, dan 20.30 WITA. Telur
dan sperma yang mengalami proses fertelisasi kemudian dimasukan kedalam bak
fiber pemeliharaan larva. Menurut Wardana (2014) Bak penetasan dan
pemiliharaan larva menggunakan bak fiber volume 500 liter, setelah 90 menit, telur
yang sudah dibuahi dipanen dengan menggunakan saringan bertingkat dan telur
dibilas dengan air bersih dan dipindahkan pada bak penetasan.

c. Telur yang telah dibuahi akan mengalami perubahan bentuk, mula-mula terjadi
penonjolan polar, lalu membentuk polar lobe II yang merupakan awal proses
pembelahan sel dan akhirnya menjadi multi sel. Tahap berikutnya adalah fase
trocofor. Dengan bantuan bulu-bulu getar, trocofor dapat berenang dan bergerak
berputar-putar. Beberapa jam kemudian, trocofor akan berkembang menjadi veliger
(larva bentuk D) yang ditandai dengan tumbuhnya organ mulut pencernaan. Pada
tahap ini larva mulai makan dan tubuhnya telah ditutupi cangkang tipis.
Perkembangan selanjutnya adalah tumbuh velum. Pada fase ini biasanya larva
sangat sensitif terhadap cahaya dan sering berenang di permukaan air, dan bersifat
plakntonis, larva biasanya berenang dengan menggunakan bulu-bulu getar.
Pada saat fase umbo, secara bertahap cangkang juga ikut berkembang. Bentuk
sepasang cangkangnya sama. Mantel sudah berfungsi secara permanen. Pada akhir
masa umbo, larva bergerak dengan menggunakan velum.
Fase Pediveliger ditandai dengan berkembangnya kaki. Gerakan-gerakan
sederhana dari berenang sampai dengan berputar-putar dilakukan dengan velum
dan kaki. Setelah kaki berfungsi dengan baik, velum akan menghilang, lembaran-
lembaran insang mulai tampak jelas.
Proses pencarian tempat atau subtrat untuk menempel dan menetap dimulai
sejak larva mencapai fase Pediveliger. Pertumbuhan cangkang terlihat pada bagian
tepi cangkang yang bentuknya sangat tipis, transparan, dan tersusun oleh selaput
tipis Conchilion (Zat organik yang berfungsi sebagai perekat). Pada waktu yang
sama, kelenjar bisus akan mensekresikan benang-banang bisus untuk menempel.
Organ lain yang berkembang yaitu Labial palp (semacam bibir) dan insang. Fase
pertumbuhan setelah selanjutnya adalah Plantigrade.
Perkembangan akhir larva yaitu perubahan fase Plantigrade menjadi Spat.
Bentuk spat menyerupai tiram dewasa, mempunyai engsel, auricula (bilik hati)
depan dan belakang, serta terdapat takik bisus pada bagian anterior. Cangkang
sebelah kiri lebih cembung daripada sebelah kanan. Spat dapat menempel pada
subtrat dengan bantuan benang-benang bisus.
Sedangkan kegiatan operasi tiram mutiara merupakakn suatu proses penanaman
inti mutiara atau sering disebut sebagai nukleus kedalam bagian rahim mutiara.
Peratama dilakukan seleksi terhadap Tiram mutiara untuk dilakukan operasi. Tiram
mutiara yang digunakan biasanya berumur 4 – 5 tahun dengan diameter 10 – 14 cm
kemudian ditempatkan pada bak dengan volume air yang sedikit, hal ini bertujuan
agar tiram membuka kemudian diganjal dengan menggunakan agar tidak menutup
kembali dan mempermudah proses pengoperasian baik penanaman maupun
pengambilan mutiara. Penanaman inti mutiara dilakukan dengan cara sistim donor
dimanana terdapat tiram pendonor dan tiram penerima. Tiram pendonor akan
diambil bagian mantel tissue yang berfungsi sebagai perangsang pelapisan nukleus
menjadi mutiara. Matel tissue yang telah diambil dan dipotong dari tiram pendonor
akan diletakan pada nukleus yang telah ditanam dekat dengan bagian gonad. Warna
mutiara yang dihasilkan biasanya tergantung dari jenis manatel tissue yang
didonorkan. Mutiara putih dihasilkan oleh Pinctada maxima sedangkan mutira
hitam dihasilkan oleh Pinctada margaritifera.

d. Spat merupakan Larva yang telah memiliki byssus dan sudah menempel di dasar
atau substrat (Odi 2010). Pemeliharaan spat dilakukan dengan bantuan media yang
disebut kolektor. Kolektor ini memiliki tali spiral yang berfungsi untuk tempat
penempelan spat. Dalam satu kolektor terdapat 200-300 ekor/kolektor dengan
ukuran kolektor 30x40 cm. Spat dipelihara dalam bak pendederan kurang lebih 1
minggu setelah ukurannya 1,5-2,0 mm maka dapat dipindahkan ke laut untuk
digantung pada long line dengan cara diikat. Kolektor digantung di tali long line
dengan jarak per titik masing-masing 1 m. Pemeliharaan spat dilaut kira-kira 18-24
bulan. Dengan dilakukan perawatan setiap bulannya dengan dibersihkan dari
organisme yang menempel (biofouling) dengan menggunakan pisau kecil atau bisa
juga dibersihkan dengan alat penyemprot apabila umur tiram sudah lebih dari 7
bulan.
3. Pembuatan ikan trasgenik tumbuh cepat ( misalkan ikan lele ) dapat
menggunakan gen hormon pertumbuhan GH ikan itu dengan teknik elektroforisis
sperma.
a. Terangkan bagaimana urutan mekanisme transfer gen tersebut menggunakan
elektroforator
b. Mengapa ikan transgenik dapat mewariskan superioritasnya secara permanen pada
keturunanya.
c. Bagaimana teknik produksi keturunan galur murni ikan transgenik setiap generasi
(1, 2, dan 3)
d. Bagaimana teknik mengidentifikasi induk ikan transgenik dan non-transgenik
Jawaban :
a.
b. Karena pada proses transgenik hormone gonadotrophin yang sudah diekstrak
kemudian sudah melalui proses elektroforesis diinjeksikan kedala sperma ikan
dengan menggunakan kejut suhu kemudian dipijahkan dengan ikan betina sehingga
dapat mewariskan keunggulan nya pada keturunan berikutnya.
c. Dengan cara memijahkan dengan indukan yang lain yang memiliki keunggulan dan
dengan cara mengecek rutin DNA genom.
d. Dara mengidntifikasi ikan hasil transgenik dan non transegenik bisa dilihat dari
hasil pertumbuhannya, contoh pada ikan salmon transgenik bisa mencapai 2 hingga
6 kali lipat dari ikan Salmon Atlantik nontransgenik. Ikan nila mampu 2-7 kali
lebih besar, bahkan pada ikan mud loach mampu tumbuh 35 kali lebih besar dari
ikan normal kemudain dilihat dari perbandingan antara pakan yang diberikan
dengan daging yang dibentuk pada ikan transgenik mencapai 0,76 sedangkan
nontransgenik sebesar 1,02 ini berarti bahwa ikan transgenik untuk menghasilkan
satu kilogram daging hanya memerlukanpakan sebanyak 0,76 kg, sedangkan pada
ikan biasa untuk menghasilkan daging satu kilogram memerlukan 1,02 kg pakan,
dengan demikian menunjukkan bahwa didalam pemanfaatan pakan ikan trangenik
lebih efisien dibandingkan dengan ikan nontransgenik.

4. Sistem reproduksi udang (krustacea) berbeda dengan sistem reproduksi ikan


kerapu sehingga terdapat perbedaan.
a. Jelaskan dimana letak perbedaanya.
b. Jelaskan prinsip mekanisme reproduksi udang dan pemijahannya.
c. Ikan kerapu merupakan salah satu komoditas ikan hermaprodit, jelaskan dimana
letak perbedaan status gonad ikan sehingga disebut hermaprodit dan bagaimana
teknik pemijahan induk kerapu
d. Apakah ada kemungkinan gonad udang gan ikan kerapu dibuat menjado betina
semua atau menjadi jantan semua ? jelaskan alasannya dengan uraian lengkap.
Jawaban :
a) Udang betina memiliki organ eksternal sistem reproduksi yang disebut telikum.
Telikum berguna sebagai tempat untuk menampung sperma yang akan dilepaskan
pada saat pemijahan. Telikum terletak antara pangkal kaki jalan ke-4 dan ke-5.
Udang windu memiliki telikum yang tidak tertutup oleh lempeng karapas yang keras
atau biasa disebut telikum terbuka, sehingga proses perkawinannya tidak didahului
oleh molting (BaileyBrock dan Moss 1992). Udang betina juga memiliki organ
internal sistem reproduksi yang terdiri dari sepasang ovari. Ovari tersebut berbentuk
tubular, simetrik bilateral, terletak di bagian ventral hingga rongga dada dan
berkembang ke arah posterior hingga hepatopankreas (Gambar 4). Cuping
abdominal berdampingan dengan usus dan cuping anterior terdapat di cepalotorax.
Cuping lateral berkembang menyamping seperti jari dan terletak antara cuping
anterior dan posterior (Tarsim 2007). Oviduk berada diantara kedua sisi ovari dan
memanjang hingga organ genital eksternal, yaitu pada koksapodit pasangan kaki
jalan ke-3 (Bailey-Brock dan Moss 1992). Pada saat matang, ovari akan tampak
berkembang dan memanjang hingga beberapa segmen abdominal. Sistem reproduksi
udang betina terdiri dari sepasang ovarium, oviduk, lubang genital, dan thelycum
(Gambar 6 dan 7). Oogonia diproduksi secara mitosis dari epitelium germinal selama
kehidupan reproduktif dari udang betina. Thelychum sebagai organ reproduksi
betina umumnya terdapat diantara pangkal kaki jalan ke 4 dan 5, yang berfungsi
untuk menyimpan spermatofor pada saat terjadi proses pembuahan. Thelycum
bersifat terbuka yaitu tidak tertutup oleh lempengan karapas yang keras. Sedangkan
petasma pada jantan terdapat pada pangkal kaki jalan ke 5 (Gambar 5). Pada
thelycum terbuka proses perkawinannya tidak didahului dengan molting. Organ
reproduksi (Gambar 7) betina terdiri dari sepasang ovari berbentuk tubular, simetrik
bilateral, terletak pada bagian ventral sampai rongga dada dan berkembang ke arah
posterior hingga hepatopankreas (Bailey-Brock dan Moss, 1992).
Ikan kerapu bersifat Hermaprodit Protogini, yaitu perubahan kelamin dari
betina dan menjelang dewasa akan berubah menjadi jantan (Sunyoto dan Mustahal,
2000). ikan kerapu mulai suklus reproduksinya sebagai ikan betina, kemudian akan
berubah menjadi ikan jantan yang berfungsi masa interseks dan masa terakhir masa
jantan (Afenddy, 1997). Ketika ikan kerapu masih muda (juvenile), gonadnya
mempunyai daerah ovarium dan daerah testis. Jaringan ovari kemudian mengisih
sebagian gonad dan setelah jaringan ovari berfungsi mampu menhasilkan telur,
Kemudian akan terjadi transisi di mana testisnya akan membesar dan ovarinya
mengurut. Ikan kerapu yang sudah tua umumnya ovarium sudah tereduksi sekali
sehingga sebagian besar dari gonad terisi oleh jaringan lain. Fenomena perubahan
jenis kelamin pada ikan kerapu sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan,
umur , indeks kelamin dan ukuran tubuh (Smith, 1982. dalam Subyakto S. Dan
Cahyaningsih S. 2003). Menurut Kordi (2001) ikan kerapu memijah sepanjang
tahun. Untuk melakukan pemijahan, ikan kerapu membutuhkan salinitas antara 28-
32 ppt, dengan suhu antara 27oC – 30oC.ikan kerapu biasanya memijah disaat gelap,
yaitu ketika bulan gelap. Biasanya antara tanggal 25 hingga tanggal 5 berikutnya
(bulan hijriah).
Pada ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) fase produksi pada induk
betina di capai pada panjang tubuh antara 45-50 cm dengan berat 3-10 kg dan umur
kurang lebih 5 tahun, selanjutnya menjadi jantan yang matang gonad pada ukuran
minimal 74 cm dengan berat kurang lebih 11 kg (Sunyoto dan Mustahal 2000).
Mayunar et al, (1995), menyatakan bahwa pada ikan kerapu lumpur (Epinepelus
tauvina) panjang minimum betina yang matang gonad adalah 45-50 cm (sebagian
besar 50-70 cm) dengan berat 3-4 kg dan transisi gonadnya terjadi pada panjang total
(TL) 66-72 cm dan testis mulai matang pada TL 74 cm atau bobot berat tubuh 10-11
kg. ikan kerapu jenis Epinephelus diacantus kecendrungan perubahan kelamin
terjadi selama tidak bereproduksi yaitu antara umur 2-6 tahun, tetapi perubahan
terbaik terjadi antara 2-3 tahun. ikan kerapu merah Epinephelus akaara untuk jenis
ikan betina ukuran berat 500 gram, dengan panjang 26 cm dan berubah menjadi
kerapu jantan pada ukuran berat 1000 gram dan ukuran panjang 34 cm.
Ikan kerapu raja sunu gonadnya sudah berkembang dan matang mulai ukuran
panjang total 56,7 cm atau bobot 2,3 kg dengan indeks somatik gonad 0,2dan
diameter oosit 250 µm. Ikan betina ukuran panjangnya 28-70 cm dengan berat di
kisaran 250-6.200 gram, sedangkan yang jantan ukuran panjangnya 76-83 cm,
bobotnya 6.500-11.000 gram
b) Prinsip mekanisme reproduksi udang dan pemijahan nya yang pertama yaitu
dilakukan seleksi induk. Udang yang dijadikan sebagai induk (broodstock)
sebaiknya bersifat SPF (Specific Pathogen Free). Udang tersebut dapat dibeli dari
jasa penyedia udang induk yang memiliki sertifikat SPF. Keunggulan udang
tersebut adalah resistensinya terhadap beberapa penyakit yang biasa menyerang
udang, seperti white spot, dan lain-lain. Induk yang unggul dan dipelihara dengan
baik dengan memberikan pakan alami seperti kerang-kerangan dan cacing laut
untuk mempercepat kematangan gonad. Yang paling penting dalam proses
pematangan gonad udang yaitu dilakukan nya pemotongan tangkai mata atau yang
disebut dengan proses ablasi. Pemotongan tangkai mata dilkukan pada tangkai mata
sebelah kanan karena pada tangkai mata tersebut terdapat organ X sebagai penghasil
hormon penghambat perkembangan dan pematangan gonad (Gonad Inhibiting
Hormon/GIH). Serta penghambat pergantian kulit (Moulty Inhibiting
Hormon/MIH). Setelah organ X tidak ada makan organ Y terletak di kepala dapat
menghasilkan hormone perangsang pembentukan gonad (Gonad Stimulting
Hormon/GSH). Sehingga organ Y dapat mempercepat proses pematangan gonad
pad induk udang. Proses pemijahan udang dilakukan yang utama yaitu induk betina
di sampling dengan melihat bagian karapas dan abdomen yaitu garis tebal berupa
telur berwarna merah kekuningan, sedangkan pada induk jantan diamati dengan
melihat kantong sperma yang terisi penuh oleh sperma berwarna putih pada kantong
ptasma. Kemudian induk jantan digabungkan ke dalam kolam betina dan induk
jantan akan membuahi induk betina ditandai dengan sperma jantan menempel pada
thelycum betina. Setalah pemijahan udang didapatkan telur udang kemudian
ditettaskan pada suhu panas 30-310C. Kemudian naupli dipelihara hingga sampai
post larva. Yang menjadi perhatian khusus pada pemeliharaan larva yaitu proses
perkembangan larva udang vaname hingga menjadi benur atau post larva 20 yang
dapat ditebar di tambak pembesaran harus memaka waktu yang cukup lama dan
pemeliharaan nya yang harus dijaga dengan benar-benar terhindar dari virus,
penyakit dan lainya. Stadia pemeliharaan larva udang yaitu naupli,zoea,mysis,post
larva. Pemberian pakan naupli hinggan mysis berdasarkan pakan buatan bubuk dan
pakan alami berupa chaetoceros dan skletonema dan selanjutnya pada stadia mysis
2 diberi artemia hingga post larva dan pakan tambahan pengli bubuk.
c) Ikan kerapu bersifat Hermaprodit Protogini, yaitu perubahan kelamin dari betina dan
menjelang dewasa akan berubah menjadi jantan (Sunyoto dan Mustahal, 2000). ikan kerapu
mulai suklus reproduksinya sebagai ikan betina, kemudian akan berubah menjadi ikan
jantan yang berfungsi masa interseks dan masa terakhir masa jantan (Afenddy, 1997).
Ketika ikan kerapu masih muda (juvenile), gonadnya mempunyai daerah ovarium dan
daerah testis. Jaringan ovari kemudian mengisih sebagian gonad dan setelah jaringan ovari
berfungsi mampu menhasilkan telur, Kemudian akan terjadi transisi di mana testisnya akan
membesar dan ovarinya mengurut. Ikan kerapu yang sudah tua umumnya ovarium sudah
tereduksi sekali sehingga sebagian besar dari gonad terisi oleh jaringan lain. Fenomena
perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu sangat erat hubungannya dengan aktivitas
pemijahan, umur , indeks kelamin dan ukuran tubuh (Smith, 1982. dalam Subyakto S. Dan
Cahyaningsih S. 2003). Menurut Kordi (2001) ikan kerapu memijah sepanjang tahun.
Untuk melakukan pemijahan, ikan kerapu membutuhkan salinitas antara 28-32 ppt, dengan
suhu antara 27oC – 30oC.ikan kerapu biasanya memijah disaat gelap, yaitu ketika bulan
gelap. Biasanya antara tanggal 25 hingga tanggal 5 berikutnya (bulan hijriah).
Teknik pemijahan ikan kerapu :

a. Alami/Manipulasi lingkungan
- Bak pemijahan kapasitas 8 Ton air unt. 1 pasang induk
- Pengisian air laut setinggi 120-170 cm dari dasar bak
- Pemijahan secara alami dilakukan dengan manipulasi lingkungan yakni dengan menaikkan
dan menurunkan vol air bak pemijahan. Manipulasi lingkungan ini dengan menurunkan
volume air pada bak hingga menyisakan air setinggi 100 cm pada pagi (Pk 06.00) Selama
8-11 jam (Menaikan suhu air sebesar 30C) dan kemudian volume air bak dinaikkan dengan
penambahan air laut baru sampai 2M (Menaikan salinitas sebesar 1%). Setiap hari selama
11-14 hari mampu mempengaruhi induk utk memijah

Pakan induk : - Ikan rucah, cumi cumi atau ikan selar


- Pemberian 1-2 kali sehari dengan level 3-5% dari berat tubuh
- Pemberian Vit E unit memacu pelepasan hormon gonad dan kesuburan ,
dosis 10Mg/Kg. Berat tubuh seminggu sekali.

b. Manipulasi hormon
Sebelum diinjeksi hormon bak pemijahan diberi etylene glycol dosis (1:8000) – ( 1:10000).
Induk akan pingsan setelah 3-5 menit.
- Penyuntikan dibawah sirip punggung, dapat dilakukan 2 kali injeksi dengan interval 24
jam
- Penyuntikan I : HCG 500 N/KG dan puberogen 100 RV/KG berat tubuh
Penyuntikan II : HCG 1000 N/KG dan puberogen 150 RV/KG berat tubuh
Induk memijah setelah 14-18 jam dari penyuntikan II.
- Hormon HCG identik degan FSH (Follicle Stimulatinf Hormone) yang memacu pelepasan
estrogen /androgen (Pemasakan telur)
- Puberogen identik dengan LH ( Lutinizing Hormone) yang memicu pelepasan estrogen

c. Pemeliharan larva :

- Telur hasil pemijahan dipanen dengan sistem air mengalir. Telur dikumpulkan dalam
akuarium vol 40L untuk diseleksi telur yang terbuahi akan mengapung di permukaan dan
berwarna jernih transparan
- Agar tidak diserang bakteri telur terlebih dulu dicuci dengan larutan acriflavin 1-5 ppm
untuk dipindah pada bak penetasan
- Larva yang telah menetas dipindahkan ke bak pemeliharaan larva dengan kepadatan 20-
60 butir/L
- Keseimbangan lingkungan dipertahankan dengan pemb chorella SP kepadatan 50.000-
100.000 Sel/ML.
- Pada hari ketiga pakan awal larva berupa Branchionus SP .Kepadatan 3 EK/ML. Sampai
larva umur 20-22 hari yang ditambah kepadatannya hingga 8 EK/ML.
Pada hari ke 15 larva diberi Naupli Artemia kepadatannya 1 EK/M. Yang ditingkatkan
kepadatannya 2-5 EK/ML. Pada hari ke 30. Setelah itu diberi Artemia dewasa kemudian
pakan segar
- Pergantian Air : Air 0-5% (Hari ke 05/06) ; 5-10% (Hr. Ke 7-10) ; 10-30% (Hari ke 10-
30) ; 20-40% (Hari ke 25-40) ; lebih dari 40% (Hari ke 38-45%)

d. Bak induk ikan kerapu :

- Induk cenderung memijah dlam bak yang berukuran besar (Vol 75-150 M3, kedalaman 2-
3M)
- Dilengkapi dengan pipa peluapan yang diperpanjang hingga berhubungan dengan jaring
panampung telur
- Diberi atap pada bagian atas bak

e. Seleksi telur

- Telur yang mengendap tidak dibuahi , telur yang melayang harus dibuang. Hanya telur
yang terapung yang dipindah ke bak larva untuk penetasan lebih lanjut
- Isolasi telur dengan penyakit VNN (Viral Nervous Necrosis) dengan perendaman larutan
iodine (10L air laut dengan 60ml larutan iodine yang mengandung 10% bahan aktif
iodine). Di aerasi kuat selama 15 menit

d) Tidak memungkinkan karena pada pemijahan udang dan ikan kerapu tidak dapat
dilakukan proses striping. Sehingga tidak dapat memungkinkan proses ginogenesis
dan androgenesis. Kemudian keberadaan populasi jantan dan betina pada budidaya
udang tidak terlalu berpengaruh besar terhadap pertumbuhan bobot yaitu jantan dan
betina pertumbuhan nya tidak terlalu bebeda dalam mencapai kematangan gonad
nutrisi yang dibutuhkan untuk pematangan gonad tidak terlalu berbeda besar,
kemudian dalam pemijahan udang harus dilakukan pemotongan tangkai mata
(ablasi) sedangkan pada ikan kerapu tidak memungkinkan karena sebelum
pemijahan ikan kerapu harus transisi kelamin terlebih dahulu atau ikan kerapu
bersifat hemaprodit.

You might also like