Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran


1. Pengertian belajar
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang relative
menetap sebagai hasil dari pengalaman. Semua perubahan tingkah-laku baik positif atau negative
dilihat sebagai hasil dari belajar. Karena pengalaman negative diperoleh melalui prinsip-prinsip
belajar, maka untuk merubahnya dilakukan juga dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar
untuk membantu individu tersebut belajar hal yang positif dan menggantikan yang negatif.
Menurut Morris (1982) “ belajar adalah suatu perubahan secara sistematis yang bertahan lama
dalam diri individu (tingkah-laku atau perilaku) sebagai akibat dari pengalaman dalam beberapa
situasi tertentu”. Belajar adalah pemerolehan, pengembangan, dan pengkonstruksian
pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, dan sikap-sikap yang baru yang merupakan hasil dari
pengalaman individu.

Menurut Slamet (2003:2) “ belajar adalah Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”, Menurut Trianto (2010:16)
“Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan
berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar”,
sehubungan dengan ini belajar tidak memandang usia dan belajar tidak harus selalu dikelas
belajar bisa terjadi dimana saja yang menghasilkan sebuah pengalaman baru. Sedangkan menurut
Gagne (dalam The Conditions of Learning 1977)

“belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam


perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum
individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan
tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu atau
latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat reflex atau
perilaku yang bersifat naluri”.
Belajar dipandang sebagai pemerolehan informasi/pengalaman dan menemukan maknanya
secara personal/pribadi. Menurut Eggen & Kauchak (2004) “ belajar adalah suatu perubahan
dalam struktur mental seseorang” sehubungan dalam usaha membangun pemahamannya,
pebelajar perlu menyesuaikan pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki dengan pengetahuan
baru yang baru saja diterima.

2. Pengertian Pembelajaran
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan pembelajar yang
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien (Komalasari, 2013: 3). Menurut Syah
(2010:215 ) Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seseorang agar orang lain belajar.
Pembelajaran menurut Arifin (2010:10) Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang
sistematis dan sistemik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara guru dengan siswa,
sumber belajar, dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya
tindakan belajar siswa. Pengalaman, kejadian dan sebagainya yang menjadi peringatan
(Poerwardaminta, 1984:22).
Dari pengertian pembelajaran diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu
hubungan interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus dalam
rangka pembentukan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan proses.

3. Ciri-ciri pembelajaran
Menurut Hamalik (2010:65-66) ada tiga ciri khas yang terkandung dalam pembelajaran,

ialah:
a) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang
merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus, b)
kesalingtergantungan (interdependence), antara unsur-unsur pembelajaran
yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan
masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran, c)
tujuan, pembelajaran memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan utamanya
agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem adalah mengorganisasikan
tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar sfektif dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajaran.

Dari ciri-ciri pembelajaran di atas, tampak bahwa dalam suatu pembelajaran harus ada tiga
ciri, yaitu rencana, kesalingtergantungan antara unsur-unsur pembelajaran yang serasi dalam
suatu keseluruhan, dan tujuan. Dalam pembelajaran harus terlebih dahulu merangcang rencana
yang akan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu ketergantungan
dan keterkaitan antara unsur-unsur pembelajaran harus ada. Dengan adanya ketergantungan
antara unsur-unsur yang memberikan sumbangan dalam suatu pembelajaran akan mempermudah
pelaksanaan pembelajaran ini untuk mencapai tujuan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa dalam pembelajaran yang harus diperhatikan yaitu adanya keterlibatan langsung dari
siswa selama pembelajaran dan kegiatan pembelajaran terfokus pada siswa, sehingga peranan
guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator yang bertanggung jawab menciptakan situasi
yang mendorong terjadinya belajar siswa.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Suprijono. (2009:5) ”Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,


pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Merujuk pemikiran Gagne
(dalam Suprijono, 2009:5) hasil belajar berupa:

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,


baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan
spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbul, pemecahan masalah
maupun penerapan aturan.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-
sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan
intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya
sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan
masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam
urusan dan kordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap
objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai.
Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standart perilaku.
Menurut Bloom, (dalam Suprijono 2009:6) “hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),
analysis (menguraikan, menentukan hubungan) synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap
menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organosasi),
charakterization (karakterisasi). Domain psikomotor mencakup keterampilan produktif, teknik,
fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Hamalik (2010:30) mengartikan “hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi
mengerti”. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah
unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Bahwa seseorang sedang
berfikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa kita lihat.

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Hasil belajar sering pula disebut sebagai prestasi belajar. Prestasi belajar
adalah kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam usaha yang menghasilkan
pengetahuan-pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Siswa yang telah mengalami pembelajaran diharapkan memiliki pengetahuan dan


keterampilan baru serta perbaikan sikap sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialami
siswa. Proses mendapatkan hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor psikologis baik bersifat bawaan maupun yang
diperoleh melalui pengalaman seperti kecerdasan, bakat, sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan,
motivasi, kematangan fisik maupun psikologis. Faktor eksternal meliputi lingkungan, budaya,
adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi serta fasilitas belajar. Tinggi rendahnya kualitas
faktor tersebut akan menentukan pengaruhnya terhadap prestasi belajar.
Syah (2010:129) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu: 1)
faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani, 2) faktor
eksternal (dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, 3) faktor pendekatan
belajar (Approach to Learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
a. Faktor Internal
Faktor internal meliputi dua aspek yaitu:1) aspek fisiologis atau kondisi umum jasmani
dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti plajaran. 2)
aspek psikologis dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Diantara
faktor psikologi siswa yang umumnya di pandang lebih esensial adalah tingkat
kecerdasan/integensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri atas dua macam yaitu faktor eksternal lingkungan sosial seperti
guru dan para tenaga kependidikan dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat
belajar siswa. Faktor eksternal lingkungan non sosial yaitu gedung sekolah dan letaknya
termasuk rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang dapat digunakan siswa. Faktor ini juga dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan siswa.
c. Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar adalah kefektifan segala cara atau strategi yang digunakan
siswa dalam menunjang efektivitas dan efesiensi proses belajar materi tertentu. Strategi dalam
hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Cara belajar siswa sangat mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut. Dengan demikian
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa sama dengan faktor-faktor yang
memepengaruhi belajar siswa, yaitu faktor internal, eksternal, dan faktor pendekatan belajar.

C. TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT)


1. Pengertian TGT
Pembelajaran Kooperatif sangat beragam jenisnya. Salah satunya adalah model
pembelajaran TGT (Teams Games Tournament). Menurut Kurniasari (2006), model
pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok-
kelompok kecil dalam kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang heterogen, baik dalam hal
akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Inti dari model ini adalah adanya game dan
turnamen akademik.
Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran
siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat
belajar. Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran model TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kejujuran, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Menurut (Wartono, 2004:16)
Menjelaskan dalam Team Games Tournament atau pertandingan permainan
tim,siswa memainkan pengacakan kartu dengan anggotaanggota tim lain
untuk memperoleh poin pada skor tim mereka.Permainan ini berupa
pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi
angka.Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah pertanyaan-pertanyan
yang relevan dengan materi pelajaran yang dirancang untuk mengetes
kemampuan siswa dari penyampaian pelajaran kepada siswa di kelas. Setiap
wakil kelompok akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan
berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai tersebut. Permainan ini
dimainkan pada meja-meja turnamen.

Alberti dalam Slavin, (2009), pembelajaran TGT membawa peningkatan yang signifikan
terhadap hasil belajar. Menurut Johnson dkk dalam Slavin, (2009) bahwa TGT memberikan
pengaruh positif yaitu perolehan yang signifikan terhadap hasil akademik kelompok lebih besar
dibandingkan secara individu.
Langkah-langkah pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:
a. Siswa dibagi dalam kelompok beranggotakan 5-6 siswa secara heterogen.
b. Guru menyajikan materi.
c. Guru memberikan lembar kerja kelompok (LKK) dan siswa bekerja dalam kelompok masing-
masing, apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan,
maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau
menjelaskannya.
d. Guru memberikan permainan akademik untuk memastikan seluruh anggota kelompok telah
menguasai pelajaran.
e. Dalam permainan akademik siswa dibagi dalam meja-meja tournament, dimana setiap meja
tournament merupakan wakil dari kelompok masingmasing.
f. Dalam setiap meja games tournament diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari
kelompok yang sama.
g. Siswa dikelompokkan dalam satu meja tournament secara homogen dari segi kemampuan
akademik, artinya dalam satu meja tournament kemampuan setiap peserta diusahakan agar
setara.
Permainan pada meja tiap tournament dilakukan dengan aturan sebagai berikut:
a) Setiap pemain dalam tiap meja menentukan pembaca soal dan pemain yang pertama.
b) Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan
kepada pembaca soal.
c) Pembaca soal membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.
d) Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan dalam soal.
e) Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil
pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam.
f) Skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar dan berhak mendapat kartu
jawaban. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan
dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua soal habis dibacakan, setiap peserta
dalam satu meja tournament dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang.
g) Selanjutnya pemain kembali ke kelompok asal dan menghitung skor yang diperoleh masing-
masing pemain.
h) Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang
telah disediakan.

Kelebihan dan kekurangan metode Teams Games Tournamest (TGT) adalah:


a. Kelebihan metode Teams Games Tournament, antara lain:
1) Dapat memperluas wawasan siswa.
2) Dapat merangsang kreativitas siswa dalam memunculkan ide dalam memecahkan suatu
masalah.
3) Dapat mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain dan bekerja sama.
4) Dapat menumbuhkanpartisipasi siswa menjadi lebih aktif.

b. Kekurangan metode Teams Games Tournament (TGT) yaitu :


1) Kemungkin besar permainan akan dikuasai oleh siswa yang suka berbicara atau ingin
menonjolkan diri.
2) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar
3) Peserta mendapat informasi yang terbatas.
4) Menyerap waktu yang cukup banyak.
5) Tidak semua guru memahami cara siswa melakukan permainan.
6) Ruangan kelas menjadi ramai dan mengganggu ruangan lain
D. PERKEMBANGAN SISTEM PERIODIK UNSUR
1. Triade Dobereiner
Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner mempelajari sifat-sifat beberapa unsur yang
sudah diketahui pada saat itu. Dobereiner melihat adanya kemiripan sifat di antara beberapa
unsur, lalu mengelompokkan unsur-unsur tersebut menurut kemiripan sifatnya. Ternyata tiap
kelompok terdiri dari tiga unsur sehingga disebut triade. Apabila unsur-unsur dalam satu triade
disusun berdasarkan kesamaan sifatnya dan diurutkan massa atomnya, maka unsur kedua
merupakan rata-rata dari sifat dan massa atom dari unsur pertama dan ketiga.

2. Teori Oktaf Newland


Pada tahun 1864, John Alexander Reina Newland menyusun daftar unsur yang jumlahnya
lebih banyak. Susunan Newland menunjukkan bahwa apabila unsur-unsur disusun berdasarkan
kenaikan massa atomnya, maka unsur pertama mempunyai kemiripan sifat dengan unsur
kedelapan, unsur kedua sifatnya mirip dengan unsur kesembilan, dan seterusnya. Penemuan
Newland ini dinyatakan sebagai Hukum Oktaf Newland.

3. Sistem Periodik Mendeleev


Pada tahun 1869, tabel sistem periodik mulai disusun. Tabel sistem periodik ini merupakan
hasil karya dua ilmuwan, Dmitri Ivanovich Mendeleev dari Rusia dan Julius Lothar Meyer dari
Jerman. Mereka berkarya secara terpisah dan menghasilkan tabel yang serupa pada waktu yang
hampir bersamaan. Mendeleev menyajikan hasil kerjanya pada Himpunan Kimia Rusia pada
awal tahun 1869, dan tabel periodic Meyer baru muncul pada bulan Desember 1869.
Mendeleev yang pertama kali mengemukakan tabel sistem periodik, maka ia dianggap
sebagai penemu tabel sistem periodik yang sering disebut juga sebagai sistem periodik unsur
pendek. Sistem periodik Mendeleev disusun berdasarkan kenaikan massa atom dan kemiripan
sifat. Sistem periodik Mendeleev pertama kali diterbitkan dalam jurnal ilmiah Annalen der
Chemie pada tahun 1871.

4. Sistem Periodik Modern


Pada tahun 1914, Henry G. J. Moseley menemukan bahwa urutan unsur dalam tabel periodik
sesuai dengan kenaikan nomor atom unsur. Moseley berhasil menemukan kesalahan dalam tabel
periodik Mendeleev, yaitu ada unsur yang terbalik letaknya. Penempatan Telurium dan Iodin
yang tidak sesuai dengan kenaikan massa atom relatifnya, ternyata sesuai dengan kenaikan
nomor atom. Telurium mempunyai nomor atom 52 dan iodin mempunyai nomor atom 53. Sistem
periodik modern bisa dikatakan sebagai penyempurnaan sistem periodik Mendeleev.
Sistem periodik modern dikenal juga sebagai sistem periodik bentuk panjang, disusun
berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat. Dalam sistem periodic modern terdapat
lajur mendatar yang disebut periode dan lajur tegak yang disebut golongan

You might also like