Professional Documents
Culture Documents
Just in Time
Just in Time
Just in Time
O L E H:
KELOMPOK 3
KELAS C
S1 AKUNTANSI REGULER PAGI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2018
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii
Kesimpulan ........................................................................................................................... 23
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas waktu dan kesempatan
yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa kami
sampaikan terima kasih untuk sebesar-besarnya kepada yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan makalah ini yang berjudul “JUST IN TIME”. Kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini bisa dikatakan masih jauh dari kata sempurna,untuk itu kami menuggu
kritik dan saran yang membangun agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi.
Kelompok 3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Persediaan merupakan suatu aktviva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan
maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang
masih dalam proses ataupun persediaan bahan baku. Persediaan merupakan salah satu aset paling
mahal (40% dari total investasi). Harus ada keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat
pelayanan konsumen.
Maka dari itulah timbul yang namanya Konsep Just In Time adalah suatu konsep dimana
bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat
pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan
meniadakan biaya persediaan barang/penyimpanan barang/stocking cost. Tujuan utama Just In
Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui
usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
Perhitungan serta kerja sama yang baik antara penyalur, pemasok dan bagian produksi
haruslah baik. Keterlambatan akibat salah perhitungan atau kejadian lainnya dapat menghambat
proses produksi sehingga dapat menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan.
Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yng memiliki implikasi penting dalam
manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada
permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada
saat diminta, dan hanya besar kuantitas yang diminta. Tujuannya adalah untuk mengangkat
produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi
yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan
komponen-komponen yang lainnya.
Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan
tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan
waktu produksi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Just In Time
Just In Time pertama kali dikembangkan di negara Jepang oleh perusahaan Toyota
pada dekade yang lalu, dan kemudian diadopsi oleh banyak Perusahaan Manufaktur di
Jepang dan Amerika Serikat seperti: Hewlet Packard, IBM, dan Harley Davidson. Salah
satu pendekatan untuk mengeliminasi pemborosan dalam perusahaan manufaktur telah
muncul yaitu suatu filosofi operasi yang disebut Just In Time. Just In Time merupakan
suatu filosofi operasi manajemen, yaitu sumber daya, termasuk material personel, dan
fasilitas yang digunakan dalam keadaan tepat waktu. Just in Time adalah sebuah filosofi
pemecahan masalah secara berkelanjutan dan memaksa yang mendukung produksi yang
ramping (lean).
Produksi yang ramping (lean Production) memasok pelanggan persis sesuai dengan
keinginan pelanggan ketika pelanggan menginginkannya, tanpa pemborosan, melalui
perbaikan berkelanjutan (Heizer and Render, 2004,258). Sasaran utama just in time adalah
meningkatkan produktivitas system produksi atau operasi dengan cara menghilangkan
semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu produk.
Sasaran just in time menitikberatkan pada continuos improvement untuk mencapai biaya
produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, kualitas dan realibitas
produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produk akhir dan memperbaiki
hubungan kerja antara pelanggan dengan pemasok (Ariani, 2003).
Definisi Just In Time didefinisikan sebagai sistem manajemen pabrikasi dan
persediaan komprehensif di mana bahan baku dan berbagai suku cadang dibeli dan
diproduksi pada saat diproduksi dan pada saat (just in time) akan digunakan dalam setiap
tahap proses produksi/pabrikasi. (Simamora, 2002:105).
Menurut Krismiaji (2011:8), ide-ide yang mendukung Just In Time adalah sebagai
berikut:
1. Sederhana adalah lebih baik.
2. Penekanan pada kualitas dan perbaikan yang berkesinambungan.
3. Mempertahankan persediaan yang menjadi sumber pemborosan dan pekerjaan jelek
yang tersembunyi.
4. Setiap aktivitas atau fungsi yang tidak menambah nilai harus dihilangkan.
5. Barang diproduksi apabila dibutuhkan.
2
6. Pekerja harus berketrampilan banyak dan berpartisipasi dalam memperbaiki
efisiensi dan kualitas produk.
Sasaran utama just in time adalah meningkatkan produktivitas system produksi atau
operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai
(pemborosan) bagi suatu produk. Sasaran just in time menitikberatkan pada continuos
improvement untuk mencapai biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih
tinggi, kualitas dan realibitas produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan
produk akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan dengan pemasok Tjahjadi
(2001:227) mendefinisikan JIT sebagai “the successful completion of a product or service
at each stage of production activity from vendor to customer just in time for its use and at
minimum cost. JIT can also be generally defined as a strategy or guiding philosophy whose
goal it is to seek manufacturing excellence.
Selanjutnya Tjahjadi (2001:227) menyatakan bahwa JIT memiliki 8 prinsip dasar,
yaitu:
1. Seek a produce-to order production schedule.
2. Seek unitary production.
3. Seek eliminate waste.
4. Seek continous product flow improvement.
5. Seek product quality perfection.
6. Respect people.
7. Seek to eliminate contingencies.
8. Maintain long term emphasis.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat diketahui bahwa eliminasi
pemborosan merupakan jantung dari JIT. Dengan mengeliminasi pemborosan, maka
perusahaan akan menghasilkan produk yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah.
Berdasarkan uraian diatas maka indikator JIT yang dimunculkan adalah biaya produksi
yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, hubungan antara pelanggan dengan
pemasok.
E. Implementasi Just-In-Time
Mengimplementasi Just-In-Time bukan merupakan pekerjaan yang mudah, sebagai
contoh, Toyota membutuhkan waktu dua puluh tahun untuk mengimplemetasi Just-In-time.
Petroff (1993) mengatakan hal-hal yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan Just-
In-time adalah: mengedukasi dan melatih manajer dan eksekutif; menjadikan kualitas
sebagai prioritas; memperbolehkan pekerja dan mesin tidak bekerja saat tidak ada
pekerjaan; menjadikan pekerja menjadi pekerja yang handal; mengadopsi pengukuran
kinerja Just-In-time; mengatur persediaan dan safety stock dengan Just-In-Time. Selain itu,
dalam buku tersebut juga disebutkan bahwa pemasok dan pekerja harus diperlukan sebagai
bagian dari perusahaan yang penting, bukan sebagai musuh.
I. Kekurangan Just-In-Time
Berikut ini adalah kekurangan-kekurangan Just-In-time menurut Hansen & Mowen
(2003):
1. dibutuhkan waktu yang lama agar dapat mengimplementasikan Just-In-Time
dengan baik;
2. penerapan Just-In-Time dapat berpengaruh buruk terhadap pekerja karena adanya
perubahan alur kerja yang drastis dengan tidak adanya persediaan;
3. munculnya resiko kekurangan barang dan kehilangan penjualan karena tidak ada
persediaan yang banyak.
9
Silver, Pyke & Peterson (1998), juga menambahkan kekurangan-kekurangan Just-
In-Time yaitu Just-In-time sangat rapuh terhadap tutupnya pabrik, lonjakan permintaan,
dan kejadian tidak menentu lainnya.
J. Kelebihan Just-in-Time
1. karena produksi sangat berjalan dengan sangat singkat, jadi lebih mudah untuk
menghentikan produksi satu jenis produk tertentu dan beralih ke produk lain
yang berbeda untuk memenuhi perubahan permintaan pelanggan.
2. Tingkat persediaan sangat rendah, hal ini berarti bahwa biaya persediaan seperti
biaya ruang gudang dapat di minimalkan
3. Ruang yang sebelumnya digunakan untuk menyimpan persediaan dapat
digunakan untuk keperluan lainnya yang lebih produktif.
4. Perusahaan menginvestasikan uang yang jauh lebih sedikit karena persediaan
kurang diperlukan.
5. Kesalahan produksi dapat lebih cepat dilihat dan diperbaiki, sehingga akan
menghasilkan produk cacat yang auh lebih sedikit dan memicu kepuasan
pelanggan yang lebih besar.
10
CONTOH KASUS JUST IN TIME
Selama proses produksi, bahan baku sangat dibutuhkan. Diperlukan juga adanya bahan
pembantu sebagai pelengkap bahan baku. Bahan baku dan bahan pembantu untuk proses
produksi ada beberapa macam, antara lain: (a). Plat hitam. (b). Kawat las. (c). Baut. (d). Cat
besi. Dan kebutuhan rata-rata bahan baku setiap bulan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1
Rata-rat Kebutuhan Bahan Baku Setiap Bulan
Bahan Baku Jumlah
(Kg)
Plat Hitam 22.498
Kawat las 22.227
Baut 138,17
Cat Besi 139,25
Sumber: CV. Megah Jaya Karoseri
Dalam melakukan pesanan bahan baku dan untuk mengetahui harga bahan baku dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2
Harga Bahan
Baku
(Dalam Rp)
Bahan Baku Harga per
Kg
Plat Hitam 21.500
Kawat Las 12.000
Baut 2.850
Cat Besi 19.500
Sumber: CV. Megah Jaya Karoseri
Tabel 3 Biaya
Pemesanan
Tahun 2012
Biaya
Bulan Telp Angkut Adm Total
11
Pemesanan Gudang
(Rp) Pembelian (Rp) (Rp)
Total 5,595,370 4,737,475 4,668,025 15,000,870
Sumber: CV. Megah Jaya Karoseri
Berdasarkan data yang penulis sajikan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa total
biaya pemesanan untuk bahan baku plat hitam, kawat las, baut dan cat besi selama tahun 2012
sebesar Rp 15.000.870.-.
2. Biaya Penyimpanan Adalah biaya untuk menyimpan persediaan barang yang dijual.
Perusahaan memberikan prosentase biaya penyimpanan untuk bahan baku plat hitam,
kawat las, baut dan cat besi sebesar 8% dari nilai rata-rata persediaan. Sedangkan nilai
rata-rata persediaan berasal dari kebutuhan bahan baku setiap bulan dikali dengan harga
bahan baku dibagi dua. Biaya penyimpanan yang dikeluarkan oleh CV. Megah Jaya
Karoseri untuk menyimpan bahan baku plat hitam, kawat las, baut, cat besi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4
Biaya Penyimpanan Bahan Baku
Tahun 2012
Dengan demikian biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh CV. Megah Jaya Karoseri
untuk menyimpan bahan baku plat hitam, kawat las, baut, cat besi dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 5
Besarnya Biaya Pemesanan Masing-masing Bahan
Baku Tahun 2012
Dari penjelasan tabel 1-5 diatas, yang berkaitan dengan biaya pemesanan dan biaya
12
penyimpanan bahan baku, maka dapat diketahui total biaya persediaan bahan baku yang
dikeluarkan oleh CV. Megah Jaya Karoseri selama tahun 2012 tersaji pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Total Biaya Persediaan Bahan
Baku Tahun 2012
Pada umumnya kegiatan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan, perusahaan
menghadapi banyak permasalahan. Untuk itu perusahaan harus dapat menentukan masalah
yang dianggap paling penting dan harus segera diatasi dengan mengidentifikasi sejauh mana
pengaruh suatu masalah terhadap tercapainya suatu tujuan perusahaan.
Data yang dianalisa berkaitan dengan biaya persediaan bahan yang ada pada CV.Megah
Jaya Karoseri, dimana perhitungan biaya persediaan bahan selama ini dalam perusahaan
mengelola menggunakan metode tradisional, perusahaan mengalami kendala dalam
pelaksanaannya. Adapun kendala yang dihadapi perusahaan selama menggunakan metode
tradisional ini adalah mengalami pemborosan dalam persediaannya bahan bakunya, hal ini
disebabkan karena tidak adanya kebijakan yang tepat untuk mengendalikan persediaan bahan
baku tersebut. Selain itu didalam gudang juga terdapat banyak persediaan bahan baku yang
siap digunakan. Hal ini terjadi karena kuantitas pemesanan bahan baku yang lebih besar dari
bahan baku yang dibutuhkan. Dengan banyaknya persediaan bahan baku digudang maka akan
terjadi penambahan biaya penyimpanan, sehingga akibatnya perusahaan akan menanggung
biaya persediaan bahan baku yang cukup tinggi dan tidak terdapat efisiensi biaya persediaan
bahan baku.
Pembahasan
Dalam pembahasan penilitian ini, penulis menggunakan perusahaan metode just in time
untuk meningkatkan efisiensi biaya persediaan bahan baku. Disamping itu, pelaksanaan
metode just in time persediaan bahan baku harus selalu ada jika suatu saat dibutuhkan dalam
pelaksanaan produksinya. Oleh karena itu perusahaan diharapkan dapat mengadakan kontrak
jangka panjang maupun jangka pendek kepada pemasok. Untuk memperjelas penelitian ini
maka penulis akan menguraikan dan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan biaya
bahan baku yang berkaitan dengan sistem pembelian just in time.
13
menciptakan arus informasi yang dapat merubah reaksi pemasok terhadap kebutuhan
perusahaan, sehingga pemasok dapat mengetahui kapan dan berapa barang yang harus dikirim
sehingga waktu tunggu dapat diminimalkan.
Pendekatan just in time merupakan pendekatan yang berbeda untuk mengendalikan total
biaya persediaan. Guna mencapai tujuan just in time yaitu meminimalkan biaya persediaan
meliputi biaya penyimpanan, biaya pemeliharaan, biaya kerusakan, biaya asuransi serta biaya-
biaya lainnya maka perusahaan harus mempunyai sistem yang mendukung serta hubungan
yang erat dengan pemasok.
Penerapan pembelian just in time pada CV. Megah Jaya Karoseri bahwa perusahaan
tidak menyimpan bahan baku digudang dalam artian persediaan bahan baku digudang adalah
tidak ada sama sekali yaitu nol. Perusahaan hanya membeli bahan baku sesuai dengan
kebutuhan untuk memproduksi produk. Karena perusahaan menginginkan efisiensi bahan
baku yang maksimal yaitu dengan jalan menghilangkan biaya persediaan terutama untuk
biaya penyimpanan maka pengeluaran untuk biaya penyimpanan adalah nol rupiah.
Sistem just in time menurunkan biaya pembelian dengan cara membatasi jumlah
pemasok sedikit mungkin. Bila pemasok sedikit, berarti kuantitas pasokan dari masing-
masing pemasok cukup besar, dan perusahaan just in time akan menjadi price customer atau
pembeli yang dominan bagi pemasok. Perusahaan dengan sistem just in time berusaha
menjalin hubungan kerjasama jangka panjang dan jangka pendek kepada pemasok, dan
meminta pengiriman yang fleksibel sesuai dengan jadwal produksi perusahaan. Karena
melakukan pembelian dari sedikit pemasok (namun dalam kuantitas besar) dengan sistem
kontrak jangka panjang dan jangka pendek yang dapat dikontrol oleh perusahaan, maka harga
beli atau biaya pembelian dapat ditekan.
yang dianggap paling penting dan harus segera diatasi dengan mengidentifikasi sejauh mana
pengaruh suatu masalah terhadap tercapainya suatu tujuan perusahaan.
Data yang dianalisa berkaitan dengan biaya persediaan bahan yang ada pada CV.Megah
Jaya Karoseri, dimana perhitungan biaya persediaan bahan selama ini dalam perusahaan
mengelola menggunakan metode tradisional, perusahaan mengalami kendala dalam
pelaksanaannya. Adapun kendala yang dihadapi perusahaan selama menggunakan metode
tradisional ini adalah mengalami pemborosan dalam persediaannya bahan bakunya, hal ini
disebabkan karena tidak adanya kebijakan yang tepat untuk mengendalikan persediaan bahan
baku tersebut. Selain itu didalam gudang juga terdapat banyak persediaan bahan baku yang
siap digunakan. Hal ini terjadi karena kuantitas pemesanan bahan baku yang lebih besar dari
bahan baku yang dibutuhkan. Dengan banyaknya persediaan bahan baku digudang maka akan
terjadi penambahan biaya penyimpanan, sehingga akibatnya perusahaan akan menanggung
biaya persediaan bahan baku yang cukup tinggi dan tidak terdapat efisiensi biaya persediaan
bahan baku.
Pembahasan
Dalam pembahasan penilitian ini, penulis menggunakan perusahaan metode just in time
untuk meningkatkan efisiensi biaya persediaan bahan baku. Disamping itu, pelaksanaan
metode just in time persediaan bahan baku harus selalu ada jika suatu saat dibutuhkan dalam
14
pelaksanaan produksinya. Oleh karena itu perusahaan diharapkan dapat mengadakan kontrak
jangka panjang maupun jangka pendek kepada pemasok. Untuk memperjelas penelitian ini
maka penulis akan menguraikan dan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan biaya
bahan baku yang berkaitan dengan sistem pembelian just in time.
Biaya penyimpanan
15
Dalam hubungannya dengan biaya penyimpanan, pada penerapan sistem just in time
perusahaan menginginkan keuntungan yang maksimal yaitu dengan jalan efisiensi persediaan
dengan cara bahwa perusahaan tidak menyimpan persediaan bahan baku digudang. Sehingga
perusahaan tidak mengeluarkan biaya untuk penyimpanan, maka biaya penyimpanan nol
rupiah.
Berkaitan dengan biaya penyimpanan perusahaan memberikan prosentase biaya
penyimpanan untuk bahan baku plat hitam, kawat las, baut dan cat besi sebesar 8% dari nilai
rata-rata persediaan. Sedangkan nilai rata-rata persediaan bahan berasal dari kebutuhan bahan
baku stiap satu bulan dikali dengan harga bahan baku dibagi dua.Berdasarkan penjelasan
diatas, maka dapat disajikan dalam tabel yang berkaitan dengan biaya tradisional dan sistem
biaya just in time seperti tabel dibawah ini:
Tabel 7
Biaya Penyimpanan Tradisional Dengan Sistem Just In
Time
Tahun 2012
Bahan baku Frekuensi pemesanan
Tradisional Just in time
(Rp) (Rp)
Plat hitam 19.348.572 9.674.294
Kawat las 6.668.250 3.334.128
Baut 15.750 7.875
Cat besi 108.622 54.319
Total 26.141.195 13.070.617
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri
Biaya Pemesanan
Dalam sistem just in time menyadari akan masalah yang terjadi dalam perusahaan dan
perusahaan dapat mengatasinya dengan jalan antara lain dengan permintaan yang sesuai
dengan pesanan produksi, mengadakan perjanjian kerja sama dengan pemasok dengan jangka
panjang maupun jangka pendek, dan perbaikan informasi. Permintaan yang sesuai dengan
pesanan akan membuat kebutuhan pembelian dapat diduga sehingga tidak perlu diadakan
pemesanan kembali. Kontrak jangka panjang memberikan jaminan keamanan bagi pemasok
bahwa mereka tidak akan dijatuhkan pada persediaan yang tidak diingijnkan.
Tabel 8
Biaya Pemesanan Tradisional Dengan Sistem Just In Time
Tahun 2012
Bahan baku Frekuensi pemesanan
Tradisional Just in time
16
(Rp) (Rp)
Tabel 9
Biaya Kekurangan Persediaam Tradisional Dengan Sistem Just In Time
Tahun 2012
Bahan baku Frekuensi pemesanan
Tradisional Just in time
(Rp) (Rp)
Plat hitam 0 14.860.800
Kawat las 0 1.196.640
Baut 0 4.104
Cat besi 0 5.265
Total 0 16.066.809
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri
Tabel 10
Perbandingan Pembelian Tradisional Dengan Sistem Just In Time Bahan Baku Plat
Hitam Tahun 2012
2. Kawat Las
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dapat diibuatkan tabel perbandingan biaya
persediaan bahan baku kawat las antara kebijakan pembelian tradisional dengan sistem just in
time seperti yang tersaji berikut ini:
Tabel 11
Perbandingan Pembelian Tradisional Dengan Sistem Just In Time Bahan Baku Kawat Las
Tahun 2012
Uraian Tradisional Just In Time
(Rp) (Rp)
Biaya Pembelian
1. Rp 12.000/kg per tahun x 295.143 kg/th 3.577.760.000
2. Rp 12.120/kg per tahun x 266.730 kg/th 3.200.760.000
Biaya penyimpanan
1. Rp 960/kg per tahun x 11.113,75 kg/th 10.669.200
2. Rp 960/kg per tahun x 5.556,88 kg/th 5.334.605
Biaya pemesanan
1. Rp 23,62/kg/tahun x 295.143kg/tahun 6.971.278
2. Rp 27,78/kg/tahun x 266.730 kg/tahun 7.409.759
18
Biaya kekurangan persediaan
1. Tidak terjadi kekurangan persediaan
2. Rp 1.454kg x 69 kg/bulan x 12 bulan 1.203.912
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri
3. Baut
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dapat diibuatkan tabel perbandingan biaya
persediaan bahan baku baut antara kebijakan pembelian tradisional dengan sistem just in time
seperti yang tersaji berikut ini:
Tabel 12
Perbandingan Pembelian Tradisional Dengan Sistem Just In Time Bahan Baku
Baut Tahun 2012
Uraian Tradisional Just In Time
(Rp) (Rp)
Biaya Pembelian
1. Rp 2.850/kg/tahun x 2.053 kg/tahun 5.851.050
2. Rp 2.879/kg/tahun x 1.658 kg/tahun 4.773.382
Biaya penyimpanan
1. Rp 228/kg per tahun x 69,08 kg/th 15.750
2. Rp 228/kg per tahun x 34,54 kg/th 7.875
Biaya pemesanan
1. Rp 23,62/kg/tahun x 2.053 kg/tahun 48.492
2. Rp 27,78/kg/tahun x 1.658 kg/tahun 46.059
Biaya kekurangan persediaan
1. Tidak terjadi kekurangan persediaan
2. Rp 345 /kg x 1 kg/bulan x 12 bulan 4.140
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri
4. Cat Besi
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dapat diibuatkan tabel perbandingan biaya
persediaan bahan baku plat hitam antara kebijakan pembelian tradisional dengan system just in
time seperti yang tersaji berikut ini:
Tabel 13
Perbandingan Efisiensi Biaya Kebijakan Pembelian Tradisional Dengan Sistem Just
In Time Bahan Baku Cat Besi
Uraian Tradisional Just In Time
(Rp) (Rp)
Biaya Pembelian
1. Rp 19.500/kg/tahun x 1.886 kg/tahun 36.777.000
2. Rp 19.695/kg/tahun x 1.671 kg/tahun 32.900.319
Biaya penyimpanan
1. Rp 1.560/kg per tahun x 69,63 kg/th 108.623
2. Rp 1.560/kg per tahun x 34,82 kg/th 54.319
Biaya pemesanan
19
1. Rp 23,62/kg/tahun x 1.886 kg/tahun 44.547
2. Rp 27,78/kg/tahun x 1.671 kg/tahun 46.420
Biaya kekurangan persediaan
1. Tidak terjadi kekurangan persediaan
2. Rp 2.362/kg x 0,45 kg/bulan x 12 bulan 12.755
Dari hasil perhitungan mengenai biaya persediaan bahan baku yang selama ini perusahaan
menggunakan metode tradisional dengan kebijakan biaya persediaan bahan baku dengan
menggunakan sistem just in time selama tahun 2012 terjadi perbedaan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 14
Perbandingan Total Biaya Persediaan Bahan Baku Antara Metode Tradisional
Dengan Sistem Just In Time
Tahun 2012
Bahan Baku Tradisional Just In time Efisiensi
(Rp) (Rp) (Rp)
Plat Hitam 7.254.082.963 6.417.211.855 836.871.108
Kawat Las 3.595.400.478 3.214.708.276 380.692.202
Baut 5.915.292 4.831.456 1.083.836
Cat Besi 36.930.170 33.013.813 3.916.357
Total 10.892.328.903 9.669.765.400 1.222.563.503
Sumber: CV. Megah jaya Karoseri
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui nilai persediaan bahan baku yang ada pada CV.
Megah Jaya karoseri pada tahun 2012 sesuai dengan hasil perhitungan secara tradisional
sebesar Rp. 10.892.328.903 sedangkan hasil dari just in time sebesar Rp. 9.669.765.400,-
sehingga ada efisiensi nilai biaya bahan baku dari kebijakan just in time sebesar Rp.
1.222.563.503,-
Kesimpulan
Dari data – data yang diperoleh penulis selama melakukan penelitian pada CV. Megah
Jaya Karoseri maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1). Dalam melaksanakan
kegiatan pembelian penentuan biaya persedian bahan baku CV. Megah Jaya Karoseri
menggunakan metode tradisional, sehingga mengalami pemborosan seperti didalam gudang
terdapat banyak persediaan bahan baku. Maka akan terjadi penambahan biaya penyimpanan,
sehingga akibatnya perusahaan akan menanggung biaya persediaan bahan baku yang cukup
tinggi dan tidak terdapat efisiensi biaya persediaan. (2). Dalam usaha meningkatkan efisiensi
biaya persediaan bahan baku perusahaan dapat menggunakan
metode Just In Time, pembelian dilakukan dengan jumlah yang kecil dan pengiriman secara
berkala, sehingga dapat menekan terjadinya biaya penyimpanan. Metode Just In Time tidak
akan dilakukan tanpa ada komitmen pada pengendalian mutu secara total, dimana pada
dasarnya adalah berusaha untuk menyempurnakan mutu agar proses produksi bebas dari
kerusakan. Oleh karena itu, perusahaan harus membuat kontrak jangka panjang yang bersifat
saling menguntungkan antar supplier dan perusahaan. Dengan fleksibilitas pengiriman dan
kuantitas bahan yang tinggi sehingga biaya inspeksi, pemesanan dan penyimpanan dapat
diminimalkan. Keuntungan bagi supplier adalah jaminan keamanan pembelian dalam jangka
20
panjang. (3). Dari penerapan Just In Time diatas, maka dapat dapat diketahui nilai persediaan
bahan baku CV. Megah Jaya Karoseri pada tahun 2012 sesuai dengan hasil perhitungan secara
tradisional sebesar Rp 10.892.328.903,- sedangkan dari hasil perhitungan Just In Time nilai
persediaan bahan baku pada tahun 2012 sebesar Rp 9.669.765.400,- sehingga ada efisiensi
nilai persediaan bahan baku dari kebijakan Just In Time sebesar Rp 1.222.563.503,-
Saran
(1). Perusahaan dapat melakukan cost reduction (penurunan biaya) untuk mengefisiensikan
persediaan bahan baku dengan jalan menerapkan kebijaksanaan pembelian Just In Time.
Dengan menerapkan sistem pembeliaan Just In Time perusahaan dapat memperoleh informasi
yang relevan mengenai efisiensi biaya bahan baku, karena bahan baku merupakan pokok
biaya dan merupakan masalah penting dalam perusahaan manufaktur terutama bagi CV.
Megah Jaya Karoseri. Just In Time diharapkan dapat mengurangi biaya yang tidak bernilai
tambah akibat kelebihan biaya bahan baku, dan dapat membeli bahan baku dalam jumlah,
mutu, dan waktu yang tepat. (2). Agar sistem Just In Time dapat diterapkan dengan baik,
maka perusahaan perlu menjalin kerja sama yang erat dengan supplier dengan cara
mengadakan kontrak jangka panjang sehingga akan memperlancar jalannya perusahaan serta
lebih mengutamakan supplier yang lokasi terdekat dan mengurangi supplier yang lokasinya
jauh karena adanya permintaan yang berfluktuasi dapat mempengaruhi jalannya proses
produksi. (3). Perusahaan diharapkan dapat menghilangkan segala aktivitas yang tidak bernilai
tambah dengan jalan tidak menyimpan persediaan di gudang. Melakukan pembeliaan dalam
jumlah yang kecil dan pengiriman secara berkala sehingga terjadi efisiensi biaya persediaan.
Keterbatasan Penelitian:
(1). Dengan menggunakan metode just in time perusahaan dapat melakukan pembelian dengan
jumlah yang kecil sehingga perusahaan dapat menekan biaya penyimpanan bahan baku yang
akan digunakan oleh perusahaan. (2). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya
persediaan bahan baku yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2012 dengan
menggunakan metode tradisional dan metode just in time. (3). Faktor lingkungan JIT
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi biaya produksi pada
CV. Megah Jaya Karoseri. Oleh karena itu,sebaiknya pihak perusahaan melakukan
pengawasan yang lebih ketat dalam memantau aplikasi pelaksanaan sistem JIT sehingga tetap
terbina hubungan baik dengan pihak eksternal (supplier maupun buyer) sehingga proses
aktivitas perusahaan dapat berjalan lancar.
21
22
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
Lou, Yung. Hwei Cheng Wang. Jui-Chih Chen. Ladda Vatjanasaregagul. dan Ernest P.
Boger. 2015. Merging Just-in-Time (JIT) Inventory Management with Electronic
Data Interchange (EDI) Impacts on the Taiwan Electronic Industry. Open Journal of
Accounting, 2015, 4, 23-27.
Panchal, Vikas. Amit Gupta. Dr.P.C.Tiwari. dan Naveen Rathi. 2013. Evaluation Of
Just In Time (Jit) Elements In Banking Sector Using Anova Technique. Vol. 2,
Issue 2.
Bon, Abdul T. dan Anny Garai. Just In Time Approach In Inventory Managemen.
Sari, Heny P. Moch. Dzulkirom AR. dan Muhammad Saifi. 2014. Analisis Just In Time
System Dalam Upaya Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi Kasus
Pada Pt. Malang Indah Genteng Rajawali Malang). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB)|Vol. 13 No. 1.
Sukendar, Heri. 2011. Penerapan Just In Time Dalam Sistem Pembelian Dan Sistem
Produksi. Binus Business Review Vol. 2 No. 1.
Putra, Christyandhika. dan Farida Idayati. 2014. Penerapan Metode Just In Time Untuk
Meningkatkan Efisiensi Biaya Persedian Bahan Baku. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi Vol. 3 No. 1.
Efrianti, Desi. 2014. Pengaruh Pengendalian Persediaan Just In Time Terhadap Efisiensi
Pengadaan Persediaan Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan Vol. 2 No. 1.
24
Istiqomah, Bella S. dan Iveline Anne Marie. 2015. Perbaikan Kebijakan Pengendalian
Persediaan Just In Time Komponen Produk Main Floor Side Lh Pada Pt Gaya
Motor. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 14, No. 1.
25