Just in Time

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 28

MAKALAH

SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN


“JUST IN TIME”

O L E H:

KELOMPOK 3

Rani Kurnia (A1C 015 108)


Tari Ayu Glaucha (A1C 015 133)
Yunita Sriningsih (A1C 015 145)

KELAS C
S1 AKUNTANSI REGULER PAGI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2018

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 2

A. Just In Time ...................................................................................................................... 2


B. Konsep Just In Time ......................................................................................................... 3
C. Perananan Just In Time .................................................................................................... 4
D. Tujuan Penerapan Just In Time ........................................................................................ 4
E. Impelementasi Just In Time ............................................................................................. 5
F. Manfaat Just In Time........................................................................................................ 5
G. Perbedaan Pendekatan Just In Time ................................................................................. 6
H. Faktor Kunci Sukses dalam Just In Time ......................................................................... 8
I. Kekurangan Just In Time ................................................................................................. 9
J. Kelebihan Just In Time .................................................................................................... 10

CONTOH KASUS ....................................................................................................................... 11

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 23

Kesimpulan ........................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 24

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas waktu dan kesempatan
yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa kami
sampaikan terima kasih untuk sebesar-besarnya kepada yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan makalah ini yang berjudul “JUST IN TIME”. Kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini bisa dikatakan masih jauh dari kata sempurna,untuk itu kami menuggu
kritik dan saran yang membangun agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi.

Mataram, 28 Maret 2018

Kelompok 3

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Persediaan merupakan suatu aktviva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan
maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang
masih dalam proses ataupun persediaan bahan baku. Persediaan merupakan salah satu aset paling
mahal (40% dari total investasi). Harus ada keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat
pelayanan konsumen.

Maka dari itulah timbul yang namanya Konsep Just In Time adalah suatu konsep dimana
bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat
pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan
meniadakan biaya persediaan barang/penyimpanan barang/stocking cost. Tujuan utama Just In
Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui
usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.

Perhitungan serta kerja sama yang baik antara penyalur, pemasok dan bagian produksi
haruslah baik. Keterlambatan akibat salah perhitungan atau kejadian lainnya dapat menghambat
proses produksi sehingga dapat menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan.

Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yng memiliki implikasi penting dalam
manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada
permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada
saat diminta, dan hanya besar kuantitas yang diminta. Tujuannya adalah untuk mengangkat
produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi
yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan
komponen-komponen yang lainnya.

Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan
tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan
waktu produksi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Just In Time
Just In Time pertama kali dikembangkan di negara Jepang oleh perusahaan Toyota
pada dekade yang lalu, dan kemudian diadopsi oleh banyak Perusahaan Manufaktur di
Jepang dan Amerika Serikat seperti: Hewlet Packard, IBM, dan Harley Davidson. Salah
satu pendekatan untuk mengeliminasi pemborosan dalam perusahaan manufaktur telah
muncul yaitu suatu filosofi operasi yang disebut Just In Time. Just In Time merupakan
suatu filosofi operasi manajemen, yaitu sumber daya, termasuk material personel, dan
fasilitas yang digunakan dalam keadaan tepat waktu. Just in Time adalah sebuah filosofi
pemecahan masalah secara berkelanjutan dan memaksa yang mendukung produksi yang
ramping (lean).
Produksi yang ramping (lean Production) memasok pelanggan persis sesuai dengan
keinginan pelanggan ketika pelanggan menginginkannya, tanpa pemborosan, melalui
perbaikan berkelanjutan (Heizer and Render, 2004,258). Sasaran utama just in time adalah
meningkatkan produktivitas system produksi atau operasi dengan cara menghilangkan
semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu produk.
Sasaran just in time menitikberatkan pada continuos improvement untuk mencapai biaya
produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, kualitas dan realibitas
produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produk akhir dan memperbaiki
hubungan kerja antara pelanggan dengan pemasok (Ariani, 2003).
Definisi Just In Time didefinisikan sebagai sistem manajemen pabrikasi dan
persediaan komprehensif di mana bahan baku dan berbagai suku cadang dibeli dan
diproduksi pada saat diproduksi dan pada saat (just in time) akan digunakan dalam setiap
tahap proses produksi/pabrikasi. (Simamora, 2002:105).
Menurut Krismiaji (2011:8), ide-ide yang mendukung Just In Time adalah sebagai
berikut:
1. Sederhana adalah lebih baik.
2. Penekanan pada kualitas dan perbaikan yang berkesinambungan.
3. Mempertahankan persediaan yang menjadi sumber pemborosan dan pekerjaan jelek
yang tersembunyi.
4. Setiap aktivitas atau fungsi yang tidak menambah nilai harus dihilangkan.
5. Barang diproduksi apabila dibutuhkan.
2
6. Pekerja harus berketrampilan banyak dan berpartisipasi dalam memperbaiki
efisiensi dan kualitas produk.
Sasaran utama just in time adalah meningkatkan produktivitas system produksi atau
operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai
(pemborosan) bagi suatu produk. Sasaran just in time menitikberatkan pada continuos
improvement untuk mencapai biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih
tinggi, kualitas dan realibitas produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan
produk akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan dengan pemasok Tjahjadi
(2001:227) mendefinisikan JIT sebagai “the successful completion of a product or service
at each stage of production activity from vendor to customer just in time for its use and at
minimum cost. JIT can also be generally defined as a strategy or guiding philosophy whose
goal it is to seek manufacturing excellence.
Selanjutnya Tjahjadi (2001:227) menyatakan bahwa JIT memiliki 8 prinsip dasar,
yaitu:
1. Seek a produce-to order production schedule.
2. Seek unitary production.
3. Seek eliminate waste.
4. Seek continous product flow improvement.
5. Seek product quality perfection.
6. Respect people.
7. Seek to eliminate contingencies.
8. Maintain long term emphasis.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat diketahui bahwa eliminasi
pemborosan merupakan jantung dari JIT. Dengan mengeliminasi pemborosan, maka
perusahaan akan menghasilkan produk yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah.
Berdasarkan uraian diatas maka indikator JIT yang dimunculkan adalah biaya produksi
yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, hubungan antara pelanggan dengan
pemasok.

B. Konsep Just In Time


Dalam konsep Just In Time, Simamora, (2002:107) menyatakan terdapat empat
aspek fundamental dalam konsep Just In Time, yaitu:
1. Menghilangkan segala aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi seluruh
produk atau jasa. Dalam hal ini mencakup seluruh aktifitas atau sumber daya yang
menjadi sasaran untuk pengurangan atau penghilangan.
2. Komitmen tinggi terhadap mutu melakukan secara benar segala sesuatunya dari
awal adalah esensial manakala tidak ada waktu untuk mengerjakan ulang.
3
Perusahaan perlu memiliki komitmen untuk mencapai dan mempertahankan tingkat
mutu yang tinggi dalam semua aspek aktivitas-aktivitas perusahaan.
3. Upaya perbaikan yang berkelanjutan dalam efisiensi aktivitas perusahaan.
Perusahaan perlu mencanangkan komitmen terhadap perbaikan berkesinambungan
(continuous improvement) pada semua aktivitas perusahaan dan kegunaan data
yang dihasilkan bagi manajemennya. Perbaikan yang berkesinambungan adalah
pengupayaan terus- menerus nilai yang kian besar yang diberikan kepada
pelanggan.
4. Penekanan pada penyederhanaan dan peningkatan visibilitas aktivitas nilai tambah,
hal ini membantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai.

C. Peranan Just In Time


Dalam sistem Just In Time ada beberapa peranan penting yaitu menghasilkan
sebuah produk hanya ketika dibutuhkan dan hanya dalam kuantitas yang diminta oleh
pelanggan. Menurut Kuncoro (2005:293) berpendapat bahwa Just In Time memiliki
beberapa peranan penting diantaranya:
1. Meningkatkan laba.
2. Meningkatkan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui:
a. Pengendalian biaya.
b. Peningkatan kualitas.
c. Perbaikan kinerja kualitas.

D. Tujuan Penerapan Just-In-Time


Menurut Modarress dan Ansari (1990), tujuan dari penerapan Just-In-time adalah
untuk meningkatkan kualitas produk dan produktivitas dengan mengeliminasi pemborosan.
Pemborosan ini dapat diartikan sebagai peralatan, bahan baku, dan pekerja. Arnaldo
Hernandez (1993), menambahkan bahwa: Reducing inventories, however, is not the
primary goal of Just-In-time. The primary goal is to increase the productivity of a
manufacturing system by eliminating all kinds of activity that add no value to a product.
Menurut Blocher, Chen & Lin (2002), tujuan dari penerapan Just-In-Time adalah
untuk membeli bahan baku tepat waktu untuk digunakan dalam proses produksi, dan untuk
memproduksi dan mengantarkan barang tepat waktu untuk dijual. Ini dapat dicapai dengan
mengurangi pemborosan, mengurangi persediaan, membangun hubungan yang baik dengan
pemasok, meningkatkan keikutsertaan pekerja, dan membuat program yang berfokus pada
konsumen.
Mengenai hubungan dengan pemasok, Heizer & Render (2001), menambahkan
bahwa perlu adanya Just-In-Time partnership antara perusahaan dengan pemasok. Tujuan
4
dari Just-In-Time partnership ini adalah untuk mengeliminasi aktivitas yang tidak perlu,
mengeliminasi persediaan dalam pabrik, mengeliminasi persediaan dalam perjalanan, dan
mengeliminasi pemasok yang tidak berkualitas.
Menurut Hansen & Mowen (2003), tujuan penerapan Just-In-Time ada dua, yaitu:
untuk meningkatkan keuntungan perusahaan dan memperbaiki posisi perusahaan.
Keduanya dapat dicapai dengan mengontrol biaya, memperbaiki kegiatan pengantaran
barang, dan meningkatkan kualitas.

E. Implementasi Just-In-Time
Mengimplementasi Just-In-Time bukan merupakan pekerjaan yang mudah, sebagai
contoh, Toyota membutuhkan waktu dua puluh tahun untuk mengimplemetasi Just-In-time.
Petroff (1993) mengatakan hal-hal yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan Just-
In-time adalah: mengedukasi dan melatih manajer dan eksekutif; menjadikan kualitas
sebagai prioritas; memperbolehkan pekerja dan mesin tidak bekerja saat tidak ada
pekerjaan; menjadikan pekerja menjadi pekerja yang handal; mengadopsi pengukuran
kinerja Just-In-time; mengatur persediaan dan safety stock dengan Just-In-Time. Selain itu,
dalam buku tersebut juga disebutkan bahwa pemasok dan pekerja harus diperlukan sebagai
bagian dari perusahaan yang penting, bukan sebagai musuh.

F. Manfaat Just In Time


Manfaat utama sistem Just In Time adalah akan mengubah daya telusur biaya,
meningkatkan akurasi penentuan kos produk, menurunkan kebutuhan alokasi biaya tak
langsung, mengubah perilaku dan kepentingan relatif biaya tenaga kerja langsung, dan
mempengaruhi sistem penentuan kos pesanan dan kos proses.
Tunggal (1998:71) terdapat 2 manfaat yang dapat ditemukan dari Just In Time
antara lain:
1. Manfaat tangibles, yaitu:
a. Turn over pembelian bahan baku/suku cadang bertambah.
b. Ketepatan pengiriman meningkat.
c. Lead time pengiriman berkurang.
d. Pekerjaan ekspedisi berkurang.
e. Waktu implementasi perubahan-perubahan oleh pemasok berkurang.
2. Manfaat intangibles, yaitu:
a. Memperbaiki kualitas produk.
b. Berhasil mendorong pemasok memenuhi kualitas yang diperlukan.
c. Memperbaiki produktivitas.
d. Jadwal produksi yang lebih baik.
5
e. Mengurangi keperluan untuk menginspeksi barang-barang yang masuk.
f. Meningkatkan efisiensi.
g. Memperbaiki posisi kompetitif.
h. Memperbaiki desain produk.
i. Memperbaiki moralitas dalam produksi.
j. Lebih banyak kontak personal dengan pemasok.
k. Mengurangi pekerjaan klerikal.

G. Perbedaan Pendekatan Just In Time


Perbandingan antara pemanufakturan Just In Time dengan pemanufakturan
Tradisional menurut Supriyono (2002:68) adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik merupakan sistem tradisional melakukan aktivitas pembuatan
produk berdasarkan ramalan penjualan (sales forecasting) yang diperkirakan akan
terjadi pada periode mendatang. Dengan dasar ini, maka bagian produksi akan
memiliki jadwal produksi yang sudah pasti. Jika barang yang diproduksi belum
dapat didistribusikan ke pasar, maka barang tersebut akan disimpan di gudang.
Dalam hal ini bagian pemasaran bertanggung jawab untuk segera memasarkan
produk yang telah menumpuk di gudang jumlah banyak. Dengan demikian, sistem
tradisional ini mendorong (push) aktivitas penjualan dan pemasaran. Sistem Just In
Time memiliki karakteristik yang berkebalikan. Dalam sistem ini, perusahaan baru
akan melakukan aktivitas produksi hanya jika ada permintaan pasar/pelanggan yang
sudah pasti. Jadi aktivitas produksi dalam sistem ini ditarik (pull) oleh permintaan
pasar.
2. Kuantitas Persediaan merupakan salah satu pengaruh sistem Just In Time bagi
perusahaan adalah mengurangi kuantitas persediaan secara signifikan. Dalam
jumlah yangminimal, persediaan tetap dimiliki oleh perusahaan, terutama
persediaan produk jadi yang menunggu proses pengiriman kepada pelanggan atau
ke distributor. Jadi kuantitas persediaan dalam sistem Just In Time tetap ada namun
jumlahnya sangat sedikit (insignificant). Sistem manufaktur tradisional disebut juga
push-throught system. Dalam sistem ini, perusahaan melakukan proses produksi
tanpa memperhatikan struktur dan kondisi permintaan pada saat itu. Oleh karena
itu, sistem ini sangat mungkin menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih besar
dibandingkan dengan permintaannya, sehingga menciptakan persediaan dalam
jumlah yang banyak (significant).
3. Struktur Manufaktur, dalam sistem ini manufaktur tradisional, mesin-mesin
produksi yang sejenis disatukan dalam sebuah departemen. Dengan demikian, jika
perusahaan membuat 2 jenis (produk A dan produk B) produk melalui 3 jenis mesin
6
(mesin 1, mesin 2, dan mesin 3), maka tahap pertama kedua produk tersebut akan
masuk proses di proses departemen 1, tahap kedua sama-sama masuk proses di
departemen 2, tahap ketiga sama- sama masuk di departemen 3. Dalam hal ini,
kedua produk menggunakan seluruh fasilitas di departemen produksi 1 sampai 3
secara bersama-sama. Implikasinya adalah, pada akhirnya proses perusahaan harus
mengalokasikan biaya tidak langsung atau biaya pemakaian fasilitas bersama
tersebut (penggunaan mesin A, mesin B, mesin C). Just In Time menggunakan
struktur sel manufaktur (manufacturing cell). Dengan struktur ini mesin yang
diperlukan untuk membuat sebuah produk, dikelompokkan ke dalam sebuah sel
manufaktur. Jika perusahaan menghasilkan 2 jenis produk, maka perusahaan
tersebut akan menghasilkan 2 sel, sel A khusus untuk membuat produk A, dan sel B
khusus untuk membuat produk B. Dengan menggunakan contoh di atas, maka pada
sel A akan terdapat 3 buah mesin, yaitu mesin nomor 1, mesin nomor 2, mesin
nomor 3. Sedangkan sel B juga akan berisi 3 buah mesin yang khusus digunakan
untuk membuat produk B. Sel-sel ini pada dasarnya merupakan pabrik mini, oleh
karena itu dengan menggunakan konsep sel seolah-olah ada pabrik dalam pabrik.
4. Kualifikasi Tenaga Kerja, dalam sistem konvensional, tenaga kerja biasanya
berspesialisasi dalam satu bidang keahlian tertentu. Para karyawan dilatih untuk
melaksanakan sebuah pekerjaan khusus, misalnya mengoperasikan sebuah mesin.
Dari waktu ke waktu tugas yang dibebankan kepada mereka relatif tidak berubah.
Dengan demikian, mereka menjadi tenaga kerja spesialis. Dalam sistem Just In
Time, yang menggunakan struktur manufaktur sel, karyawan produksi dituntut
untuk mampu mengoperasikan seluruh mesin yang ada dalam sebuah sel. Hal ini
dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan menekan biaya. Dengan
demikian karyawan tersebut tidak lagi menjadi spesialisasi mesin tertentu, namun
menjadi seorang yang memiliki kualifikasi multidiciplinary.
5. Kebijakan Kualitas, dalam sistem Just In Time, perusahaan memproduksi barang
dalam jumlah terbatas, yaitu sebanyak yang diminta oleh pasar/pelanggan dan tidak
memiliki kelebihan produksi sama sekali. Oleh karena itu, dalam sistem ini
persoalan kualitas merupakan hal yang sangat penting. Kualitas barang yang
dihasilkan harus sempurna, dan tidak ada toleransi sama sekali terhadap produk
cacat. Kalau sampai ada produk cacat dan sampai ke tangan konsumen, maka hal ini
akan merusak reputasi perusahaan, apalagi jika perusahaan tersebut berada dalam
industri yang bersaing ketat. Untuk mewujudkan hal ini, perusahaan harus
memiliki komitmen tinggi terhadap kualitas dan menerapkan konsep pengendalian
mutu terpadu (total quality control). Tanpa TQC sistem Just In Time tidak akan
berjalan dengan baik. Kondisi tersebut tentunya sangat berbeda dengan kondisi
7
yang ada pada sistem tradisional. Dalam sistem tradisional ada sebuah doktrin yang
disebut acceptable quality level (AQL). Doktrin tersebut memperbolehkan adanya
produk cacat dalam sebuah proses produksi, asalkan jumlahnya tidak melebihi
angka persentase yang telah diterapkan sebelumnya. Hal tersebut dimungkinkan
karena dalam sistem tradisional jumlah produkyang dihasilkan banyak, sehingga
jika ada produk cacat, perusahaan masih memiliki kesempatan untuk menyortirnya
agar tidak ikut terbawa sampai ke tangan konsumen.
6. Fasilitas Jasa merupakan sebagai implikasi dari digunakannya struktur manufaktur
sel, maka sebagian besar aktivitas untuk membuat produk tertentu tidak lagi
menggunakan fasilitas bersama. Dengan demikian, departemen jasa yang semula
dipusatkan dan melayani kebutuhan dalam rangka menghasilkan berbagai jenis
produk, sekarang mengalami perubahan yaitu tersebar di berbagai sel manufaktur.
Hal ini harus dilakukan, karena sistem Just In Time menghendaki akses ke fasilitas
jasa secara mudah dan cepat. Sebagai contoh, Just In Time menghendaki bahwa
pasokan bahan baku dilakukan secara tepat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
jelas penanganan bahan baku tidak dapat lagi dipusatkan, namun disebar di
beberapa titik pelayanan yang dekat dengan setiap sel manufaktur.

H. Faktor Kunci Sukses dalam Just In Time


Ada tujuh faktor kesuksesan Just In Time yaitu:
1. Suppliers, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Kedatangan material dan produk akhir termasuk kesia-siaan.
b. Pembeli dan pemasok membentuk kemitraan.
c. Kemitraan Just In Time.
2. Layout, merupakan tata letak yang memungkiknkan pengurangan kesia-siaan yang
lain, yaitu pergerakan. Misalnya pergerakan bahan baku manusia menjadi fleksibel,
JIT mensyaratkan:
a. Sel kerja untuk produk keluarga.
b. Pergerakan atau perubahan mesin.
c. Jarak yang pendek.
d. Tempat yang kecil untuk persediaan.
e. Pengiriman langsung ke area kerja.
3. Inventory, persediaan dalam sistem produksi dan distribusi sering diadakan untuk
berjaga- jaga. Teknik persediaan yang efektif memerlukan Just In Time bukan Just
In Case. Persediaan Just In Time merupakan persediaan minimal yang diperlukan
untuk mempertahankan operasi sistem yang sempurna yaitu jumlah yang tepat, tiba
pada saat yang diperlukan bukan sebelum atau sesudah.
8
4. Schedulling, jadwal yang efektif dikomunikasikan di dalam organisasi dan kepada
pemasok, maka akan sangat mendukung penerapan Just In Time. Penjadwalan yang
lebih baik juga meningkatkan kemampuan untuk memenuhi pesanan konsumen,
menurunkan persediaan dan mengurangi barang dalam proses, Just In Time
mensyaratkan:
a. Mengkomunikasikan penjadwalan kepada supplier.
b. Jadwal bertingkat.
c. enekan bagian dari skedul paling dekat dengan jatuh tempo.
d. Lot kecil.
e. Teknik kanban.
5. Preventive Maintenance, pemeliharaan dilakukan dalam rangka untuk menjaga
hal-hal yang tidak diinginkan supaya tidak terjadi atau merupakan suatu tindakan
pencegahan. Misalnya dengan cara pemeliharaan rutin pada fasilitas yang
digunakan maupun pelatihan karyawan secara terus menerus agar dapat beradaptasi
dengan perubahan yang terjadi.
6. Kualitas, hubungan Just In Time dan mutu kuat sekali, karena berhubungan dengan
tiga hal yaitu:
a. Just In Time mengurangi biaya perolehan mutu yang baik karena biaya
produk sisa, pengerjaan ulang, investasi persediaan menurun.
b. Just In Time meningkatkan mutu dengan mengurangi antrian dan waktu
antara Just In Time juga membatasi jumlah sumber kesalahan potensial.
c. Mutu yang baik berarti lebih sedikit cadangan sehingga Just In Time lebih
mudah diterapkan.
7. Employee Empowerment, karyawan yang diberdayakan dapat ikut terlibat dalam
isu-isu operasi harian yang merupakan falsafah Just In Time. Pemberdayaan
karyawan mengikuti nasehat manajemen bahwa tidak ada orang yang lebih tahu
mengenai suatu pekerjaan selain karyawan pelaksana pekerja itu sendiri.

I. Kekurangan Just-In-Time
Berikut ini adalah kekurangan-kekurangan Just-In-time menurut Hansen & Mowen
(2003):
1. dibutuhkan waktu yang lama agar dapat mengimplementasikan Just-In-Time
dengan baik;
2. penerapan Just-In-Time dapat berpengaruh buruk terhadap pekerja karena adanya
perubahan alur kerja yang drastis dengan tidak adanya persediaan;
3. munculnya resiko kekurangan barang dan kehilangan penjualan karena tidak ada
persediaan yang banyak.
9
Silver, Pyke & Peterson (1998), juga menambahkan kekurangan-kekurangan Just-
In-Time yaitu Just-In-time sangat rapuh terhadap tutupnya pabrik, lonjakan permintaan,
dan kejadian tidak menentu lainnya.

J. Kelebihan Just-in-Time
1. karena produksi sangat berjalan dengan sangat singkat, jadi lebih mudah untuk
menghentikan produksi satu jenis produk tertentu dan beralih ke produk lain
yang berbeda untuk memenuhi perubahan permintaan pelanggan.
2. Tingkat persediaan sangat rendah, hal ini berarti bahwa biaya persediaan seperti
biaya ruang gudang dapat di minimalkan
3. Ruang yang sebelumnya digunakan untuk menyimpan persediaan dapat
digunakan untuk keperluan lainnya yang lebih produktif.
4. Perusahaan menginvestasikan uang yang jauh lebih sedikit karena persediaan
kurang diperlukan.
5. Kesalahan produksi dapat lebih cepat dilihat dan diperbaiki, sehingga akan
menghasilkan produk cacat yang auh lebih sedikit dan memicu kepuasan
pelanggan yang lebih besar.

10
CONTOH KASUS JUST IN TIME

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian

Selama proses produksi, bahan baku sangat dibutuhkan. Diperlukan juga adanya bahan
pembantu sebagai pelengkap bahan baku. Bahan baku dan bahan pembantu untuk proses
produksi ada beberapa macam, antara lain: (a). Plat hitam. (b). Kawat las. (c). Baut. (d). Cat
besi. Dan kebutuhan rata-rata bahan baku setiap bulan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1
Rata-rat Kebutuhan Bahan Baku Setiap Bulan
Bahan Baku Jumlah
(Kg)
Plat Hitam 22.498
Kawat las 22.227
Baut 138,17
Cat Besi 139,25
Sumber: CV. Megah Jaya Karoseri

Dalam melakukan pesanan bahan baku dan untuk mengetahui harga bahan baku dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2
Harga Bahan
Baku
(Dalam Rp)
Bahan Baku Harga per
Kg
Plat Hitam 21.500
Kawat Las 12.000
Baut 2.850
Cat Besi 19.500
Sumber: CV. Megah Jaya Karoseri

Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku


Secara umum biaya persediaan bahan baku dikelompokkan menjadi beberapa macam
biaya, meliputi:
1. Biaya Pemesanan adalah biaya yang ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat adanya
pemesanan persediaan bahan baku. Biaya-biaya pemesanan tersebut mencakup tiga
macam biaya, yaitu: biaya telepon, biaya angkut, pembelian, dan biaya administrasi dan
umum.

Tabel 3 Biaya
Pemesanan
Tahun 2012
Biaya
Bulan Telp Angkut Adm Total

11
Pemesanan Gudang
(Rp) Pembelian (Rp) (Rp)
Total 5,595,370 4,737,475 4,668,025 15,000,870
Sumber: CV. Megah Jaya Karoseri

Berdasarkan data yang penulis sajikan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa total
biaya pemesanan untuk bahan baku plat hitam, kawat las, baut dan cat besi selama tahun 2012
sebesar Rp 15.000.870.-.
2. Biaya Penyimpanan Adalah biaya untuk menyimpan persediaan barang yang dijual.
Perusahaan memberikan prosentase biaya penyimpanan untuk bahan baku plat hitam,
kawat las, baut dan cat besi sebesar 8% dari nilai rata-rata persediaan. Sedangkan nilai
rata-rata persediaan berasal dari kebutuhan bahan baku setiap bulan dikali dengan harga
bahan baku dibagi dua. Biaya penyimpanan yang dikeluarkan oleh CV. Megah Jaya
Karoseri untuk menyimpan bahan baku plat hitam, kawat las, baut, cat besi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:

Tabel 4
Biaya Penyimpanan Bahan Baku
Tahun 2012

Bahan Baku Besarnya Biaya Penyimpanan


(Rp)
Plat besi 19.348.556,67
Kawat Las 10.669.200
Baut 15.751
Cat Besi 108.615
Sumber: CV. Megah Jaya Karoseri

3. Biaya Pemesanan Menurut Perusahaan


Biaya pemesanan yang ditetapkan perusahaan:
Total biaya pemesanan x Pembelian bahan baku
Total Biaya Pembelian Bahan Baku

Dengan demikian biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh CV. Megah Jaya Karoseri
untuk menyimpan bahan baku plat hitam, kawat las, baut, cat besi dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 5
Besarnya Biaya Pemesanan Masing-masing Bahan
Baku Tahun 2012

Bahan baku Besarnya Biaya Penyimpanan


(Rp)
Plat hitam 7.937.889
Kawat las 6.969.959
Baut 48.482
Cat besi 44.538
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri

Dari penjelasan tabel 1-5 diatas, yang berkaitan dengan biaya pemesanan dan biaya
12
penyimpanan bahan baku, maka dapat diketahui total biaya persediaan bahan baku yang
dikeluarkan oleh CV. Megah Jaya Karoseri selama tahun 2012 tersaji pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Total Biaya Persediaan Bahan
Baku Tahun 2012

Uraian Plat Hitam Kawat las baut Cat besi


Pembelian 336.130 295.143 2.053 1.886
Frekuensi 12 kali 12 kali 12 kali 12 kali
Rata-rata pesananan 22.498,53 kg 22.227,50 kg 138,17 kg 139,25 kg
Rata-rata persediaan 11.249,17 kg 11.113,75 kg 69,09 kg 69,63 kg
Rp Rp Rp Rp
Biaya pemesanan 7.937.889 6.969.959 48.482 44.538
Biaya penyimpanan 19.348.556 10.669.200 15.751 108.651
Total biaya persediaan 27.286.445 17.639.159 64.233 153.189
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri

Analisis Hasil Penelitian

Pada umumnya kegiatan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan, perusahaan
menghadapi banyak permasalahan. Untuk itu perusahaan harus dapat menentukan masalah
yang dianggap paling penting dan harus segera diatasi dengan mengidentifikasi sejauh mana
pengaruh suatu masalah terhadap tercapainya suatu tujuan perusahaan.
Data yang dianalisa berkaitan dengan biaya persediaan bahan yang ada pada CV.Megah
Jaya Karoseri, dimana perhitungan biaya persediaan bahan selama ini dalam perusahaan
mengelola menggunakan metode tradisional, perusahaan mengalami kendala dalam
pelaksanaannya. Adapun kendala yang dihadapi perusahaan selama menggunakan metode
tradisional ini adalah mengalami pemborosan dalam persediaannya bahan bakunya, hal ini
disebabkan karena tidak adanya kebijakan yang tepat untuk mengendalikan persediaan bahan
baku tersebut. Selain itu didalam gudang juga terdapat banyak persediaan bahan baku yang
siap digunakan. Hal ini terjadi karena kuantitas pemesanan bahan baku yang lebih besar dari
bahan baku yang dibutuhkan. Dengan banyaknya persediaan bahan baku digudang maka akan
terjadi penambahan biaya penyimpanan, sehingga akibatnya perusahaan akan menanggung
biaya persediaan bahan baku yang cukup tinggi dan tidak terdapat efisiensi biaya persediaan
bahan baku.

Pembahasan
Dalam pembahasan penilitian ini, penulis menggunakan perusahaan metode just in time
untuk meningkatkan efisiensi biaya persediaan bahan baku. Disamping itu, pelaksanaan
metode just in time persediaan bahan baku harus selalu ada jika suatu saat dibutuhkan dalam
pelaksanaan produksinya. Oleh karena itu perusahaan diharapkan dapat mengadakan kontrak
jangka panjang maupun jangka pendek kepada pemasok. Untuk memperjelas penelitian ini
maka penulis akan menguraikan dan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan biaya
bahan baku yang berkaitan dengan sistem pembelian just in time.

Sistem Pembelian Bahan Baku Just In Time


Dalam sistem just in time dituntut untuk menjaga hubungan kemitraan antara perusahaan
dengan pemasok bahan baku sehingga dapat memecahkan masalah diantaranya dengan

13
menciptakan arus informasi yang dapat merubah reaksi pemasok terhadap kebutuhan
perusahaan, sehingga pemasok dapat mengetahui kapan dan berapa barang yang harus dikirim
sehingga waktu tunggu dapat diminimalkan.
Pendekatan just in time merupakan pendekatan yang berbeda untuk mengendalikan total
biaya persediaan. Guna mencapai tujuan just in time yaitu meminimalkan biaya persediaan
meliputi biaya penyimpanan, biaya pemeliharaan, biaya kerusakan, biaya asuransi serta biaya-
biaya lainnya maka perusahaan harus mempunyai sistem yang mendukung serta hubungan
yang erat dengan pemasok.
Penerapan pembelian just in time pada CV. Megah Jaya Karoseri bahwa perusahaan
tidak menyimpan bahan baku digudang dalam artian persediaan bahan baku digudang adalah
tidak ada sama sekali yaitu nol. Perusahaan hanya membeli bahan baku sesuai dengan
kebutuhan untuk memproduksi produk. Karena perusahaan menginginkan efisiensi bahan
baku yang maksimal yaitu dengan jalan menghilangkan biaya persediaan terutama untuk
biaya penyimpanan maka pengeluaran untuk biaya penyimpanan adalah nol rupiah.
Sistem just in time menurunkan biaya pembelian dengan cara membatasi jumlah
pemasok sedikit mungkin. Bila pemasok sedikit, berarti kuantitas pasokan dari masing-
masing pemasok cukup besar, dan perusahaan just in time akan menjadi price customer atau
pembeli yang dominan bagi pemasok. Perusahaan dengan sistem just in time berusaha
menjalin hubungan kerjasama jangka panjang dan jangka pendek kepada pemasok, dan
meminta pengiriman yang fleksibel sesuai dengan jadwal produksi perusahaan. Karena
melakukan pembelian dari sedikit pemasok (namun dalam kuantitas besar) dengan sistem
kontrak jangka panjang dan jangka pendek yang dapat dikontrol oleh perusahaan, maka harga
beli atau biaya pembelian dapat ditekan.

Frekuensi pembelian bahan baku


Frekuensi pembelian atau pemesanan dalam sistem just in time lebih sering bila
dibanding dengan pembelian tradisional. Bahwa pembelian dan pengiriman dapat dilakukan
secara harian tergantung dari kebutuhan produksi perusahaan. Oleh karena itu

yang dianggap paling penting dan harus segera diatasi dengan mengidentifikasi sejauh mana
pengaruh suatu masalah terhadap tercapainya suatu tujuan perusahaan.
Data yang dianalisa berkaitan dengan biaya persediaan bahan yang ada pada CV.Megah
Jaya Karoseri, dimana perhitungan biaya persediaan bahan selama ini dalam perusahaan
mengelola menggunakan metode tradisional, perusahaan mengalami kendala dalam
pelaksanaannya. Adapun kendala yang dihadapi perusahaan selama menggunakan metode
tradisional ini adalah mengalami pemborosan dalam persediaannya bahan bakunya, hal ini
disebabkan karena tidak adanya kebijakan yang tepat untuk mengendalikan persediaan bahan
baku tersebut. Selain itu didalam gudang juga terdapat banyak persediaan bahan baku yang
siap digunakan. Hal ini terjadi karena kuantitas pemesanan bahan baku yang lebih besar dari
bahan baku yang dibutuhkan. Dengan banyaknya persediaan bahan baku digudang maka akan
terjadi penambahan biaya penyimpanan, sehingga akibatnya perusahaan akan menanggung
biaya persediaan bahan baku yang cukup tinggi dan tidak terdapat efisiensi biaya persediaan
bahan baku.

Pembahasan
Dalam pembahasan penilitian ini, penulis menggunakan perusahaan metode just in time
untuk meningkatkan efisiensi biaya persediaan bahan baku. Disamping itu, pelaksanaan
metode just in time persediaan bahan baku harus selalu ada jika suatu saat dibutuhkan dalam

14
pelaksanaan produksinya. Oleh karena itu perusahaan diharapkan dapat mengadakan kontrak
jangka panjang maupun jangka pendek kepada pemasok. Untuk memperjelas penelitian ini
maka penulis akan menguraikan dan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan biaya
bahan baku yang berkaitan dengan sistem pembelian just in time.

Sistem Pembelian Bahan Baku Just In Time


Dalam sistem just in time dituntut untuk menjaga hubungan kemitraan antara perusahaan
dengan pemasok bahan baku sehingga dapat memecahkan masalah diantaranya dengan
menciptakan arus informasi yang dapat merubah reaksi pemasok terhadap kebutuhan
perusahaan, sehingga pemasok dapat mengetahui kapan dan berapa barang yang harus dikirim
sehingga waktu tunggu dapat diminimalkan.
Pendekatan just in time merupakan pendekatan yang berbeda untuk mengendalikan total
biaya persediaan. Guna mencapai tujuan just in time yaitu meminimalkan biaya persediaan
meliputi biaya penyimpanan, biaya pemeliharaan, biaya kerusakan, biaya asuransi serta biaya-
biaya lainnya maka perusahaan harus mempunyai sistem yang mendukung serta hubungan
yang erat dengan pemasok.
Penerapan pembelian just in time pada CV. Megah Jaya Karoseri bahwa perusahaan
tidak menyimpan bahan baku digudang dalam artian persediaan bahan baku digudang adalah
tidak ada sama sekali yaitu nol. Perusahaan hanya membeli bahan baku sesuai dengan
kebutuhan untuk memproduksi produk. Karena perusahaan menginginkan efisiensi bahan
baku yang maksimal yaitu dengan jalan menghilangkan biaya persediaan terutama untuk
biaya penyimpanan maka pengeluaran untuk biaya penyimpanan adalah nol rupiah.
Sistem just in time menurunkan biaya pembelian dengan cara membatasi jumlah
pemasok sedikit mungkin. Bila pemasok sedikit, berarti kuantitas pasokan dari masing-
masing pemasok cukup besar, dan perusahaan just in time akan menjadi price customer atau
pembeli yang dominan bagi pemasok. Perusahaan dengan sistem just in time berusaha
menjalin hubungan kerjasama jangka panjang dan jangka pendek kepada pemasok, dan
meminta pengiriman yang fleksibel sesuai dengan jadwal produksi perusahaan. Karena
melakukan pembelian dari sedikit pemasok (namun dalam kuantitas besar) dengan sistem
kontrak jangka panjang dan jangka pendek yang dapat dikontrol oleh perusahaan, maka harga
beli atau biaya pembelian dapat ditekan.

Frekuensi pembelian bahan baku


Frekuensi pembelian atau pemesanan dalam sistem just in time lebih sering bila
dibanding dengan pembelian tradisional. Bahwa pembelian dan pengiriman dapat dilakukan
secara harian tergantung dari kebutuhan produksi perusahaan. Oleh karena itu lokasi pemasok
dalam konsep just in time biasanya berdekatan atau bahkan satu lokasi dengan pembeli.
Untuk itu dapat memperlancar pengiriman barang pesanan, pemasok terkadang harus
menggunakan kendaraan pengangkut khusus yang didedikasikan hanya untuk satu perusahaan
saja.
Frekuensi pembelian bahan baku plat hitam, kawat las, baut, dan cat besi yang biasanya
dikirim oleh pemasok satu bulan sekali sehingga dalam satu tahun terjadi (12) kali frekuensi
pengiriman barang pesanan, apabila frekuensi pembelian just in time perusahaan
menginginkan frekuensi pemesanan bahan baku dalam satu bulan dilakukan dua kali, dengan
demikian frekuensi pengiriman bahan sistem just in time akan menjadi (24) kali dalam satu
tahun.

Biaya penyimpanan
15
Dalam hubungannya dengan biaya penyimpanan, pada penerapan sistem just in time
perusahaan menginginkan keuntungan yang maksimal yaitu dengan jalan efisiensi persediaan
dengan cara bahwa perusahaan tidak menyimpan persediaan bahan baku digudang. Sehingga
perusahaan tidak mengeluarkan biaya untuk penyimpanan, maka biaya penyimpanan nol
rupiah.
Berkaitan dengan biaya penyimpanan perusahaan memberikan prosentase biaya
penyimpanan untuk bahan baku plat hitam, kawat las, baut dan cat besi sebesar 8% dari nilai
rata-rata persediaan. Sedangkan nilai rata-rata persediaan bahan berasal dari kebutuhan bahan
baku stiap satu bulan dikali dengan harga bahan baku dibagi dua.Berdasarkan penjelasan
diatas, maka dapat disajikan dalam tabel yang berkaitan dengan biaya tradisional dan sistem
biaya just in time seperti tabel dibawah ini:

Tabel 7
Biaya Penyimpanan Tradisional Dengan Sistem Just In
Time

Tahun 2012
Bahan baku Frekuensi pemesanan
Tradisional Just in time
(Rp) (Rp)
Plat hitam 19.348.572 9.674.294
Kawat las 6.668.250 3.334.128
Baut 15.750 7.875
Cat besi 108.622 54.319
Total 26.141.195 13.070.617
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri

Biaya Pemesanan
Dalam sistem just in time menyadari akan masalah yang terjadi dalam perusahaan dan
perusahaan dapat mengatasinya dengan jalan antara lain dengan permintaan yang sesuai
dengan pesanan produksi, mengadakan perjanjian kerja sama dengan pemasok dengan jangka
panjang maupun jangka pendek, dan perbaikan informasi. Permintaan yang sesuai dengan
pesanan akan membuat kebutuhan pembelian dapat diduga sehingga tidak perlu diadakan
pemesanan kembali. Kontrak jangka panjang memberikan jaminan keamanan bagi pemasok
bahwa mereka tidak akan dijatuhkan pada persediaan yang tidak diingijnkan.

Pemasok juga mengharapkan kerjasama dengan perusahaan yang dapat membantu


perusahaan menurunkan biaya bahan baku per unit dengan tgerus berusaha menurunkan biaya
bahan dan biaya pengiriman.
Berikut ini adalah besarnya biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh CV. Megah Jaya
Karoseri untuk masing-masing bahan baku dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 8
Biaya Pemesanan Tradisional Dengan Sistem Just In Time
Tahun 2012
Bahan baku Frekuensi pemesanan
Tradisional Just in time

16
(Rp) (Rp)

Plat hitam 7.937.889 14.998.675


Kawat las 6.969.959 14.818.122
Baut 48.483 92.109
Cat besi 44.539 92.832
Total 15.000.870 30.001.740
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri

Biaya Kekurangan Persediaan


Satu pertimbangan dari system just in time adalah bahwa tingkat persediaan yang lebih
rendah atau bahkan tanpa ada persediaan akan membawa lebih banyak kekurangan
persediaan. Perusahaan yang menerapkan just in time hanya berproduksi sesuai dengan
kebutuhan, tepat saat barang jadi tersebut hendak dikonsumsi. Sebagai perbandingan
perusahaan non just in time berproduksi untuk persediaan (stock), dimana system ini
mengandalkan peramalan penjualan dimasa mendatang. Masalah akan timbul bila ternyata
peramalan sering salah, sehingga peramalan penjualan tidak sesuai dengan penjualan aktual.
Konsekuensinya perusahaan non just in time harus menanggung biaya persediaan yang
tinggi bila penjualan tidak sesuai dengan perkiraan penjualan.
Dalam prakteknya perusahaan yang menerapkan just in time masih belum dapat
mencapai keadaan produksi atas dasar pesanan (product in order) yang sempurna.
Perusahaan masih memiliki persediaan barang jadi meskipun hal ini ditekan sampai tingkat
yang rendah, karena terkadang konsumen benar-benar menghendaki suatu produk secara
spontan dan tidak bersedia menunggu selesainya proses produksi. Dengan menggunakan
kebijakan just in time maka perusahaan memperkirakan terjadinya biaya kekurangan
persediaan sebesar 5% dari total persediaan per tahunnya dan perusahaan juga harus
menanggung tambahan biaya untuk mempercepat pesanan bahan baku 12% dari harga bahan
baku.
Berikut ini adalah besarnya biaya kekurangan persediaan yang dikeluarkan oleh CV.
Megah Jaya Karoseri untuk masing-masing bahan baku dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 9
Biaya Kekurangan Persediaam Tradisional Dengan Sistem Just In Time

Tahun 2012
Bahan baku Frekuensi pemesanan
Tradisional Just in time
(Rp) (Rp)
Plat hitam 0 14.860.800
Kawat las 0 1.196.640
Baut 0 4.104
Cat besi 0 5.265
Total 0 16.066.809
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri

Perhitungan Biaya Persediaan Dengan Sistem Just In Time


Untuk jelasnya akan penulis membahas sejauh mana efisiensi dari penerapan system
17
just in time sebagai berikut:
1. Plat hitam, berikut ini adalah penjelasan biaya persediaan bahan plat hitam dengan
perhitungan sistem just in time, berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dapat
diibuatkan tabel perbandingan biaya persediaan bahan baku plat hitam antara kebijakan
pembelian tradisional dengan sistem just in time seperti yang tersaji berikut ini:

Tabel 10
Perbandingan Pembelian Tradisional Dengan Sistem Just In Time Bahan Baku Plat
Hitam Tahun 2012

Uraian Tradisional Just In Time


(Rp) (Rp)
Biaya Pembelian
1. Rp 21.500/kg/tahun x 336.130 kg/th 7.226.795.000
2. Rp 21.715/kg/tahun x 269.980 kg/th 6.385.027.000
Biaya penyimpanan
1. Rp 1.720/kg/tahun x 11.249, 17 kg/th 19.348.572
2. Rp 1.720/kg/tahun x 5.624,59 kg/th 9.674.295
Biaya pemesanan
1. Rp 23,62/kg/tahun x 336.130 kg/tahun 7.939.391
2. Rp 27,78/kg/tahun x 269.980 kg/tahun 7.500.044
Biaya kekurangan persediaan
1. Tidak terjadi kekurangan persediaan -
2. Rp 2.606/kg x 480 kg/bulan x 12 bulan 15.010.560
Sumber: CV. Megah jaya Karoseri

2. Kawat Las
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dapat diibuatkan tabel perbandingan biaya
persediaan bahan baku kawat las antara kebijakan pembelian tradisional dengan sistem just in
time seperti yang tersaji berikut ini:

Tabel 11
Perbandingan Pembelian Tradisional Dengan Sistem Just In Time Bahan Baku Kawat Las
Tahun 2012
Uraian Tradisional Just In Time
(Rp) (Rp)
Biaya Pembelian
1. Rp 12.000/kg per tahun x 295.143 kg/th 3.577.760.000
2. Rp 12.120/kg per tahun x 266.730 kg/th 3.200.760.000
Biaya penyimpanan
1. Rp 960/kg per tahun x 11.113,75 kg/th 10.669.200
2. Rp 960/kg per tahun x 5.556,88 kg/th 5.334.605
Biaya pemesanan
1. Rp 23,62/kg/tahun x 295.143kg/tahun 6.971.278
2. Rp 27,78/kg/tahun x 266.730 kg/tahun 7.409.759
18
Biaya kekurangan persediaan
1. Tidak terjadi kekurangan persediaan
2. Rp 1.454kg x 69 kg/bulan x 12 bulan 1.203.912
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri

3. Baut
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dapat diibuatkan tabel perbandingan biaya
persediaan bahan baku baut antara kebijakan pembelian tradisional dengan sistem just in time
seperti yang tersaji berikut ini:
Tabel 12
Perbandingan Pembelian Tradisional Dengan Sistem Just In Time Bahan Baku
Baut Tahun 2012
Uraian Tradisional Just In Time
(Rp) (Rp)
Biaya Pembelian
1. Rp 2.850/kg/tahun x 2.053 kg/tahun 5.851.050
2. Rp 2.879/kg/tahun x 1.658 kg/tahun 4.773.382
Biaya penyimpanan
1. Rp 228/kg per tahun x 69,08 kg/th 15.750
2. Rp 228/kg per tahun x 34,54 kg/th 7.875
Biaya pemesanan
1. Rp 23,62/kg/tahun x 2.053 kg/tahun 48.492
2. Rp 27,78/kg/tahun x 1.658 kg/tahun 46.059
Biaya kekurangan persediaan
1. Tidak terjadi kekurangan persediaan
2. Rp 345 /kg x 1 kg/bulan x 12 bulan 4.140
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri

4. Cat Besi
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dapat diibuatkan tabel perbandingan biaya
persediaan bahan baku plat hitam antara kebijakan pembelian tradisional dengan system just in
time seperti yang tersaji berikut ini:

Tabel 13
Perbandingan Efisiensi Biaya Kebijakan Pembelian Tradisional Dengan Sistem Just
In Time Bahan Baku Cat Besi
Uraian Tradisional Just In Time
(Rp) (Rp)
Biaya Pembelian
1. Rp 19.500/kg/tahun x 1.886 kg/tahun 36.777.000
2. Rp 19.695/kg/tahun x 1.671 kg/tahun 32.900.319
Biaya penyimpanan
1. Rp 1.560/kg per tahun x 69,63 kg/th 108.623
2. Rp 1.560/kg per tahun x 34,82 kg/th 54.319
Biaya pemesanan

19
1. Rp 23,62/kg/tahun x 1.886 kg/tahun 44.547
2. Rp 27,78/kg/tahun x 1.671 kg/tahun 46.420
Biaya kekurangan persediaan
1. Tidak terjadi kekurangan persediaan
2. Rp 2.362/kg x 0,45 kg/bulan x 12 bulan 12.755

Dari hasil perhitungan mengenai biaya persediaan bahan baku yang selama ini perusahaan
menggunakan metode tradisional dengan kebijakan biaya persediaan bahan baku dengan
menggunakan sistem just in time selama tahun 2012 terjadi perbedaan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 14
Perbandingan Total Biaya Persediaan Bahan Baku Antara Metode Tradisional
Dengan Sistem Just In Time

Tahun 2012
Bahan Baku Tradisional Just In time Efisiensi
(Rp) (Rp) (Rp)
Plat Hitam 7.254.082.963 6.417.211.855 836.871.108
Kawat Las 3.595.400.478 3.214.708.276 380.692.202
Baut 5.915.292 4.831.456 1.083.836
Cat Besi 36.930.170 33.013.813 3.916.357
Total 10.892.328.903 9.669.765.400 1.222.563.503
Sumber: CV. Megah jaya Karoseri
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui nilai persediaan bahan baku yang ada pada CV.
Megah Jaya karoseri pada tahun 2012 sesuai dengan hasil perhitungan secara tradisional
sebesar Rp. 10.892.328.903 sedangkan hasil dari just in time sebesar Rp. 9.669.765.400,-
sehingga ada efisiensi nilai biaya bahan baku dari kebijakan just in time sebesar Rp.
1.222.563.503,-

Kesimpulan
Dari data – data yang diperoleh penulis selama melakukan penelitian pada CV. Megah
Jaya Karoseri maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1). Dalam melaksanakan
kegiatan pembelian penentuan biaya persedian bahan baku CV. Megah Jaya Karoseri
menggunakan metode tradisional, sehingga mengalami pemborosan seperti didalam gudang
terdapat banyak persediaan bahan baku. Maka akan terjadi penambahan biaya penyimpanan,
sehingga akibatnya perusahaan akan menanggung biaya persediaan bahan baku yang cukup
tinggi dan tidak terdapat efisiensi biaya persediaan. (2). Dalam usaha meningkatkan efisiensi
biaya persediaan bahan baku perusahaan dapat menggunakan

metode Just In Time, pembelian dilakukan dengan jumlah yang kecil dan pengiriman secara
berkala, sehingga dapat menekan terjadinya biaya penyimpanan. Metode Just In Time tidak
akan dilakukan tanpa ada komitmen pada pengendalian mutu secara total, dimana pada
dasarnya adalah berusaha untuk menyempurnakan mutu agar proses produksi bebas dari
kerusakan. Oleh karena itu, perusahaan harus membuat kontrak jangka panjang yang bersifat
saling menguntungkan antar supplier dan perusahaan. Dengan fleksibilitas pengiriman dan
kuantitas bahan yang tinggi sehingga biaya inspeksi, pemesanan dan penyimpanan dapat
diminimalkan. Keuntungan bagi supplier adalah jaminan keamanan pembelian dalam jangka
20
panjang. (3). Dari penerapan Just In Time diatas, maka dapat dapat diketahui nilai persediaan
bahan baku CV. Megah Jaya Karoseri pada tahun 2012 sesuai dengan hasil perhitungan secara
tradisional sebesar Rp 10.892.328.903,- sedangkan dari hasil perhitungan Just In Time nilai
persediaan bahan baku pada tahun 2012 sebesar Rp 9.669.765.400,- sehingga ada efisiensi
nilai persediaan bahan baku dari kebijakan Just In Time sebesar Rp 1.222.563.503,-

Saran
(1). Perusahaan dapat melakukan cost reduction (penurunan biaya) untuk mengefisiensikan
persediaan bahan baku dengan jalan menerapkan kebijaksanaan pembelian Just In Time.
Dengan menerapkan sistem pembeliaan Just In Time perusahaan dapat memperoleh informasi
yang relevan mengenai efisiensi biaya bahan baku, karena bahan baku merupakan pokok
biaya dan merupakan masalah penting dalam perusahaan manufaktur terutama bagi CV.
Megah Jaya Karoseri. Just In Time diharapkan dapat mengurangi biaya yang tidak bernilai
tambah akibat kelebihan biaya bahan baku, dan dapat membeli bahan baku dalam jumlah,
mutu, dan waktu yang tepat. (2). Agar sistem Just In Time dapat diterapkan dengan baik,
maka perusahaan perlu menjalin kerja sama yang erat dengan supplier dengan cara
mengadakan kontrak jangka panjang sehingga akan memperlancar jalannya perusahaan serta
lebih mengutamakan supplier yang lokasi terdekat dan mengurangi supplier yang lokasinya
jauh karena adanya permintaan yang berfluktuasi dapat mempengaruhi jalannya proses
produksi. (3). Perusahaan diharapkan dapat menghilangkan segala aktivitas yang tidak bernilai
tambah dengan jalan tidak menyimpan persediaan di gudang. Melakukan pembeliaan dalam
jumlah yang kecil dan pengiriman secara berkala sehingga terjadi efisiensi biaya persediaan.

Keterbatasan Penelitian:
(1). Dengan menggunakan metode just in time perusahaan dapat melakukan pembelian dengan
jumlah yang kecil sehingga perusahaan dapat menekan biaya penyimpanan bahan baku yang
akan digunakan oleh perusahaan. (2). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya
persediaan bahan baku yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2012 dengan
menggunakan metode tradisional dan metode just in time. (3). Faktor lingkungan JIT
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi biaya produksi pada
CV. Megah Jaya Karoseri. Oleh karena itu,sebaiknya pihak perusahaan melakukan
pengawasan yang lebih ketat dalam memantau aplikasi pelaksanaan sistem JIT sehingga tetap
terbina hubungan baik dengan pihak eksternal (supplier maupun buyer) sehingga proses
aktivitas perusahaan dapat berjalan lancar.

21
22
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sistem Just In Time merupakan sistem yang digunakan oleh perusahaan


pada umumnya yang bertujuan untuk memaksimalkan laba perusahaan tersebut.
Dengan menerapkan sistem Just In Time ini maka diharapkan perusahaan dalam
proses produksinya akan memiliki biaya yang rendah, harga jual yang murah,
kualitas yang baik, dan kemampuan ketepatan waktu pengiriman kepada
pelanggan. Di dalam perusahaan industri, bahan baku memegang peranan penting
bagi kelangsungan hidup perusahaan, yaitu untuk mempertahankan stabilitas
ekonomi perusahaan. Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif
dalam suatu perusahaan karena berfungsi menghubungkan operasi berurutan
dalam membuat suatu barang hingga penyampaiannya pada konsumen. Karena itu
perusahaan perlu mengadakan perencanaan dan pengendalian persediaan bahan
baku yang baik. Agar proses produksi dalam perusahaan dapat berjalan dengan
lancar sehingga dapat diperoleh kuantitas yang optimal dan diharapkan adanya
penghematan biaya yang digunakan untuk produksi dalam perusahaan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Muthoni,Denis K. 2015. Factors Influencing the Adoption of Just In Time Management by


Electronics Micro, Small and Medium Enterprises in Luthuli Avenue of Nairobi
County in Kenya. Journal of Engineering and Economic Development, 2(1), 1-12.

Lou, Yung. Hwei Cheng Wang. Jui-Chih Chen. Ladda Vatjanasaregagul. dan Ernest P.
Boger. 2015. Merging Just-in-Time (JIT) Inventory Management with Electronic
Data Interchange (EDI) Impacts on the Taiwan Electronic Industry. Open Journal of
Accounting, 2015, 4, 23-27.

Panchal, Vikas. Amit Gupta. Dr.P.C.Tiwari. dan Naveen Rathi. 2013. Evaluation Of
Just In Time (Jit) Elements In Banking Sector Using Anova Technique. Vol. 2,
Issue 2.

Bon, Abdul T. dan Anny Garai. Just In Time Approach In Inventory Managemen.

Sari, Heny P. Moch. Dzulkirom AR. dan Muhammad Saifi. 2014. Analisis Just In Time
System Dalam Upaya Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi Kasus
Pada Pt. Malang Indah Genteng Rajawali Malang). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB)|Vol. 13 No. 1.

Sukendar, Heri. 2011. Penerapan Just In Time Dalam Sistem Pembelian Dan Sistem
Produksi. Binus Business Review Vol. 2 No. 1.

Putra, Christyandhika. dan Farida Idayati. 2014. Penerapan Metode Just In Time Untuk
Meningkatkan Efisiensi Biaya Persedian Bahan Baku. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi Vol. 3 No. 1.

Efrianti, Desi. 2014. Pengaruh Pengendalian Persediaan Just In Time Terhadap Efisiensi
Pengadaan Persediaan Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan Vol. 2 No. 1.

24
Istiqomah, Bella S. dan Iveline Anne Marie. 2015. Perbaikan Kebijakan Pengendalian
Persediaan Just In Time Komponen Produk Main Floor Side Lh Pada Pt Gaya
Motor. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 14, No. 1.

25

You might also like