Professional Documents
Culture Documents
Just in Time
Just in Time
Just in Time
PENDAHULUAN
Persediaan merupakan suatu aktviva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan
maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang
masih dalam proses ataupun persediaan bahan baku. Persediaan merupakan salah satu aset paling
mahal (40% dari total investasi). Harus ada keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat
pelayanan konsumen.
Maka dari itulah timbul yang namanya Konsep Just In Time adalah suatu konsep dimana
bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat
pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan
meniadakan biaya persediaan barang/penyimpanan barang/stocking cost. Tujuan utama Just In
Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui
usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
Perhitungan serta kerja sama yang baik antara penyalur, pemasok dan bagian produksi
haruslah baik. Keterlambatan akibat salah perhitungan atau kejadian lainnya dapat menghambat
proses produksi sehingga dapat menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan.
Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yng memiliki implikasi penting dalam
manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada
permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada
saat diminta, dan hanya besar kuantitas yang diminta. Tujuannya adalah untuk mengangkat
produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi
yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan
komponen-komponen yang lainnya.
Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan
tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan
waktu produksi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Just In Time
Just In Time pertama kali dikembangkan di negara Jepang oleh perusahaan Toyota pada
dekade yang lalu, dan kemudian diadopsi oleh banyak Perusahaan Manufaktur di Jepang dan
Amerika Serikat seperti: Hewlet Packard, IBM, dan Harley Davidson. Salah satu pendekatan untuk
mengeliminasi pemborosan dalam perusahaan manufaktur telah muncul yaitu suatu filosofi operasi
yang disebut Just In Time. Just In Time merupakan suatu filosofi operasi manajemen, yaitu sumber
daya, termasuk material personel, dan fasilitas yang digunakan dalam keadaan tepat waktu. Just in
Time adalah sebuah filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan dan memaksa yang
mendukung produksi yang ramping (lean).
Produksi yang ramping (lean Production) memasok pelanggan persis sesuai dengan
keinginan pelanggan ketika pelanggan menginginkannya, tanpa pemborosan, melalui perbaikan
berkelanjutan (Heizer and Render, 2004,258). Sasaran utama just in time adalah meningkatkan
produktivitas system produksi atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan
yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu produk. Sasaran just in time menitikberatkan
pada continuos improvement untuk mencapai biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas
yang lebih tinggi, kualitas dan realibitas produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan
produk akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan dengan pemasok (Ariani, 2003).
Definisi Just In Time didefinisikan sebagai sistem manajemen pabrikasi dan persediaan
komprehensif di mana bahan baku dan berbagai suku cadang dibeli dan diproduksi pada saat
diproduksi dan pada saat (just in time) akan digunakan dalam setiap tahap proses
produksi/pabrikasi. (Simamora, 2002:105).
Menurut Krismiaji (2011:8), ide-ide yang mendukung Just In Time adalah sebagai berikut:
1. Sederhana adalah lebih baik.
2. Penekanan pada kualitas dan perbaikan yang berkesinambungan.
3. Mempertahankan persediaan yang menjadi sumber pemborosan dan pekerjaan jelek
yang tersembunyi.
4. Setiap aktivitas atau fungsi yang tidak menambah nilai harus dihilangkan.
5. Barang diproduksi apabila dibutuhkan.
6. Pekerja harus berketrampilan banyak dan berpartisipasi dalam memperbaiki
efisiensi dan kualitas produk.
2
Sasaran utama just in time adalah meningkatkan produktivitas system produksi atau operasi
dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi
suatu produk. Sasaran just in time menitikberatkan pada continuos improvement untuk mencapai
biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, kualitas dan realibitas produk
yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produk akhir dan memperbaiki hubungan kerja
antara pelanggan dengan pemasok Tjahjadi (2001:227) mendefinisikan JIT sebagai “the successful
completion of a product or service at each stage of production activity from vendor to customer
just in time for its use and at minimum cost. JIT can also be generally defined as a strategy or
guiding philosophy whose goal it is to seek manufacturing excellence.
Selanjutnya Tjahjadi (2001:227) menyatakan bahwa JIT memiliki 8 prinsip dasar, yaitu:
1. Seek a produce-to order production schedule.
2. Seek unitary production.
3. Seek eliminate waste.
4. Seek continous product flow improvement.
5. Seek product quality perfection.
6. Respect people.
7. Seek to eliminate contingencies.
8. Maintain long term emphasis.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat diketahui bahwa eliminasi pemborosan
merupakan jantung dari JIT. Dengan mengeliminasi pemborosan, maka perusahaan akan
menghasilkan produk yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah. Berdasarkan uraian diatas
maka indikator JIT yang dimunculkan adalah biaya produksi yang rendah, tingkat produktivitas
yang lebih tinggi, hubungan antara pelanggan dengan pemasok.
4
dicapai dengan mengontrol biaya, memperbaiki kegiatan pengantaran barang, dan meningkatkan
kualitas.
E. Implementasi Just-In-Time
Mengimplementasi Just-In-Time bukan merupakan pekerjaan yang mudah, sebagai contoh,
Toyota membutuhkan waktu dua puluh tahun untuk mengimplemetasi Just-In-time. Petroff (1993)
mengatakan hal-hal yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan Just-In-time adalah:
mengedukasi dan melatih manajer dan eksekutif; menjadikan kualitas sebagai prioritas;
memperbolehkan pekerja dan mesin tidak bekerja saat tidak ada pekerjaan; menjadikan pekerja
menjadi pekerja yang handal; mengadopsi pengukuran kinerja Just-In-time; mengatur persediaan
dan safety stock dengan Just-In-Time. Selain itu, dalam buku tersebut juga disebutkan bahwa
pemasok dan pekerja harus diperlukan sebagai bagian dari perusahaan yang penting, bukan sebagai
musuh.
7
jika ada produk cacat, perusahaan masih memiliki kesempatan untuk menyortirnya
agar tidak ikut terbawa sampai ke tangan konsumen.
6. Fasilitas Jasa merupakan sebagai implikasi dari digunakannya struktur manufaktur
sel, maka sebagian besar aktivitas untuk membuat produk tertentu tidak lagi
menggunakan fasilitas bersama. Dengan demikian, departemen jasa yang semula
dipusatkan dan melayani kebutuhan dalam rangka menghasilkan berbagai jenis
produk, sekarang mengalami perubahan yaitu tersebar di berbagai sel manufaktur.
Hal ini harus dilakukan, karena sistem Just In Time menghendaki akses ke fasilitas
jasa secara mudah dan cepat. Sebagai contoh, Just In Time menghendaki bahwa
pasokan bahan baku dilakukan secara tepat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
jelas penanganan bahan baku tidak dapat lagi dipusatkan, namun disebar di
beberapa titik pelayanan yang dekat dengan setiap sel manufaktur.
I. Kekurangan Just-In-Time
Berikut ini adalah kekurangan-kekurangan Just-In-time menurut Hansen & Mowen (2003):
1. dibutuhkan waktu yang lama agar dapat mengimplementasikan Just-In-Time
dengan baik;
2. penerapan Just-In-Time dapat berpengaruh buruk terhadap pekerja karena adanya
perubahan alur kerja yang drastis dengan tidak adanya persediaan;
3. munculnya resiko kekurangan barang dan kehilangan penjualan karena tidak ada
persediaan yang banyak.
Silver, Pyke & Peterson (1998), juga menambahkan kekurangan-kekurangan Just-In-Time
yaitu Just-In-time sangat rapuh terhadap tutupnya pabrik, lonjakan permintaan, dan kejadian tidak
menentu lainnya.
J. Kelebihan Just-in-Time
9
1. karena produksi sangat berjalan dengan sangat singkat, jadi lebih mudah untuk
menghentikan produksi satu jenis produk tertentu dan beralih ke produk lain
yang berbeda untuk memenuhi perubahan permintaan pelanggan.
2. Tingkat persediaan sangat rendah, hal ini berarti bahwa biaya persediaan seperti
biaya ruang gudang dapat di minimalkan
3. Ruang yang sebelumnya digunakan untuk menyimpan persediaan dapat
digunakan untuk keperluan lainnya yang lebih produktif.
4. Perusahaan menginvestasikan uang yang jauh lebih sedikit karena persediaan
kurang diperlukan.
5. Kesalahan produksi dapat lebih cepat dilihat dan diperbaiki, sehingga akan
menghasilkan produk cacat yang auh lebih sedikit dan memicu kepuasan
pelanggan yang lebih besar.
Selama proses produksi, bahan baku sangat dibutuhkan. Diperlukan juga adanya bahan
10
pembantu sebagai pelengkap bahan baku. Bahan baku dan bahan pembantu untuk proses
produksi ada beberapa macam, antara lain: (a). Plat hitam. (b). Kawat las. (c). Baut. (d). Cat
besi. Dan kebutuhan rata-rata bahan baku setiap bulan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1
Rata-rat Kebutuhan Bahan Baku Setiap Bulan
Bahan Baku Jumlah (Kg)
Plat Hitam 22.498
Kawat las 22.227
Baut 138,17
Cat Besi 139,25
Sumber: CV. Megah Jaya Karoseri
Dalam melakukan pesanan bahan baku dan untuk mengetahui harga bahan baku dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2 Harga Bahan Baku
(Dalam Rp)
Bahan Baku Harga per Kg
Plat Hitam 21.500
Kawat Las 12.000
Baut 2.850
Cat Besi 19.500
Sumber: CV. Megah Jaya Karoseri
Berdasarkan data yang penulis sajikan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa total biaya
pemesanan untuk bahan baku plat hitam, kawat las, baut dan cat besi selama tahun 2012 sebesar
Rp 15.000.870.-.
2. Biaya Penyimpanan Adalah biaya untuk menyimpan persediaan barang yang dijual.
Perusahaan memberikan prosentase biaya penyimpanan untuk bahan baku plat hitam,
kawat las, baut dan cat besi sebesar 8% dari nilai rata-rata persediaan. Sedangkan nilai
rata-rata persediaan berasal dari kebutuhan bahan baku setiap bulan dikali dengan harga
11
bahan baku dibagi dua. Biaya penyimpanan yang dikeluarkan oleh CV. Megah Jaya
Karoseri untuk menyimpan bahan baku plat hitam, kawat las, baut, cat besi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4
Biaya Penyimpanan Bahan Baku Tahun 2012
Dengan demikian biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh CV. Megah Jaya Karoseri untuk
menyimpan bahan baku plat hitam, kawat las, baut, cat besi dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 5
Besarnya Biaya Pemesanan Masing-masing Bahan Baku Tahun 2012
Dari penjelasan tabel 1-5 diatas, yang berkaitan dengan biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan bahan baku, maka dapat diketahui total biaya persediaan bahan baku yang
dikeluarkan oleh CV. Megah Jaya Karoseri selama tahun 2012 tersaji pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Total Biaya Persediaan Bahan Baku Tahun 2012
12
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri
Pada umumnya kegiatan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan, perusahaan
menghadapi banyak permasalahan. Untuk itu perusahaan harus dapat menentukan masalah
yang dianggap paling penting dan harus segera diatasi dengan mengidentifikasi sejauh mana
pengaruh suatu masalah terhadap tercapainya suatu tujuan perusahaan.
Data yang dianalisa berkaitan dengan biaya persediaan bahan yang ada pada CV.Megah Jaya
Karoseri, dimana perhitungan biaya persediaan bahan selama ini dalam perusahaan mengelola
menggunakan metode tradisional, perusahaan mengalami kendala dalam pelaksanaannya.
Adapun kendala yang dihadapi perusahaan selama menggunakan metode tradisional ini adalah
mengalami pemborosan dalam persediaannya bahan bakunya, hal ini disebabkan karena tidak
adanya kebijakan yang tepat untuk mengendalikan persediaan bahan baku tersebut. Selain itu
didalam gudang juga terdapat banyak persediaan bahan baku yang siap digunakan. Hal ini
terjadi karena kuantitas pemesanan bahan baku yang lebih besar dari bahan baku yang
dibutuhkan. Dengan banyaknya persediaan bahan baku digudang maka akan terjadi penambahan
biaya penyimpanan, sehingga akibatnya perusahaan akan menanggung biaya persediaan bahan
baku yang cukup tinggi dan tidak terdapat efisiensi biaya persediaan bahan baku.
Pembahasan
Dalam pembahasan penilitian ini, penulis menggunakan perusahaan metode just in time untuk
meningkatkan efisiensi biaya persediaan bahan baku. Disamping itu, pelaksanaan metode just in
time persediaan bahan baku harus selalu ada jika suatu saat dibutuhkan dalam pelaksanaan
produksinya. Oleh karena itu perusahaan diharapkan dapat mengadakan kontrak jangka panjang
maupun jangka pendek kepada pemasok. Untuk memperjelas penelitian ini maka penulis akan
menguraikan dan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan biaya bahan baku yang
berkaitan dengan sistem pembelian just in time.
yang dianggap paling penting dan harus segera diatasi dengan mengidentifikasi sejauh mana
pengaruh suatu masalah terhadap tercapainya suatu tujuan perusahaan.
Data yang dianalisa berkaitan dengan biaya persediaan bahan yang ada pada CV.Megah Jaya
Karoseri, dimana perhitungan biaya persediaan bahan selama ini dalam perusahaan mengelola
menggunakan metode tradisional, perusahaan mengalami kendala dalam pelaksanaannya.
Adapun kendala yang dihadapi perusahaan selama menggunakan metode tradisional ini adalah
mengalami pemborosan dalam persediaannya bahan bakunya, hal ini disebabkan karena tidak
adanya kebijakan yang tepat untuk mengendalikan persediaan bahan baku tersebut. Selain itu
didalam gudang juga terdapat banyak persediaan bahan baku yang siap digunakan. Hal ini
terjadi karena kuantitas pemesanan bahan baku yang lebih besar dari bahan baku yang
dibutuhkan. Dengan banyaknya persediaan bahan baku digudang maka akan terjadi penambahan
biaya penyimpanan, sehingga akibatnya perusahaan akan menanggung biaya persediaan bahan
baku yang cukup tinggi dan tidak terdapat efisiensi biaya persediaan bahan baku.
Pembahasan
Dalam pembahasan penilitian ini, penulis menggunakan perusahaan metode just in time untuk
meningkatkan efisiensi biaya persediaan bahan baku. Disamping itu, pelaksanaan metode just in
time persediaan bahan baku harus selalu ada jika suatu saat dibutuhkan dalam pelaksanaan
produksinya. Oleh karena itu perusahaan diharapkan dapat mengadakan kontrak jangka panjang
maupun jangka pendek kepada pemasok. Untuk memperjelas penelitian ini maka penulis akan
menguraikan dan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan biaya bahan baku yang
berkaitan dengan sistem pembelian just in time.
14
menyimpan bahan baku digudang dalam artian persediaan bahan baku digudang adalah tidak ada
sama sekali yaitu nol. Perusahaan hanya membeli bahan baku sesuai dengan kebutuhan untuk
memproduksi produk. Karena perusahaan menginginkan efisiensi bahan baku yang maksimal
yaitu dengan jalan menghilangkan biaya persediaan terutama untuk biaya penyimpanan maka
pengeluaran untuk biaya penyimpanan adalah nol rupiah.
Sistem just in time menurunkan biaya pembelian dengan cara membatasi jumlah pemasok
sedikit mungkin. Bila pemasok sedikit, berarti kuantitas pasokan dari masing- masing pemasok
cukup besar, dan perusahaan just in time akan menjadi price customer atau pembeli yang
dominan bagi pemasok. Perusahaan dengan sistem just in time berusaha menjalin hubungan
kerjasama jangka panjang dan jangka pendek kepada pemasok, dan meminta pengiriman yang
fleksibel sesuai dengan jadwal produksi perusahaan. Karena melakukan pembelian dari sedikit
pemasok (namun dalam kuantitas besar) dengan sistem kontrak jangka panjang dan jangka
pendek yang dapat dikontrol oleh perusahaan, maka harga beli atau biaya pembelian dapat
ditekan.
Biaya penyimpanan
Dalam hubungannya dengan biaya penyimpanan, pada penerapan sistem just in time perusahaan
menginginkan keuntungan yang maksimal yaitu dengan jalan efisiensi persediaan dengan cara
bahwa perusahaan tidak menyimpan persediaan bahan baku digudang. Sehingga perusahaan
tidak mengeluarkan biaya untuk penyimpanan, maka biaya penyimpanan nol rupiah.
Berkaitan dengan biaya penyimpanan perusahaan memberikan prosentase biaya penyimpanan
untuk bahan baku plat hitam, kawat las, baut dan cat besi sebesar 8% dari nilai rata-rata
persediaan. Sedangkan nilai rata-rata persediaan bahan berasal dari kebutuhan bahan baku stiap
satu bulan dikali dengan harga bahan baku dibagi dua.Berdasarkan penjelasan diatas, maka
dapat disajikan dalam tabel yang berkaitan dengan biaya tradisional dan sistem biaya just in time
seperti tabel dibawah ini:
Tabel 7
Biaya Penyimpanan Tradisional Dengan Sistem Just In Time
Tahun 2012
Bahan baku Frekuensi pemesanan
Tradisional Just in time
(Rp) (Rp)
Plat hitam 19.348.572 9.674.294
15
Kawat las 6.668.250 3.334.128
Baut 15.750 7.875
Cat besi 108.622 54.319
Total 26.141.195 13.070.617
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri
Biaya Pemesanan
Dalam sistem just in time menyadari akan masalah yang terjadi dalam perusahaan dan
perusahaan dapat mengatasinya dengan jalan antara lain dengan permintaan yang sesuai dengan
pesanan produksi, mengadakan perjanjian kerja sama dengan pemasok dengan jangka panjang
maupun jangka pendek, dan perbaikan informasi. Permintaan yang sesuai dengan pesanan akan
membuat kebutuhan pembelian dapat diduga sehingga tidak perlu diadakan pemesanan kembali.
Kontrak jangka panjang memberikan jaminan keamanan bagi pemasok bahwa mereka tidak
akan dijatuhkan pada persediaan yang tidak diingijnkan.
Pemasok juga mengharapkan kerjasama dengan perusahaan yang dapat membantu perusahaan
menurunkan biaya bahan baku per unit dengan tgerus berusaha menurunkan biaya bahan dan
biaya pengiriman.
Berikut ini adalah besarnya biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh CV. Megah Jaya Karoseri
untuk masing-masing bahan baku dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 8
Biaya Pemesanan Tradisional Dengan Sistem Just In Time
Tahun 2012
Bahan baku Frekuensi pemesanan
Tradisional Just in time
(Rp) (Rp)
Plat hitam 7.937.889 14.998.675
Kawat las 6.969.959 14.818.122
Baut 48.483 92.109
Cat besi 44.539 92.832
Total 15.000.870 30.001.740
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri
Tabel 9
Biaya Kekurangan Persediaam Tradisional Dengan Sistem Just In Time
Tahun 2012
Bahan baku Frekuensi pemesanan
Tradisional Just in time
(Rp) (Rp)
Plat hitam 0 14.860.800
Kawat las 0 1.196.640
Baut 0 4.104
Cat besi 0 5.265
Total 0 16.066.809
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri
Tabel 10
Perbandingan Pembelian Tradisional Dengan Sistem Just In Time Bahan Baku Plat
Hitam Tahun 2012
17
Biaya kekurangan persediaan
1. Tidak terjadi kekurangan persediaan -
2. Rp 2.606/kg x 480 kg/bulan x 12 bulan 15.010.560
Sumber: CV. Megah jaya Karoseri
2. Kawat Las
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dapat diibuatkan tabel perbandingan biaya
persediaan bahan baku kawat las antara kebijakan pembelian tradisional dengan sistem just in
time seperti yang tersaji berikut ini:
Tabel 11
Perbandingan Pembelian Tradisional Dengan Sistem Just In Time Bahan Baku Kawat Las
Tahun 2012
Uraian Tradisional Just In Time
(Rp) (Rp)
Biaya Pembelian
1. Rp 12.000/kg per tahun x 295.143 kg/th 3.577.760.000
2. Rp 12.120/kg per tahun x 266.730 kg/th 3.200.760.000
Biaya penyimpanan
1. Rp 960/kg per tahun x 11.113,75 kg/th 10.669.200
2. Rp 960/kg per tahun x 5.556,88 kg/th 5.334.605
Biaya pemesanan
1. Rp 23,62/kg/tahun x 295.143kg/tahun 6.971.278
2. Rp 27,78/kg/tahun x 266.730 kg/tahun 7.409.759
Biaya kekurangan persediaan
1. Tidak terjadi kekurangan persediaan
2. Rp 1.454kg x 69 kg/bulan x 12 bulan 1.203.912
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri
3. Baut
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dapat diibuatkan tabel perbandingan biaya
persediaan bahan baku baut antara kebijakan pembelian tradisional dengan sistem just in time
seperti yang tersaji berikut ini:
Tabel 12
Perbandingan Pembelian Tradisional Dengan Sistem Just In Time Bahan Baku Baut
Tahun 2012
Uraian Tradisional Just In Time
(Rp) (Rp)
Biaya Pembelian
1. Rp 2.850/kg/tahun x 2.053 kg/tahun 5.851.050
2. Rp 2.879/kg/tahun x 1.658 kg/tahun 4.773.382
Biaya penyimpanan
1. Rp 228/kg per tahun x 69,08 kg/th 15.750
2. Rp 228/kg per tahun x 34,54 kg/th 7.875
Biaya pemesanan
1. Rp 23,62/kg/tahun x 2.053 kg/tahun 48.492
18
2. Rp 27,78/kg/tahun x 1.658 kg/tahun 46.059
Biaya kekurangan persediaan
1. Tidak terjadi kekurangan persediaan
2. Rp 345 /kg x 1 kg/bulan x 12 bulan 4.140
Sumber : CV. Megah Jaya Karoseri
4. Cat Besi
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dapat diibuatkan tabel perbandingan biaya
persediaan bahan baku plat hitam antara kebijakan pembelian tradisional dengan system just in
time seperti yang tersaji berikut ini:
Tabel 13
Perbandingan Efisiensi Biaya Kebijakan Pembelian Tradisional Dengan Sistem Just In
Time Bahan Baku Cat Besi
Uraian Tradisional Just In Time
(Rp) (Rp)
Biaya Pembelian
1. Rp 19.500/kg/tahun x 1.886 kg/tahun 36.777.000
2. Rp 19.695/kg/tahun x 1.671 kg/tahun 32.900.319
Biaya penyimpanan
1. Rp 1.560/kg per tahun x 69,63 kg/th 108.623
2. Rp 1.560/kg per tahun x 34,82 kg/th 54.319
Biaya pemesanan
1. Rp 23,62/kg/tahun x 1.886 kg/tahun 44.547
2. Rp 27,78/kg/tahun x 1.671 kg/tahun 46.420
Biaya kekurangan persediaan
1. Tidak terjadi kekurangan persediaan
2. Rp 2.362/kg x 0,45 kg/bulan x 12 bulan 12.755
Dari hasil perhitungan mengenai biaya persediaan bahan baku yang selama ini perusahaan
menggunakan metode tradisional dengan kebijakan biaya persediaan bahan baku dengan
menggunakan sistem just in time selama tahun 2012 terjadi perbedaan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 14
Perbandingan Total Biaya Persediaan Bahan Baku Antara Metode Tradisional
Dengan Sistem Just In Time
Tahun 2012
Bahan Baku Tradisional Just In time Efisiensi
(Rp) (Rp) (Rp)
Plat Hitam 7.254.082.963 6.417.211.855 836.871.108
Kawat Las 3.595.400.478 3.214.708.276 380.692.202
Baut 5.915.292 4.831.456 1.083.836
Cat Besi 36.930.170 33.013.813 3.916.357
Total 10.892.328.903 9.669.765.400 1.222.563.503
19
Sumber: CV. Megah jaya Karoseri
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui nilai persediaan bahan baku yang ada pada CV.
Megah Jaya karoseri pada tahun 2012 sesuai dengan hasil perhitungan secara tradisional sebesar
Rp. 10.892.328.903 sedangkan hasil dari just in time sebesar Rp. 9.669.765.400,- sehingga ada
efisiensi nilai biaya bahan baku dari kebijakan just in time sebesar Rp. 1.222.563.503,-
Kesimpulan
Dari data – data yang diperoleh penulis selama melakukan penelitian pada CV. Megah Jaya
Karoseri maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1). Dalam melaksanakan kegiatan
pembelian penentuan biaya persedian bahan baku CV. Megah Jaya Karoseri menggunakan
metode tradisional, sehingga mengalami pemborosan seperti didalam gudang terdapat banyak
persediaan bahan baku. Maka akan terjadi penambahan biaya penyimpanan, sehingga akibatnya
perusahaan akan menanggung biaya persediaan bahan baku yang cukup tinggi dan tidak terdapat
efisiensi biaya persediaan. (2). Dalam usaha meningkatkan efisiensi biaya persediaan bahan
baku perusahaan dapat menggunakan
metode Just In Time, pembelian dilakukan dengan jumlah yang kecil dan pengiriman secara
berkala, sehingga dapat menekan terjadinya biaya penyimpanan. Metode Just In Time tidak akan
dilakukan tanpa ada komitmen pada pengendalian mutu secara total, dimana pada dasarnya
adalah berusaha untuk menyempurnakan mutu agar proses produksi bebas dari kerusakan. Oleh
karena itu, perusahaan harus membuat kontrak jangka panjang yang bersifat saling
menguntungkan antar supplier dan perusahaan. Dengan fleksibilitas pengiriman dan kuantitas
bahan yang tinggi sehingga biaya inspeksi, pemesanan dan penyimpanan dapat diminimalkan.
Keuntungan bagi supplier adalah jaminan keamanan pembelian dalam jangka panjang. (3). Dari
penerapan Just In Time diatas, maka dapat dapat diketahui nilai persediaan bahan baku CV.
Megah Jaya Karoseri pada tahun 2012 sesuai dengan hasil perhitungan secara tradisional sebesar
Rp 10.892.328.903,- sedangkan dari hasil perhitungan Just In Time nilai persediaan bahan baku
pada tahun 2012 sebesar Rp 9.669.765.400,- sehingga ada efisiensi nilai persediaan bahan baku
dari kebijakan Just In Time sebesar Rp 1.222.563.503,-
Saran
(1). Perusahaan dapat melakukan cost reduction (penurunan biaya) untuk mengefisiensikan
persediaan bahan baku dengan jalan menerapkan kebijaksanaan pembelian Just In Time. Dengan
menerapkan sistem pembeliaan Just In Time perusahaan dapat memperoleh informasi yang
relevan mengenai efisiensi biaya bahan baku, karena bahan baku merupakan pokok biaya dan
merupakan masalah penting dalam perusahaan manufaktur terutama bagi CV. Megah Jaya
Karoseri. Just In Time diharapkan dapat mengurangi biaya yang tidak bernilai tambah akibat
kelebihan biaya bahan baku, dan dapat membeli bahan baku dalam jumlah, mutu, dan waktu
yang tepat. (2). Agar sistem Just In Time dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan perlu
menjalin kerja sama yang erat dengan supplier dengan cara mengadakan kontrak jangka panjang
sehingga akan memperlancar jalannya perusahaan serta lebih mengutamakan supplier yang
lokasi terdekat dan mengurangi supplier yang lokasinya jauh karena adanya permintaan yang
berfluktuasi dapat mempengaruhi jalannya proses produksi. (3). Perusahaan diharapkan dapat
menghilangkan segala aktivitas yang tidak bernilai tambah dengan jalan tidak menyimpan
persediaan di gudang. Melakukan pembeliaan dalam jumlah yang kecil dan pengiriman secara
berkala sehingga terjadi efisiensi biaya persediaan.
Keterbatasan Penelitian:
20
(1). Dengan menggunakan metode just in time perusahaan dapat melakukan pembelian dengan
jumlah yang kecil sehingga perusahaan dapat menekan biaya penyimpanan bahan baku yang
akan digunakan oleh perusahaan. (2). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya
persediaan bahan baku yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2012 dengan
menggunakan metode tradisional dan metode just in time. (3). Faktor lingkungan JIT merupakan
faktor dominan yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi biaya produksi pada CV. Megah
Jaya Karoseri. Oleh karena itu,sebaiknya pihak perusahaan melakukan pengawasan yang lebih
ketat dalam memantau aplikasi pelaksanaan sistem JIT sehingga tetap terbina hubungan baik
dengan pihak eksternal (supplier maupun buyer) sehingga proses aktivitas perusahaan dapat
berjalan lancar.
21
22
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem Just In Time merupakan sistem yang digunakan oleh perusahaan pada umumnya
yang bertujuan untuk memaksimalkan laba perusahaan tersebut. Dengan menerapkan
sistem Just In Time ini maka diharapkan perusahaan dalam proses produksinya akan
memiliki biaya yang rendah, harga jual yang murah, kualitas yang baik, dan kemampuan
ketepatan waktu pengiriman kepada pelanggan. Di dalam perusahaan industri, bahan
baku memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, yaitu untuk
mempertahankan stabilitas ekonomi perusahaan. Persediaan merupakan salah satu unsur
yang paling aktif dalam suatu perusahaan karena berfungsi menghubungkan operasi
berurutan dalam membuat suatu barang hingga penyampaiannya pada konsumen. Karena
itu perusahaan perlu mengadakan perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku
yang baik. Agar proses produksi dalam perusahaan dapat berjalan dengan lancar sehingga
dapat diperoleh kuantitas yang optimal dan diharapkan adanya penghematan biaya yang
digunakan untuk produksi dalam perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
23
Muthoni,Denis K. 2015. Factors Influencing the Adoption of Just In Time Management by
Electronics Micro, Small and Medium Enterprises in Luthuli Avenue of Nairobi
County in Kenya. Journal of Engineering and Economic Development, 2(1), 1-12.
Lou, Yung. Hwei Cheng Wang. Jui-Chih Chen. Ladda Vatjanasaregagul. dan Ernest P.
Boger. 2015. Merging Just-in-Time (JIT) Inventory Management with Electronic
Data Interchange (EDI) Impacts on the Taiwan Electronic Industry. Open Journal of
Accounting, 2015, 4, 23-27.
Panchal, Vikas. Amit Gupta. Dr.P.C.Tiwari. dan Naveen Rathi. 2013. Evaluation Of
Just In Time (Jit) Elements In Banking Sector Using Anova Technique. Vol. 2,
Issue 2.
Bon, Abdul T. dan Anny Garai. Just In Time Approach In Inventory Managemen.
Sari, Heny P. Moch. Dzulkirom AR. dan Muhammad Saifi. 2014. Analisis Just In Time
System Dalam Upaya Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi Kasus
Pada Pt. Malang Indah Genteng Rajawali Malang). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB)|Vol. 13 No. 1.
Sukendar, Heri. 2011. Penerapan Just In Time Dalam Sistem Pembelian Dan Sistem
Produksi. Binus Business Review Vol. 2 No. 1.
Putra, Christyandhika. dan Farida Idayati. 2014. Penerapan Metode Just In Time Untuk
Meningkatkan Efisiensi Biaya Persedian Bahan Baku. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi Vol. 3 No. 1.
Efrianti, Desi. 2014. Pengaruh Pengendalian Persediaan Just In Time Terhadap Efisiensi
Pengadaan Persediaan Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan Vol. 2 No. 1.
Istiqomah, Bella S. dan Iveline Anne Marie. 2015. Perbaikan Kebijakan Pengendalian
Persediaan Just In Time Komponen Produk Main Floor Side Lh Pada Pt Gaya
Motor. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 14, No. 1.
24
25