Makalah Homo Educandum at Homo Educandus and Caounseling Guidance

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 16

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil’alamin puji syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT yang
telah memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah Landasan Ilmu Pendidikan tentang “Homo Educandum et Homo Educandus and
Counseling Guidance” .
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak/ Ibu Dosen khususnya kepada
Dosen pengampu mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan, atas bimbingan yang diberikan kepada
kami sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Mungkin di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun untuk pembuatan makalah-makalah selanjutnya sangat diharapkan agar
selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini berguna untuk kita
semua.

Jakarta Selatan, April 2018

Penyusun

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance i I


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. ii
ABSTRAK…………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………. 1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………. 2
C. TUJUAN…………………………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pandangan Pendidikan Tentang Manusia Sebagai Animal Educandum
(Homo Educandum) 3
………………………………………………………………………. 3
1. Mengapa Manusia Harus Dididik/ Mendidik…………………………………..
2. Mengapa Manusia Dapat Dididik/ Mendidik………………………………….. 4
3. Batas-batas Kemungkinan Pendidikan………………………………………… 5

6
B. Bimbingan Konseling (counseling guidance)……………………………………
1. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling……………………………………. 7
2. Prinsip dan Landasan Pelayanan Bimbingan dan Konseling………………….. 9
a. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling…………………………………
b. Landasan Pelayanan Bimbingan dan Konseling………………………….. 9
12

BAB III PENUTUP


Simpulan……………………………………………………………………………… 14

DAFTAR PUSTAKA

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance ii I


ABSTRAK

HOMO EDUCANDUM AT HOMO EDUCANDUS


AND COUNSELING GUIDANCE

Makalah ini dibuat untuk menambah khasanah keilmuan tentang manusia sebagai
makhluk terdidik (homo educandum) dan atau pendidik (homo educandus) serta sebagai
konselor (pembimbing) untuk memecahkan permasalahan bagi konseli (klien).
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang lahir tidak berdaya, oleh karena
pendidikan manusia menjadi manusia yang seutuhnya. Seperti yang telah di jelaskan
Mudyahardjo (2006), pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu. Oleh Langeveld Dikatakan sebabagai animal educandum at homo educandus.
Oleh karena manusia adalah makhluk yang memerlukan pendidikan, maka setiap
individu memerlukan bimbingan dalam segala aspek kehidupan untuk mendapatkan
perkembangan yang optimal, dizaman yunani kuno disebut dengan bimbingan dan konseling,
dimana saat itu ditekankan upaya pengembangan individu melalui pendidikan sehingga dapat
berperan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu tokohnya yaitu Plato, dimana ia telah
memusatkan perhatian pada masalah yang menyangkut bagaimana membangun pribadi manusia
yang baik dan teknik apa yang bisa mempengaruhi manusia dalam mengembangkan
keyakinannya.

Kata kunci: Homo educandum, homo educandus, counseling guidance

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance iii I


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta kecerdasan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.1 Pendidikan juga adalah satu usaha
mengatur pengetahuan untuk menambahkan lagi pengetahuan yang semulan tidak
tahu menjadi tahu. Dalam proses tidak tahu menjadi tahu tersebut manusia mengalami
sebuah rangkaian proses pembelajaran.
Manusia sejak lahir telah dibekali dengan sejumlah potensi. Potensi adalah
kemampuan, kesanggupan, daya yang menjadi modal bagi manusia tersebut agar kelak siap
mandiri dalam menjalani kehidupan di lingkungan di mana ia berada. Anak manusia dalam
hal ini adalah manusia yang belum dewasa sehingga potensi yang ada pada diri anak ibarat
bahan baku (raw material) yang belum siap pakai. Untuk menjadi barang siap pakai
(manufacture), maka dalam proses menjadi potensi tersebut membutuhkan sebuah
penanganan dan bantuan oleh orang dewasa. Anak manusia pada hakikatnya adalah makhluk
yang dapat dididik (animal educabile), makhluk yang harus dididik (animal educandum) dan
makhluk yang dapat mendidik (homo enducandus).2
Untuk memperoleh hasil pendidikan yang optimal dan berkembang, maka tidak
hanya teori dan praktik yang diperlukan, namun juga diperlukan suatu pola pembentukan,
pola ini dibutuhkan karna dalam praktiknya, segala upaya pengembangan atau pemberian
ilmu pengetahuan tidak terlepas dari sesuatu yang disebut kendala, dimana kendala tersebut
dapat muncul baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan, oleh karena itu, untuk dapat
mengontrol dan mengatasi segala situasi yang mungkin akan menjadi sebuah kendala, maka
diperlukan yang namanya layanan bimbingan (konselor), sehingga apa yang menjadi tujuan
pendidikan dapat dilaksanakan secara optimal.3
Oleh karena itu, kami disini membahas tentang hal-hal mengenai kedudukan manusia
sebagai mahluk pendidikan terutama dalam hal Manusia sebagai makhluk yang harus dididik

1
UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-menurut-
uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/.[.....,.....,...].
2

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance 1 I


(Animal Educandum) dan mendidik (homo educandus) serta peran bimbingan konseling
dalam pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan pendidikan manusia sebagai animal educanmum!
2. Apa dan bagaimana bimbingan dan konseling dalam pendidikan!

C. Tujuan
1. Menjelaskan pandangan pendidikan tentang manusia sebagai animal educandum.
2. Menjelskan bimbingan dan konseling serta prinsip dan landasan bimbingan dan konseling
dalam pendidikan.

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance 2 I


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Pendidikan Tentang Manusia Sebagai Animal Educandum (Homo


Educandum)

Manusia adalah makhluk yang lahir dalam keadaan tidak mengetahui apapun, namun
dalam pertumbuhannya manusia dapat diberi pendidikan, sehingga manusia tidak hanya
dapat dididik namun juga dapat mendidik. Hal ini yang membedakan manusia dari makhluk
lainnya. 4

Langeveld menyebut manusia sebagai “animal educandum” artinya manusia pada


hakikatnya adalah makhluk yang dapat dididik dan “home educandus” artinya manusia
adalah makhluk yang bukan saja harus dan dapat dididik tetapi juga harus dan dapat
mendidik.5

Dalam proses kependidikan, manusia harus dipandang sebagai objek (sasaran)


sekaligus sebagai subjek (pelaku) kependidikan. Dengan kata lain, manusia dididik sebagai
makhluk yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan di bawah bimbingan
pendidik menuju arah titik optimal pertumbuhan dan perkembanganya.

1. Mengapa Manusia Harus Dididik/ Mendidik

5
Wawan, Ahmad. https://siratullah186.wordpress.com/2009/12/30/beberapa-pandangan-tentang-hakikat-
perkembangan-hidup-manusia/, diakses 17 April 2018 (12:49WIB)
Martinus J. Langeveld adalah seorang tokoh pendidikan dunia, ia memperoleh gelar doktor dengan disertasi
berjudul Taal en Denken di 12 tot 14 Jarige Leerlingen (Bahasa dan Berpikir siswa dalam usia 12 sampai 14 tahun)
pada tahun 1934. Pada tahun 1939, ia menjabat sebagai Ketua Pedagogi di Universitas Utrecht. Sampai Perang
Dunia II, pedagogi sebagian besar dihubungkan dengan persiapan guru dan pada tahun 1946, pedagogi menjadi
disiplin independen di Universitas Utrecht.
Salah satu teks Langeveld yang paling berpengaruh adalah Beknopte Theoretische Pedagogiek (Pedagogi Teoritis
Concise), di mana ia megembangkan suatu pedagogi fenomenologis. Karya ini diterbitkan dalam edisi 15 antara
tahun 1946 dan 1979.
Langeveld menganalisis fenomena membesarkan anak dan pengalaman pendidikan dengan memperhatikan dekat
dengan situasi konkret dan umum dan peristiwa dalam kehidupan anak-anak dan orang dewasa. Hal ini
menyebabkan hasil yang luar biasa. Misalnya, dia menolak bahwa otoritas pedagogis harus berkaitan dengan teori
umum otoritas. Otoritas bukan hanya soal pilihan moral, melainkan otoritas diperlukan karena anak-anak
membutuhkan pedagogi untuk keberadaan mereka dan agar dapat tumbuh.

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance 3 I


Pendidikan perlu diberikan kepada manusia, karena manusia dilahirkan tidak
berdaya dan tumbuh pada kelompok masyarakat yang secara sosial berbeda-beda. Untuk
menyempitkan perbedaan tersebut maka pendidikan merupakan langkah yang tepat.
Seperti halnya dalam perjalanan perkembangan Islam, Nabi Muhammad SAW.
Menggunakan media dakwah untuk mendidik ummatnya, dengan kata lain, penyebaran
agama Islam juga melalui proses pendidikan. Selain untuk menyiapkan manusia menjadi
manusia yang sesungguhnya, pendidikan juga dapat menjadi media saling mengenal,
tolong menolong, melaksanakan amal dan takwa.6
Mudyahardjo menjelaskan beberapa alasan mengapa manusia harus dididik atau
mendidik. Alasan tersebut dikategorikan kedalam dua kelompok, yakni dasar biologis
dan dasar sosio-antropologis. 7
a. Dasar Biologi
1) Anak manusia tidak dilengkapi insting yang sempurna untuk dapat menyesuaikan
diri dalam menghadapi lingkungan.
2) Anak manusia perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan untuk dapat
secara tepat berhubungan dengan lingkungan secara konstruktif.
3) Awal pendidikan terjadi setelah anak manusia mencapai penyesuaian jasmani
(anak dapat berjalan sendiri, dapat makan sendiri, dapat menggunakan tangan
sendiri) atau mencapai kebebasan fisik dan jasmani.
b. Dasar Sosi-Antropologis
1) Setiap anggota masyarakat perlu menguasai budaya kelompoknya yang berupa
warisan social/ budaya.
2) Masyarakat menginginkan kehidupan yang beradab.

2. Mengapa Manusia Dapat Dididik/ Mendidik


Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya dan berbeda antar individu satu
dengan individu lainnya. Namun setiap manusia yang lahir memiliki peluang yang sama
untuk berubah, dari tahap ke tahap, dari fase ke fase. Misalnya, anak yang lahir di
keluarga berpendidikan dengan anak yang lahir dikeluarga yang tidak berpendidikan,
sejak lahir kedua anak tersebut memiliki peluang yang sama untuk berubah
(berpendidikan), namun batas perubahan tersebut pasti berbeda.

6
Maman A. Majid Binfas. 2016. Meluruskan Sejarah MUHAMMDIYAH-NU, Restropeksi Grakan
Pendidikan & Kebudayaan. Jakarta: UHAMKA Press. hal. 12
7
Mudyahardjo, Redja.2006. PENGANTAR PENDIDIKAN, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal. 33

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance 4 I


Mudyahardjo juga menjelaskan beberapa alasan mengapa manusia dapat dididik
dan mendidik. Alasan-alasan tersebut di kelompokkan kedalam dua kelompok, yakni
dasar biologis dan dasar psiko-sosio-antropologis.8
a. Dasar Biologis
1) Anak bersifat lentur.
2) Anak mempunyai otak yang besar dan berpermukaan sangat luas.
3) Mempunya pusat syaraf yang berfungsi berhubungan dengan perbuatan berfikir,
sehingga terjadi penangguhan reaksi dalam menerima rangsangan, maka terjadi
belajar.
b. Dasar Psiko-Sosio-Antropologis
1) Individu adalah unik, berbeda-beda, ada kelebihan da nada kekurangan.
2) Ada perbedaan penguasaan kebudayaan.
3) Animal sociale, sehingga ada usaha saling tolong menolong.
3. Batas-batas Kemungkinan Pendidikan
Batasan-batasan yang dimaksud disini adalah hal-hal yang menyangkut masalah
kapan pendidikan dimulai dan bilamana pendidikan berakhir. Langeveld menyatakan
bahwa saat kapan pendidikan dimulai disebut batas bawah dari pendidikan dan kapan
pendidikan berakhir disebut akhir dari pendidikan, yaitu saat anak telah sadar mengenal
kewibawaannya.9
Tidak jauh berbeda dengan Langeveld (Tahun,….), Mudyahardjo menguraikan
batasan-batasan pendidikan dalam tiga kelompok, sebagai berikut:10
a. Empirisme (realism, behaviorisme, eksperimentasisme)
1) Pendidikan adalah berkuasa
2) Tidak ada pembawaan: anak lahir kosong dengan budaya, tapi potensial secara
biologis.
b. Naturalism (idealism, thomisme, humanisme)
1) Pendidikan tidak/ kurang berkuasa.
2) Anak lahir dengan membawa bakat yang baik.
c. Developmentalisme
1) Pendidikan berpengaruh tetapi terbatas.
2) Akan lahir dengan membawa bakat yang perlu dirangsang untuk berkembang
lebih canggih.

B. Bimbingan Konseling (counseling guidance)

8
Mudyahardjo, Redja.2006. PENGANTAR PENDIDIKAN, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal. 34
9
Afiful ikhwan, Ilmu Pendidikan: Batas-batas Pendidikan, http://afifulikhwan.blogspot.co.id/2011/11/ilmu-
pendidikan-batas-batas-pendidikan.html, di akses 17 April 2018 (15:13 WIB)
10
Mudyahardjo, Redja.2006. PENGANTAR PENDIDIKAN, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal. 35

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance 5 I


Bimbingan konseling berasal dari dua kata, yakni “bimbingan” dan “konseling”, jika
diartikan secara bahasa, kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda, bimbingan
merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang berasal dari kata “guide” dan memiliki
makna mengarahkan, memandu, membimbing, dan penuntun. Namun tidak semua
bimbingan yang dimaksud disini, bimbingan yang dimaksud adalah bimbingan dalam arti
bimbingan dan konseling.
Lebih luas Miller (dalam Tohirin: 2015), menjelaskan bahwa bimbingan merupakan
proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang
dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada sekolah, keluarga,
dan masyarakat.11
Merujuk pada penrnyataan Miller, Tohirin juga menguraikan beberapa sayrat yang
harus diperhatikan dalam proses bimbingan, sehigga bimbingan yang dimaksud sesui dengan
harapan dalam bimbingan dan koseling. Persyaratan tersebut sebagai berikut:
a. Adanya tujuan yang jelas untuk apa pertolongan itu diberikan.
b. Harus terencana.
c. Berproses dan sistematis.
d. Menggunakan berbagai cara atau pendekatan tertentu.
e. Dilakukan oleh orang ahli.
f. Dievaluasi untuk mengetahui keberhasilan dari pemberian bantuan.12
Berdasarkan makna secara bahasa serta pendapat beberapa ahli, maka dapat
disimpulkan, bahwa bimbingan dalam arti bimbingan dan konseling merupakan bentuk
pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang konselor (ahli) kepada klien (siswa) dengan
cara atau metode tertentu dengan tujuan untuk mencapai perkembangan yang optimal.
sedangkan konseling merupakan terjemahan dari kata “counseling” berasala dari
kata “counsel”yang artinya; nasihat, anjuran, dan berbicara. Secara etimologis istilah
koseling berasal dari bahasa latin “consilium” yang berarti dengan atau bersama yang
dirangkai dengan menerima atau memahami.13
Menurut Robinson (dalam Daryanto dan Farid: 2015), konseling adalah segala bentuk
hubungan antara dua orang dimana seorang klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan
diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.14
11
Tohirin. 2015. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integritas). Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. hal. 17
12
______. 2015. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integritas). Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. hal. 16
13
Daryanto, dan Muhammad Farid. 2015. BIMBINGAN KONSELING, Panduan Guru BK dan Guru
Umum. Yogyakarta: GAVA MEDIA. hal. 4
14
____________________________. 2015. BIMBINGAN KONSELING, Panduan Guru BK dan Guru
Umum. Yogyakarta: GAVA MEDIA. hal. 5

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance 6 I


Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwasanya konseling
merupakan bantuan yang diberikan oleh seorang konselor (ahli) kepada seorang klien agar
mampu menyesuaikan diri baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Secara keseluruhan bimbingan dan konseling dapat disimpulkan sebagai suatu proses
pemberian bantuan secara sistematis oleh seorang konselor kepada klien melalui pertemuan
tatap muka atau hubungan kausalitas antara keduanya, sehingga klien mampu
mengidentifikasi masalah serta mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, baik
itu masalah pada dirinya sendiri, maupun masalah yang disebabkan oleh faktor lingkungan.
1. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
Ruang lingkup berarti wilayah atau cangkupan yang dijangkau dalam bimbingan
dan konselinag, Daryanto dan Farid membagi ruang lingkup BK menjadi lima bagian,
sebagai berikut:
a. Ruang Lingkup dari segi Pelayanan
1) Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
a) Keterkaiatan antara bidang pelayanan bimbingan konseling dan bidang-bidang
lain.
Terdapat tiga bidang pelayanan pendidikan yaitu:
(1) Bidang kurikulum dan pengajaran meliputi; keterampilan, sikap, dan
kemampuan berkomunikasi peserta didik.
(2) Bidang administrasi dan kepemimpinan, yaitu bentuk-bentuk kegiatan
perencanaan, pembiayaan, prasarana dan sarana fisik, dan pengawasan.
(3) Bidang kesiswaan meliputi; berbagai fungsi dan kegiatan yang mnegacu
pada pelayanan kesiswaan secara individual.
b) Tanggung Jawab Konselor Sekolah
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab, konselor menjadi
“pelayan” bagi pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh.

2) Pelayanan Bimbingan dan Konseling di luar Sekolah


a) Bimbingan dan konseling keluarga
Pelayan bimbingan dan konseling keluarga bertujuan menangani
permasalahan dalam sebuah keluarga.
b) Bimbingan dan konseling dalam lingkungan yang lebih luas
Permasalah masyarakat juga berlaku di lingkungan perusahaan, industry,
kantor-kantor dan lembaga kerja lainnya serta organisasi masyarakat juga
tidak terlepas dari masalah dan memerlukan jasa bimbingan konseling.

b. Ruang Lingkup dari segi Fungsi


1) Fungsi pemahaman

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance 7 I


Dalam fungsi pemahaman, terdapat beberapa hala yang perlu dipahami, yaitu;
pemahaman tentang malasah klien. Dalam pengenalan, bukan saja hanya
mengenal diri klien, melainkan lebih dari itu, yaitu pemahaman yang menyangkut
latar belakang klien, kekuatan dan kelemahan, serta kondisi lingkungan klien.
Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas. Lingkungan klien ada dua, ada
sempit dan luas. Lingkungan sempit yaitu kondisi sekitar individu yang secara
langsung mempengaruhi individu. Dan lingkungan yang lebih luas adalah
lingkungan yang memberikan informasi kepada individu.

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance 8 I


2) Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan berfungsi untuk membantu klien agar tidak memasuki
ketegangan ataupun gangguan tingkat lanjut dari hidupnya.
3) Fungsi pengentasan
Fungsi pengentasan bertujaun untuk membantu klien menumbuhkan keyakinan
pada diri klien untuk perlahan dapat mengatasi permasalah yang dihadapi.
4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Memelihara segala yang baik yang ada pada diri klien dan dilaksanakan melalui
berbagai prosedur, kegiatan dan program.
c. Ruang Lingkup dari segi Sasaran
1) Perorangan/individual
Membantu peserta didik dalam mengenali serta mengembangkan potensi diri
yang dimiliki oleh peserta didik secara realistik.
2) Kelompok
Mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan satu kali kegiatan,
layanan kelompok tersebut dapat memberikan manfaat kepada sejumlah orang.
d. Ruang Lingkup dari segi Pendidikan dan Karir
Bentuk pelayanan yang membantu siswa tidak hanya dalam proses pengembangan
potensi akademik namun juga membantu siswa dalam memahami dan menilai
informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
e. Ruang Lingkup dari segi Sosial Budaya
Bentuk pelayanan yang membantu siswa untk menial dan memahami serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif.15

2. Prinsip dan Landasan Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan professional, oleh
sebab itu praktiknya harus mengikuti prinsip dan landasan-landasan tertentu.
a. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling dilingkungan
pendidikan, terdapat beberapa perinsip yang perlu diperhatikan. Perinsip tersebut
dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Arifin dan Eti
Kurniawati (dalam, Tohirin: 2015) menjabarkan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling kedalam empat bagian, yaitu; 1) prinsip-prinsip umum, 2) prinsip-prinsip
khusus yang berhubungan dengan individu (siswa), 3) prinsip-prinsip khusus yang
berhubungan dengan pembimbing, dan 4) prinsip-prinsip khusus yang berhubungan

15
Daryanto, dan Muhammad Farid. 2015. BIMBINGAN KONSELING, Panduan Guru BK dan Guru
Umum. Yogyakarta: GAVA MEDIA. hal. 19-22

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance 9 I


dengan organisasi dan adminidtrasi bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip tersebut
dijabarkan sebagaiberikut:
1) Prinsip-prinsip umum
a) Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbingnya.
b) Bimbingan diarahkan kepada memberikan bantuan agar individu yang
dibimbing mampu mengarahkan dirinya sendiri kepada kemampuan
menyelesaikan masalah.
c) Pemberian bimbingan disesuaikan dengan kebutuhan individu yang
dibimbing.
d) Bimbingan berkenaan dengan sikap dan tingkahlaku individu.
e) Pelaksanaan bimbingan dan konseling dimulai dengan mengidentifikasi
kebutuhan yang dirasakan individu yang dibimbing.
f) Upaya pemberian bantuan harus dilakukan secara fleksibel.
g) Program bimbingan dan konseling harus disesuaikan dengan kebutuhan
lembaga pendidikan yang bersangkutan.
h) Implementasi bimbingan dan konseling harus dilakukan oleh ahli dan telah
bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait.
i) Harus dilakukan evaluasi berkala dan berkesinambungan.

2) Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu (siswa)


a) Pelayanan bimbingan dan konseling harus diberikan kepada seluruh siswa.
b) Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas pelayanan bimbingan dan
konseling kepada siswa.
c) Program pemberian bimbingan dan konseling harus berpusat pada siswa.
d) Pelayanan bimbingan dan konseling harus dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan siswa dan luas.
e) Keputusan akhir dalam proses bimbingan dan konseling harus dibentuk oleh
siswa (klien) sendiri.
f) Siswa yang telah memperoleh bimbingan dan konseling secara bertahap harus
mampu menolong dirinya sendiri.

3) Prinsip khusus yang berhubungan dengan pembimbing


a) Pembimbing (konselor) harus melakukan tugas sesuai dengan kemampuan
masing-masing.
b) Pembimbing (konselor) harus sesuai dengan kualifikasi seorang pembimbing.
c) Sebagai tuntutan profesi, pembimbing harus senantiasa berusaha
mengembangkan kompetensi diri.
d) Pembimbing hendaknya selalu mempergunakan berbagai informasi yang
tersedia tentang kliennya.

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance 10 I


e) Pembimbing harus menghormati dan menjaga rahasia kliennya.
f) Pembimbing hendaknya menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan
tugasnya.
4) Prinsip yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi pelayanan
bimbingan dan konseling
a) Bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara sistematis dan
berkelanjutan.
b) Pelaksanaan bimbingan dan konseling harus ada kartu pribadi bagi setiap
klien.
c) Program bimbingan dan konseling harus disusun sesuai dengan kebutuhan
lembaga pendidikan yang bersangkutan.
d) Harus ada pembagian waktu antarpembimbing.
e) Metode yang digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling harus
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien.
f) Dalam pelaksanaannya, lembaga pendidikan terkait harus menjalin kerjasama
dengan berbagai pihak.
g) Pimpinan dalam sutu lembaga pendidikan merupakan penanggung jawab
utama dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.16

b. Landasan Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang memberikan bantuan
kepada klien. Pelaksanaannya selain harus berlandaskan pada prinsip-prinsip tertentu,
juga harus mengacu pada landasan bimbingan dan konseling itu sendiri. Prayitno dan
Atmi (dalam Tohiri: 2015) membagi landasan bimbingan dan konseling menjadi
beberapa bagian, sebagai berikut:
1) Landasan filosofis
Pemikiran filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan
konseling secara umum dan bagi konselor secara khusus; yaitu, membantu
konselor dalam memahami situasi konesling dan dalam membuat keputusan yang
tepat. Landasan filosofis dalam pelayanan bimbingan dan konseling akan
membantu konselor memahami hakikat klien (siswa) sebagai manusia.
2) Landasan religious

16
Tohirin. 2015. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integritas). Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. hal. 63-75

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance 11 I


Dimensi spiritual pada manusia menunjukkan bahwa manusia hakikatnya adalah
makhluk religius. Hal ini menimbulkan keyakinan bahwa manusia adalah
makhluk tuhan.
Landasan religius bagi layanan bimbingan dan konseling setidaknya ditekankan
pada tiga pokok, yaitu; 1) keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta
adalah ciptaan Allah SWT., 2) sikap yang mendorong perkembangan kehidupan
manusia berjalan kea rah yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama, 3) upaya yang
memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal.
3) Landasan psikologis
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling sejumlah aspek psikologi
yang perlu dikuasai oleh para pembimbing (konselor) meliputi; 1) motif dan
motivasi, 2) pembawaan dasar dan lingkungan, 3) perkembangan individu, 4)
belajar, balikan, dan penguatan serta 5) keperibadian.
4) Landasan social budaya
Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa
hidup secara sendiri tanpa orang lain. Klien (siswa) sebagai manusia juga
merupakan makhluk social. Dimensi social manusia harus tetap dipertahankan
sambil terus dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling.
5) Landasan ilmiah dan teknologi
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang
dilakasanakan atas dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teori,
pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangannya.
Selain perlu dukungan sejumlah ilmu, praktik pelayanan bimbingan dan konseling
juga memerlukan dukungan perangkat teknologi. Saat ini, perangkat teknologi
yang banyak digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah
komputer.
6) Landasan pedagogis
Landasan pedagogis pelayanan bimbingan dan konseling berkaitan dengan; 1)
pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan
salah satu kegiatan pendidikan, 2) pendidikan sebagai inti dari suatu proses
bimbingan dan konseling, dan 3) penidikan lebih lanjut sebgai inti tujuan
bimbingan dan konseling.17

17
Tohirin. 2015. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integritas). Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. hal. 87-100

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance 12 I


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Manusia sejak lahir telah dibekali dengan sejumlah potensi. Potensi adalah kemampuan,
kesanggupan, daya yang menjadi modal bagi manusia tersebut agar kelak siap mandiri dalam
menjalani kehidupan di lingkungan di mana dia berada.
M.J Langeveld yang memandang manusia sebagai “animal educandum” yang mengandung
makna bahwa manusia merupakan makhluk yang perlu atau harus dididik, karena manusia pada
saat dilahirkan dalam kondisi tidak berdaya. Seorang bayi yang baru dilahirkan sangat
memerlukan bantuan, ia memiliki ketergantungan yang sangat besar. Walaupun dikemudia hari ia
akan menjadi manusia yang mandiri. Namun untuk sampi pada masa itu, manusia harus diberi
pendidikan, sehingga pada saatnya nanti tidak hanya sebagai manusia yang terdidik tetapi juga
menjadi manusia yang mampu mendidik (homo educandus).
Dalam proses pendidikan tersebut, manusia diberi ilmu pengetahuan, tidak hanya sebatas
teori dan praktik, namun bimbingn khusus juga perlu diberikan, sehingga proses pendidikan
dapat berjalan dan mencapai tujuan yang optimal. Kondisi tersebut diarahkan pada pemeberian
layanan bimbingan khusus berupa bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling
sebenarnya tidak hanya ada pada ruang lingkup pendidikan, namun khusnya pada tahap ini,
bimbingan dan konseling dalam ruang lingkup pendidikan dilakukan untuk membantu siswa
memecahkan permasalah-permasalah yang mungkin dapat mengganggu proses perkembangan
pendidikannya, baik itu permasalahan yang timbul akibat diri sendiri maupun yang ditimbulkan
oleh pengaruh lingkungan. Dalam hal ini konselor (pembimbing) adalah seorang ahli,
melaksanakan tugasnya dengan metode dan teknik yang sesuai dengan kebutuhan klien (siswa),
dan bertujuan bukan untuk membantu siswa memecahkan masalah pada arti sebenarnya, namun
untuk membantu siswa agar mampu memcahkan masalahnya sendiri.

Daftar Pesputakaan ?

Homo Educandum at Homo Educandus and Counseling Guidance 13 I

You might also like