Professional Documents
Culture Documents
Makalah Homo Educandum at Homo Educandus and Caounseling Guidance
Makalah Homo Educandum at Homo Educandus and Caounseling Guidance
Makalah Homo Educandum at Homo Educandus and Caounseling Guidance
Alhamdulillahi robbil’alamin puji syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT yang
telah memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah Landasan Ilmu Pendidikan tentang “Homo Educandum et Homo Educandus and
Counseling Guidance” .
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak/ Ibu Dosen khususnya kepada
Dosen pengampu mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan, atas bimbingan yang diberikan kepada
kami sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Mungkin di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun untuk pembuatan makalah-makalah selanjutnya sangat diharapkan agar
selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini berguna untuk kita
semua.
Penyusun
KATA PENGANTAR………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. ii
ABSTRAK…………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………. 1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………. 2
C. TUJUAN…………………………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pandangan Pendidikan Tentang Manusia Sebagai Animal Educandum
(Homo Educandum) 3
………………………………………………………………………. 3
1. Mengapa Manusia Harus Dididik/ Mendidik…………………………………..
2. Mengapa Manusia Dapat Dididik/ Mendidik………………………………….. 4
3. Batas-batas Kemungkinan Pendidikan………………………………………… 5
6
B. Bimbingan Konseling (counseling guidance)……………………………………
1. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling……………………………………. 7
2. Prinsip dan Landasan Pelayanan Bimbingan dan Konseling………………….. 9
a. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling…………………………………
b. Landasan Pelayanan Bimbingan dan Konseling………………………….. 9
12
DAFTAR PUSTAKA
Makalah ini dibuat untuk menambah khasanah keilmuan tentang manusia sebagai
makhluk terdidik (homo educandum) dan atau pendidik (homo educandus) serta sebagai
konselor (pembimbing) untuk memecahkan permasalahan bagi konseli (klien).
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang lahir tidak berdaya, oleh karena
pendidikan manusia menjadi manusia yang seutuhnya. Seperti yang telah di jelaskan
Mudyahardjo (2006), pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu. Oleh Langeveld Dikatakan sebabagai animal educandum at homo educandus.
Oleh karena manusia adalah makhluk yang memerlukan pendidikan, maka setiap
individu memerlukan bimbingan dalam segala aspek kehidupan untuk mendapatkan
perkembangan yang optimal, dizaman yunani kuno disebut dengan bimbingan dan konseling,
dimana saat itu ditekankan upaya pengembangan individu melalui pendidikan sehingga dapat
berperan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu tokohnya yaitu Plato, dimana ia telah
memusatkan perhatian pada masalah yang menyangkut bagaimana membangun pribadi manusia
yang baik dan teknik apa yang bisa mempengaruhi manusia dalam mengembangkan
keyakinannya.
1
UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-menurut-
uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/.[.....,.....,...].
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan pendidikan manusia sebagai animal educanmum!
2. Apa dan bagaimana bimbingan dan konseling dalam pendidikan!
C. Tujuan
1. Menjelaskan pandangan pendidikan tentang manusia sebagai animal educandum.
2. Menjelskan bimbingan dan konseling serta prinsip dan landasan bimbingan dan konseling
dalam pendidikan.
Manusia adalah makhluk yang lahir dalam keadaan tidak mengetahui apapun, namun
dalam pertumbuhannya manusia dapat diberi pendidikan, sehingga manusia tidak hanya
dapat dididik namun juga dapat mendidik. Hal ini yang membedakan manusia dari makhluk
lainnya. 4
5
Wawan, Ahmad. https://siratullah186.wordpress.com/2009/12/30/beberapa-pandangan-tentang-hakikat-
perkembangan-hidup-manusia/, diakses 17 April 2018 (12:49WIB)
Martinus J. Langeveld adalah seorang tokoh pendidikan dunia, ia memperoleh gelar doktor dengan disertasi
berjudul Taal en Denken di 12 tot 14 Jarige Leerlingen (Bahasa dan Berpikir siswa dalam usia 12 sampai 14 tahun)
pada tahun 1934. Pada tahun 1939, ia menjabat sebagai Ketua Pedagogi di Universitas Utrecht. Sampai Perang
Dunia II, pedagogi sebagian besar dihubungkan dengan persiapan guru dan pada tahun 1946, pedagogi menjadi
disiplin independen di Universitas Utrecht.
Salah satu teks Langeveld yang paling berpengaruh adalah Beknopte Theoretische Pedagogiek (Pedagogi Teoritis
Concise), di mana ia megembangkan suatu pedagogi fenomenologis. Karya ini diterbitkan dalam edisi 15 antara
tahun 1946 dan 1979.
Langeveld menganalisis fenomena membesarkan anak dan pengalaman pendidikan dengan memperhatikan dekat
dengan situasi konkret dan umum dan peristiwa dalam kehidupan anak-anak dan orang dewasa. Hal ini
menyebabkan hasil yang luar biasa. Misalnya, dia menolak bahwa otoritas pedagogis harus berkaitan dengan teori
umum otoritas. Otoritas bukan hanya soal pilihan moral, melainkan otoritas diperlukan karena anak-anak
membutuhkan pedagogi untuk keberadaan mereka dan agar dapat tumbuh.
6
Maman A. Majid Binfas. 2016. Meluruskan Sejarah MUHAMMDIYAH-NU, Restropeksi Grakan
Pendidikan & Kebudayaan. Jakarta: UHAMKA Press. hal. 12
7
Mudyahardjo, Redja.2006. PENGANTAR PENDIDIKAN, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal. 33
8
Mudyahardjo, Redja.2006. PENGANTAR PENDIDIKAN, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal. 34
9
Afiful ikhwan, Ilmu Pendidikan: Batas-batas Pendidikan, http://afifulikhwan.blogspot.co.id/2011/11/ilmu-
pendidikan-batas-batas-pendidikan.html, di akses 17 April 2018 (15:13 WIB)
10
Mudyahardjo, Redja.2006. PENGANTAR PENDIDIKAN, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal. 35
15
Daryanto, dan Muhammad Farid. 2015. BIMBINGAN KONSELING, Panduan Guru BK dan Guru
Umum. Yogyakarta: GAVA MEDIA. hal. 19-22
16
Tohirin. 2015. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integritas). Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. hal. 63-75
17
Tohirin. 2015. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integritas). Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. hal. 87-100
Kesimpulan
Manusia sejak lahir telah dibekali dengan sejumlah potensi. Potensi adalah kemampuan,
kesanggupan, daya yang menjadi modal bagi manusia tersebut agar kelak siap mandiri dalam
menjalani kehidupan di lingkungan di mana dia berada.
M.J Langeveld yang memandang manusia sebagai “animal educandum” yang mengandung
makna bahwa manusia merupakan makhluk yang perlu atau harus dididik, karena manusia pada
saat dilahirkan dalam kondisi tidak berdaya. Seorang bayi yang baru dilahirkan sangat
memerlukan bantuan, ia memiliki ketergantungan yang sangat besar. Walaupun dikemudia hari ia
akan menjadi manusia yang mandiri. Namun untuk sampi pada masa itu, manusia harus diberi
pendidikan, sehingga pada saatnya nanti tidak hanya sebagai manusia yang terdidik tetapi juga
menjadi manusia yang mampu mendidik (homo educandus).
Dalam proses pendidikan tersebut, manusia diberi ilmu pengetahuan, tidak hanya sebatas
teori dan praktik, namun bimbingn khusus juga perlu diberikan, sehingga proses pendidikan
dapat berjalan dan mencapai tujuan yang optimal. Kondisi tersebut diarahkan pada pemeberian
layanan bimbingan khusus berupa bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling
sebenarnya tidak hanya ada pada ruang lingkup pendidikan, namun khusnya pada tahap ini,
bimbingan dan konseling dalam ruang lingkup pendidikan dilakukan untuk membantu siswa
memecahkan permasalah-permasalah yang mungkin dapat mengganggu proses perkembangan
pendidikannya, baik itu permasalahan yang timbul akibat diri sendiri maupun yang ditimbulkan
oleh pengaruh lingkungan. Dalam hal ini konselor (pembimbing) adalah seorang ahli,
melaksanakan tugasnya dengan metode dan teknik yang sesuai dengan kebutuhan klien (siswa),
dan bertujuan bukan untuk membantu siswa memecahkan masalah pada arti sebenarnya, namun
untuk membantu siswa agar mampu memcahkan masalahnya sendiri.
Daftar Pesputakaan ?