Professional Documents
Culture Documents
Pasien Pribadi
Pasien Pribadi
DEMAM DENGUE
Disusun oleh :
Renjana Rizkika
1620221049
Diajukan kepada :
RSUP PERSAHABATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
“Demam Dengue”
Disusun Oleh:
Renjana Rizkika
162 0221 049
Mengesahkan:
Pembimbing Klinik Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan pasien pribadi ini. Penulis
berharap agar laporan persentasi kasus ini dapat dimanfaatkan oleh tenaga
kesehatan dan instasi.
Dalam penyelesaian laporan presentasi kasus ini penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada :
1. dr. Fauzi Mahfuzh, Sp.A (K)
2. Teman-teman Departemen stase Anak RS. Persahabatan yang selama ini
selalu memberikan dukungan
Penulis menyadari bahwa selama penulisan ini, penulis masih mempunyai
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritikan untuk
menyempurnakan laporan persentasi kasus ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Cover ……………………………………………………………………….. 1
BAB IV Pembahasan………………………………………………………..34
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AJ
No. RM : 23636xx
Tanggal Lahir (Umur) : 22 April 2013
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :Bendungan jago, Hutan panjang, Kemayoran,
Jakarta Pusat
Tanggal Masuk : 27 April 2018
Ruang Rawat : Bugenville Bawah
6
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah dirawat dengan keluhan yang sama
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak terdapat keluhan yang sama pada keluarga pasien
Riwayat Sosial dan Lingkungan :
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan dua saudara kandung, dengan
keadaan rumah sempit dan jarak antar rumah yang padat. Bapak pasien bekerja
sebagai pegawai swasta, ibu sebagai ibu rumah tangga.
7
Riwayat Perkembangan :
Perkembangan Usia
Motorik Kasar Tengkurap 4 bulan
Merangkak 6 bulan
Duduk 8 bulan
Berdiri 10 bulan
Berjalan 1thn 2bln
Motorik Halus Menggenggam 2-3 bulan
Memindahkan benda 6 bulan
Bahasa Bersuara 2 bulan
Tertawa/ berteriak 3 bulan
Berbicara tanpa arti (babbling) 4-5 bulan
Papa mama 9 bulan
Sosial Mengenal orang 2 bulan
Tepuk tangan 9 bulan
Kesimpulan : Riwayat perkembangan sesuai dengan anak seusianya.
Riwayat Makan :
8
12 bulan – Susu Biskuit, buah Nasi dengan
saat ini Formula 3-4 pisang, melon, lauk menu
botol susu pepaya, jeruk, keluarga, 1
-
ukuran semangka mangkok
sedang kecil, 1 hari
3 kali
Kesan : Kuantitas cukup dan kualitas cukup
Riwayat Imunisasi :
Vaksin Jadwal
BCG √ (usia 2 bulan)
DPT √ (usia 2, 3, 4 bulan)
Hepatitis B √ (usia 0, 2, 3, 4 bulan)
Polio √ (usia 1,2,3,4 bulan)
Campak √ (usia 9 bulan)
Hib √ (usia 2, 3, 4 bulan)
Kesan: imunisasi dasar lengkap, namun terdapat imunisasi booster Hib, DTP dan
polio pada usia 18 bulan
9
Data Antropometri :
Berat badan : 13,5 kg
Tinggi badan : 105 cm
Status Antropometri
1. BB/U
10
2. TB/U
3. BB/TB
11
Kesan : gizi baik
Status Generalis
Kepala : Normocephal, rambut hitam sedikit kemerahan, distribusi
merata, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, palpebra cekung
-/-, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak
langsung +/+, air mata +/+
Telinga : Sekret -/-
Hidung : Nafas cuping hidung -/-, sekret -/-
Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis (-), sariawan (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-), Tonsil T1-T1, tidak hiperemis
Leher : Perbesaran KGB (-)
Thoraks :
Inspeksi : Normochest, Simetris saat statis dan dinamis,
retraksi subcostal (+), iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor pada kedua hemithoraks
Auskultasi : Suara nafas ekspiratorium memanjang, Rhonki -/-,
Wheezing +/+
BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen
Palpasi : Supel, terdapat nyeri tekan epigastrium (+), tidak
ada pembesaran hepar dan lien, turgor baik
Ekstremitas : Akral hangat, simetris, CRT <2 detik, edema (-), sianosis (-
), Refleks patologis (-)
12
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : Tanggal 26 April 2018 (10:25)
Darah Perifer Lengkap Nilai Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 13.6 g/dL 11.5-14.5
Hematokrit 42 % 33.0-43.0
Eritrosit 5.89 106/uL 3.90-5.30
MCV - fL 76.0-90.0
MCH - Pg 25.0-31.0
MCHC - g/dL 32.0-36.0
Trombosit L 101 103/uL 150-400
Leukosit L 3,3 103/uL 4.0-12.00
Hitung Jenis
Basofil - % 0-1
Eosinofil - % 1-3
Neutrofil - % 52.0-76.0
Limfosit - % 20-40
Monosit - % 2-8
RDW-CV - <15.0
13
Eosinofil L 0.0 % 1-3
Neutrofil L 22.2 % 52.0-76.0
Limfosit H 67.7 % 20-40
Monosit H 9.6 % 2-8
RDW-CV 13.4 <15.0
V. PENATALAKSANAAN (PLANNING)
Medikamentosa :
o Infus RL 1105 cc/hari 16 tpm makro
o PO paracetamol 4 x 6 ml
Non Medikamentosa :
o Observasi keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda syok dan
perdarahan
o Cek DPL/8 jam
o Edukasi mengani kondisi penyakit pasien
VI. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad bonam
Ad Functionam : Ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
14
Follow Up
Hari /
S O A P
Tanggal
Jumat Demam (+) KU: Sakit Sedang • Demam Infus RL, 12 tpm
27/04/2018 Mual (+) Kes: CM Dengue
Muntah (-) Suhu : 37,9 ºC PO paracetamol 4
Nyeri kepala Nadi : 98 x/menit, reguler,
(+) kuat, isi cukup. x 6 ml
Pernapasan : 28 x/menit
Tekanan darah : 110/70 Cek DPL/8 jam
Saturasi O2 : 98% tanpa O2
Rumple leed (-)
Sabtu Demam (-) KU: Sakit Ringan Demam Infus RL, 12 tpm
28/04/2018 Mual (-) Kes: CM Dengue
Muntah (-) Suhu : 37 ºC • PO paracetamol
Nyeri kepala Nadi : 80 x/menit, reguler, 4 x 6 ml
(-) kuat, isi cukup. • Cek DPL/8 jam
Pernapasan : 30 x/menit
Tekanan darah : 120/80
Saturasi O2 : 97% tanpa O2
Rumple leed (-)
Minggu Demam (-) KU: Sakit Ringan Demam Infus RL, 12 tpm
29/04/2018 Mual (-) Kes: CM Dengue
Muntah (-) Suhu : 36,4 ºC • PO paracetamol
Nyeri kepala Nadi : 113 x/menit, reguler, 4 x 6 ml
(-) kuat, isi cukup. • Cek DPL/8 jam
Pernapasan : 24 x/menit
Tekanan darah : 120/70
Saturasi O2 : 99 % tanpa O2
White island in the red sea
di kaki, tangan dan
abdomen (+)
Senin Demam (-) KU: Baik Demam Infus RL, 12 tpm
30/04/2018 Mual (-) Kes: CM Dengue
Muntah (-) Suhu : 36 ºC • PO paracetamol
Nyeri kepala Nadi : 94 x/menit, reguler, 4 x 6 ml
(-) kuat, isi cukup. • Aff infus
Pernapasan : 27 x/menit BLPL
Tekanan darah : 110/70
Saturasi O2 : 99 % tanpa O2
White island in the red sea
di kaki, tangan dan
abdomen (+)
15
Laboratorium : Tanggal 27 April 2018 (23:05)
Darah Perifer Lengkap Nilai Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 13.2 g/dL 11.5-14.5
Hematokrit 38.1 % 33.0-43.0
Eritrosit H 5.63 106/uL 3.90-5.30
MCV L 67.7 fL 76.0-90.0
MCH L 23.4 Pg 25.0-31.0
MCHC 34.6 g/dL 32.0-36.0
Trombosit L 76 103/uL 150-400
Leukosit L 1.33 103/uL 4.0-12.00
Hitung Jenis
Basofil 0.0 % 0-1
Eosinofil L 0.0 % 1-3
Neutrofil L 21.8 % 52.0-76.0
Limfosit H 69.9 % 20-40
Monosit H 8.3 % 2-8
RDW-CV 13.6 <15.0
16
Neutrofil L 24.4 % 52.0-76.0
Limfosit H 60.3 % 20-40
Monosit H 14.3 % 2-8
RDW-CV 13.7 <15.0
Anti dengue
17
Laboratorium : Tanggal 29 April 2018 (07:37)
Darah Perifer Lengkap Nilai Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 13.1 g/dL 11.5-14.5
Hematokrit 38.3 % 33.0-43.0
Eritrosit H 5.53 106/uL 3.90-5.30
MCV L 69.3 fL 76.0-90.0
MCH L 23.7 Pg 25.0-31.0
MCHC 34.2 g/dL 32.0-36.0
Trombosit L 65 103/uL 150-400
Leukosit L 1.68 103/uL 4.0-12.00
Hitung Jenis
Basofil 0.0 % 0-1
Eosinofil L 0.6 % 1-3
Neutrofil L 34.5 % 52.0-76.0
Limfosit H 56 % 20-40
Monosit H 8.9 % 2-8
RDW-CV 13.5 <15.0
18
Neutrofil L 27.5 % 52.0-76.0
Limfosit H 62.5 % 20-40
Monosit H 8.2 % 2-8
RDW-CV 13.6 <15.0
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul
4x106 (Suhendro, 2006). Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat menyebabkan
penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah terinfeksi oleh
salah satu dari empat jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus dengue yang
berbeda.
Sistem imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi pertama justru
akan mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat terinfeksi untuk ke
dua kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus dengue selama masa
hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi satu kali akibat adanya sistem
imun tubuh yang terbentuk (Kristina dkk, 2004).
20
Tabel 2.1 vektor dan distribusi vektor-vektor penyakit mirip dengue.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes
(terutama A. Aegepty dan A. Albopticus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan
dengan sanitasi lingkungan dan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu
bejana yang berisi air, seperti bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air
lainnya. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam denganbintik- bintik putih pada bagian badan,
kaki, dansayapnya. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisapcairan tumbuhan atau sari
bunga untuk keperluanhidupnya. Sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina
ini lebih menyukai darah manusia dari pada binatang. Biasanya nyamuk betina mencari
mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-10.00) sampai
petang hari (16.00-17.00) Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap darah berulang
kali untuk memenuhi lambungnya dengan darah.
Beberapa faktor yang diketahui berkaitan dengan transmisi virus dengue, yaitu:
a. Vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di
lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain.
c. Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi, kepadatan penduduk, dan ketinggian di bawah
1000 di atas permukaan laut (Suhendro, 2006).
Dengan demikian nyamuk ini sangat infektif sebagai penular penyakit. Setelah
mengisap darah,nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau diluar rumah. Tempat
hinggap yang disenangi adalah benda-benda yang tergantung dan biasanya ditempat yang
21
agak gelap dan lembab. Disini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.
Selanjutnya nyamuk betina akan meletakkan telurnya didinding tempat perkembangbiakan,
sedikit diatas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam
waktu 2 hari setelah terendam air. Jentik kemudian menjadi kepompong dan akhirnya
menjadi nyamuk dewasa (Siregar, 2004).
22
terkena. Viremia timbul pada saat menjelang gejala klinis tampak hingga 5-7 hari
setelahnya. Virus bersirkulasi dalam darah perifer di dalam sel monosit / makropag, sel
limfosit B dan sel limposit T. manisfestasi klinis infeksi virus dengue tergantung pada
bagian faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh penderita. Terdapat berbagai keadaan
mulai dari tanpa gejala (asimtomatis) demam ringan yang tidak spesifik, demam dengue,
demam berdarah dengue, dan sidrom syok dengue. (Soegeng, 2006).
Ada dua perubahan patofisiologis utama terjadi pada DBD pertama adalah
peningkatan permeabilitas vascular yang meningkatkan kehilangan plasma dari
kompartemen vascular. Keadaan ini mengakibatkan hemokonsentrasi, tekanan nadi rendah,
dan tanda syok lain, bila kehilangan plasma sangat membahayakan, perubahan kedua
adalah gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vascular, trombositopenia
dan koagulopati, mekanisme yang dapat menunjang terjadinya DBD adalah peningkatan
reflikasi virus dalam makropag oleh anti bodi hetorotipik. Pada infeksi sekunder dengan
virus dari serotype yang berbeda dari yang menyebabkan infeksi primer, antibody reaktif
silang yang gagal untuk menetralkan virus dapat meningkatkan jumlah monosit terinfeksi
saat kompleks antibody virus dengue masuk ke dalam sel (WHO, 2005).
Walaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) disebabkan
virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang menyebabkan
perbedaan klinis. Perbedaan yang utama adalah pada peristiwa renjatan yang khas pada
DBD. Renjatan itu disebabkan karena kebocoran plasma yang diduga karena proses
imunologi, pada demam dengue ini tidak terjadi, manisfestasi klinis demam dengue timbul
akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus. (Soegeng, 2006).
23
Bagan 2.1 Hipotesis secondary heterologous infection (Suhendro, 2006)
2.1.4 Gambaran Klinis Demam Berdarah
Demam dengue ditandai oleh gejala-gejala klinik berupa demam, tanda-tanda
perdarahan, hematomegali dan syok. Gejala - gejala tersebut yaitu demam tinggi yang
mendadak, terus – menerus berlangsung selama 2 sampai 7 hari, naik turun (demam
bifosik). Kadang – kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 400C dan dapat terjadi kejang
demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada demam berdarah dengue. Pada saat
fase demam sudah mulai menurun dan pasien seakan sembuh hati – hati karena fase
tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ketiga dari demam.
Gejala klinik dari masing - masing Demam Dengue (DD), Demam berdarah
Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD) dapat dibedakan seperti dijelaskan
dibawah ini.
24
Ruam ini dapat berbentuk makulopapular yang biasa timbul pada awal timbulnya gejala (1
- 2 hari) kemudian menghilang tanpa bekas dan selanjutnya timbul ruam merah halus (hari
ke 6 atau 7) terutama di daerah kaki, telapak kaki dan tangan. Selain itu dapat juga
ditemukan petekia. Dari pemeriksaan darah dapat dijumpai leukopeni dan kadang
trombositopeni. Masa penyembuhan dapat disertai rasa lesu berkepanjangan, terutama pada
usia dewasa (Depkes RI, 2007). Pada keadaan wabah dilaporkan adanya demam dengue
yang disertai dengan perdarahan seperti epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan saluran
cerna, hematuri dan menoragi. Keadaan demam dengue dengan perdarahan ini harus
dibedakan dengan demam berdarah dengue, karena pada demam dengue tidak dijumpai
adanya kebocoran plasma yang dapat dibuktikan dengan adanya hemokonsentrasi, pleural
efusi dan asites (Depkes RI, 2007).
25
perubahan minimal dan hanya sementara, sedangkan pada kasus berat penderita dapat
mengalami syok (Depkes RI, 2007).
26
ekstravaskuler. Penyebab utama dari vaskulopati adalah dikeluarkannya zat anafilotoksin
C3a dan C5a (Nasiruddin, 2006).
Penurunan produksi trombosit pada fase awal penyakit (hari sakit ke-1 sampai dengan ke-
4) merupakan penyebab trombositopenia. Pada saat itu sumsum tulang tampak hiposeluler
ringan dan megakariosit meningkat dalam berbagai bentuk fase maturasi. Tampaknya,virus
secara langsung menyerang mieloid dan megakariosit. Pada hari sakit ke-5 sampai dengan
ke-8, terjadinya trombositopenia terutama disebabkan oleh penghancuran trombosit dalam
sirkulasi. Kompleks imun yang melekat pada permukaan trombosit mempermudah
penghancuran trombosit oleh sistem retikuloendotelial dalam hati dan limpa,
mengakibatkan trombositopenia. Tetapi, penghancuran trombosit ini dapat pula disebabkan
oleh kerusakan endotel, antibodi trombosit spesifik, atau koagulasi intravaskular
diseminata (Suhendro, 2006; Nasiruddin, 2006).
Terbentuknya kompleks antigen-antibodi antara antigen virus Dengue dengan
antibodi selain menyebabkan proses terjadinya trombositopenia juga akan mengaktifkan
sistem koagulasi. Proses ini dimulai dari aktivasi faktor XIIa (hegemen) menjadi bentuk
XIIa yang aktif, selanjutnya faktor XIIa akan mengaktifkan faktor koagulasi lainnya secara
berurutan mengikuti suatu kaskade sehingga terbentuk fibrin. Di samping itu aktivasi faktor
XII akan menggiatkan sistem kinin yang berperan meningkatkan permeabilitas kapiler.
Faktor XIIa juga akan mengaktifkan sistem fibrinolisis melalui proses enzimatis sehingga
terjadi perubahan plasminogen menjadi plasmin, di mana plasmin mempunyai sifat
proteolik dengan sasaran khusus adalah fibrin. Aktivasi sistem koagulasi dan fibrinolisis
yang berkepanjangan berakibat menurunnya berbagai faktor koagulasi seperti fibrinogen
II, V, VII, VIII, IX dan X, serta plasminogen. Secara klinis dapat dijumpai gejala
perdarahan berat sebagai akibat trombositopenia berat, masa perdarahan dan masa
protombin yang memanjang, penurunan kadar faktor pembekuan II, V, VII, VIII, IX, dan
X bersama dengan hipofibrinogenemia dan peningkatan produk pemecahan fibrin
(Djajadiman,1999).
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah
demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah,
akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala
gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan plasma yang dapat bersifat ringan atau
sementara. Pada kasus berat, keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk setelah
27
beberapa hari demam pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 – 7, terdapat
tanda kegagalan sirkulasi, kulit terabab dingin dan lembab terutama pada uju ujung jari dan
kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak
teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut (Hadinegoro dkk, 2001).
a. Kriteria Klinis:
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2-
7 hari. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan: Uji tourniquet positif. petechiae,
ekimosis, puerpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis,
pembesaran hati, syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah (Depkes RI,
2004).
b. Laboratories:
28
Bila patokan hemokonsentrasi dan trambositopeni menurut kriteria WHO dipakai secara
murni, maka banyak penderita DBD yang tidak terjaring dan luput dari pengawasan. Untuk
mengantisipasi ini kelompok kerja DBD sepakat jumlah trombosit < 150.000 sel / ml
sebagai batas trambositopeni.
Menurut WHO pentahapan demam berdarah dengue (DBD) diklasifikasikan
menjadi empat tingkat keparahan, dimana derajat III dan IV dianggap DSS. Adanya
trombositopenia dengan disertai hemokonsentrasi membedakan derajat I dan II DHF
dari DF.
Derajat I: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah
uji tourniquet.
Derajat II: Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
lainnya.
Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kaki dingin dan
lembab dan tampak gelisah.
Derajat IV: syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
29
DBD III Gejala di atas trombositopenia <100.000,Ht
ditambah meningkat ≥20%
kegagalan
sirkulasi (kulit
dingin dan lembab
serta gelisah)
DBD IV Syok berat disertai trombositopenia <100.000,Ht
dengan tekanan meningkat ≥20%
darah dan nadi
tidak terukur.
Tabel 2.1 derajat demam berdarah (Suhendro, 2006).
o HI (Hemaglutination Inhibition)
Pemeriksaan HI dianggap sebagi tes standar (gold standard). Namun
pemeriksaan ini memerlukan 2 sampel darah (serum) dimana spimen
kedua harus diambil pada fase konvalensen (penyembuhan) sehingga tidak
dapat memberikan hasil yang cepat.
30
khusus, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil, sulit dan mahal
(Depkes RI, 2005).
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien DBD umumnya berorientasi kepada pemberian cairan. Harris et al.
(2003) mendemonstrasikan bahwa meminum cairan seperti air atau jus buah dalam 24 jam
sebelum pergi ke dokter merupakan faktor protektif melawan kemungkinan dirawat inap
di rumah sakit.
Setiap pasien tersangka demam dengue atau DBD sebaiknya dirawat di tempat terpisah
dengan pasien penyakit lain, sebaiknya pada kamar yang bebas nyamuk (berkelambu).
Penatalaksanaan pada demam dengue atau DBD tanpa penyulit adalah:
1. Tirah baring.
2. Pemberian cairan.
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5-2 liter dalam 24 jam
(susu, air dengan gula/sirup, atau air tawar ditambah dengan garam saja).
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis.
Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres kepala, ketiak atau inguinal. Antipiretik
sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron. Hindari pemakaian asetosal
karena bahaya perdarahan.
4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
Pasien DHF perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda syok, yaitu:
1. Keadaan umum memburuk.
Jika ditemukan tanda-tanda dini tersebut, infus harus segera dipersiapkan dan terpasang
pada pasien. Observasi meliput pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan umum, nadi,
tekanan darah, suhu dan pernafasan; serta Hb dan Ht setiap 4-6 jam pada hari-hari pertama
pengamatan, selanjutnya setiap 24 jam.
Terapi untuk sindrom syok dengue bertujuan utama untuk mengembalikan volume
cairan intravaskular ke tingkat yang normal, dan hal ini dapat tercapai dengan pemberian
segera cairan intravena. Jenis cairan dapat berupa NaCl 0,9%, Ringer’s lactate (RL) atau
31
bila terdapat syok berat dapat dipakai plasma atau ekspander plasma. Jumlah cairan
disesuaikan dengan perkembangan klinis. Resusitasi cairan paling baik dilakukan pada
tahap syok hipovolemik kompensasi, sehingga dapat mencegah terjadinya syok
dekompensasi dan ireversibel. Bolus kristaloid isotonik 10-30 ml/kgbb diberikan
dalam 6-10 menit, (WHO kurang dari 20 menit) melalui akses intravaskular atau
intraoseal dengan bantuan syringe pump dan three-way stopcock. Setiap selesai
pemberian bolus dilakukan penilaian keadaan anak. Bila masih terdapat tanda syok
diberikan bolus kristaloid kedua 10-30 ml/kgbb/6-10menit. Bolus selanjutnya baik
kristaloid maupun koloid diberikan sampai perfusi sistemik membaik dan syok
teratasi. Anak yang mengalami syok hipovolemik sering memerlukan cairan
resusitasi 60-80 ml/kgbb dalam satu jam pertama dan 200 ml/kgbb dalam beberapa
jam kemudian. Ekspansi volume intravaskular secara cepat dengan panduan
diuresis dapat mengembalikan tekanan darah dan perfusi perifer. Cairan resusitasi
dapat diberikan secara aman sampai 30% volume intravaskular. Pada kasus syok
berat, cairan diberikan dengan diguyur, dan bila tak tampak perbaikan, diusahakan
pemberian plasma atau ekspander plasma atau dekstran atau preparat hemasel dengan
jumlah 15-29 ml/kg berat badan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keadaan asidosis yang
harus dikoreksi dengan Na-bikarbonat. Pada umumnya untuk menjaga keseimbangan
volume intravaskular, pemberian cairan intravena baik dalam bentuk elektrolit maupun
plasma dipertahankan 12-48 jam setelah syok selesai.
Pada tahun 1997, WHO merekomendasikan jenis larutan infus yang dapat diberikan pada
pasien demam dengue/DBD:
1. Kristaloid.
a. Larutan ringer laktat (RL) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL).
b. Larutan ringer asetat (RA) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA).
c. Larutan NaCl 0,9% (garam faali/GF) atau dekstrosa 5% dalam larutan faali (D5/GF).
2. Koloid (plasma).
32
Pemberian transfusi profilaksis trombosit atau produk darah masih banyak
dipraktikkan. Padahal, penelitian Lum et al. (2003) menemukan bukti bahwa praktik
ini tidak berguna dalam pencegahan perdarahan yang signifikan. Pemberian
kortikosteroid tidak memberikan efek yang bermakna. Pada pasien dengan syok yang
lama, koagulopati intravaskular diseminata (disseminated intravascular coagulophaty,
DIC) diperkirakan merupakan penyebab utama perdarahan. Bila dengan pemeriksaan
hemostasis terbukti adanya DIC, heparin perlu diberikan. (Hendarwanto, 1996).
2.1.7 Komplikasi
Infeksi primer pada demam dengue dan penyakit mirip dengue biasanya ringan dan
dapat sembuh sendirinya. Kehilangan cairan dan elektrolit, hiperpireksia, dan kejang
demam adalah komplikasi paling sering pada bayi dan anak-anak. Epistaksis, petekie, dan
lesi purpura tidak umum tetapi dapat terjadi pada derajat manapun. Keluarnya darah dari
epistaksis, muntah atau keluar dari rektum, dapat memberi kesan keliru perdarahan
gastrointestinal. Pada dewasa dan mungkin pada anak-anak, keadaan yang mendasari dapat
berakibat pada perdarahan signifikan. Kejang dapat terjadi saat temperatur tinggi,
khususnya pada demam chikungunya. Lebih jarang lagi, setelah fase febril, astenia
berkepanjangan, depresi mental, bradikardia, dan ekstrasistol ventrikular dapat terjadi.
Komplikasi akibat pelayanan yang tidak baik selama rawatan inap juga dapat terjadi berupa
kelebihan cairan (fluid overload), hiperglikemia dan hipoglikemia, ketidak seimbangan
elektrolit dan asam-basa, infeksi nosokomial, serta praktik klinis yang buruk (Dengue:
Guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control, WHO, 2009). Di daerah
endemis, demam berdarah dengue harus dicurigai terjadi pada orang yang mengalami
demam, atau memiliki tampilan klinis hemokonsentrasi dan trombositopenia (Halstead,
2007).
2.1.9. Pencegahan
1. DBD adalah penyakit menular yang ditandai dengan panas (demam) disertai
pendarahan yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui
gigita nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah.
2. Kenali gejala/tanda awal dan lanjut DBD dan segera lakukan pertolongan
3. Ketahui siklus nyamuk Aedes Aegypti
4. Ketahui cara berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti
33
5. Cegah penularan DBD dengan memutus rantai penularan DBD
6. Membentuk Jumantik (Juru Pemantau Jentik) terbukti berhasil menurunkan jumlah
kasus DBD
2.1.10. Prognosis
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi yang
didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi pada 40-
50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat kematian dapat
ditekan <1% kasus. Keselamatan secara langsung berhubungan dengan penatalaksanaan
awal dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak yang disebabkan syok
berkepanjangan atau perdarahan intrakranial (Halstead, 2007).
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan demam dengue. Diagnosis ini
ditegakkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan saat pasien datang datang ke rumah sakit. Berdasarkan anamnesis,
pasien mengeluh demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit demam juga
dirasakan tiba-tiba, dari keluhan utama pasien demam dapat disebabkan oleh
berbagai penyebab bisa disebabkan adanya infeksi pada saluran perkemihan,
saluran nafas maupun infeksi lainnya seperti demam berdarah. Demam timbul
setelah pulang dari rumah saudaranya. Menurut ibu pasien, pasien sudah diberikan
obat penurun demam namun hanya turun sebentar. Demam juga terjadi sepanjang
hari dan setiap hari. Tidak terdapat keluhan pada saluran kemih dan saluran napas.
Dengan adanya informasi tersebut menandakan bahwa demam bersifat kontinyu.
Selain demam terdapat juga keluahan seperti nyeri kepala, mual dan muntah 1 kali
serta badan yang terasa pegal, manifestasi klinis tersebut diatas sangat khas terdapat
pada infeksi dan dicurigai akibat infeksi virus karna demam bersifat mendadak dan
karena durasi demam 5 hari, curiga demam dengue.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan tanda-tanda syok baik dari
tanda vital berupa nadi, tekanan darah. Tidak juga terdapat tanda-tanda perdarahan
seperti ptekie, mimisan, perdarah gusi. Terdapat nyeri tekan eigastrium. Saat hari
perawatan ketiga terdapat tanda konvalens berupa white island in the red sea yaitu
berupa titik-titik kulit berwarna putih dan sekitarnya terdapat kemerahan.
Terapi pada pasien ini diberikan terapi cairan berupa cairan kristaloid (RL)
yang diberikan sebanyak 1105 cc/ hari, sehingga diberikan sebanyak 16 tpm. Serta
diberikan terapi simptomatis berupa penurun demam paracetamol dengan dosis 10-
15 mg/kgBB/kali jika masih demam. Dilakukan planning berupa cek dpl/ 8 jam
untuk melihat perkembangan hasil laboratorium terutama trombosit dan hematokrit.
35
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Jakarta: Dirjen PP& PL.
World Health Organization, 2012. Regional Office for South-East Asia, New Delhi.
Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Hemmorhagic Fever in Small
Hospitals
Halstead, S.B., 2007. Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever. In: Kliegman, Robert
M., Behrman, Richard E., Jenson, Hal B., and Stanton, Bonita F., eds. Nelson
Textbook of Pediatrics 18th ed.. Philadelphia: Saunders Elsevier, 1412- 1414.
Soegijanto, Soegeng, 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosis dan Penatalaksanaan. Edisi 1.
Jakarta: Selemba Medika
Soegijanto Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi kedua. Surabaya : Airlangga
University Press.
36
WHO. World Health Organization (WHO). 1999. Clinical Manifestation and Diagnosis.
Regional Guidelines on Dengue/DHF Prevention and Control. www.searo.who.int
37