Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

Tugas Makalah Individu

PENGANTAR MANAJEMEN BENCANA

OLEH :

NAMA : MIRZAFANNY NURUL ISTIANA

STAMBUK : J1A116325

KELAS : C

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam penulis hanturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
kemurahanNya. Makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Dalam makalah ini
penulis membahas tentang “Pengantar Manajemen Bencana”.

Makalah ini dibuat berdasarkan referensi dari buku – buku serta website internet.
Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunannya
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.

Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
yang bersifat membangun. Demikian makalah ini, semoga dapat dijadikan sebagai
bahan bacaan yang dapat menambah ilmu dan bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Kendari, 14 September 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
II. PEMBAHASAN
A. Definisi Bencana 3
B. Definisi Manajemen Bencana 4
C. Tujuan Manajemen Bencana 4
D. Tahapan-tahapan dalam Manajemen Bencana 5
E. Siklus Manajemen Bencana 8
III. PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10

DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar
kan data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi
Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Tingginya posisi Indonesia
ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana
alam terjadi. Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya
tsunami, tanah longsor, gunung berapi, dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman
gempa serta banjir.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama Januari 2013
mencatat ada 119 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana ) juga mencatat akibatnya ada sekitar 126 orang meninggal
akibat kejadian tersebut. Kejadian bencana belum semua dilaporkan ke BNPB (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana). Dari 119 kejadian bencana menyebabkan 126
orang meninggal, 113.747 orang menderita dan mengungsi, 940 rumah rusak berat,
2.717 rumah rusak sedang, 10.945 rumah rusak ringan. Untuk mengatasi bencana
tersebut, BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) telah melakukan
penanggulangan bencana baik kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat.
Untuk siaga darurat dan tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir Desember
2012 hingga sekarang. BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) telah
mendistribusikan dana siap pakai sekitar Rp 180 milyar ke berbagai daerah di
Indonesia yang terkena bencana.
Namun, penerapan manajemen bencana di Indonesia masih terkendala berbagai
masalah, antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan baik di tingkat
masyarakat umum maupun di tingkat pengambil kebijakan. Keterbatasan data dan
informasi spasial kebencanaan merupakan salah satu permasalahan yang
menyebabkan manajemen bencana di Indonesia berjalan kurang optimal.
Pengambilan keputusan ketika terjadi bencana sulit dilakukan karena data yang
beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi kebenarannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Bencana ?
2. Apa definisi dari Manajemen Bencana ?
3. Apa saja tujuan dari Manajemen Bencana ?
4. Apa saja tahapan-tahapan dalam manajemen bencana ?
5. Bagaimana siklus dalam manajemen bencana ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari Bencana.
2. Untuk mengetahui apa definisi dari manajemen bencana.
3. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari manajemen bencana.
4. Untuk mengetahui apa saja tahapan-tahapan dalam manajemen bencana.
5. Untuk mengetahui bagaimana siklus dalam manajemen bencana.
II. PEMBAHASAN

A. Definisi Bencana

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana


menyebutkan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana
disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam,
bencana nonalam, dan bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non
alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non
alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi. dan wabah
penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.
Menurut World Health Organization (2002) Bencana adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia,
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang
memerlukan respon dari luar dari masyarakat atau wilayah yang terkena.
B. Definisi Manajemen Bencana

Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis berlanjut dan terpadu untuk
meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan
analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. Menurut University of
Wisconsin manajemen bencana ialah serangkaian kegiatan yang didesain untuk
mengendalikan situasi bencana darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk
membantu orang yang rentan bencana, menghindari dan mengatasi dampak bencana
tersebut. Sedangkan menurut Universitas British Columbia manajemen bencana ialah
proses pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common
value) untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untuk menyusun
rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun akual.

C. Tujuan Manajemen Bencana


Secara umum, manajemen bencana bertujuan untuk :
1. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda
dan lingkungan hidup.
2. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan
penghidupan korban.
3. Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan atau pengungsian
ke daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak
huni dan aman.
4. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi,
transportasi, air minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan
kehidupan ekonomi dan sosial daerah yang terkena bencana.
5. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut.
6. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.
D. Tahapan-tahapan dalam Manajemen Bencana

Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan


penanggulangan bencana meliputi tahap prabencana, tahap tanggap darurat, dan tahap
pascabencana.

1. Tahap Pra Bencana


Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu :
a. Situasi Tidak Terjadi Bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang berdasarkan
analisis kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak menghadapi ancaman
bencana yang nyata. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak
terjadi bencana meliputi :
1. Perencanaan penanggulangan bencana.
2. Pengurangan risiko bencana.
3. Pencegahan.
4. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan.
5. Persyaratan analisis risiko bencana.
6. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang.
7. Pendidikan dan pelatihan.
8. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
b. Situasi Terdapat Potensi Bencana
Pada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan:
1. Kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
2. Peringatan Dini. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian
peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
3. Mitigasi Bencana. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Kegiatan-kegiatan pra-bencana ini dilakukan secara lintas sektor dan multi
stakeholder, oleh karena itu fungsi BNPB (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana) dan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) adalah fungsi
koordinasi.

2. Tahap tanggap darurat


Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan, pengungsi, penyelamatan, serta
pemulihan prasarana dan sarana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada
saat tanggap darurat meliputi:
1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber
daya dilakukan untuk mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah
korban, kerusakan prasarana dan sarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan
umum serta pemerintahan, dan kemampuan sumber daya alam maupun
buatan.
2. Penentuan status keadaan darurat bencana. Penetapan status darurat bencana
dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan skala bencana.
3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana dilakukan dengan
memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat bencana yang terjadi
pada suatu daerah melalui upaya pencarian dan penyelamatan korban,
pertolongan darurat, dan evakuasi korban.
4. Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi bantuan penyediaan kebutuhan air
bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan
psikososial, penampungan dan tempat hunian.
5. Perlindungan terhadap kelompok rentan dilakukan dengan memberikan
prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial. Kelompok rentan yang
dimaksud terdiri atas bayi, balita, anak-anak, ibu yang sedang mengandung
atau menyusui, penyandang cacat, dan orang lanjut usia.
6. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Tahap tindakan dalam tanggap darurat dibagi menjadi dua fase yaitu fase akut
dan fase sub akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi disebut fase
penyelamatan dan pertolongan medis darurat sedangkan fase sub akut terjadi sejak 2-
3 minggu.

3. Tahap Pasca Bencana


Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana meliputi:
1. Rehabilitasi. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pasca bencana.
2. Rekonstruksi. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana
dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum
dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.
E. Siklus Manajemen Bencana

Siklus manajemen bencana yang terdiri komponen mitigasi (mitigation),


kesiapsiagaan (preparedness), respon (response), recovery (pemulihan) yang di perlu
lakukan secara utuh.

1. Fase pertama, Mitigasi adalah upaya untuk memperkecil dampak dari


bencana, meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Ada 2 bentuk mitigasi
yang lazim dilakukan yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.
Mitigasi struktural merupakan upaya PRB (Pengurangan Risiko Bencana)
dengan cara membangun lingkungan fisik dengan menggunakan rekayasa
struktur, seperti pembangunan bangunan tahan gempa, pengendalian
lingkungan dengan pembuatan kanal banjir, drainase, dan terasering. Mitigasi
non struktural adalah upaya PRB (Pengurangan Risiko Bencana) dengan cara
merubah perilaku manusia atau proses alamiah, seperti penyusunan
kebijakan, peraturan perundang-undangan, PRB (Pengurangan Risiko
Bencana), pendidikan, dan penyadaran masyarakat.
2. Fase kedua, Kesiapsiagaan adalah merencanakan bagaimana menanggapi
bencana. Hal tersebut meliputi merencanakan kesiapsiagaan, penilaian
kerentanan, kelembagaan, sistem informasi, basis sumber daya, membangun
sekolah siaga bencana, memasukkan unsur PRB (Pengurangan Risiko
Bencana) dalam kurikulum sekolah, sistem peringatan dini, mekanisme
tanggap, pendidikan publik dan pelatihan, kesiapan logistik, membuat rencana
kontijensi, kemudian diuji coba kesiapsiagaan terhadap bencana.
3. Fase ketiga, Respon adalah upaya memperkecil kerusakan yang disebabkan
oleh bencana, pencarian dan penyelamatan korban bencana, pemilahan
korban, pemeriksaan kesehatan, dan mempersiapkan korban untuk tindakan
rujukan. Selain itu juga memfungsikan pos kesehatan lapangan (rumah sakit
lapangan), mendistribusikan logistik (obat-obatan, gizi, air bersih, sembako),
menyediakan tempat tinggal sementara dan penanganan pos traumatik stress.
4. Fase keempat, Recovery adalah tindakan mengembalikan masyarakat ke
kondisi normal. Peristiwa ini menfokuskan pada perbaikan sarana dan
prasarana, yaitu rehabilitasi dan rekonstruksi. Adapun rehabilitasi merupakan
upaya untuk membantu komunitas memperbaiki rumahnya, mengembalikan
fungsi pelayanan umum, perbaikan sarana transportasi, komunikasi, listrik, air
bersih dan sanitasi, dan pelayanan pemulihan kesehatan. Selanjutnya
rekonstruksi merupakan upaya jangka menengah dan jangka panjang seperti
pembangunan kembali sarana dan prasarana, serta pemantapan kemampuan
institusi pemerintah sehingga terjadinya perbaikan fisik, sosial dan ekonomi
untuk mengembalikan kehidupan komunitas pada kondisi yang sama atau
lebih baik dari sebelumnya.
III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar
kan data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi
Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Bencana adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non
alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non
alam, dan manusia.
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk
meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan
analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. Ada tiga tahapan
manajemen bencana yaitu tahapan pra bencana, tahapan ketika bencana, dan tahapan
pasca bencana.

B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca agar lebih memahami tentang pengertian
bencana, manajemen bencana, tujuan manajemen bencana, tahapan-tahapan dalam
manajemen bencana, dan siklus manajemen bencana agar nantinya kita selalu siap
siaga dalam menghadapi bencana.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Didit. 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Manajemen Bencana


Dengan Prevention Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Gunung Meletus Pada
Kepala Keluarga di Rt 06/Rw 01 Dusun Puncu Desa Puncu Kecamatan Puncu-
Kediri. Kediri : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 5 No. 2. Diambil dari
https://www.google.com/search?client=firefoxb&q=hubungan+manajemen+bencana
+dengan+ilmu+kesehatan+masyarakat (12 September 2017)

Juhri, Saefudin. 2015. Siklus Manajemen Bencana. Diambil dari :


http://majalah1000guru.net/2015/03/manajemen-bencana/ (12 September 2017)

Margono. 2015. Manajemen Bencana perencanaan, Kedaduratan dan Pemulihan. :


http://fikes.ummgl.ac.id/downlot.php?file=manajemen%20bencana%20(disaster%20
nursing).pdf (12 September 2017)

Nurmawan Sinaga, Siti. 2015. Peran Petugas Kesehatan Dalam Manajemen


Penanganan Bencana Alam. Medan : Jurnal ilmiah “Integritas” Vol.1 No. 1. Diambil
dari Www.Jurnalmudiraindure.Com/Wp-Content/Uploads/2016/03/Peran-Petugas-
Kesehatan-Dalam-Manajemen-Penanganan-Bencana-Alam.Pdf (12 September 2017)

Nuryani, Ahmad. 2016. Pola dan Strategi Penanggulangan Bencana Alam (Studi
Kasus Tagana di Daerah Istimewa Yogyakarta). Yogyakarta. Diambil dari
http://digilib.uin-suka.ac.id/23880/1/1420010007_bab-i_iv-atau-v_daftar-pustaka.pdf

You might also like