Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

PENGUJIAN GINTIRAN DAN ANTIHAN BENANG

I. Maksud dan tujuan


Maksud dan tujuan dari praktikum pengujian antihan pada benang ini antara lain :
1. Mahasiswa dapat menyebutkan arah dari antihan atau twist,
2. Mahasiswa dapat menghitung jumlah antihan dan besar sudut pada benang,
II. Teori Pengujian Jumlah Antihan
Antihan (twist) adalah putaran mengelilingi sumbu benang berdasarkan pada panjang
benang sebelum dibuka puntirannya.
Metode pembukaan dan pemberian antihan merupakan metodetidak alngsung
penentuan puntiran. Cara ini dilakukan dengan pembukaan antihan contoh uji dan
pemberian antihan kembali dengan arah yang berlawanan sampai mencapai panjang awal.
Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa jumlah antihan contoh uji selama pembukaan sama
dengan jumlah antihan awal sehingga setengah jumlah antihan yang tercatat pada alat
pencatat merupakan jumlah antihan contoh uji. Arah antihan benang single biasanya Z, dan
arah antihan benang ggintir biasanya S.
Jumlah antihan pada benang adalah jumlah putaran (twist) pada benang tersebut
perunit panjang dan benang dalam keadaan masih ada antihannya. Jumlah antihan dapat
dinyatakan dalam meter (TPM) atau dalam inci (TPI). Gintiran adlah putaran yang dimiliki
oleh benang gintir. Jumlah gintiran dapat dinyatakan dalam meter (TPM) atau inci (TPI).

Cara lain untuk menyatakan jumlah antihan adalah dengan besarnya twist factor atau
twist multiplier, yang dapat menggambarkan karakter benang karena pengaruh antihan
tanpa menyebutkan nomor benang.

Twist factor adalah bilangan yang ditetapkan untuk menentukan antihan per meter
yang sesuai, biasanya digunakan untuk benangfilamen yang dinyatakan dengan rumus:

α
TPM =
√T

α = konstanta pengali antihan


T = nomor benang dalam tex
Twist multiplier adalah bilangan yang ditetapkan untuk menentukan antihan per inci
sesuai, biasanya digunakan untuk benang staple yang dinyatakan dalam rumus:
TP1 = α x√𝑁
α = konstata pengali antihan
N = nomor benang dalam Ne1
Pemilihan harga α tergantung pada pemakaian bennag apakah akan digunakan
untuk benang lusi, pakan, rajut atau yang lainnya.
Arah antihan atau gintiran pada bennag dibedakan atas arah kanan atau “s” dan arah
kiri atau “z” seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Z S

Cara untuk menentukan arah antihan atau gintiran adalah sebagai berikut: pengan
cntoh ujung benang yang berukuran pendek diantara ibu jari dan ibu telunjuk dai kedua
tangan, kemudian putarlah dengan tangan kanan kearah kanan (arah jarum jam), apabila
antihan atau gintiran terbuka berarti arah gintiran adalah “z” dan begitupula sebaliknya.
Biasanya untuk benang-benang tunggal arah antihannya “z” sedangkan benang gintir arah
antihannya “s”.

Pengaruh twist pada benang yaitu kekuatan, mulur, pegangan, elastisitas, kilat,
absorpsi, arah twist.

Tabel konstanta (α) benang

Jenis Benang α

Benang lusi 4,75

Benang pakan 3,50

Benang rajut 3,00

III. Alat dan bahan


Alat : Twist Tester
Jarak jepit : 50 cm
1. Twist permeter (TPM)
Benang gintir :
jumlah putaran x 100 cm
TPM = 50 cm

Benang single:
TPM = jumlah putaran
2. Twist perinch (TPI)

Benang gintir :
jumlah putaran
TPI = 10
Benang single:
jumlah putaran
TPM =
2 x 10

 rata-rata kekuatan dan mulur benang yang diuji


 standar deviasi (SD) kekuatan dan mulur benang yang diuji
 koefisien variasi (CV) kekuatan dan mulur benang yang diuji

Beban (sesuai tabel)


Ne1 Td Beban
38 0 – 139 1
38 – 24 140 – 224 2
23 – 11 225 – 529 5
10 – 5 530 – 1129 10
4,7 – 3 1130 – 1799 15
2,9 – 1,9 1800 – 2999 20
1,9 – 1,5 3000 – 4000 30

IV. Data dan perhitungan

Nomor benang = Ne1 30,22

Arah twist benang adalah arah Z

No. TPM (Xi) TPI (Yi) (Xi − ̅


X)2 (Yi − ̅
Y)2

1. 678 17,18 7,84 1,06

2. 662 16,98 353,44 0,68

3. 671 16,74 96,04 0,34

4. 672 17,18 77,44 1,06

5. 675 17,68 33,64 2.34

6. 681 16,78 0,04 0,39

7. 675 17,78 33,64 2,65

8. 672 16,46 77,44 0,09

9. 665 17,24 249,64 1,18

10 660 16,58 432,64 0,18


11. 680 16,98 0,64 0,68

12. 678 17,78 7,84 2.65

13. 700 17,14 368,64 0,47

14. 677 16,44 14,44 0,08

15. 670 18,80 116,64 7,02

 10.212 242,3 1.870 20,87

̅
X 680,8 16,15 124,66 1,39

1. TPI

 Standar Deviasi (SD)


∑(𝑥1 −𝑥̅ )2 1870 1870
𝑆𝐷 = √ =√ =√ = √133,57 = 11,55
𝑛−1 15−1 14

 Koefisien Variasi (CV)


𝑆 11,55
𝐶𝑉 = 𝑥̅
𝑥 100 = 680,8 𝑥 100% = 1,69 %

2. TPM
 Standar Deviasi (SD)
∑(𝑌1 −𝑌̅)2 16,15 16,15
𝑆𝐷 = √ 𝑛−1
= √15−1 = √ 14
= √1,15 = 1,07

 Koefisien Variasi (CV)


𝑆 1,07
𝐶𝑉 = 𝑥̅
𝑥 100 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
16,15
𝑥 100% = 6,62 %

̅ TPI
X 16,15 16,15
α= = = = 2,940
√Ne1 √30,22 5,49

V. Diskusi

Pengaruh antihan dengan kekuatan cukup jelas karena semakin banyak antihan
maka benang akan semakin kuat dikarenakan benang menjadi semakin rapat atau friksi
semakin besar.

Pada praktikum ini mungkin saja terjadi kesalahan dikarenakan kesalahan saat
pemilihan beban yang sesuai dengan nomor benang, itu menyebabkan beban pada benang
tidak tepat, juga saat pembacaan skala dikarenakan alat nya memang tidak 100% akurat
sehingga bisa saja terjadi kesalahan dalam membaca jumlah antihan.
VI. Kesimpulan
Dalam praktikum pengujian antihan benang tunggal ini, saya mendapatkan data dan
kesimpulan sebagai berikut : Arah antihan dari benang yang di uji adalah arah z, karena
ketika pengujian skala bergerak kearah kiri dan kembali ke semula ( ke kanan)

You might also like