Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 22

A.

Landasan Teoritis Penyakit


1. Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan / atau hitung
eritrosit lebih rendah dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb
< 14 g/dl (normal : 14 – 16 g/dl) dan Ht < 40 % (normal : 40 – 48 vol %)
pada pria atau Hb < 12 g/dl (normal : 12 – 14 g/dl) dan Ht < 37%
(normal : 37- 43 vol %) pada wanita (Mnsjoer, 2001). Anemia merupakan
keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar
tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh (Handayani & Haribowo, 2008). Anemia adalah keadaan rendahnya
jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit
di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000)
Dapat disimpulkan bahwa anemia merupakan suatu keadaan dimana
kadar Hb dan / atau hitung eritrosit lebih rendah dari nilai normal yaitu Hb
< 14 g/dl dan Ht < 40 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada
wanita sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer.
2. Klasifikasi Anemia
Menurut Mansjoer (2001) klasifikasi anemia yaitu :
a. Anemia Mikrositik Hipokrom
 Anemia Defisiensi Besi.
Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di
Indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang
(ankilostomiasis). Infestasi cacing tambang pada seseorang dengan
makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia. Bila disertai
malnutrisi, baru akan terjadi anemia.
 Anemia Penyakit Kronik.
Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit
infeksi, seperti infeksi ginjal, paru-paru (abses, empiema dll),
inflamasi kronik (artritis reumatoid) dan neoplasma.
b. Anemia Makrositik :
 Defisiensi Vitamin B12.
Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena
gangguan absorpsi vitamin yang merupakan penyakit herediter
autoimun, namun di Indonesia penyebab anemia ini adalah karena
kekurangan masukan vitamin B12 dengan gejala-gejala yang tidak
berat.
 Defisiensi Asam Folat.
Anemia defisiensi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi
terjadi di seluruh saluran cerna. Gejalanya yaitu perubahan
megaloblastik pada mukosa, mungkin dapat ditemukan gejala-
gejala neurologis, seperti gangguan
kepribadian.
c. Anemia karena perdarahan.
 Perdarahan akut akan timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup
banyak, sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari
kemudian.
 Perdarahan Kronik biasanya sedikit - sedikit sehingga tidak
diketahui pasien. Penyebab yang sering adalah ulkus peptikum dan
perdarahan saluran cerna karena pemakian analgesik.
d. Anemia Hemolitik.
Pada anemia hemolitik terjadi penurunn usia sel darah merah ( normal
120 hari). Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang telah tidak mampu
mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek.
e. Anemia Aplastik.
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk
sel-sel darah. Hal ini bisa karena kongenital namun jarang terjadi
3. Etiologi
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua
kerusakan tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen
yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001),
beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :
a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
b. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel
darah merah yang berlebihan.
c. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor
keturunan, penyakit kronis dan kekurangan zat besi.
Anemia terjadi sebagai akibat gangguan, atau rusaknya mekanisme
produksi sel darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi
sel-sel darah merah karena kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya
penghancuran sel-sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar
ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul
adalah kelelahan, berat badan menurun, letargi, dan membran mukosa
menjadi pucat. Apabila timbulnya anemia perlahan (kronis), mungkin hanya
timbul sedikit gejala, sedangkan pada anemia akut yang terjadi adalah
sebaliknya (Fadil, 2005).
4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah
merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses
ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas
1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria) (Fadil, 2005).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Handayani & Haribowo (2008) tanda-tanda Anemia meliputi:
a. Gejala Umum anemia
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic
syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang
timbul pada semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah
menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena
anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap
penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan
menurut organ yang terkena adalah:
 Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
napas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
 Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan
dingin pada ekstremitas.
 Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
 Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus.
b. Gejala Khas Masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia
adalah sebagai berikut :
 Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis.
 Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
 Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
 Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda
infeksi.
6. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
 Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
 Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun
dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP).
Pansitopenia (aplastik).
 Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
 Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
 LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
 Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
 Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
 SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
 Jumlah trombosit : menurun aplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
 Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
 Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
 Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi
 Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
 TBC serum : meningkat (DB)
 Feritin serum : meningkat (DB)
 Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
 LDH serum : menurun (DB)
 Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
 Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
 Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
 Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,
misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel
darah (aplastik).
 Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI
7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a. Penatalaksanaan umum
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang.
 Transplantasi sel darah merah.
 Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
 Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.
 Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen.
 Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
 Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1) Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
a) Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan
yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
b) Pemberian preparat Fe
c) Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
d) Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2) Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3) Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4) Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.
b. Penatalaksanaan Terapi
Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut ini :
 Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.
 Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efesien.
Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah :
 Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah
jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfuse
sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah
perburukan payah jantung tersebut.
 Terapi khas untuk masing-masing anemia terapi ini bergantung pada
jenis anemia yang di jumpai, misalnya preperat besi untuk anemia
defesiensi besi.
 Terapi kausal, terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati
penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia misalnya anemia
defesiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing-cacing tambang.
 Terapi ex-juvantivus (empires) terapi yang terpaksa diberikan sebelum
diagnosis dapat dipastikan jika terapi ini berhasil berarti diagnosis
dapat dikuatkan (Wiwik&Hariwibowo, A. S (2008))
8. Komplikasi
a. Kardiomegali
b. Gagal Jantung
c. Gagal Ginjal
d. Gagal Jantung Paralisis
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek,
gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga
menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada
kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan
organ-organ tubuh, termasuk otak (Fadil, 2005).

B. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, No.MR, umur, jenis kelamin, tanggal masuk, diagnosa medis,
alamat
b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Klien dengan anemia datang ke rumah sakit, biasanya dengan
keluhan berupa: adanya keletihan, kelemahan, malaise umum,
membutuhkan waktu tidur dan istirahat yang banyak, sakit kepala,
nyeri mulut dan lidah, anoreksia, BB menurun, serta sulit untuk
berkonsentrasi.
 Riwayat kesehatan dahulu
Klien memiliki riwayat konsumsi obat-obatan yang mempengaruhi
sumsum tulang dan metabolisme asam folat, adanya riwayat
hehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi
berat,angina, CHF. Selain itu terdapat juga riwayat penyakit antara
lain endokarditis, pielonefritis, gagal ginjal,riwayat TB, abses paru,
kanker. Riwayat penyakit hati, masalah hematoligi, pembedahan dan
penggunaan anti konvulsan masa lalu atau sekarang juga akan
mempengaruhi anemia.
 Riwayat kesehatan keluarga
Kesehatan keluarga yang berhubungan dengan anemia, sperti
kecendrungan keluarga untuk anemia, adanya anggota keluarga yang
menderita anemia.
c. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Klien biasanya tidak mengetahui penyakitnya. Klien hanya
beranggapan bahwa gejala yang dideritanya merupakan gejala biasa
saja dan hanya kelelahan biasa. Klien mulanya hanya beristirahat,
mengurangi aktivitas dan mengkonsumsi obat bebas yang ada di
warung.
2. Pola nutrisi metabolik
Terjadinya penurunan intake nutrisi beruhubungan dengan
penurunan nafsu makan, terdapat nyeri mulut dan lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Selain itu, biasanya juga timbul gejala
mual, muntah, dispnea, anoreksia, penurunan berat badan.
3. Pola eliminasi
Pada pola ini, biasanya bisa terjadi diare atau konstipasi, serta bisa
terjadi penurunan haluaran urine.
4. Pola aktivitas dan latihan
Klien biasanya mengalami kelemahan, malaise, keletihan sehingga
menyebabkan terganggunya aktivitas klien, terjadi penurunan
semangat untuk bekerja serta toleransi untuk latihan rendah. Saat
bekerja timbul takikardi, dispnea, kelemahan otot dan penurunan
kekuatan.
5. Pola istirahat dan tidur
Klien akan membutuhkan waktu untuk tidur dan istirahat yang lebih
banyak karena keletihan. Selain itu perlu di kaji masalah yang dapat
mengganggu klien saat tidur dan istirahat.
6. Pola kognitif perseptual
Pengkajian yang dilakukan yaitu sehubungan dengan fungsi alat
indera klien, kemampuan menulis, dan mengingat, terjadi
penuurunan fungsi penglihatan.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Persepsi klien terhadap dirinya bisa berubah sehubungan dengan
penyakit yang diderita. Klien merasa lemah karena tidak bisa bekerja
dan beraktifitas seperti orang lain.
8. Pola peran hubungan
Pada pola ini dikaji pekerjaan klien, peran klien dalam keluarga dan
masyarakat. Selain itu berisikan bagaiman hubungan klien dengan
orang tersdekatnya, bagaimana pengambilan keputusan dan
hubungan klien dengan masyarakat atau lingkungan sosial klien.
9. Pola reproduksi seksualitas
Pada reproduksi seksualitas bisa terjadi perubahan aliran menstruasi,
misalnya menoragia atau amenore, hilang libido, dan impoten.
Serviks dan dinding vagina pucat.
10. Pola koping dan toleransi stress
Metode koping yang digunakan klien dalam mengatasi stress bisa
saja dengan mengungkapkan perasaan gelisahnya kepada orang
terdekat atau perawat atau meminum obat yang dapat
menghilangkan stress.
11. Pola nilai dan keyakinan
Setelah pengkajian didapatkan kepercayaan klien, kepatuhan klien
dalam melaksanakan ibadah, dan keyakinan-keyakinan pribadi yang
bisa mempengaruhi pilihan pengobatan.
d. Pemeriksaan Fisik
Kedaan umum : terlihat lemah, pucat.
 Kepala dan rambut : bentuk kepala bulat, simetris, kulit kepala
bersih/kotor, tidak terdapat luka, ketombe atau tidak berkutu, rambut
kering.
 Pemeriksaan mata : pada anemia pernisiosa atau anemia hemolitika,
sklera ikterik.
 Pemeriksaan jantung : takikardi, dispneu, orthopneu, dispneu saat
latihan, kemudian bisa terjadi pembesaran jantung, pembesaran hati
dan edema perifer.
 Pemeriksaan neurologis : parastesia perifer, ataksia, gangguan
koordinasi, dan kejang.
 Pengkajian gastrointestinal : bisa mual, muntah, diare, anoreksia, dan
glositis.
 Ekstremitas : kulit pucat, kapilary refill lebih dari 3 detik.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer b/d penurunan konsentrasi
konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang
b. Ketidakefektifan Pola Nafas b/d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer
oksigen ke paru
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang
kurang, anoreksia
d. Intoleransi Aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, proses metabolisme yang terganggu
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan ditandai
dengan pasien tampak gelisah dan bertanya – tanya tentang penyakitnya.
3. NANDA NOC NIC

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Risiko Perfusi Jaringan Perifer Tidak Status Sirkulasi Perawatan Sirkulasi
Efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan Aktivitas :
Defenisi: diharapkan sirkulasi normal dengan kriteria  lakukan penilaian komprehensif sirkulasi perifer
Pengurangan/penurunan konsentrasi dalam hasil: (misalnya, memeriksa denyut perifer, edema,
sirkulasi darah ke perifer yang bias  Saturasi Oksigen normal pengisian kapiler, warna, dan suhu).
menyebabkan gangguan kesehatan/  Keluaran urin normal  Evaluasi edema perifer dan denyutan keseluruhan
membahayakan kesehatan.  Pembuluh Kapiler normal  Periksa kulit untuk ulserasi atau kerusakan jaringan
Faktor risiko:  Suara napas adventif  Kaji derajat ketidaknyamanan atau nyeri dengan
 Umur> 60 tahun  Leher vena distensi (-) latihan, pada malam hari, atau saat beristirahat
 Kurangnya pengetahuan tentang  Asites (-)  Tempat ekstremitas dalam posisi tergantung, jika
factor yang memberatkan(misalnya:  Edema perifer (-) memungkinkan
meroko, gaya hidup, trauma, obesitas,  Kelelahan (-)  Berikan antiplatelet atau obat antikoagulan, jika
asupan garam, imobilitas) memungkinkan
 Berat Badan ideal
 Kuranganya pengetahuan tentang  Ubah posisi pasien setidaknya setiap 2 jam, jika
 Gangguan Kognisi (-)
proses penyakit (misalnya: diabetes, memungkinkan
 Kepucatan (-)
hiperlipidemia)  Dorong pasien untuk berolahraga, sebagai
 Tergantung rubor
 Diabetes mellitus ditoleransi
 Klaudikasio intermiten
 Prosedur endovascular  Lindungi ekstremitas dari cedera (misalnya, kulit
 Suhu kulit menurun
 Hipertensi domba bawah kaki dan kaki bagian bawah, kaki
 Kesemutan
 Gaya hidup ranjang / bed cradle di kaki dari tempat tidur, sepatu
 Keadaan pingsan
 Merokok well-fitted)
 Lubang udem
 Memberikan kehangatan (misalnya, tambahan
 Ulkus tungkai bawah
pakaian tidur, meningkatkan suhu kamar), sesuai
 Mati rasa
 Ajarkan pasien pada faktor-faktor yang
mengganggu sirkulasi (misalnya, merokok, pakaian
ketat, suhu sangat dingin, dan persimpangan kaki
dan ujung kaki)
 Anjurkan pasien pada perawatan kaki yang tepat
 Hindari menerapkan panas langsung ke ekstremitas
 Jaga/atur hidrasi yang memadai untuk mengurangi
kekentalan darah
 Pantau status cairan, termasuk intake dan output
 Laksanakan perawatan luka, sesuai
Manajemen Cairan
Aktivitas :
 Timbang BB tiap hari
 Hitung haluran
 Pertahankan intake yang akurat
 Pasang kateter urin
 Monitor status hidrasi (seperti : kelebapan mukosa
membrane, nadi)
 Monitor status hemodinamik termasuk CVP,MAP,
PAP
 Monitor hasil lab. terkait retensi cairan
(peningkatan BUN, Ht ↓)
 Monitor TTV
 Monitor adanya indikasi retensi/overload cairan
(seperti :edem, asites, distensi vena leher)
 Monitor perubahan BB klien sebelum dan sesudah
dialisa
 Monitor status nutrisi
 Monitor respon pasien untuk meresepkan terapi
elektrolit
 Kaji lokasi dan luas edem
 Anjurkan klien untuk intake oral
 Distribusikan cairan> 24 jam
 Tawarkan snack (seperti : jus buah)
 Konsultasi dengan dokter, jika gejala dan tanda
kehilangan cairan makin buruk
 Kaji ketersediaan produk darah untuk trsanfusi
 Persiapkan untuk administrasi produk darah
 Berikan terapi IV
 Berikan cairan
 Berikan diuretic
 Berikan cairan IV
 Nasogastrik untuk mengganti kehilangan cairan
 Produk darah
2. Ketidakefektifan pola napas Status respirasi : ventilasi Terapi Oksigen
Batasan Karakteristik : Setelah diberikan asuhan keperawatan Aktivitas :
 Napas dalam diharapkan pola nafas efektif dengan kriteria  Bersihkan mulut, hidung dan pengeluaran trakea
 Perubahan gerakan dada hasil: dengan tepat
 Mengambil posisi tiga titik  Frekuensi pernafasan dbn  Batasi merokok
 Bradipneu  Irama nafas sesuai yang diharapkan  Pertahankan patensi jalan nafas
 Penurunan tekanan ekspirasi  Kedalaman inspirasi  Siapkan peralatan oksigen dan jalankan setelah
 Penurunan tekanan inspirasi  Ekpansi dada simetris dipanaskan, system dilembabkan
 Penurunan ventilasi semenit  Bernafas mudah  Berikan oksigen tambahan sesuai order
 Penurunan kapasitas vital  Mengeluarkan sputum pada jalan nafas  Monitor liter oksigen
 Dispneu  Bersuara secara adekuat  Monitor posisi alat bantu oksigen
 Peningkatan diameter anterior-  Ekspulsi udara  Instruksikan pasien tentang pentingnya
posterior  Tidak didapatkan penggunaan otot –otot menghidupkan alat bantu oksigen
 Napas cuping hidung tambahan  Cek secara berkala alat bantu oksigen untuk
 Ortopneu  Tidak ada suara nafas tambahan memastikan bahwa konsentrasi yang diresepkan
 Fase ekspirasi yang lama  Tidak ada retraksi dada lancar
 Pernapasan pursed-lip  Tidak ada pernapasan pursed lips  Monitor efektifitas terapi oksigen dengan tepat
 Takipneu  Tidak ada dispnea saat istirahat  Pastikan penggantian masker oksigen/ kanula
 Penggunaan otot-otot bantu untuk setiap perangkat dilepaskan
bernapas Bantuan Ventilasi
Aktivitas :
 Pertahankan patennya jalan napas
 Posisikan untuk mengurangi dyspnea
 Posisikan untuk memfasilitasi ventilasi/perfusi
yang sesuai ("good lung down")
 Bantu dengan perubahan posisi
 Auskultasi suara nafas, tidak adanya daerah dari
penurunan atau pentiadaan ventilasi, dan adanya
suara adventives
 Pantau kelelahan otot pernapasan
 Ajukan dan pertahankan oksigen tambahan,
seperti yang ditentukan
 Monitor pernapasan dan status oksigenasi
 Ajarkan teknik nafas dalam

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Status Nutrisi Manajemen Nutrisi


kebutuhan tubuh Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Aktivitas :
Batasan Karakteristik : proses keperawatan diharapkan kebutuhan  Kaji adanya alergi makanan.
 Kram perut nutrisi dapat terpenuhi dengan 16riteria hasil:  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentuka
 Nyeri perut  Adanya peningkatan berat badan sesuai jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
 Keengganan untuk makan dengan tujuan.  Anjurkan pasien untuk meningkatkan Fe.
 Berat badan 20% atau lebih di  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
bawah kisaran berat badan yang badan. protein dan vitamin C.
ideal  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.  Berikan substansi gula.
 Kapiler kerapuhan  Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
 Diare  Tidak terjadi penurunan berat badan yang serat untuk menegah konstipasi.
 Rambut rontok berlebihan berarti.  Berikan makanan yang terpilih (sudah
 Suara Hiperaktif usus dikonsultasikan dengan ahli gizi).
 Kurangnya makanan  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
 Kurangnya informasi makanan harian.
 Kurangnya minat dalam makanan  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
 Kehilangan berat badan dengan  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
asupan makanan yang cukup  Kajikemampuan pasien untuk mendapatkan
 Kesalahpahaman nutrisi yang dibutuhkan.
 Informasi yang salah Monitoring Nutrisi
 Membran mukosa pucat Aktivitas :
 Persepsi ketidakmampuan untuk  BB pasien dalam batas normal.
menelan makanan.  Monitor adanya penurunan berat badan.
 Kenyang segera setelah menelan  Monitor tipe dan jumlah aktifitas yang biasa
makanan dilakukan.
 Kelemahan otot diperlukan untuk  Monitor interaksi anak atau orang tua selama
pengunyahan makan.
 Kelemahan otot yang dibutuhkan  Monitor lingkungan selama makan.
untuk menelan  Jadwalkan pengobatandan tindakan tidak selama
jam makan.
 Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi.
 Monitor turgor kulit.
 Monitor kekeringnan, rambut kusam, dan mudah
patah.
 Monitor mual dan muntah.
 Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht.
 Monitor makanan kesukaan.
 Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
 Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva.
 Monitor kalori dan intake nutrisi.
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla
lidah dan cavitas oral.
 Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet.
4. Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Terapi Aktivitas
Definisi : ketidakcukupan energi secara Kriteria Hasil : Aktivitas :
fisiologis maupun psikologis untuk  Saturasi oksigen dengan aktivitas normal  Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik
meneruskan atau menyelesaikan  Denyut nadi dengan aktivitas normal dalam merencanakan program terapi yang tepat
aktivitas yang diminta atau aktivitas  Tingkat pernapasan dengan aktivitas normal  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
sehari-hari.  Kemudahan bernapas dengan aktivitas mampu dilakukan
 Tekanan darah sistolik dengan aktivitas  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
Batasan Karakteristik : normal sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
 Respon abnormal tekanan darah  Tekanan darah diastolik dengan aktivitas social
terhadap aktifitas normal  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
 Respon abnormal denyut jantung  warna kulit normal sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
terhadap aktifitas  kecepatan berjalan kaki diinginkan
 Perubahan EKG yang menunjukan  Berjalan dengan jarak yang ditentukan  Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
aritmia  Toleransi mendaki tangga seperti kursi roda, krek
 Perubahan EKG yang menunjukan  Kekuatan tubuh bagian atas  Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
iskemia  Kekuatan tubuh bagian bawah disukai
 Adanya ketidaknyamanan saat  Kemudahan aktivitas hidup sehari-hari ( ADL  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
beraktivitas ) melakukan diwaktu luang
 Adanya dispnea saat beraktivitas  Kemampuan untuk berbicara dengan aktivitas  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
 Melaporkan secara verbal adanya fisik kekurangan dalam beraktivitas
kelelahan  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
 Melaporkan secara verbal adanya beraktivitas
kelemahan  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
Faktor Berhubungan  Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
 Tirah baring
 Kelemahan secara menyeluruh Promosi Latihan
 Ketidakseimbangan antara suplai Aktivitas :
oksigen dengan kebutuhan  menilai keyakinan kesehatan individu tentang
 Imobilisasi latihan fisik
 Gaya hidup yang dipertahankan  mengeksplorasi pengalaman periode latihan
 menentukan motivasi individu untuk memulai /
melanjutkan program latihan
 mengeksplorasi hambatan untuk latihan
 mendorong individu untuk memulai atau
melanjutkan latihan
 membantu dalam mengidentifikasi model peran
yang postive untuk menjaga program latihan
 membantu individu untuk mengembangkan
suatu program latihan yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan
 membantu individu untuk menetapkan tujuan
jangka pendek dan jangka panjang untuk
program latihan
 membantu individu untuk menjadwalkan periode
program latihan reguler ke dalam rutinitas
mingguan
 melakukan kegiatan olahraga yang sesuai
dengan individu
 termasuk keluarga / pengasuh merencanakan dan
mempertahankan program latihan
 menginformasikan individu tentang manfaat
kesehatan dan efek fisiologis dari latihan
 menginstruksikan individu tentang jenis latihan
yang sesuai untuk tingkat kesehatan , bekerja
sama dengan dokter dan / atau ahli fisiologi.
 menginstruksikan individu tentang frekuensi
yang diinginkan , durasi , dan intensitas program
latihan
 memantau kepatuhan individu untuk
melaksanakan program / kegiatan
 membantu individu untuk mempersiapkan dan
mempertahankan kemajuan grafik / tabel untuk
memotivasi kepatuhan dengan program latihan
 menginstruksikan individu tentang kondisi yang
menunjukkan penghentian atau perubahan
dalam program latihan
 menginstruksikan individu pada pemanasan
yang tepat dalam latihan
 menginstruksikan individu dalam teknik
pernapasan yang tepat untuk pengambilan
oksigen selama latihan fisik
 memberikan jadwal untuk penguatan motivasi,
membantu menyelesaikan masalah, dan
memonitor perkembangan
 memantau respon individu untuk melaksanakan
program
 memberikan umpan balik positif bagi upaya
yang dilakukan individu
DAFTAR PUSTAKA

Fadil, M.(2005). Konsep Dasar Anemia. Available at


http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=28334. Diakses pada 12 Mei
2018
Handayani, A & Haribowo, B. 2008. Tinjauan Pustaka Anemia. Available at
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6281. Diakses pada 12 Mei
2018
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius.
Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA


Oleh

FILDZAH HAZIRAH

NO.BP 1841312003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2018

You might also like