Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

Alergi:

Eksudat purulen ialah eksudat yang terjadi daripada nanah. Nanah initerjadi pada radang akut
yang mengandung banyak sel polinukleus yang kemudian musnahdan mencair karena lisis.
Sisa jaringan nekrotik yang mengalami lisis bersama dengan selpolinukleus yang musnah dan
limfe radang menjadi cairan yang disebut nanah.

Intoleransi:
intoleransi adalah ketidakmampuan seseorang untuk mencerna sesuatu kandungan dalam
makanan. Tubuh tidak bisa menerima dan memetabolisme kandungan tersebut. Menyebabkan
gejala gejala gangguan pecernaan

Klasifikasi Labirinitis:
Schuknecht (1974) membagi labirinitis bakteri atas 4 stadium:
1. Labirinitis akut atau toksik (serous) yang terjadi sebagai akibat perubahan kimia di
dalam ruang perilimf yang disebabkan oleh proses toksik atau proses supuratif yang
menembus membran barier labirin seperti melalui membran rotundum tanpa invasi
bakteri.
2. Labirinitis akut supuratif terjadi sebagai akibat invasi bakteri dalam ruang perilimf
disertai respon tubuh dengan adanya sel-sel radang. Pada keadaan ini kerusakan
fungsi pendengaran dan fungsi keseimbangan irreversible.
3. Labirinitis kronik supuratif yaitu terlibatnya labirin oleh bakteri dengan respons
inflamasi jaringan sudah dalam waktu yang lama. Keadaan ini biasanya merupakan
suatu komplikasi dari penyakit telinga tengah kronis dan penyakit mastoid.
4. Labirinitis fibroseus yaitu suatu respons fibroseus di mana terkontrolnya proses
inflamasi pada labirin dengan terbentuknya jaringan fibrous sampai obliterasi dari
ruangan labirin dengan terbentuknya kalsifikasi dan osteogenesis. Stadium ini disebut
juga stadium penyembuhan.

Secara klinis, Labirinitis dari 2 subtipe, yaitu:


1. Labirinitis lokalisata (labirinitis sirkumskripta, labirinitis serosa) merupakan
komplikasi otitis media dan muncul ketika mediator toksik dari otitis media mencapai
labirin bagian membran tanpa adanya bakteri pada telinga dalam.
2. Labirinitis difusa (labirinitis purulenta, labirinitis supuratif) merupakan suatu keadaan
infeksi pada labirin yang lebih berat dan melibatkan akses langsung mikroorganisme
ke labirin tulang dan membran.
Jenis eksudat:
Serosa:
Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan
pada waktu radang. Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang juga dapat mengisi
jaringan sehingga terjadi gelembung, misalnya terjadi pada kebakaran. Cairan yang terjadi
akibat radang mengandung banyak protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi daripada
plasma normal. Begitu pula cairan radang ini dapat membeku karena mengandung fibrinogen
(Regina, 2011).
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut
dengan sangat sedikit leukosit. Eksudat serosa pada dasarnya terdiri dari protein yang bocor
dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan
cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka
melepuh.

Purulen:
Eksudat purulen ialah eksudat yang terjadi daripada nanah. Nanah initerjadi pada radang akut
yang mengandung banyak sel polinukleus yang kemudian musnahdan mencair karena lisis.
Sisa jaringan nekrotik yang mengalami lisis bersama dengan selpolinukleus yang musnah dan
limfe radang menjadi cairan yang disebut nanah.
Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri dari
neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak. Eksudat neutrofil semacam ini
disebut purulen. Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri.

Mukopurulent:
Sering terjadi campuran eksudat serosa dan purulen dan campuran ini dinamakan sesuai
dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrino-purulen yang terdiri dari fibrin dan
neutrofil polimorfonuklear, eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan neutrofil,
eksudat serofibrinosa dan sebagainya.

Ofloksasin tetes telinga:


Sediaan:
Tarivid otic 5ml 3mg/ml

Indikasi:
1. Otitis Externa pada orang dewasa dan pasien anak-anak usia 6 bulan atau lebih tua,
yang disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus
aureus.
2. Chronic Suppurative Otitis Media pada pasien berusia 12 tahun ke atas dengan
membran timpani berlubang yang disebabkan oleh Proteus mirabilis, Pseudomonas
aeruginosa, dan Staphylococcus aureus.
3. Otitis Media Akut pada pasien anak-anak usia 1 tahun atau lebih tua dengan tabung
timpaniosis yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis,
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumoniae.
Kontraindikasi:
 Tarivid Otic harus dihindari pada pasien dengan hipersensitivitas/alergi obat
Ofloxacin atau antibiotik golongan kuinolon lainnya.

Tarivid Otic (Ofloxacin) diberikan dengan dosis :


Dosis Dewasa untuk Otitis Externa
10 tetes 1 x sehari selama 7 hari. Pasien harus berbaring dengan posisi telinga yang terkena
ke atas sebelum pemberian. Setelah obat diteteskan, pasien harus tetap berada di posisi ini
minimal 5 menit. Jika kedua telinga terinfeksi, prosedur ini harus diulang untuk kedua
telinga.

Dosis Dewasa untuk Otitis Media


10 tetes 2 x sehari selama 14 hari. Pasien harus berbaring dengan posisi telinga yang terkena
ke atas sebelum pemberian. Setelah obat diteteskan, tragus harus dipompa ke dalam 4 kali,
dan pasien harus tetap berada dalam posisi ini minimal 5 menit. Jika kedua telinga terinfeksi,
prosedur ini harus diulang untuk kedua telinga.

Dosis Pediatrik/anak untuk Otitis Externa akut


1. Usia 6 bulan sampai 13 tahun : 5 tetes sekali sehari selama 7 hari.
2. Usia 13 tahun dan lebih tua : 10 tetes sekali sehari selama 7 hari.
Pasien harus berbaring dengan posisi telinga yang terkena ke atas sebelum pemberian.
Setelah obat diteteskan, pasien harus tetap berada di posisi ini minimal 5 menit. Jika kedua
telinga terinfeksi, prosedur ini harus diulang untuk kedua telinga.

Dosis Pediatrik/anak untuk Otitis Media


1. Usia 1 sampai 12 tahun : 5 tetes 2 x sehari selama 10 hari.
2. Usia 12 tahun dan lebih tua : 10 tetes 2 x sehari selama 14 hari.

Pasien harus berbaring dengan posisi telinga yang terkena ke atas sebelum pemberian.
Setelah obat diteteskan, tragus harus dipompa ke dalam 4 kali, dan pasien harus tetap berada
dalam posisi ini minimal 5 menit. Jika kedua telinga terinfeksi, prosedur ini harus diulang
untuk kedua telinga.

You might also like