Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ‘’VETERAN’’ JATIM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


Jl. Raya Rungkut Madya , Gunung Anyar , Kota Surabaya, Jawa Timur 60294

No.tlp : (031) 8706369

BAB 9
ANALISIS PROSPEKTIF

Kelompok 3 :

1. Aliya Fadhilla Rozali (1613010121)


2. Fandry Widharma (1613010149)
3. Heppy Darmawan (1613010157)
4. Yolandari Dwi A.R (1613010124)
5. Lido Yulio (1613010128)
6. Inge Indarti Alifiani (1613010168)
7. HumairaSalsa Ahadini (1613010170)

AKUNTANSI / J-13

TAHUN AJARAN 2017/2018


PROSES PROYEKSI

Pembahasan dimulai dengan contoh komprehensif proses proyeksi dengan menggunakan


laporan keuangan Target Corporation.

Proyeksi Laporan Keuangan

Proses proyeksi dimulai dari laporan laba rugi, diikuti neraca dan laporan arus kas.

Proyeksi Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi Target tahun 2003-2005 disajikan pada Tampilan 9.1 berikut beberapa
rasio terpilih. Proses proyeksi di mulai dengan pertumbuhan penjualan yang diharapkan.
Contoh ini digunakan tren historis untuk memprediksi tingkat penjualan di masa depan.
Analisis lebih terperinci melihatkan informasi eksternal berikut.

 Tingkat aktivitas ekonomi makro diharapkan. Karena pembelian pelanggan Target


dipengaruhi oleh tingkat penghasilan pribadi dapat dibelanjakan (personal diposable
income), analisis mengikutsertakan estimasi yang terkait dengan pertumbuhan
ekonomi pada umumnya dan pertumbuhan penjualan eceran pada khususnya.
Misalnya, bila ekonomi membaik, dapat diproyeksikan adanya kenaikan penjualan
dibandingkan penjualan tahun lalu.
 Peta persaingan. Apakah jumlah pesaing bertambah? Apakah pesaing yang lebih
lemah menghentikan operasinya? Perubahan peta persaingan akan memengaruhi
proyeksi atas unit penjualan dan kemampuan target untuk menaikkan harga. Kedua
hal tersebut akan berdampak pada pertumbuhan.
 Bauran toko baru dan toko lama. Toko baru umumnya menikmati kenaikan
penjualan yang lebih besar dibandingkan dengan toko lama karena toko baru dapat
meraih pasar yang tidak tertangani dengan baik atau menyediakan komposisi barang
yang lebih mutakhir dibandingkan dengan pesaing yang ada. Toko lama umumnya
tumbuh seiring dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lokal secara keseluruhan.
Karena itu, analisis harus mempertimbangkan rencana ekspresi yang diumumkan oleh
manajeman.

Dimulai dengan asumsi bahwa penjualan akan tumbuh sebesar 11,566% di tahun 2006,
tingkat pertumbuhan yang sama dengan tahun 2005. Setelah proyeksi selesai, analisis
sensitivitas akan mempelajari tingkat implikasi tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dan
lebih rendah terhadap peramalan.

Tampilan 9.2

Proyeksi Laporan Laba Rugi Target Corporation

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, proyeksi laporan laba rugi Target tahun 2006 disajikan di
Tampilan 9.2. Berikut langkah-langkah dalam memproyeksikan laporan tersebut.

1. Penjualan: $46.839 x 1,11455 = $52.204


2. Laba kotor: $52.204 x 32,866% = $17.157
3. HPP: $52.204 - $17.157 = $35.047
4. Penjualan, umum, dan administrasi: $52.204 x 22,49% = $11.741
5. Penyusutan dan amortisasi: $22.272 (aset tetap kotor awal periode) x 6,333% =
$1.410
6. Bunga: $9.538 (utang berbunga awal periode) x 5,173% = $493
7. Laba sebelum pajak: $17.157 - $11.741 - $1.410 - $493 = $3.513
8. Beban pajak: $3.513 x 37,809% = $1.328
9. Pos luar biasa dan dihentikan: tidak ada
10. Laba bersih: $3.513 - $1.328 = $2.185

Proyeksi Laporan Posisi Keuangan

Neraca Target tahun 2003-2005 berikut beberapa rasio terpilih disajikan pada tampilan 9.3.
Ramalan neraca tahun 2006 meliputi langkah-langkah berikut ini.

1. Buatlah proyeksi aset lancar selain kas dengan menggunakan proyeksi penjualan atau
harga pokok penjualan dan rasio perputaran yang relevan seperti dijelaskan di bawah
ini.
2. Buatlah proyeksi kenaikan aset tetap dengan estimasi pengeluaran modal yang
didasarkan pada tren historis atau informasi dalam bagian MD&A di laporan tahunan.
3. Buatlah proyeksi kewajiban lancar selain utang dengan menggunakan proyeksi
penjualan atau harga pokok penjualan dan rasio perputaran yang relevan seperti
dijelaskan di bawah ini.
4. Hitunglah bagian lancar utang jangka panjang (bagian yang jatuh tempo) dari catatan
utang jangka panjang.
5. Utang jangka pendek lainnya diasumsikan tidak berubah dari tahun-tahun sebelumnya
kecuali menunjukkan tren yang jelas berbeda.
6. Saldo awal utang jangka panjang diasumsikan sama dengan utang jangka panjang
tahun lalu dikurangi bagian yang jatuh tempo dari butir (4) di atas.
7. Asumsikan kewajiban jangka panjang lainnya sama dengan saldo tahun lalu, kecuali
menunjukkan tren yang jelas berbeda.
8. Saham biasa awal diasumsikan sama dengan saldo tahun lalu.
9. Laba ditahan diasumsikan sama dengan saldo tahun lalu ditambah (dikurangi) dengan
laba (rugi) bersih dan dikurang dividen yang diperkirakan.
10. Pos ekuitas lainnya diasumsikan sama dengan saldo tahun lalu, kecuali menunjukkan
tren yang jelas berbeda.

Jumlah langkah (3) – (10) menghasilkan total kewajiban dan ekuitas. Karena itu, total asset
sama dengan jumlah tersebut dan angka kas yang dihasilkan dihitung dari total asset
dikurangi (1) dan (2). Pada titik ini, Kas akan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Selanjutnya,
utang jangka panjang dan saham disesuaikan untuk penerbitan (pembelian kembali) yang
diperlukan untuk mencapai tingkat kas yang diinginkan dan untuk mempertahankan leverage
keuangan historis. Penyesuaian tersebut mengindikasikan tingkat pendanaan yang dibutuhkan
untuk mendukung pertumbuhan perusahaan.
Untuk memulai, proyeksi piutang, persediaan, asset tetap, utang usaha, dan beban
yang masih harus dibayar menggunakan proyeksi penjualan dan harga pokok penjualan serta
tingkat perputarannya. Misalnya, tingkat perputaran piutang didasarkan pada penjualan tahun
berjalan adalah:

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Tingkat perputaran piutang usaha = 𝑆𝑎𝑙𝑑𝑜 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎

Berikutnya, proyeksi piutang usaha dihitung sebagai berikut:

𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Proyeksi piutang usaha = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎

Proyeksi piutang usaha diasumsikan dengan menggunakan tingkat perputaran terakhir


sebesar 9,24.

Tingkat perputaran persediaan juga menggunakan tingkat perputaran yang terakhir


(didasarkan atas saldo akhir persediaan) sebesar 5,84, berikut dengan harga pokok penjualan
untuk memproyeksikan persediaan. Analisis yang lebih mendalam akan membandingkan
tingkat perputaran persediaan toko lama dengan toko baru, serta mengantisipasi pertumbuhan
toko baru. Persediaan saat ini dapat diproyeksikan tumbuh seiring dengan tingkat
pertumbuhan penjualan yang diperkirakan. Persedian tambahan yang diperlukan untuk toko
baru kan ditambahkan pada jumlah tersebut.

Aset tetap diestimasi berbagai saldo asset tetap kotor tahun lalu ditambah persentase
pengeluaran modal terhadap penjualan historis. Pengeluaran modal historis diperoleh dari
laporan arus kas. Selama tiga tahun terakhir, persentase pengeluaran modal terhadap
penjualan telah stabil sekitar 6,4% terhadap penjualan. Persentase 6,43% digunakan untuk
mengestimasi pengeluaran modal tahun 2006. Setelah proyeksi selesai, persentase tersebut
dapat disesuaikan untuk melihat implikasi keuangan atas pengeluaran modal yang lebih
tinggi (rendah).

Estimasi utang usaha didasarkan pada perputaran utang dan harga pokok penjualan
historis. Rasio perputaran terakhir (didasarkan atas saldo akhir utang usaha) sebesar 5,441
digunakan untuk mengestimasi utang tahun 2006. Persentase beban yang masih harus dibayar
terhadap penjualan yang diestimasikan menggunakan tingkat perputaran akrual terakhir
sebesar 28,683. Terakhir, utang pajak diestimasi berdasarkan hubungan utang terhadap beban
pajak historis, dan digunakan tingkat terakhir sebesar 26,527% untuk memproyeksikan utang
pajak tahun 2006.

Jadwal jatuh tempo utang jangka panjang diberikan dalam catatan atas laporan
keuangan. Kita menggunakan angka tahun 2006 dalam jadwal tersebut. Utang jangka panjang
awalnya diestimasi sebagai saldo utang jangka panjang tahun sebelumnya dikurangi estimasi
utang yang jatuh tempo (bagian lancar). Kemudian, tingkat utang ini disesuaikan untuk
mendapatkan saldo kas dan leverage keuangan yang diinginkan setelah neraca awal tersusun.
Saham biasa dan saham yang diperoleh kembali diasumsikan sama dengan saldo tahun lalu.

Proyeksi Laporan Arus Kas

Proyeksi laporan arus kas dihitung dari proyeksi laporan laba rugi dan proyeksi di neraca
sebagaimana dibahas pada Bab 7. Proyeksi laporan arus kas disajikan pada Tampilan 9.5.
Proyeksi arus kas bersih dari operasi sebesar $3.295 juta mendanai sebagian dari pengeluaran
modal sebesar $3.357 juta, pengurangan utang jangka panjang sebesar $504 juta, dan dividen
sebesar $276 juta. Kekurangannya mengakibatkan penurunan kas sebesar $843 juta.

Analisis Sensitivitas

Proyeksi laporam keuangan didasarkan pada hubungan yang diharapkan antara pos laporan
laba rugi dengan pos neraca. Contoh ini menggunakan rasio terakhir karena operasi Target
cukup stabil dan diasumsikan tidak terdapat perubahan besar dalam strategi operasi.

Namun, asumsi-asumsi tersebut dapat divariasikan untuk menganalisis dampaknya


pada kebutuhan dana, pengembalian aset dan ekuitas, dan sebagainya. Misalnya, jika
diasumsikan rasio pengeluaran modal terhadap penjualan naik menjadi 7,5%, maka
pengeluaran modal akan naik menjadi $3,9 miliar, dan saldo kas akan turun sebesar $845
juta, 2,4% dari total aset dan di bawah tingkat tahun-tahun sebelumnya. Dalam hal ini,
pendanaan eksternal dalam bentuk utang (ekuitas) akan dibutuhkan. Kenaikan yang sama
dalam kebutuhan pendanaan juga akan mengakibatkan penurunan perputaran piutang atau
persediaan. Analisis sering kali menyiapkan beberapa proyeksi untuk melihat skenario
terbaik (terburuk) sebagai tambahan atas skenario yang paling mungkin (most likely) terjadi.
Analisis sensitivitas ini menunjukkan asumsi yang memiliki dampak terbesar pada hasil
keuangan sehingga membantu mengidentifikasi area yang membutuhkan pemeriksaan lebih
lanjut.
Aplikasi Analisis Prospektif dalam Model Penilaian Laba Sisa

Sebagaimana disebutkan pada pendahuluan bab ini, anilisis prospektif merupakan inti analisis
efek. Model penilaian laba sisa, misalnya, menentukan nilai ekuitas pada waktu t sebagai
jumlah nilai buku kini dan nilai sekarang laba sisa yang diperkirakan di masa depan:

di mana BV t merupakan nilai buku pada akhir periode t, RI t + n adalah laba sisa di periode t
+ n, dan k adalah biaya modal (lihat Bab 1). Laba residu (residual income) pada waktu t
didefinisikan sebagai laba bersih komprehensif dikurangi pembebanan pada nilai buku awal,
yaitu RI t = NI t – (k x BV t – 1).

Proses penilaian memerlukan estimasi laba bersih di masa depan dan nilai buku
ekuitas pemegang saham. Tampilan 9.6 menyajikan sebuah contoh penilaian untuk saham
biasa Syminex Corp di tahun 2005. Dalam bentuk yang relatif sederhana ini, model penilaian
memerlukan estimasi atas enam parameter berikut:

 Pertumbuhan penjualan,
 Margin laba bersih (laba bersih/penjualan),
 Perputaran modal kerja bersih (penjualan/modal kerja bersih),
 Perputaran aset tetap (penjualan/ aset tetap),
 Leverage keuangan (aset operasi/aset tetap),
 Biaya modal ekuitas.

.Tren Penggerak Nilai

Modal laba sisa menentukan harga saham sebagai nilai buku ekuitas pemegang saham
ditambah nilai sekarang dari laba sisa (residua income-RI) yang diperkirakan, di mana RI t =
NI t – (k x BV t-1). Laba sisa juga dapat dinyatakan dlam bentuk rasio sebagai,

RI = (ROE t – k) x BV t-1

di mana ROE = NI t/BV t-1. Bentuk ini menekankan kenyataan bahwa harga saham berubah
hanya jika ROE ≠ k. Dalam kondisi ekuilibrium, tekanan kompetisi akan mendorong tingkat
pengembalian (ROE) mendekati biaya (k) sehingga laba abnormal akan hilang. Dengan
demikian, estimasi harga saham adalah proyeksi pembalikan ROE pada nilai jangka
panjangnya bagi perusahaan dan industri tertentu.
Tampilan 9.7 menyajikan kinerja ROE untuk kuintil dari seluruh perusahaan dalam database
Computstat. Untuk tiap-tiap tahun, portofolioperusahaan dalam tiap kuitil ROE dibentuk dan
ROE tiap perusahaan dalam portofolio ditelusuri selama 10 tahun berikutnya. Grafik
menyajikan nilai median tiap portofolio. Berikut hasil pengamatan yang terlihat.

1. ROE cenderung kembali ke ekuilibrium jangka panjang. Hal ini mencerminkan


tekanan kompetisi. Lebih lanjut, tingkat pembalikan bagi perusahaan yang paling
tidak menguntungkan lebih besar daripada tingkat pembalikan perusahaan yang
paling menguntungkan. Dengan demikian, tingkat pembalikan bagi perusahaan yang
memiliki tingkat ROE paling ekstrem adalah lebih besar daripada tingkat pembalikan
bagi perusahaan yang memiliki tingkat ROE lebih moderat.
2. Pembalikan tidak lengkap, yaitu tetap terdapat perbedaan sekitar 12% antara
perusahaan dengan ROE tertinggi dan perusahaan dengan ROE terendah meskipun
setelah waktu 10 tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh dua hal: perbedaan risiko
yang tercermin dalam perbedaan biaya modal (k); atau tingkat konservatisme yang
lebih tinggi (rendah) dalam kebijakan akuntansi.

Tampilan 9.7

Tampilan 9.7 menyatakan bahwa sebagian pembalikan selesai setelah sekitar 5 tahun. Hal ini
mendukung penggunaan horizon peramalan 5 tahun bagi Syminex karena tidak terdapat
dampak besar pada harga saham setelah titik, di mana ROE = k terlepas dari asumsi tingkat
pertumbuhan penjualan.

ROE dianggap sebagai penggerak nilai (value driver) karena ROE merupakan
variabel yang memengaruhi harga saham secara langsung. Selanjutnya, komponen ROA
dipecah menjadi margin laba dan perputaran (lihat bab 8). Komponen-komponen tersebut
juga merupakan penggerak nilai dan komponen yang diproyeksikan dalam penilaian
Syminex. Karena itu, pemahaman tentang tingkat pembaliakn untuk komponen-komponen
tersebut juga diperlukan.
Tampilan 9.8 menyajikan grafik tentang pembalikan margin laba bersih untuk kuintil
perusahaan dalam database Computstat. Grafik ini dibuat dengan cara yang sama dengan
pembuatan grafik ROE di tampilan 9.7. Tampak jelas tingkat pembalikan yang signifikan
untuk perusahaan dengan margin laba bersih (net profit margin-NPM) tertinggi dan terendah.
Selain itu, tingkat pembalikan untuk perusahaan dengan laba terendah lebih besar daripada
tingkat pembalikan perusahaan yang paling untung. Tingkat pembalikan untuk dua kelompok
ekstrem perusahaan tersebut lebih besar daripada tingkat pembalikan perusahaan dengan laba
yang paling moderat. Dengan demikian, tetap terdapat selisih antara portofolio dengan NPM
tertinggi atau terendah pada akhir tahun, yang besarnya kurang lebih sama dengan selisih
untuk ROE. Pembalikan ROE tampaknya disebabkan oleh pembalikan NPM.

Tampilan 9.8

Perputaran total aset (total asset turnover-TAT) merupakan komponen kedua ROA.
Tampilan 9.9 menyajikan tingkat pembalikan perputaran total aset yang dibuat dengan cara
yang sama dengan grafik sebelumnya. Walaupun tampak ada pembalikan, tingkatnya lebih
kecil dari tingkat pembalikan ukuran profitabilitas. Selain itu, terdapat tingkat perputaran aset
yang bervariasi antara perusahaan dengan perputaran tertinggi dan terendah. Hal ini
mencerminkan tingkat intensitas modal yang berbeda-beda.sebagaimana dibahas pada Bab 8.
Dengan demikian, horizon proyeksi tidak terlalu panjang karena akan mengurangi
keyakianan atas proyeksi dan ROE cenderung kembali mendekat ke biaya modal selama
periode waktu yang relatif pendek.
Tampilan 9.9

---LAMPIRAN 9A PERAMALAN JANGKA PENDEK

Untuk analisis likuiditas jangka pendek, salah satu alat yang berguna adalah peramalan arus
kas jangka pendek (short term cash forecasting). Peramalan jangka pendek diminati oleh
penggunaan internal seperti manajer dan auditor untuk mengevaluasi aktivitas operasi
perusahaan saat ini dan masa depan. Peramalan ini juga diminati oleh pengguna eksternal
seperti kreditor jangka pendek guna menilai kemampuan perusahaan untuk melunasi utang
jangka pendek. Analisis ini menekankan pada peramalan kas jangka pendek saat kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya diragukan.

POLA ARUS KAS

Pola arus kas penting untuk dipelajari sebelum menguji model untuk analisis dan proyeksi
arus kas. Kas dan setara kas (selanjutnya disebut “kas”) merupakan aset yang paling likuid.
Hampir seluruh keputusan manajemen adalah melakukan investasi aset atau membayar beban
memerlukan kas. Hal ini menyebabkan manajemen lebih berfokus pada kas daripada konsep
dana likuid lainnya. Beberapa pengguna (seperti kreditor) terkadang menganggap aset seperti
piutang dan persediaan sebagai bagian dari aset yang likuid mengingat pos tersebut bersifat
dalam dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat.

Arus kas masuk dan arus kas keluar saling terkait. Kegagalan salah satu aspek
aktivitas bisnis perusahaan akan berdampak pada keseluruhan sistem arus kas. Kegagalan
penjualan berdampak pada konversi persediaan menjadi piutang dan kas yang mengakibatkan
penurunan persediaan kas. Ketidakmampuan perusahaan untuk mengganti kas dari sumber
seperti ekuitas, pinjaman, atau utang usaha dapat menghambat aktivitas produksi dan
mengakibatkan kerugian di penjualan masa depan. Sebaliknya, membatasi pengeluaran pada
pos seperti iklan dan pemasaran dapat memperlambat konversi persediaan menjadi piutang
dan kas. Pembatasan jangka panjang atas arus kas keluar atau arus kas masuk dapat
menurunkan solvabilitas perusahaan.

PENTINGNYA PERAMALAN PENJUALAN

Keandalan peramalan laba bergantung pada kualitas peramalan penjualan. Dengan sedikit
pengecualian, seperti dana dari aktivitas pendanaan atau dana untuk aktivitas investasi,
sebagian besar arus kas terkait dan bergantung pada penjualan. Peramalan penjualan meliputi
analisis atas:

 arah dan tren penjualan,


 pangsa pasar,
 kondisi industri dan ekonomi,
 kapasitas produksi dan keuangan,
 faktor kompetisi.

Komponen-komponen tersebut umumnya dinilai bersamaan dengan lini produk yang


berpotensi dipengaruhi oleh kekuatan pasar masing0masing. Contoh berikut ini
mengilustrasikan pentingnya peramalan penjualan.

PERAMALAN ARUS KAS DENGAN ANALISIS PRO FORMA

Kewajaran dan kelayakan ramalan kas jangka pendek biasanya diuji dengan laporan
keuangan pro forma (peforma financial statements). Dalam pengujian ini, asumsi yang
mendasari peramalan kas digunakan untuk menyusun laporan laba rugi pro forma selama
periode yang diramal dan neraca pro forma pada akhir periode ramalan. Laporan keuangan
pro forma ini digunakan untuk menghitung rasio keuangan dan menyimpulkan hubungan
lainnya, dan dibandingkan dengan data historis untuk menguji kelayakannya. Perbandingan
ini harus menyertakan penyesuaian untuk faktor-faktor yang diperkirakan akan
memengaruhinya selama periode yang diramalakan.

You might also like