Efek Misoprostol

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

Abstrak

Tujuan: Untuk membandingkan jumlah perdarahan kala IV persalinan yang diberikan misoprostol per
rektal segera setelah lahirnya plasenta pada kehamilan risiko tinggi.

Metode: Seluruh ibu hamil dengan salah satu kriteria risiko tinggi yang ditetapkan yaitu anemia, usia 35
tahun, atau kehamilan 4. Ibu yang akan bersalin tersebut dilahirkan sesuai prosedur Asuhan Persalinan
Normal. Pada kelompok perlakuan, setelah lahirnya plasenta , pa sien segera diberika n ta blet
misoprostol 400 mcg per rekta. Tetapi pada kelompok kontrol, tidak diberikan tablet misoprostol.
Kemudian diletakkan alas bokong untuk menampung darah yang keluar selama kala IV persalinan.
Hasil: Jumlah perdarahan pada kala IV persalinan kelompok perlakua n ya itu seba nya k 201,1 (SD 80,3)
ml, lebih sedikit diba nding dengan kelompok kontrol ya itu seba nya k 285,9 (93,2) ml. Dari hasil uji analisis
didapatkan bahwa pemberian tablet misoprostol 400 mcg per rektal segera setelah lahirnya plasenta
pada kehamilan risiko tinggi mempunyai pengaruh yang signifikan untuk menurunkan jumlah perdarahan
kala IV persalinan (p<0,001). Jumlah perdarahan kala IV 500 ml pa da kelompok perla kua n ya itu seba
nya k 3,3% lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol ya itu sebanyak 10%. Ditemukan efek
samping obat pada sebagian kecil sampel berupa mual
(6,7%) dan menggigil (3,3%).
Kesimpulan: Pemberia n 400 mcg misoprostol per rekta l setelah pengeluaran plasenta pada kehamilan
risiko tinggi dapat menurunkan jumlah perdarahan pada kala IV persalinan.

PENGANTAR

Perdarahan pascapersalinan (PPH) adalah perdarahan yang terjadi lebih dari atau sama dengan 500 cc
setelah tahap ketiga persalinan.1 Perdarahan pascapersalinan adalah salah satu komplikasi kehamilan
utama yang terjadi sekitar 4-6% persalinan per vaginam dan ini menjadi penyebab utama ibu kematian
dan morbiditas Setiap tahun, hal itu menyebabkan 25-43% kematian ibu saat melahirkan dan ini terkait
dengan 515.000-600.000 kasus kematian kehamilan di seluruh dunia. Menurut survei yang dilakukan oleh
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, angka kematian di Indonesia sekitar 359
per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007.
atonia utan adalah penyebab tersering dari PPH yang menyumbang sekitar 70% kasus PPH. Hal ini dapat
terjadi tepat setelah melahirkan pada persalinan spontan atau operasi persalinan dan pengiriman
abdomen.3 Lagipula, atonia rahim sering menjadi pembunuh tercepat bagi wanita dalam waktu kurang
dari satu jam karena PPH. Lebih dari 90% kasus atonia rahim biasanya terjadi selama 24 jam pertama
persalinan. Oleh karena itu, pengawasan dan pencegahan PPH menjadi perhatian utama.4,5 Secara
umum, 88% PPH berlangsung selama empat jam setelah melahirkan dan anemia merupakan faktor risiko
PPH masif di kalangan ibu hamil di negara berkembang. Dokter sering menggunakan beberapa jenis
prostaglandin pada tahap keempat persalinan untuk mencegah PPH; Namun, manajemen aktif tahap
ketiga telah dilakukan dengan benar. Agen prostaglandin yang paling sering digunakan untuk mencegah
PPH adalah misoprostol.

Misoprostol sebagai E1 prostaglandin stabil pada suhu tinggi dan dapat digunakan secara oral,
sublingually, atau bahkan rectial. Misoprostol telah digunakan secara besar-besaran dalam kasus
kebidanan dan ginekologi untuk menginduksi persalinan, penanganan aborsi dan PPH. Bamigboye, dkk.
melaporkan bahwa misoprostol 400 mcg yang diberikan secara rektal efektif untuk mencegah PPH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek misoprostol rektal 400mcg yang diberikan setelah
mengantarkan plasenta dengan jumlah perdarahan pada tahap keempat persalinan untuk kehamilan
berisiko tinggi.

METODE

Penelitian ini merupakan uji coba terkontrol secara acak yang dilakukan di ruang persalinan Rumah Sakit
Dr. Wahidin sudirohusodo, Rumah Sakit Ibu dan Anak Fatimah, Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi, Rumah
Sakit Labuang Baji di Makassar dari bulan November 2014 sampai Februari 2015. Sampel diambil melalui
pengambilan sampel acak berturut-turut. . Jumlah sampel masing-masing kelompok adalah 30 subjek.
Kami merekrut wanita hamil berisiko tinggi dan menunjukkan anemia melalui tes laboratorium (kadar
hemoglobin 9 g / dl), usia 35 tahun, atau grandemultipara (> 4 kehamilan). Subjek dalam kelompok
belajar akan segera diberi misoprostol rektal 400 mcg tepat setelah melahirkan plasenta. Sementara itu,
kelompok kontrol tidak mendapatkan apapun. Setelah itu, kami meletakkan underpad di bagian bawah
subyek untuk mengukur jumlah kehilangan darah pada tahap keempat persalinan. Data yang diambil dari
penelitian ini ditulis dan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan SPSS.

HASIL

Ada 60 subyek yang diambil terdiri dari 30 subjek di setiap kelompok kontrol dan studi. Tabel 1
menunjukkan bahwa volume kehilangan darah pada tahap keempat bekerja memenuhi kriteria risiko
tinggi. Pada kelompok belajar, rata-rata kehilangan darah sekitar 201,1 (SD 80,3) ml dan 285,9 (SD 93,2)
ml pada kelompok kontrol. Analisis statistik melalui independent t test menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan dalam volume kehilangan darah pada tahap keempat persalinan pada wanita
hamil berisiko tinggi (p <0,001).

Tabel 2 menunjukkan bahwa hanya ada 3 dari 30 subyek pada kelompok kontrol dan 1 dari 30 subjek pada
kelompok belajar mengalami lebih dari 500 ml kehilangan darah pada tahap keempat persalinan. Tabel 3
menggambarkan beberapa efek samping dari misoprostol dubur termasuk mual (6,7%) dan menggigil
(3,3%).
DISKUSI

Penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah kehilangan darah pada tahap keempat persalinan untuk
keseluruhan subjek adalah 285,9 (SD 93,2) ml pada kelompok kontrol dan 201,1 (SD 80,3) ml pada
kelompok penelitian. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya mekanisme misoprostol dubur pada
kelompok studi untuk mengurangi jumlah kehilangan darah. Analisis statistik melalui uji t independen
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok studi dan kelompok kontrol kehilangan
darah (p <0,001). Sebuah studi oleh Laili Chilmawati di Yogyakarta menggambarkan bahwa jumlah
kehilangan darah pada tahap keempat persalinan di antara wanita yang melahirkan secara vaginal adalah
102,13 (SD 67,34) ml pada kelompok kontrol. Perbedaan ini terjadi karena kriteria sampel wanita hamil
berisiko tinggi. Hal itu membuat kejadian kehilangan darah lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian
yang dilakukan di Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara paritas
dan jumlah kehilangan darah pada tahap keempat persalinan di antara kedua studi tersebut (p = 0,041)
dan kelompok kontrol (p = 0,002). Hasil ini menunjukkan bahwa kehilangan darah pada tahap keempat
persalinan sebagian besar dipengaruhi oleh paritas sebagai salah satu faktor risiko dan bukan faktor risiko
lainnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang lain; Padahal, paritas tersebut diklaim sebagai
risiko tertinggi PPH di antara yang lainnya. Jumlah subjek dengan volume kehilangan darah lebih dari 500
ml pada tahap keempat persalinan adalah 3 (10%) dan 1 (3,3%) pada kelompok kontrol dan studi; masing-
masing. Hasil ini menunjukkan bahwa misoprostol rektal 400 mcg setelah mengantarkan plasenta dapat
mengurangi kejadian PPH pada kehamilan berisiko tinggi. Misoprostol adalah agen rekomendasi untuk
mencegah PPH yang telah diterbitkan secara resmi oleh Konfederasi Bidan Internasional (ICM) dan
Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri (FIGO). Di sisi lain, penelitian ini juga menemukan
beberapa efek samping misoprostol dubur termasuk mual (6,7%) dan menggigil (3,3%). Kesimpulannya,
penggunaan misoprostol rektal 400 mcg aman untuk pasien.

KESIMPULAN

Penggunaan misoprostol rektal 400 mcg tepat setelah mengantarkan plasenta pada kehamilan berisiko
tinggi memiliki pengaruh signifikan untuk mengurangi jumlah kehilangan darah pada tahap keempat
persalinan. Paritas sebagai faktor risiko dianggap faktor terkuat yang menyumbang jumlah kehilangan
darah. Penatalaksanaan PPH dengan misoprostol rektum setelah mengantarkan plasenta sebagai
profilaksis dianjurkan untuk kehamilan berisiko tinggi. Di masa depan, penelitian lain harus dilakukan
untuk menilai dampak faktor risiko tinggi lainnya terhadap volume kehilangan darah pada tahap keempat
persalinan.

You might also like