Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN METODE ANALYTICAL


HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN INTEGRATED ENVIRONMENT
PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (IEPMS)
PADA PT. CAMPINA ICE CREAM INDUSTRY

Silvia Rachmawati2), Udisubakti Ciptomulyono1,2)


1)
Jurusan Teknik Industri, FTI-ITS, 2)Jurusan Manajemen Industri, MMT–ITS, Surabaya
email : udisubakti@ie.its.ac.id; silviarachmawati@yahoo.com

ABSTRAK
Dampak globalisasi dan kemajuan teknologi, yang disertai dengan aktivitas
perekonomian di mana melibatkan penggunaan sumber daya alam, telah menimbulkan
suatu isu lingkungan. Hal ini mengarahkan perusahaan untuk memperhitungkan faktor
manajemen lingkungan dalam peningkatan kinerja perusahaan. PT. Campina Ice Cream
Industry, sebagai salah satu industri makanan, berupaya untuk meningkatkan
performansi kinerja lingkungan perusahaan dengan menciptakan proses produksi yang
ramah lingkungan dan brand image produk yang baik. Untuk itu perlu dilakukan
pengukuran kinerja lingkungan pada perusahaan tersebut, di mana metode yang dapat
digunakan dalam pengukuran adalah Integrated Environment Performance Measurment
System (IEPMS) dan Objective matrix (OMAX), agar dapat diketahui tingkat kinerja
lingkungan perusahaan dan perlu tidaknya suatu perbaikan. Berdasarkan penelitian,
nilai kinerja lingkungan PT. Campina Ice Cream Industry sebesar 6,6311, berada dalam
kategori warna kuning, yang berarti diperlukan tindakan pengawasan dan
pengevaluasian kinerja dengan lebih intensif terhadap perusahaan, agar performansi
kinerja lingkungan dapat meningkat.

Kata kunci: KEPI, kinerja lingkungan, Objective matrix, Traffic Light System

PENDAHULUAN
Adanya fenomena isu lingkungan yang terkait dengan manajemen lingkungan
turut mempengaruhi kebijakan mengenai peningkatan kinerja perusahaan. Adanya
pandangan yang sama, baik dari pemerintah dan masyarakat, terhadap pengendalian
limbah dan efisiensi penggunaan sumber daya, telah memberikan gambaran bagi
perusahaan untuk memperhitungkan faktor manajemen lingkungan dalam peningkatan
kinerja perusahaan. Hal ini memacu perusahaan meningkatkan kinerja secara
menyeluruh untuk menghasilkan produk yang lebih ramah terhadap lingkungan, mulai
dari sistem rantai pasok material, proses produksi, pengiriman dan penyimpanan
produk, hingga kegiatan yang berkaitan dengan product recovery seperti remanufacture,
recycle, reuse maupun repair (Mahadevan, et al., 2003). Perubahan perilaku industri
dilakukan supaya antara perkembangan industri dan konservasi lingkungan dapat
berjalan beriringan dan saling menguntungkan. Langkah konkret yang dilakukan untuk
mengakomodasi faktor lingkungan adalah melalui minimasi limbah dan minimasi
penggunaan sumber daya dan energi (Gupta, et al., 2001).
Untuk mengetahui seberapa besar kegiatan dari suatu proses industri
berpengaruh terhadap lingkungan, maka diperlukan suatu sistem pengukuran kinerja
lingkungan, hal ini bertujuan untuk mengetahui indikator-indikator performansi

ISBN : 978-979-99735-9-7
A-26-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

lingkungan dari perusahaan sehingga perusahaan dapat melakukan tindakan perbaikan


maupun pencegahan dalam mencapai visi dan misi perusahaan. Peran serta aktif dari
pihak perusahaan juga dibutuhkan untuk melakukan penilaian kinerja lingkungan agar
selalu dapat mengevaluasi dan melakukan perbaikan-perbaikan bagi lingkungan
perusahaannya. Untuk memperoleh kinerja lingkungan yang baik, dibutuhkan komitmen
pihak perusahaan untuk melakukan pendekatan tersistematis dan perbaikan secara
berkelanjutan dari suatu Sistem Manajemen Lingkungan (SML).
PT. Campina Ice Cream Industry yang menjadi obyek dalam penelitian ini
merupakan pabrik pembuatan es krim, di mana dalam proses produksinya melalui
beberapa tahap, yang setiap tahapnya menggunakan sumber daya alam dan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Pada setiap tahapan tersebut akan
menghasilkan output yang akan menjadi input bagi proses selanjutnya, dan akan
dihasilkan limbah yang dapat diolah kembali maupun yang langsung dibuang.
Umumnya pada sebuah industri es krim, limbah yang dihasilkan merupakan limbah
organik dengan kadar BOD (Biological Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid),
dan COD (Chemical Oxygen Demand) yang tinggi. Untuk mengetahui besarnya
aktivitas-aktivitas kerja dalam suatu industri berpengaruh terhadap lingkungan, maka
diperlukan suatu sistem yang dapat mengukur dan mengevaluasi kinerja lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja lingkungan perusahaan melalui
perancangan dan pengukuran sistem manajemen lingkungan. Perancangan Sistem
Pengukuran Kinerja Lingkungan dilakukan dengan mengidentifikasi aspek-aspek dan
indikator-indikator kinerja lingkungan, serta dampak yang mempengaruhi kinerja
lingkungan perusahaan. Selanjutnya, pengevaluasian Sistem Pengukuran Kinerja
Lingkungan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Objective
Matrix, serta pengklasifikasian dalam Traffic Light System, agar nantinya perusahaan
dapat melakukan perbaikan dan pengawasan terhadap berbagai indikator kinerja
lingkungan.

METODOLOGI PENELITIAN
Tahap Desain Sistem Pengukuran Kinerja Lingkungan, meliputi:
Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung di
lapangan, wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder), dan
mencari sumber data organisasi untuk mengidentifikasikan aspek-aspek lingkungan
yang akan menjadi Key to Environment Performance Indicator (KEPI), serta
penyebaran kuisioner kepada orang-orang yang berkompeten terkait proses produksi.
Identifikasi Key to Environment Performance Indicator (KEPI)
Penentuan indikator-indikator kinerja diawali dengan menentukan semua
stakeholder PT. Campina Ice Cream Industry, dan mengidentifikasikan stakeholder
requirement tersebut terhadap perusahaan. Kemudian, ditetapkan objectives (tujuan)
perusahaan dan sasaran lingkungan yang ingin dicapai. Selanjutnya, aspek-aspek
lingkungan dari seluruh kegiatan perusahaan diidentifikasi untuk diberi pembobotan
berdasarkan kriteria BAPEDAL. Evaluasi berdasarkan kriteria BAPEDAL ini bertujuan
untuk mengetahui aspek lingkungan dari kegiatan proses produksi yang akan
menimbulkan dampak cukup besar sehingga perlu diperhatikan sebagai indikator
kinerja lingkungan. Aspek lingkungan yang dianggap signifikan sebagai dampak

ISBN : 978-979-99735-9-7
A-26-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

penting terhadap lingkungan apabila perkalian hasil pembobotan dari setiap subkriteria
menghasilkan nilai lebih dari 6.750 (enam ribu tujuh ratus lima puluh).
Validasi KEPI
Validasi dilakukan untuk mengetahui apakah indikator-indikator yang didesain
telah benar dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan akan pengukuran kinerja. Validasi
ini dilakukan terhadap aspek lingkungan, tujuan lingkungan, KEPI, dan sasaran KEPI.
Langkah dalam melakukan validasi yaitu dengan mengajukan hasil rancangan KEPI
kepada pihak manajemen perusahaan, kemudian pihak manajemen yang akan
menentukan apakah KEPI tersebut sesuai atau tidak dengan kondisi perusahaan,
sehingga pada akhirnya akan didapatkan KEPI secara utuh.
Spesifikasi KEPI
Spesifikasi KEPI bertujuan untuk mengetahui deskripsi yang jelas mengenai
KEPI, tujuan, keterkaitan dengan objectives, target, ambang batas, cara pengukuran
KEPI, frekuensi pengukuran, pihak yang melakukan pengukuran, serta langkah-langkah
dalam pengukuran.
Penyusunan struktur hirarki sistem pengukuran kinerja lingkungan
Penyusunan struktur hirarki sistem pengukuran kinerja lingkungan dilakukan
dengan cara menyusun KEPI (dari hasil validasi) ke dalam suatu bentuk hirarki
pengukuran kinerja lingkungan PT. Campina Ice Cream Industry.
Tahap Pembobotan dan Pengukuran Kinerja Lingkungan, meliputi:
Pembobotan indikator kinerja lingkungan (environment performance indicator)
Setiap indikator kinerja lingkungan (KEPI) yang telah tersusun dalam sebuah
hirarki tersebut kemudian diberi pembobotan dengan menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP), melalui software Expert Choice untuk menghitung bobot dan
inconsistency ratio. Tujuan dari pembobotan ini adalah untuk mendapatkan bobot
tingkat kepentingan atau seberapa besar KEPI berpengaruh terhadap penilaian kinerja
lingkungan perusahaan. Data primer untuk pembobotan KEPI ini diperoleh melalui
kuisioner yang telah diberikan kepada pihak manajemen sehingga didapatkan bobot dari
setiap ukuran performansi.
Pengukuran kinerja lingkungan
Pengukuran kinerja lingkungan dilakukan dengan scoring system menggunakan
metode Objective Matrix (OMAX), hal ini bertujuan untuk mengetahui nilai pencapaian
terhadap target masing-masing KEPI pada periode tertentu dengan menggunakan nilai
range antara 0-10. Pembuatan OMAX dilakukan dengan menggunakan interpolasi
antara nilai pencapaian masing-masing KEPI pada level 10 (yaitu menunjukkan sasaran
atau estimasi realistis dari hasil yang dapat dicapai pada masa datang) dan level 3 (yaitu
menunjukkan performansi pada saat pengukuran dimulai). Selanjutnya, skor dari
penilaian kinerja lingkungan dengan menggunakan metode OMAX, dianalisa dengan
menggunakan metode Traffic Light System untuk mengetahui KEPI mana yang
mendapatkan nilai merah, hijau, atau kuning. Hal ini untuk mengetahui apakah skor
pada KEPI yang bersangkutan mengindikasikan suatu perbaikan. Ketentuan nilai-nilai
dalam Traffic Light System adalah sebagai berikut:
 3 ≥ nilai skor ≥ 0 : KEPI masuk dalam kategori warna merah sehingga
memerlukan tindakan perbaikan secepatnya
 8 ≥ nilai skor ≥ 3 : KEPI masuk dalam kategori warna kuning sehingga
memerlukan pengawasan yang lebih intensif.

ISBN : 978-979-99735-9-7
A-26-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

 10 ≥ nilai skor ≥ 8 : KEPI masuk dalam kategori warna hijau sehingga tidak
memerlukan tindakan perbaikan namun tindakan pengawasan tetap perlu
dilakukan.

Performance Criteria KEPI 1 KEPI 2 KEPI 3 KEPI 4 … Score a


Performance … … … … … A
Realistic Performance … … … … … 10
Objective b1
… … … … … 9
… … … … … 8
… … … … … 7
… … … … … 6
… … … … … 5
… … … … … 4 B
30 90 25 … … 3
… … … … … 2 b2
… … … … … 1
… … … … … 0
Score … … … … …
Weight … … … … …
Value … … … … …
C1
Current Performance …
Indicator
C
Previuos Performance … C2
Indicator
Index …

Gambar 1. Contoh Tampilan Tabel Objective Matrix


Evaluasi dan rekomendasi perbaikan
Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap hasil pengukuran kinerja lingkungan,
agar dapat memberikan rekomendasi perbaikan terhadap indikator-indikator kinerja
lingkungan yang tidak sesuai dengan target atau sasaran lingkungan yang telah
ditetapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Lingkungan menggunakan integrasi
dari model sistem manajemen lingkungan yang menganut prinsip Plan-Do-Check-Act
(PDCA) dengan konsep IEPMS (Integrated Environment Performance Measurement
System). Tujuan digunakannya model IEPMS adalah untuk mendapatkan suatu proses
yang terstruktur untuk mencapai peningkatan secara berkelanjutan dalam pengelolaan
lingkungan. Penilaian kinerja lingkungan dengan menggunakan metode IEPMS, akan
mempertimbangkan dua ukuran yaitu kuantitatif dan kualitatif, sehingga hasil yang
didapatkan akan lebih terintegrasi. Untuk melakukan perancangan KEPI, maka
dilakukan studi secara menyeluruh mengenai identifikasi kegiatan produksi.
Pengukuran kinerja lingkungan dilakukan pada PT. Campina Ice Cream Industry
berdasarkan kinerja perusahaan pada periode I tahun 2008 (bulan Januari-Juni) dan
periode II tahun 2007 (bulan Juli-Desember). Pengukuran kinerja lingkungan dilakukan
dengan metode Objective matrix (OMAX) dengan menggunakan pembobotan hasil dari
Analytical Hierarchy Process (AHP).
Berdasarkan hasil penilaian kinerja lingkungan perusahaan secara keseluruhan
pada PT. Campina Ice Cream Industry menggunakan IEPMS (Integrated Environment

ISBN : 978-979-99735-9-7
A-26-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

Performance Measurement System), didapatkan 7 KEPI kategori warna merah, 36 KEPI


kategori warna kuning, dan 25 KEPI kategori warna hijau. Nilai total yang didapatkan
sebesar 6,6311, di mana untuk nilai kuantitatif sebesar 3,7861 dan nilai kualitatif
sebesar 2,8450. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kinerja lingkungan perusahaan
selama waktu pengamatan untuk penelitian ini, yaitu pada periode I tahun 2008 (bulan
Januari-Juli), berada pada kategori warna kuning. Dengan demikian, perlu adanya
pengawasan yang lebih ketat dan intensif terhadap KEPI tersebut. Sedangkan untuk
KEPI dalam kategori warna merah perlu segera dilakukan tindakan perbaikan
(improvement). Beberapa KEPI dalam kategori merah ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. KEPI Kategori Warna Merah
KEPI WARNA MERAH
No. KEPI KETERANGAN SCORE
35 Kadar oksida nitrogen (NOx) dalam limbah udara ambien 2
41 Kebisingan (dBa) 2
63 Program Pelatihan Lingkungan 0
64 Peran serta karyawan dalam program pelatihan lingkungan 0
65 Program pelatihan K3 0
66 Komitmen dan tanggung jawab karyawan atas program K3 0
68 Penghargaan publik 3
Apabila perusahaan menerapkan skenario perbaikan untuk KEPI berwarna
merah tersebut melalui tindakan perbaikan (improvement), maka score yang didapatkan
untuk KEPI tersebut menjadi lebih baik, dengan nilai total 7,8435, serta masuk ke dalam
kategori kuning dan hijau, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. KEPI Kategori Merah Setelah Melalui Skenario Perbaikan
KEPI WARNA MERAH
No. KEPI KETERANGAN SCORE
35 Kadar oksida nitrogen (NOx) dalam limbah udara ambien 6
41 Kebisingan (dBa) 7
63 Program Pelatihan Lingkungan 7
64 Peran serta karyawan dalam program pelatihan lingkungan 5
65 Program pelatihan K3 7
66 Komitmen dan tanggung jawab karyawan atas program K3 5
68 Penghargaan publik 7

Susunan hirarki sistem pengukuran kinerja lingkungan berdasarkan hasil validasi aspek
lingkungan (Key Environment Performance Indicator), disertai dengan
pengklasifikasian berdasarkan Traffic Light System ditunjukkan pada Gambar 2.

ISBN : 978-979-99735-9-7
A-26-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
Kinerja Lingkungan PT. Campina Ice Cream Industry

Aspek Kuantitatif Aspek Kualitatif


(Operasional) (Manajerial)

Departemen HRD
Produksi

Pentaatan Sumber Strategi


Bahan Produk Utilitas Limbah Aktivitas K3 Efisiensi hukum Daya Perusahaan
Baku produksi Manusia

Kualitas Kebocoran Air Pentaatan Program Penghargaan


Bahan Tumpahan fresh fresh water pencucian Program Kebakaran
baku bahan baku Noise Panas K3 di area hukum pengauditan publik
water peralatan
es plant
krim KEPI 62 KEPI 67 KEPI 68
KEPI 41 KEPI 42
KEPI 13 KEPI 15 KEPI 16
KEPI 1 KEPI 6 KEPI 43 KEPI 47
KEPI 14
KEPI 2 KEPI 44 Program Peran serta Program Komitmen
Limbah Limbah Limbah
cair udara udara KEPI 45
Pelatihan karyawan dalam pelatihan dan tanggung
KEPI 3
emisi ambien Lingkungan program pelatihan K3 jawab
KEPI 4 KEPI 46 lingkungan karyawan atas
KEPI 17 program K3
KEPI 5 KEPI 30 KEPI 35
KEPI 18
KEPI 31 KEPI 36 KEPI 63 KEPI 64 KEPI 65 KEPI 66
KEPI 19
Kualitas Pendistribusian Pemanfaatan KEPI 32 KEPI 37
produk n produk waste KEPI 20
KEPI 33 KEPI 38
produksi Efisiensi Efisiensi Efisiensi Efisiensi Efisiensi Efisiensi Efisiensi
KEPI 21
KEPI 34 KEPI 39 mixing pasteurisasi homogenisasi aging filling hardening cold
KEPI 12 KEPI 22 storage
KEPI 7 KEPI 9 KEPI 40
KEPI 23 KEPI 48 KEPI 49 KEPI 50 KEPI 51 KEPI 58 KEPI 60
KEPI 8 KEPI 10 KEPI 61
KEPI 24 KEPI 52 KEPI 59
KEPI 11
KEPI 25 KEPI 53

KEPI 26 KEPI 54

KEPI 27 KEPI 55

KEPI 28
ISBN : 978-979-99735-9-7 KEPI 56

KEPI 29 A-26-6 KEPI 57

Gambar 2. Hirarki Sistem Pengukuran Kinerja Lingkungan dengan


Pengklasifikasian Traffic Light System
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

KESIMPULAN
1. Perencanaan sistem pengukuran kinerja lingkungan (SPKL) adalah mengacu
pada model IEPMS (Integrated Environment Performance Measurement)
dengan sistem Plan-Do-Check-Act, di mana pada model ini digunakan dua
kategori pengukuran, yaitu secara kuantitatif (operasional) dan kualitatif
(manajerial).
2. Hasil identifikasi aspek-aspek dan dampak lingkungan pada keseluruhan
aktivitas di PT. Campina Ice Cream Industry dapat dirancang 68 KEPI (Key to
Environment Performance Indicator), yang terdiri dari 61 KEPI kategori
kuantitatif dan 7 KEPI kualitatif.
3. Nilai kinerja lingkungan PT. Campina Ice Cream Industry dari hasil pembobotan
dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan metode Objective Matrix
(OMAX) adalah sebesar 6,6311 dan berada dalam Traffic Light System kategori
warna kuning yang berarti bahwa kinerja lingkungan PT. Campina Ice Cream
Industry masih perlu dilakukan pengawasan dan perbaikan oleh pihak
perusahaan untuk meningkatkan kinerja lingkungannya. Sedangkan secara
keseluruhan, pada PT. Campina Ice Cream Industry terdapat 7 KEPI kategori
warna merah, 36 KEPI kategori warna kuning, dan 25 KEPI kategori warna
hijau.
4. Skenario perbaikan kinerja lingkungan dapat meningkatkan performasi kinerja
lingkungan perusahaan, dimana dari hasil perhitungan dengan metode Objective
Matrix (OMAX) didapatkan nilai sebesar 7.8435.

DAFTAR PUSTAKA
Artley, W. dan Stroh, S. (2001). Establishing an Integrated Performance
Measurement System. Laboratory Administration Office, University of
California.

Bapedalda Jawa Timur. Himpunan Peraturan Perundangan Lingkungan Hidup.


Bapedal Jatim

Coskun, A dan Bayyurt, N. (2008). Measurement Frequency of Performance


Indicators and Satisfaction on Corporate Performance: A Survey on
Manufacturing Companies.
http://www.eurojournals.com/ejefas_13_07.pdf

Gunther, E. dan Sturm, A. (2000). Environmental Performance Measurement.


Technische Universitat Dresden

Henri, Jean-Francois dan Journeault, Marc. (2006). Environmental Performance


Indicators: An Empirical study of Canadian Manufacturing Firms.
http://www.scientificjournals.com

Kaplan, Robert S. dan Norton, David P. (2000). Balanced Scorecard: Menerapkan


Strategi Menjadi Aksi. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Kaplan, Robert S. dan Norton, David P. (2001). The Strategy Focused Organization:
How Balanced Scorecard Companies Thrive In The New Business
Environment. Harvard Business School Press. Boston, Massachusetts.

ISBN : 978-979-99735-9-7
A-26-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

Kuhre, W.L. (1996). ISO Certification: Environmental Management System: A


Practical Guide For Preparing Effective Environmental Systems. Prentice
Hall, Inc.

Prianto, T.S. (2003). Pengukuran Kinerja Lingkungan Dengan Menggunakan


Metode Integrated Performance Measurement System dan PROPER (Studi
Kasus Di PT. Petrokimia Gresik). Tugas Akhir Teknik Industri ITS, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Radiana, F. (2005). Upaya Peningkatan Produktivitas dan Kinerja Lingkungan


Pada Proses Retanning Dengan Metode Green Productivity. Tugas Akhir
Teknik Industri ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Riggs, J.L. (1987). Production System; Planning, Analysis, and Control; Formerly
Oregon State University. John Wiley ans Sons Inc.

Saaty, T.L. (2000). Fundamental of Decision Making and Priority Theory With The
Analitic Hierarchy Process. Pittsburg: RWS Publications

Stutz, Markus, et.al. (2004). Key Environmental Performance Indicators (KEPIs): A


New Approach to Environmental Assessment.
http://www.lcainfo.ch/DF/DF27/Stutz2KEPIPaper2004.pdf

Sunu, P. (2001). Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. PT.


Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta

Wijayanto, Yogik H. (2005). Pengukuran Kinerja Lingkungan Menggunakan


Metode Integrasi Manajemen Lingkungan Dengan Integrated Environment
Performance Measurement System (IEPMS), Studi Kasus PT. Lotus Indah
Textile Industries. Tugas Akhir Teknik Industri ITS, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya

ISBN : 978-979-99735-9-7
A-26-8

You might also like