Professional Documents
Culture Documents
Laporan Praktikum Isolasi Dna
Laporan Praktikum Isolasi Dna
Laporan Praktikum Isolasi Dna
Oleh:
Nama : Desi Agrifiani
NIM : 151810301052
Kelompok :9
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
Pelet Plasmid
Pelet Kromosom
Agarosa
dilarutkan sebanyak 0,375 gram dalam larutan buffer TAE (Tris Acetat
EDTA) PH 8
didinginkan agarosa sampai suhu 45℃ dan dituangkan ke dalam
cetakan kemudian dibiarkan hingga memadat
dicampurkan sampel yang akan dielektrolisis buffer yang mengandung
bromofenol biru (BPB) 0,25 (b/v) dan sukrosa 40% (b/v)
dilakukan elektroforesis dalam buffer TAE pada tegangan 75 volt
dihentikan elektroforesis ketika bromofenol biru telah bermigrasi kira-
kira sampai 2/3 dari panjang sel
direndam gel agarosa kemudian direndam dalam larutan etidium
bromida (EtBr) 250 µg/mL selama 30 menit
direndam dalam buffer TAE selama 5-10 menit
diamati hasil elektroforesis dengan sinar UV
Hasil
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Isolasi plasmid pET30 dari E. coli BL21
Koloni tunggal transforman E. Coli diinokulasi ke dalam 5 ml media Luria
Bertani cair yang mengandung 2,5 µl kanamisin 100 mg/ml dan diinkubasi pada
shaker incubator pada 37 °C dengan kecepatan 150 rpm selama 18 jam. Setelah
18 jam, inokulum disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 10.000 rpm
pada suhu 4 °C. Pellet dilarutkan dalam larutan I (Glukosa 50 mM, Tris-HCl 2,5
mM pH 8, Na2EDTA 10 mM pH 8) 100 µL dan dihomogenkan lalu didiamkan 5
menit. Ditambahkan 200 µL larutan II (NaOH 0,2 M, SDS 1%, ddH2O steril) dan
dihomogenkan dengan cara membolak-balik tabung Eppendorf. Larutan
diinkubasi di es selama 15 menit, setelah 15 menit ditambahkan 150 µL larutan III
(Kalium asetat 5 M, asam asetat glasial, ddH2O dingin), diinkubasi dalam es
selama 10 menit. Campuran tersebut disentrifugasi selama 5 menit dengan
kecepatan 12.000 rpm suhu 4 °C, supernatan yang diperoleh dipindahkan secara
perlahan dengan menggunakan pipet kedalam tabung Eppendorf baru yang steril
dan ditambahkan campuran fenol: kloroform: isoamil alkohol (25:24:1) 1 kali
volume total, dikocok sampai terbentuk emulsi kemudian disentrifugasi lagi
12.000 rpm 2 menit dan dihasilkan 3 lapis, fase paling atas adalah fase cair yang
dipindahkan dengan cara memipet secara hati-hati kedalam tabung Eppendrorf
baru yang steril, fase cair tersebut dipekatkan dengan menambahkan etanol
absolut dingin 2 kali volume total, dan diinkubasi dalam es selama 1 jam.
Campuran disentrifugasi 12.000 rpm selama 5 menit, pellet dicuci dengan etanol
dingin 70% dan disentrifugasi lagi dan tabung Eppendorf dikeringkan dari etanol
dengan cara membalikkan tabung dan didiamkan 5 menit. Kemudian pellet
dilarutkan dalam 30 µL ddH2O (Sambrook dan Russel, 2001).
3.3.2 Analisa pET-Endo menggunakan Elektroforesis Gel Agarosa
Gel agarosa 1,5% dibuat dengan melarutkan 0,375 g agarosa dalam 25 ml
buffer TAE (Tris Acetat EDTA) pH 8. Agarosa yang sudah larut didinginkan
sampai kira-kira temperatur 45°C, selanjutnya gel dituangkan pada cetakan dan
dibiarkan memadat. Sampel yang akan dielektrolisis dicampur dengan buffer yang
mengandung bromofenol biru (BPB) 0,25 (b/v) dan sukrosa 40 % (b/v).
Elektrolisis dilakukan dalam buffer TAE pada tegangan 75 volt. Elektrolisis
dihentikan ketika bromofenol biru telah bermigrasi kira-kira 2/3 dari panjang gel.
Gel agarosa kemudian direndam dalam larutan Etidium Bromida (EtBr) 250
µg/mL selama 30 menit, selanjutnya direndam dalam buffer TAE selama 5-10
menit. Hasil elektroforesis dapat diamati dengan sinar UV (Sambrook dan Russel,
2001).
3.3.3 Isolasi DNA kromosom isolat
Koloni tunggal isolat diinokulasikan ke dalam 5 ml media cair dan
diinkubasi pada shaker incubator pada suhu 370C dengan kecepatan 150 rpm
selama 18 jam. Kemudian sebanyak 5 ml suspensi sel disentrifuge selama 2 menit
dengan kecepatan 10.000 rpm pada suhu 4oC. Setelah terpisah, supernatan
dibuang, kemudian pellet sel diresuspensi dengan 250 µl buffer TE (50 mM tris
HCl pH 8 dan 50 mM EDTA). Larutan tersebut dibekukan pada suhu -20oC
selama 30 menit. kemudian ditambahan 250 µL lisozim 10mg/ml ke dalam sel
beku dan dibiarkan mencair pada suhu kamar. Larutan sel yang sudah mencair
dimasukkan ke dalam penangas es selama 45 menit. Lalu menambahkan larutan
STEP (SDS 1%, Tris Cl, EDTA pH 8, proteinase K) sebanyak 50µL ke dalam
suspensi dan dicampur rata. Campuran ini selanjutnya dipanaskan dalam
waterbath pada suhu 50oC selama 1 jam sambil sesekali digoyang perlahan.
Kemudian ditambahkan 300µL larutan fenol jenuh ke dalam campuran lalu
dikocok sampai terbentuk emulsi. Campuran disentrifugasi pada kecepatan
12.000rpm selama 5 menit sampai terpisah dua lapisan. DNA yang diinginkan
berada pada lapisan atas. Lapisan atas dipipet secara hati-hati dan dipindahkan ke
dalam tabung eppendorf yang steril. Selanjutnya ditambahkan larutan natrium
asetat 0,3 M sebanyak 0,1 kali dari volume total hasil pemipetan DNA, lalu
dicampur perlahan. Kemudian ditambahkan etanol absolut dingin sebanyak 2 kali
volume larutan kemudian tabung dibolak-balik untuk pencampuran. Setelah itu,
campuran diinkubasi pada suhu -20oC selama 2 jam sampai semalam. Campuran
disentifugasi pada 12000 rpm selama 5 menit, kemudian supernatan dibuang dan
pellet dicuci dengan 0,6 ml etanol 70%. Sentrifuge kembali campuran pada 12000
rpm selama 5 menit. Pelet diambil kemudian ditambahkan 30 µL ddH20
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Plasmid
4.1.2 Kromosom
No. Perlakuan Hasil
1. Penambahan larutan TE pada pellet Laruta menjadi keruh
2. Pembekuan selama 30 menit Larutan kental
3. Penambahan larutan lizosim 250 µL Tidak berubah
4. Inkubasi 45℃ Tetap
5. Penambahan larutan STEP 50 µL Larutan mencair
6. Penambahan fenol Terbentuk dua fase
(bawah: keruh dan atas:
bening)
7. Sentrifugasi Mengental (bawah: keruh
dan atas: bening)
8. Pengambilan 500 µL fase atas Larutan bening
9. Penambahan natrium asetat 50 µL Larutan menjadi keruh
10. Penambahan larutan etanol 70% 1.000 µL Terdapat emulsi
melayang berwarna putih
11. Inkubasi selama semalam Larutan bening dan
terdapat pellet dibawah
12. Pencucian dengan larutan etanol 70% dingin Pellet larut
13. Sentrifugasi Tidak terjadi perubahan
14. Penambahan ddH2O Pellet larut
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai isolasi DNA plasmid dan
kromosom. DNA yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu pET30 dari E.
coli BL21, sedangkan kromosom sampelnya diambil dari isolatnya. Teknik
isolasi yang digunakan pada praktikum ini menggunakan teknik sentrifuge dan
elektroforesis untuk memurnikan DNA. Isolasi dilakukan untuk memperoleh
DNA dalam bentuk murni dan terpisah dari komponen komponen sel lainnya
berdasarkan berat molekulnya. Teknik sentrifugasi yang digunakan untuk isolasi
DNA ini mempunyai prinsip utama, yaitu memisahkan substansi berdasarkan
berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi
yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan
terletak di atas. Sentrifugasi ini dilakukan dengan menggunakan alat rotor yang
digerakan oleh motor elektrik yang merupakan tempat berpegangnya tabung yang
akan disentrifugasi. Hasil sentrifugasi ini akan menghasilkan dua fase, dimana
fase atas merupakan supernathan dan fase bawah adalah pellet.
Proses isolasi pertama yang dilakukan yaitu isolasi DNA kromosom.
Sampel kromosom yang telah di dapatkan awalnya disentik dari luar tabung agar
tidak menempel pada tabung. Sampel kromosom ini kemudian diresuspensi
dengan 250 µl buffer TE, yang terdiri dari 50 mM tris HCl pH 8 dan 50 mM
EDTA. Larutan ini juga biasa disebut sebagai larutan lisis. TE buffer ini berfungsi
untuk menstabilkan DNA atau RNA karena pH nya dijaga sekitar 8. DNA dan
RNA memiliki sifat asam lemah (DNA = asam deoksiribonukleat, RNA = asam
ribonukleat), yang dalam waktu lama dapat menyebabkan degradasi DNA/RNA,
sehingga digunakan TE Buffer ini. Buffer TE juga berfungsi untuk melarutkan
DNA agar tidak mudah rusak, kemudian disimpan pada suhu -20°C selama 30
menit. Penambahan buffer TE ini menyebabkan larutan keruh. Perlakuan
selanjutnya yaitu pemberian 250 µL lisozim 10mg/ml ke dalam sel beku dan
dibiarkan mencair pada suhu kamar. Pemberian lisozim berfungsi untuk merusak
dinding sel bakteri secara enzimatis, sedangkan inkubasi dan pengaturan suhu
bertujuan untuk mengoptimalkan kerja enzim lisozim. Penamahan lisozim ini
menyebabkan larutan keruh karena rusaknya dinding sel bakteri.
Tahapan selanjutnya yaitu lisis sel dilakukan dengan menambahkan NaCl,
EDTA dan SDS serta proteinase-K. Penambahan NaCl ini yaitu untuk
menghilangkan polisakarida yang mungkin terdapat pada sel bakteri. EDTA
berfungsi untuk mencegah koagulasi DNA dan menjaga struktur DNA sehingga
tidak rusak. Proteinase-K berfungsi untuk mendenaturasikan protein secara
enzimatis, sehingga protein terpresipitasi. SDS merupakan salah satu jenis
deterjen yang dapat mengikat atau menyelimuti protein membran sehingga
terpisah dari bilayer lipid. Deterjen memiliki kemampuan melarutkan lipid
sebagai komponen membran sel, karena memiliki sifat amfipatik (Lubis, 2013).
Tahap selanjutnya yaitu penambahan 300µL larutan fenol jenuh ke dalam
campuran lalu dikocok sampai terbentuk emulsi. Penambahan larutan fenol ini
dinamakan sebagai tahapan pemurnian karena fenol dapat mendenaturasi protein
dan melarutkan lipid. Penambahan fenol menyebabkan terbentuknya dua fase,
dimana pada bagian bawah keruh dan bagian atas terlihat bening. Larutan ini
kemudian disentrifus pada kecepatan 12000 rpm selama 5 menit. Sentrifugasi ini
menyebabkan terbentuk 3 fase, dimana bagian atas yang berwarna bening
merupakan DNA dan air, bagian tengah yang berwarna putih yaitu protein dan
sisa-sisa kontaminan atau sampah dari sel yang disebut juga zona interfase, dan
fase ketiga merupakan fenol seta senyawa-senyawa organik yang diikatnya
sehingga disebut juga fase organik.
DNA yang berada pada bagian atas yang berwarna bening ini kemudian
diambil dan dipisahkan ke tabung ependorf yang steril untuk ditambahkan natrium
asetat. Penambahan ini menyebabkan larutan yang awalnya bening berubah
menjadi keruh. Penambahan selanjutnya yaitu pemekatan dengan penambahan
etanol dingin sebanyak 2 kali volume larutan selama semalam. Penambahan
etanol ini bertujuan untuk mengikat strand DNA yang telah terkumpul.
Penambahan ini juga berfungsi untuk mempertifikasi DNA. Strand-strand DNA
yang terikat oleh etanol ini terlihat seperti benang putih halus dalam larutan.
Pendiaman semalaman dilakukan untuk memadatkan benang-benang yang
diperoleh. Pencucian kemudian dilakukan menggunakan 0,6 ml etanol 70%
setelah didiamkan selama semalam. Pencucian dengan menggunakan etanol ini
menyebabkan pellet larut dan kembali dilakukn sentrifugasi pada 12000 rpm
selama 5 menit. Pelet diambil kemudian ditambahkan 30 µL ddH2O. Penambahan
30 µL ddH2O ini bertujuan untuk memurnikan sehingga dapat disimpan dalam
jangka waktu seminggu untuk dilakukan proses elektroforesis.
Isolasi selanjutnya yaitu isolasi DNA plasmid. Isolasi DNA plasmid ini
digunakan sampel DNA E.Coli. Perlakuan pertama kali untuk DNA plasmid ini
yaitu penambahan larutan I sebanyak 100 µL pada pellet sampel. Larutan I ini
terdiri dari glukosa 50 mM, Tris-HCl 2,5 mM pH 8, Na2EDTA 10 mM pH 8. dan
dihomogenkan lalu didiamkan 5 menit. Tahap ini merupakan tahap perusakan
dinding sel bakteri. Penambahan larutan I ini akan membuat berat molekul sel
menjadi lebih besar, sehingga ketika disentrifus nantinya akan mengendap sebagai
pellet. Na2EDTA berperan sebagai penghambat DNAse yang dapat mendenaturasi
DNA serta sebagai pengkhelat magnesium yang berperan dalam merusak
stabilitas membran plasma sehingga membran plasma menjadi tidak stabil. Tris-
HCl ditambahkan untuk menjaga pH larutan, sehingga pH DNA tetap terjaga.
Tahap selanjutnya yaitu dengan penambahan larutan II sebanyak 200 µL
yang berisi NaOH 0,2 M, SDS 1% dan ddH2O steril kemudian dihomogenkan
dengan cara membolak-balik tabung Eppendorf. Larutan kemudian diinkubasi di
es selama 15 menit. Penambahan larutan II berfungsi untuk melisiskan dinding sel
bakteri, dimana SDS berperan sebagai penghancur membran sel dan
mendenaturasi protein. NaOH berfungsi untuk mendenaturasi DNA genomik
(kromosomal) dan menghidrolisis RNA, sehingga bentuk dari DNA kromosomal
ini akan hilang dan kemungkinan besar diperoleh DNA plasmid.
Penambahan 150 µL larutan III (Kalium asetat 5 M, asam asetat glasial,
ddH2O dingin) kemudian dilakukan pada tahap selanjutnya. Kalium asetat yang
ditambahkan menyebabkan renaturasi plasmid dan single stranded DNA
mengendap karena ukuran molekul yang besar dan tidak dapat larut dalam larutan
dengan kadar garam tinggi serta pembentukan KDS yang tidak larut sehingga
SDS dapat dengan mudah terbuang. Penambahan juga berfungsi untuk
menetralkan pH sehingga DNA plasmid tidak rusak, kemudian diinkubasi dalam
es selama 10 menit. Larutan ini kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 12000
rpm dengan suhu 4°C untuk memisahkan pellet dan supernathan. Metode
sentrifuge ini menyebabkan komponen dengan berat molekul yang lebih besar
mengendap sebagai pellet, sedangkan berat molekul yang lebih kecil akan berada
pada bagian atas yang disebut supernathan.
Supernathan yang dihasilkan kemudian dipisahkan dan dipindahkan dalam
tabung eppendorf yang baru dan ditambahkan larutan campuran fenol: kloroform:
isoamil alkohol (25:24:1) 1 kali volume total. Penambahan ini menyebabkan
terbentuknya dua fase yang kemudian disentrifugasi kembali pada 12000 rpm
selama 2 menit, sehingga dihasilkan tiga fase. Fase bagian atas yang berwarna
bening diambil untuk ditambahkan larutan etanol absolut dingin. Penambahan
etanol absolut dingin ini berfungsi untuk mengendapkan plasmid karena adanya
perbedaan polaritas. Etanol yang digunakan suhunya harus lebih dingin dibanding
plasmid agar lebih banyak DNA plasmid yang mengendap. Prinsip pengendapan
dengan menggunakan ethanol absolut dingin yaitu ketika penambahan garam Sod
Asetat yang berfungsi sebagai neutralize charge pada gula fosfat DNA, maka ion-
ion seperti kation Na+ akan menyelimuti rantai DNA yang bermuatan negatif. Jika
di dalam air, gaya elektrostatik antara ion + (Na+) dan - (DNA) masih lemah
karena sebagian rantai DNA masih berikatan dengan air atau dapat dikatakan air
punya konstanta dielektrik yang tinggi. Sehingga penambahan pelarut organik
seperti ethanol dapat menurunkan konstanta dielektrik tersebut atau
memperbanyak ikatan DNA dengan Na+ sehingga membuat DNA lebih mudah
terpresipitasi. Hasil yang diperoleh adalah pelet yang mengandung DNA plasmid
dan supernatan yang mengandung larutan NaOAc dan ethanol absolut. Sehingga,
yang diambil pada tahap ini adalah bagian pellet dan yang dibuang adalah bagian
supernatan.
Tahap terakhir yaitu pembilasan DNA plasmid yang dihasilkan
menggunakan etanol 70%. Penggunaan etanol 70% ini bertujuan untuk
membersihkan sisa-sisa larutan yang digunakan untuk mengendapkan plasmid
sebelumnya sehingga diperoleh plasmid yang murni. Etanol 70 % dibuang dengan
cara membalik botol konikel di atas tissue sampai kering selama ± 5 menit,
kemudian ditambahkan ±30 µL ddH2O pada DNA plasmid. Langkah terakhir,
memipet larutan dengan mikropipet tip warna kuning dan memasukannya ke
dalam botol eppendorf kemudian dimasukkan ke dalam freezer.
Elektroforesis merupakan suatu teknik pemisahan DNA dengan
menggunakan arus listrik. DNA yang bermuatan negatif akan berjalan menuju
katoda yang bermuatan positif. Media yang digunakan untuk elektroforesis ini
yaitu agarosa. Agarosa adalah suatu fraksi dari agar-agar yang merupakan polimer
netral dan sedikit mengandung sulfat. Fungsi agarosa ini yaitu sebagai penyaring
untuk memisahkan molekul yang ukurannya lebih dari 100 bp. Konsentrasi
agarosa dapat mempengaruh hasil elektroforesis, dimana semakin tinggi
konsentrasinya maka akan semakin sulit dilewati molekul karena ruang
antarmolekulnya semakin kecil. Agarosa dibuat dengan melarutkan 0,375 g
agarosa dalam 25 ml buffer TAE (Tris Acetat EDTA) pH 8. Sampel DNA sebelum
dimasukkan ke dalam sumur harus ditambahkan buffer yang berisi bromofenol
biru (BPB) 0,25 (b/v) dan sukrosa 40 % (b/v). Buffer ini berfungsi sebagai
running buffer agar DNA dapat berjalan dari sumur menuju arah katoda. Agarosa
ini kemudian ditambahkan larutan Etidium Bromida (EtBr) 250 µg/mL sebagai
pewarna agar jalannya DNA pada elektroforesis dapat dilihat. Hasil elektroforesis
pada kromosom dan plasmid dapat diamati pada gambar 4.1 dan 4.2 berikut.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada praktikum isolasi DNA plasmid dan
kromosom ini yaitu:
- Isolasi DNA plasmid dan kromosom pada praktikum ini dilakukan dengan
beberapa tahapan, mulai dari lisis sel, denaturasi, sentrifugasi, pemurnian,
hingga pencucian DNA sehingga diperoleh DNA kromosom dan plasmid
yang murni.
- Pemurnian menggunakan teknik elektroforesis dilakukan dengan
menggunakan media agaroe dan arus listrik, dimana DNA akan bergerak dari
sumur menuju arus katoda.
5.2 Saran
Praktikum isolasi DNA ini memerlukan banyak waktu. Untuk
mendapatkan hasil yang sesuai seharusnya dipertimbangkan dan diatur waktu
yang tepat sehingga dapat diperoleh hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA