Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 14

NEO-PLATONISME

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Pada Mata Kuliah Pengantar Filsafat

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM


PROGRAM STUDI S.I HUKUM EKONOMI SYARIAH

Di Susun Oleh :

MUHAMMAD ABDUL ROZAK


NPM. 171140013

INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU


METRO LAMPUNG
1439 H/ 2018 M

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur yang kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayah untuk berpikir sehingga dapat menyelesaikan makalah pada
mata kuliah Pengantar Filsafat.
Dalam penulisan ini kami tulis dalam bentuk sederhana, sekali mengingat
keterbatasan yang ada pada diri penulis sehingga semua yang ditulis masih sangat
jauh dari sempurna.
Atas jasanya semoga Allah SWT memberikan imbalan dan tertulisnya
Makalah ini dapat bermanfaat dan kami minta ma’af sebelumnya kepada Dosen,
apabila ini masih belum mencapai sempurna kami sangat berharap atas kritik dan
saran-saran nya yang sifatnya membangun tentunya.

Metro, Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2

A. Pengertian NeoPlatonisme.............................................................. 2
B. Biografi Plotinos............................................................................. 2
C. Ajaran Plotinos............................................................................... 3
D. Pengikut Plotinus............................................................................ 8

BAB III KESIMPULAN.................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Permulaan Abad pertengahan terdapat beberapa tokoh utama seperti


Plotinus (204-270), Augustinus (354-430), Anselmus (1033-1109), Thomas
Aquinas (1225-1274), dll. Barangkali Plotinus lah yang menjadi pemula pada
abad pertengahan ini dengan membawa paham NeoPaltonismenya. Dan pada
makalah ini, pembahasan akan dikhususkan pada filsafat NeoPaltonisme sebagai
bentuk lanjutan dari pembahasan sebelumnya (idealisme Plato)1
Secara ringkas, Plotinus adalah filsuf pertama yang mengajukan teori
penciptaan alam semesta. Ia yang mengajukan teori emanasi yang terkenal itu.
Teori tersebut merupakan jawaban terhadap pertanyaan thales kira-kira delapan
abad sebelumnya: apa bahan alam semesta ini. Plotinus menjawab: bahannya
adalah Tuhan. Teori Plotinus tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
pembahasan makalah ini.

1
Bertens K, Ringkasan Sejarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 2006), Hal.76

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian NeoPlatonisme
Kata NeoPaltonisme terdiri dari beberapa rangkaian kata yaitu, neo,
Plato dan isme. Kata neo memiliki arti baru, sedangkan Plato merujuk pada
seorang filosof yang mencetuskan konsep realitas idea dalam teori filsafatnya,
isme memiliki arti faham. Jadi apabila dirangkai memiliki pengertian ide-ide
baru yang muncul dari ide-ide filsafat yang telah dimunculkan oleh Plato.
Faham ini bertujuan menghidupkan kembali filsafat yang dikemukakan oleh
Plato. Meskipun begitu tidak berarti bahwa pengikut-pengikutnya tidak
terpengaruh dengan aliran yang dibawa oleh para filsuf selain Plato. Dapat
disimpulkan juga bahwa aliran NeoPaltonisme merupakan sintesa dari semua
aliran filsafat sampai saat itu, dimana Plato diberi tempat istimewa. Faham ini
dicetuskan pertama kali oleh Plotinus dari Mesir. Faham NeoPaltonisme
memiliki ciri-ciri umum, diantaranya :
1. Aliran ini menggabungkan filsafat Platonis dengan tren-tren utama lain
dari pemikiran kuno, kecuali epikuarisme. Bahkan sistem ini mencakup
unsur-unsur relegius dan mistik.
2. Menggunakan filsafat Plato dan menafsirkannya dengan cara khusus. Cara
interpretasi itu cenderung mengaitkan Allah dengan prinsip kesatuan
seperti yang tampak dalam proses emanasi.2

B. Biografi Plotinos ( 205 – 270 )


Plotinos dilahirkan pada tahun 204 M di Lykopolis di Mesir, yang pada
waktu itu dikuasai oleh Roma. Pada tahun 232 M ia pergi ke Alexandria untuk
belajar filsafat pada seorang guru yang bernama Animonius Saccas selama 11
tahun. Pada tahun 243M ia mengikuti Raja Gordianus III berperang melawan
Persia. Pada usia 40 tahun ia pergi ke Roma. Di sana ia menjadi pemikir
terkenal pada zaman itu. Ia meninggal di Minturnea pada 270 M di Minturnae,

2
Teguh, Pengantar Filsafat Umum (Surabaya: eLKAF, 2005), Hal. 116-118

2
Campania, Italia. Ia bermula mempelajari filosofi dari ajaran Yunani, terutama
dari buah tangan Plato. Plotinos mulai menulis karya-karyanya dalam usia 50
tahun. Pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam karya-karyanya itu adalah
didasarkan pada filsafat Plato, terutama ajarannya tentang idea tertinggi, baik
atau kebaikan. Oleh karena itu maka filsafat Plotinos disebut Platonisme.3
Muridnya yang bernama Porphyry mengumpulkan tulisannya yang
berjumlah 54 karangan. Karangan itu dikelompokkan menjadi 6 set yang tiap
set berisi 9 karangan. Masing-masing set itu disebut ennead, diantaranya:
1. Ennead pertama berisi tentang masalah etika, kebajikan, kebahagiaan,
bentuk-bentuk kebaikan, kejahatan, dan masalah penacabutan dari
kehidupan.
2. Ennead kedua berisi tentang fisik alam semesta, bintang-
bintang, potensialitas dan aktualitas, sirkulasi gerakan, kualitas dan
bentuk, dan kritik terhadap gnostisisme.
3. Ennead ketiga berisi tentang implikasi filsafat tentang
dunia, seperti masalah iman, kuasa Tuhan, kekekalan, waktu, dan tatanan
alam.
4. Ennead keempat berisi tentang sifat dan fungsi jiwa.
5. Ennead kelima berisi tentang roh Ketuhanan (alam idea).
6. Ennead keenam berisi tentang free will dan ada yang
menjadi realitas.4

C. Ajaran Plotinos
1. Teori Metafisika Plotinus
Kesamaan antara Plato dan Plotinus terletak pada konsep realitas
idea. Meskipun begitu terdapat pula perbedaan diantara keduanya. Pada
Plato idea bersifat umum, sedangkan pada Plotinus idea bersifat partikular
sama dengan dunia yang partikular. Sistem metafisika Plotinus ditandai

3
Bertens K, Ringkasan Sejarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 2006), Hal.79-80
4
Tafsir Ahmad, Filsafat Umum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Hal. 97-100

3
oleh transendens. Menurut pendapatnya di dalam fikiran terdapat tiga
realitas, The one, The Mind dan The Soul.
The One (Yang Esa) adalah Tuhan dalam pandangan Philo. Yaitu
realitas yang tidak mungkin difahami melalui metode sains, indera dan
logika. Ia berada di luar eksisitensi, di luar segala nilai. Keberadaannya
bersifat transenden dan hanya dapat dihayati. Ia dapat didekati dengan
tanda-tanda dalam alam. Realitas kedua adalah nous (the mind). Ini adalah
gambaran tentang yang Esa dan di dalamnya mengandung idea-idea Plato.
Idea-idea itu merupakan bentuk asli objek-objek. Kandungan nous adalah
benar-benar kesatuan. Untuk menghayatinya mesti malalui perenungan.
Sedangkan the soul yang merupakan bagian ketiga dari filsafat Plotinus
diartikan sebagai arsitek semua fenomena yang ada di alam ini. Soul
mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat
dilihat dalam dua aspek, ia adalah energi yang ada di belakang dunia dan
pada waktu yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam semesta.5
Dalam ajaran Plotinus, jiwa tidak bergantung pada materi, atau
dengan kata lain jiwa aktif dan materi bersifat pasif. Oleh karena iru jiwa
merupakan esensi tubuh material. Tubuh dengan segala keterbatasannya
ini berisi prinsip-prinsip ketiadaan dan penuh kejahatan. Ia mempunyai
jarak yang jauh dari yang Maha Esa. Meskipun Plotinus berpendapat
demikian bukan lantas mengabaikan jasad seperti orang-orang gnostik.
Tentang penciptaan, Plotinus berpendapat bahwa Yang Paling Awal
merupakan Sebab yang Pertama. Disini mulailah Plotinus memulai teori
emanasinya yang belum pernah diajukan oleh filosof lainnya. Tujuan dari
teori ini untuk meniadakan anggapan keberadaan Tuhan sebanyak
makhlukNya.
Alam ini diciptakan melalui proses emanasi yang berlangsung
tidak dalam waktu. Sebab ruang dan waktu terletak pada tingkat terbawah
dari emanasi, ruang dan waktu adalah pengertian dalam dunia yang lahir.
Dalam emanasi The One (Yang Esa) tidak mengalami perubahan. Yang

5
Tafsir Ahmad, Filsafat Umum. Hal. 111

4
Esa adalah semuanya, tetapi tidak mengandung di dalamnya satu pun dari
barang yang banyak (makhluk). Dasar makhluk tidak mungkin kalau
makhluk itu sendiri, akan tetapi Yang Esalah yang menjadi dasar semua
makhluk. Di dalam filsafat klasik Yang Esa itu dikatakan sebagai
penggerak yang pertama (al-muharrik al-awwal), yang berakibat Yang Esa
didiskripsikan berada di luar alam nyata. Dalam emanasi Plotinus alam ini
terjadi dari Yang Melimpah, yang mengalir itu tetap menjadi bagian Yang
Melimpah. Sehingga dapat disimpulkan dari teori Plotinus bahwa alam
berada dalam Tuhan. Hubungannya sama dengan hubungan suatu benda
dengan bayangannya. Makin jauh yang mengalir dari Yang Asal, maka
makin tidak sempurna ia. Alam ini merupakan bayangan yang asal akan
tetapi tidak sempurna seperti halnya Yang Asal.6
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa corak
filsafat Plotinus berkisar pada konsep Yang Satu. Artinya, semua yang ada
bersumber dan akan kembali kepada Yang Satu. Oleh karenanya dalam
realitas seluruhnya terdapat dua gerakan, yaitu:
1) Dari atas ke bawah.
Teori yang pertama ini dapat digambarkan sebagaimana dalam
emanasi. Pancaran dari Yang Satu memancar menjadi budi (nus). Akal
Budi ini sama dengan ide-ide Plato yang dianggap Plotinus sebagai
intelek yang memikirkan dirinya. Jadi akal budi sudah tidak satu lagi.
Hal ini karena dalam akal budi terdapat dualisme (pemikiran dan yang
difikirkan). Dari akal budi itu muncullah Jiwa Dunia (psykhe).
Akhirnya dari jiwa dunia ini mengeluarkan materi (hyle) yang bersama
dengan jiwa dunia merupakan jagat raya. Karena materi memiliki
tingkatan paling rendah, maka ia berupa makhluk yang paling kurang
sempurna dan sumber-sumber kejahatan.

2) Dari bawah ke atas

6
Tafsir Ahmad, Filsafat Umum, Hal. 112

5
Terma kedua ini dapat pula dikatakan dengan kebersatuan
dengan Yang Satu. Inilah yang menjadi tujuan dari filsafat yang
dikonsep oleh Plotinus. Pada bagian kedua ini jiwa manusia harus
memusatkan diri kepada diri sendiri terlebih dahulu, meninggalkan
kesenangan obyek-obyek panca indera serta menaikkan alam
pemikirannya kepada alam pemikiran ke-Tuhan-nan. Dengan demikian
jiwa bisa mencapai alam jiwa-akal Mutlak (spirit-Nous). Fase terakhir
dari perjalanan menuju ketuhanan hanya bisa dicapai dengan mistik
atau semedi (estatic-mystical experience) yang oleh Plotinus disebut
dengan istilah terbang dari pribadi ke Pribadi (the flight of the alone to
Alone) artinya menuju kepada Tuhan. Demikian corak mistik dan
agama pemikiran Plotinus. Pemikiran tersebut kemudian oleh St.
Agustinus dan Dyonisius ke dalam ajaran agama Masehi, dan dengan
demikian Plotinus dianggap sebagai bapak mistik barat.7

2. Ajaran tentang Jiwa


Menurutnya jiwa adalah suatu kekuatan ilahiyah dan merupakan
sumber kekekalan. Alam semesta berada dalam satu jiwa dunia. Jiwa tidak
dapat dibagi secara kuantitatif karena jiwa adalah sesuatu yang satu. Satu
disini dapat diartikan dalam setiap individu terdapat jiwa, sehingga jiwa
berjumlah sangat banyak. Dari jiwa dengan jumlah yang sangat banyak
tadi, antara jiwa yang satu dan lainnya memiliki kesatuan.
Dalam filsafat Plotinus dikemukakan pula adanya reinkarnasi
sebagaimana dalam teori filsafat Plato. Selain itu jiwa telah ada sebelum
keberadaan jasmani, sehingga jiwa bersifat kekal. Reinkarnasi ditentukan
oleh perilaku manusia pada saat hidupnya dan hanya jiwa yang kotor
sajalah yang mengalami reinkarnasi. hal ini dikarenakan jiwa yang bersih
dan tidak ada ikatan dengan dunia ia akan bersatu dengan Tuhan.

7
Tafsir Ahmad, Filsafat Umum, Hal 114

6
Menurutnya jiwa yang tinggi adalah jiwa yang tidak mengingat apa-apa
kecuali Yang Tinggi.8

3. Ajaran tentang Etika dan Estitika


Dalam pembahasan etika, Plotinus mengawalinya dengan
membahas kebebasan berkehendak yang dimiliki manusia. Pada dasarnya
manusia memiliki kebebasan, akan tetapi kebebasan tidak dapat diartikan
secara lahiriyah. Kebebasan yang dimaksud disini adalah manusia bebas
memilih kepada kebaikan ataukah keburukan. Menurutnya jiwa manusia
berada dalam jiwa ilahi (cenderung untuk baik) sehingga Plotinus
menyimpulkan bahwa kebebasan yang dimiliki oleh jiwa manusia
dikarenakan jiwa manusia sebagian dari jiwa Ilahi.
Meskipun begitu manusiapun harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya karena ia telah diberi pikiran untuk memilih dan kebebasan
untuk menentukan piihan. Kemampuan dalam memilih hal yang baik ini
digerakkan oleh cinta yang disandarkan kepada Yang Esa. Menurut
Plotinus esensi keindahan tidak terletak dalam bentuk yang kasat mata,
akan tetapi esensinya terletak pada keintiman seorang hamba dengan
Tuhannya Yang Maha Sempurna.
Dari pernyataannya ini timbul semacam sekala menaik tentang
keindahan, mulai dari keindahan yang inderawi naik ke emosi kemudian
ke susunan alam semesta yang bersifat immaterial. Jadi keindahan itu
bertingkat mulai dari keindahan inderawi hingga keindahan Ilahiah.
Menurutnya pula, hal itu dikatakan indah apabila mengikuti bentuk ideal.
Penciptaan keindahan harus melalui komunikasi pikiran yang mengair dari
Tuhan. Selain membicarakan keindahan Plotinus juga membicarakan
tentang kejahatan. Pada intinya kejahatan tidak memiliki realitas metafisis,
merupakan perbuatan aku yang rendah dan bukan realitas pada manusia.
Sedangkan realitas manusia merupakan realitas aku yang murni yang
terdiri dari logos dan nous. Logos menerima dari nous (akal) idea-idea

8
Teguh, Pengantar Filsafat Umum (Surabaya: eLKAF, 2005), Hal. 122-123

7
yang kekal. Dengan perantara logos (pikiran), jiwa hanya dapat melakukan
tugas yang mulia yang tujuannya bersatu dengan Tuhan. Kejahatan bukan
realitas, akan tetapi kejahatan ada sebagai pelengkap dalam kesempurnaan
alam.9

4. Ajaran tentang Ilmu


Idea keilmuan tidak begitu maju pada Plotinus, karena ia
menganggap sains berada di bawah metafisik dan metafisika lebih rendah
daripada keimanan. Surga lebih berarti daripada bumi sebab surga itu
merupakan tempat peristirahatan jiwa yang mulia. Dari pendapatnya ini
Plotinus mengekang kebebasan akal dengan doktrin-doktrin agamanya ini.
Tidak hanya Plotinus, pengikutnya Simplicius bahkan tidak memberi
ruang gerak kepada filsafat rasional. Menurutnya orang yang mempelajari
filsafat rasional sama halnya melakukan kesia-siaan belaka bahkan mereka
harus dimusuhi. Dari doktrin inilah akhirnya kaisar Justianus melarang
pengajaran filsafat (apapun) di Athena dan menghukum berat orang-orang
yang mempelajarinya.
Begitu pula Agustinus yang mengganti akal dengan iman sehingga
potensi rasional yang diakui pada zaman Yunani digantikan dengan kuasa
Tuhan. Menurutnya tidak perlu dipimpin oleh pendapat yang memiliki
kebenaran relatif, karena agama memiliki kebenaran yang mutlak. Dari
kesemua isi filsafat neo-Platonisme berujung bahwa kehidupan pertapa
adalah kehidupan yang terbaik.10

D. Pengikut Plotinus
Sesudah Plotinus, NeoPaltonisme hanya menghasilkan sedikit saja
filosof yang berbobot, antara lain:
1. Parphyry (233-301). Dia adalah salah satu murid Plotinus
yang mengumpulkan karya Plotinus dan menyebarkannya dalam bentuk
ennead. Ia mengatakan bahwa setiap orang bijak tentu menghormati Tuhan

9
Tafsir Ahmad, Filsafat Umum. Hal. 125-126
10
Tafsir Ahmad, Filsafat Umum, Hal. 128

8
sekalipun dengan cara diam. Orang bijak selalu melatih diri untuk
mengenal Tuhan, berdoa dan bertaubat serta melakukan kebaikan.
Sedangkan orang yang bodoh akan menodai Tuhan sekalipun sering
berdoa dan bertaubat.
2. Lamblichus (w. 330). Ia berpendapat manusia tidak
mungkin memahami Tuhan dan ajaranNya.
3. Proclus, pendapatnya manusia tidak akan selamat tanpa
iman.
Setidaknya dari ketiga pendapat murid Plotinus dapat diketahui bahwa
iman menang secara mutlak. Tidak ada lagi ruang bagi rasio untuk
berfilsafat. Mereka memandang rendah keberadaan filsafat bahkan
diakatakan bahwa filsafat tidak sesuai dengan penyelamatan. Tidak ada
perkembangan penting dalam pemikiran ini, karena semuanya mengulang
pemikiran Plotinus. Dengan lahirnya ajaran Plotinus ini, dapat dikatakan
berakhirnya alam pikiran Yunani. Sebab corak pemikiran Yunani yang
bercirikan intelektual dan rasional sudah tertutup oleh corak pikiran
Plotinus yang bersifat mistik, irasional dan hanya dapat ditangkap oleh
perasaan saja.11

11
Bertens K, Ringkasan Sejarah Filsafat, Hal. 95

9
BAB III
KESIMPULAN

1. NeoPaltonisme merupakan ide-ide baru yang muncul dari ide-ide filsafat yang
telah dimunculkan oleh Plato. Aliran NeoPaltonisme juga merupakan sintesa
dari semua aliran filsafat sampai saat itu, dimana Plato diberi tempat istimewa.
Faham ini dicetuskan pertama kali oleh Plotinus dari mesir
2. Teori emanasi yang diajukan Plotinus merupakan teori tentang penciptaan
yang belum pernah diungkapkan oleh filsuf sebelumnya
3. Paham NeoPaltonisme ini mencakup dua gerakan, yaitu gerak kebawah yang
merupakan emanasi dari tuhan dan gerak ke atas yang merupakan penyatuan
hamba dengan tuhannya

10
DAFTAR PUSTAKA

Bertens K, Ringkasan Sejarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 2006)


Tafsir Ahmad, Filsafat Umum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005)
Teguh, Pengantar Filsafat Umum (Surabaya: eLKAF, 2005)

11

You might also like