Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

TUGAS III

EKSPLORASI SUMBERDAYA PANAS BUMI


(Exploration and Geothermal Evaluation)

Disusun oleh :

Horasman Parsaulian Simarmata (22117012)

Dibimbing oleh:

Dr. Ir. R. Budi Sulistijo, M.App.Sc

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ i

BAB I ALASAN PEMILIHAN METODE ............................................................................ i

BAB 2 TEORI DASAR .......................................................................................................... i

BAB 3 RESPOND YANG DIAMATI ................................................................................... i

BAB 4 KEUNTUNAN DAN KETERBATASAN ................................................................. i

BAB 5 CARA MENDESKRIPSIKAN AREA YANG PROSPEK ....................................... i

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ i


BAB I ALASAN PEMILIHAN METODE

Pada system geothermal, area manifestasi panas bumi sangat erat kaitannya dengan
keberadaan alterasi padanya. Sebagian fluida yang terperangkap dibawah batuan
impermeable akan mengalami proses akumulasi panas. Proses akumulasi panas
mengakibatkan batuan impermeable di atasnya mengalami perubahan struktur dan sifat
batuan. Batuan yang mengalami perubahan ini disebut batuan alterasi yang dalam sistem
panasbumi berfungsi sebagai clay cap atau batuan penudung untuk menjaga proses akumulasi
panas di reservoar.
Berdasarkan asumsi bahwa tubuh intrusi atau urat hidrotermal kaya akan mineral
ferromagnetic, yaitu dimana mineral ferromagnetik tersebut akan kehilangan sifat
kemagnetannya bila dipanasi mendekati titik currie. Maka batuan di dalam sistem panas bumi
pada umumnya memiliki nilai suseptibilitas yang lebih rendah dibanding batuan sekitarnya.
Hal ini disebabkan adanya proses demagnetisasi oleh proses alterasi mineral hidrotermal,
dimana proses tersebut mengubah mineral yang ada menjadi mineral-mineral paramagnetik
atau bahkan diamagnetik. Sehingga pemilihan metode geomagnet dipandang sebagai salah
satu metode yang tepat dalam studi panas bumi karena metode geomagnet ini sangat sensitif
terhadap peru- bahan vertical. Metode magnetic ini sendiri umumnya digunakan untuk mem-
pelajari tubuh intrusi, batuan dasar, urat hydro-thermal yang kaya akan mineral ferromagnetic
dan struktur geologi.
Oleh karena itu dalam pemetaan potensi geothermal, metode geomagnet sering
digunakan untuk mempelajari daerah yang diduga mempunyai potensi geothermal. Dimana
metode eksplorasi geomagnet sering digunakan karena data acquitsition dan data proceding
yang dilakukan tidak serumit metode gaya berat. Penggunaan filter matematis umum
dilakukan untuk memisahkan anomali berdasarkan panjang gelombang maupun kedalaman
sumber anomali magnetik yang ingin diselidiki.

BAB 2 TEORI DASAR

Metode geomagnetik didasarkan pada sifat kemagnetan (kerentanan magnet) batuan,


yaitu kandungan magnetiknya sehingga efektifitas metode ini bergantung kepada kontras
magnetik di bawah permukaan. Di daerah panas bumi, larutan hidrotermal dapat
menimbulkan perubahan sifat kemagnetan batuan, dengan kata lain kemagnetan batuan
akan menjadi turun atau hilang akibat panas yang ditimbulkan. Karena panas terlibat
dalam alterasi hidrotermal, maka tujuan dari survei magnetik pada daerah panas bumi
adalah untuk melokalisir daerah anomali magnetik rendah yang diduga berkaitan erat
dengan manifestasi panas bumi.

A. Prinsip-Prinsip Penerapan Metode Magnetik

Paleomagnetisme adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat kemagnetan bumi yang


merekam dalam batuan pada waktu pembentukanya. Untuk batuan beku, kemagnetan
mulai terekam pada saat proses pendingin magma melewati titik beku dimana mineral-
mineral bersifat magnet terinduksi oleh medan magnet bumi. Dalam suatu studi
paleomagnet untuk mengetahui arah medan magnet bumi pada saat batuan beku
terbentuk, syaratnya adalah mengetahui terlebih dahulu kemiringan tubuh tersebut yang
terjadi setelah pembekuan. Umumnya tubuh batuan beku mengalami perubahan
kemiringan saat terjadi gaya kompresi, seperti perlipatan. Seringkali kemiringanya
ditentukan dari lapisan batuan sedimen yang diterobosnya.
Struktur aliran lava atau lubang gas (amygdaloidal) dipakai untuk menentukan
kemiringan awal lava dimana dianggap subhorisontal. Hal ini tidak berlaku mutlak karena
lava mengalir melalui morfologi yang bervariasi. Batuan sedimen paling ideal untuk studi
paleomagnet, tidak saja karena perlapisanya dapat diamati, tapi juga karena proses
pembentukanya relatif lama. Arah kemagnetan yang diperoleh dari batuan sedimen terjadi
karena butiran mineral bersifat magnet hasil rombakan batuan mengalami penjajaran
mineral saat diendapkan (Santoso, 1998).
Pada prinsipnya, dalam penyelidikan magnet selalu dianggap bahwa kemagnetan
batuan yang memberikan respon terhadap pengukuran magnet hanya disebabkan oleh
pengaruh kemagnetan induksi. Dengan demikian, sifat kemagnetan ini dipergunakan
sebagai dasar dalam penyelidikan-penyelidikan magnet. Sedangkan kemagnetan sisa pada
umumnya seringkali diabaikan dalam penyelidikan magnet karena disamping
pengaruhnya sangat kecil, juga untuk memperoleh besaran dan arah kemagnetannya harus
dilakukan pengukuran di laboratorium paleomagnetik dengan menggunakan alat khusus.
Perubahan yang terjadi pada kuat medan magnet bumi adalah sangat kecil dan
memerlukan waktu yang sangat lama mencapai ratusan sampai ribuan tahun. Oleh karena
itu, dalam waktu penyelidikan magnet, kuat medan magnet tersebut selalu dianggap
konstan. Dengan menganggap kuat medan magnet bumi (H) adalah konstan, maka
besarnya intensitas magnet bumi (I ) semata-mata adalah hanya tergantung pada variasi
kerentanan magnet batuan yang merefleksikan harga pengukuran magnet. Prinsip inilah
yang digunakan sebagai dasar dalam penyelidikan magnet (Telford, 1990).

B. Prinsip Kemagnetan

Pada sebuah magnet sebenarnya merupakan kumpulan jutaan magnet ukuran


mikroskopik yang teratur satu dan lainnya. Kutub utara dan kutub selatan magnet
posisinya teratur. Secara keseluruhan kekuatan magnetnya menjadi besar. Logam besi
bisa menjadi magnet secara permanen (tetap) atau bersifat megnet sementara dengan cara
induksi elektromagnetik. Tetapi ada beberapa logam yang tidak bisa menjadi magnet,
misalnya tembaga dan aluminium, dan logam tersebut dinamakan diamagnetik.
Bumi merupakan magnet alam raksasa, dapat dibuktikan dengan alat yang
dinamakan kompas, dimana jarum penunjuk pada kompas akan menunjukkan arah utara
dan selatan bumi kita. Karena sekeliling bumi sebenarnya dilingkupi garis gaya magnet
yang tidak tampak oleh mata kita tapi bisa diamati dengan kompas keberadaannya.

Gambar 5. Garis-Garis Gaya Magnetik (Isaak, 1989)


C. Teori Dasar Kemagnetan

1. Gaya Magnet (F)


Gaya magnet yang ditimbulkan oleh dua buah kutub yang terpisah pada jarak r dan
memiliki muatan masing-masing p1 dan p2, diberikan oleh (Telford, 1990).r-dimana
F adalah gaya Coulomb (N) r adalah jarak antara kutubp2 dan p1 (m) r adalah vektor
satuan p1 dan p2 adalah kuat kutub yaitu banyaknya muatan magnet (C) adalah
permeabilitas medium sekitar ( dalam ruang hampa = 1)
Jika mj dan m2 berbeda tanda kutub maka gaya F akan tarik menarik dan sebaliknya
apabila sama akan tolak menolak.

2. Kuat Medan Magnet (H)


Kuat medan magnet adalah besarnya medan magnet pada suatu titik dalam ruang
yang timbul sebagai akibat sebuah kutub yang berada sejauh r dari titik tersebut.
Kuat medan magnet (H) pada suatu titik yang berjarak r dari m didefinisikan sebagai
gaya persatuan kuat kutub magnet, dapat dituliskan sebagai:

dimana:
H adalah kuat medan magnet (Ax)
m ’ adalah kutub khayal yang diukur oleh alat (m)

3. Momen Magnet
Pada kenyataannya, kutub-kutub magnet selalu muncul berpasangan (dipole)
dimana dua kutub berkekuatan +m dan -m dipisahkan oleh jarak I, maka momen
maghnetik ini didefinisikan sebagai:
M = lmr
dimana:
adalah momen magnet (m. C)
adalah kutub magnet(m) r1 adalah arah dari unit vektor dari kutub negatif ke kutub
positif
l adalah j arak antara dua kutub (m)
4. Intensitas Magnet
Bila suatu tubuh magnetik terletak dalam suatu medan magnetik eksternal, tubuh
magnetik tersebut akan menjadi termagnetisasi oleh induksi. Intensitas dan arah
magnetisasi/ kemagnetan tubuh magnetik tersebut adalah sebanding dengan kuat
dan arah medan magnetik yang menginduksi. Intensitas kemagnetan didefinisikan
sebagai momen magnet persatuan volume.
dimana:
j adalah intensitas kemagnetan (Am-1)
M adalah momen magnetik (m.C) v adalah volume (m3)
Karena kuat medan magnet bumi konstan dimana-mana, maka harga intensitas
medan magnet akan hanya tergantung pada perubahan kerentanan magnet. Konsep
inilah yang digunakan sebagai dasar dalam eksplorasi geomagnetik.

5. Induksi Magnet ( B )
Medan magnet yang terukur oleh magnetometer adalah medan magnet induksi,
termasuk efek magnetisasinya, yang diberikan oleh persamaan (Telford, 1990).
B = n0{H +M)
(6)
B = jl0(H + kH)
B = jl0(\ + k)H dimana:
(7)
H = n 0 (\ + k)
B = \AH
Dimana H dan M memiliki arah yang sama seperti kasus pada umumnya.
Satuan SI untuk B adalah tesla = 1 newton/ ampere meter = 1 Wb/ m2 (
Telford, 1990). (8)

Dengan demikian intensitas total yang diukur oleh magnetometer adalah suatu
vektor antara medan total yang tidak terganggui dan anomali lokal H ’. Dari
persamaan-persamaan di atas, nampak bahwa parameter suseptibiltas magnetik (k)
merupakan parameter yang sangat penting, karena menyatakan derajat magnetisasi
suatu benda akibat pengaruh medan magnet luar. Suseptibilitas magnetik
merupakan parameter yang menyebabkan timbulnya anomali magnetik.
6. Medan Magnetik Bumi
Bumi berlaku seperti sebuah magnet sferis yang sangat besar dengan suatu medan
magnet yang mengelilinginya. Medan itu dihasilkan oleh suatu dipole magnet yang
yang terletak pada pusat bumi. Sumbu dipole ini bergeser sekitar 11° dari sumbu
rotasi bumi, yang berarti kutub utara geografis bumi tidak terletak pada tempat yang
sama dengan kutub selatan magnetik bumi.
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis yang dapat diukur yaitu
arah dan intensitas kemagnetanya. Parameter fisis itu adalah deklinasi magnetik
magnetik, intensitas horizontal H dan intensitas vertikal Z. dari elemen ini semua
medan magnet lainya dapat dihitung. Parameter yang menggambarkan arah medan
magnetik adalah deklinasi D (sudut antara utara magnetik dan utara geografis) dan
inklinasi I (sudut antara bidang horizontal dan vektor medan total), yang diukur
dalam derajat.
Intensitas medan magnet total F digambarkan dengan komponen horizontal H,
komponen vertical Z dan komonen horizontal ke arah utara X dan ke arah timur Y,
seperti yang terlihat pada Gambar 6. Intensitas medan magnet bumi secara kasar
antara 25.000-65.000 nT dan untuk Indonesia, wilayah yang terletak di utara
ekuator mempunyai intensitas ±40.000 nT sedangkan untuk wilayah yang di selatan
ekuator mempunyai intensitas ±45.000 nT.

Gambar 6. Unsur- Unsur dari Medan Magnet Bumi (Lawless, 1995).


Keterangan:
a. Deklinasi (D), yaitu sudut yang dibentuk antara utara geografis dengan utara
magnetik.
b. Inklinasi (I), yaitu sudut yang dibentuk antara medan magnetik total dengan
bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal
ke bawah.
c. Intensitas horizontal (B), yaitu besar medan magnetik total pada bidang
horizontal.
Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian, yaitu:
a. Medan Utama
Pengaruh medan utama magnet bumi ± 99 % dan variasinya terhadap waktu sangat
lambat dan kecil.
b. Medan luar
Pengaruh medan luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil dari
ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dan matahari, karena
sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan
terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
Beberapa sumber medan luar:
1. Perubahan konduktifitas listrik lapisan di atmosfer dengan siklus 11 tahun.
2. Variasi harian dengan periode 24 jam yang berubungan dengan pasang surut
matahari yang mempunyai jangkau 30 nT.
3. Variasi harian dengan periode 25 jam yang berhubungan dengan pasang surut bulan
yang mempunyai jangkau nT.
4. Badai magnet yang bersifat acak dan mempunyai jangkau sampai dengan 1000 nT.

D. Sifat-Sifat Kemagnetan Batuan


Batuan atau mineral dapat dibedakan menjadi beberapa bagian berdasarkan perilaku
atom-atom penyusunnya jika mendapat medan magnet luar H, yaitu : diamagnetik,
paramagnetik, ferromagnetik, ferrimagnetik dan antifferomagnetik. Berikut
penjelasan masing-masing bagian:
1. Diamagnetik
Batuan diamagnetik mempunyai harga suseptibilitas k negatif, sehingga intensitas
imbasan dalam batuan atau mineral tersebut mengarah berlawanan dengan gaya
medan magnet, seperti yang terlihat pada Gambar 7. Contoh batuan diamagnetik
antara lain : marmer, bismuth dan kuarsa.

Gambar 7. Spin Elektron Bahan Diamagnetik

2. Paramagnetik
Batuan atau mineral paramagnetik mempunyai kerentanan magnet positif dan akan
mengecil sesuai dengan menurunnya suhu, seperti yang terlihat pada Gambar 8.
Sifat-sifat paramagnetik akan timbul bila atom atau molekul suatu batuan atau
mineral memiliki momen magnet pada waktu tidak terdapat medan luar dan
interaksi antara atom lemah. Contoh batuan paramagnetik antara lain : piroksen,
olivine, garnet dan biotit.

Gambar 8. Spin Elektron Bahan Paramagnetik

3. Ferromagnetik
Atom-atom dalam bahan ferromagnetik memiliki momen magnet dan interaksi
antara atom-atom tetangganya begitu kuat sehingga momen semua atom dalam
suatu daerah mengarah sesuai dengan medan magnet luar yang diimbaskan, seperti
yang terlihat pada Gambar 9. Contohnya : besi, cobalt dan nikel.
Gambar 9. Spin Elektron Bahan Ferromagnetik

4. Antifferomagnetik
Suatu bahan atau material akan bersifat antifferomagnetik pada saat kemagnetan
benda ferromagnetik naik sesuai dengan kenaikan temperatur yang kemudian hilang
setelah temperatur mencapai titik Curie, seperti yang terlihat pada Gambar 10.
Contohnya hematite.

Gambar 10. Spin Elektron Bahan Antiferromagnetik

5. Ferrimagnetik
Bahan-bahan dikatakan ferrimagnetik bila momen magnet pada dua daerah magnet
saling berlawanan arah satu terhadap lainnya, seperti yang terlihat pada Gambar 11.
Harga k cukup tinggi dan bergantung pada temperatur. Contohnya adalah titanium.

Gambar 11. Spin Elektron Bahan Ferrimagnetik


E. Tinjauan Sistem Panas Bumi
Energi panas bumi adalah panas yang ada di dalam bumi. Dimanfaatkan sebagai
salah satu energi alternatif untuk pembangkit tenaga listrik, atau dipakai langsung
sebagai pemanas maupun pendingin ruangan. Sumberdaya energi tersebut tersimpan
di dalam bumi dalam formasi batuan dengan kondisi geologi dan fisik tertentu, yaitu
adanya sumber panas/magma, pemasok air/ penghantar panas, waduk
panasbumi/batuan berpori dan lulus air terisi oleh air atau uap, batuan
penudung/batuan kedap air penutup waduk.
Semua aspek tersebut di atas diidentifikasi dengan penyelidikan menggunakan
metode yang didasari disiplin ilmu pengetahuan kebumian geologi, geokimia,
geofisika, teknik reservoir dan pemboran. Program pengembangan sumber daya
panas bumi biasanya dilakukan dalam empat tahapan, yaitu: peninjauan, eksplorasi,
produksi dan konstruksi.
Propinsi Lampung berada pada jalur vulkanik yang memanjang dari Sumatera
sampai Maluku, sehingga dapat diharapkan adanya sumber daya panas bumi.
Sampai saat ini tercatat beberapa prospek yaitu Teluk Betung, G. Sekincau, Way
Ratai, Suoh Antatai yang diketahui dari survey pendahuluan, dan Ulubelu serta
Rajabasa-Kalianda dalam tahap eksplorasi.
Kerak bumi dan mantel atas yang bersifat padat disebut Litosfer (Litosphere),
ketebalan litospera tidak sama di semua tempat. Di bawah samudera tebalnya sekitar
50 km, sedangkan di bawah benua 100 km. Lapisan di bawah litospera adalah
astenosfer (astenosphera) merupakan lapisan plastis (tidak kaku), lapisan ini
mencapai kedalaman 500 km di dalam selubung. Tumbukan (subduction) kerak
benua dan kerak samudera menyebabkan litospera akan menyusup masuk ke
astenospera yang bersuhu tinggi, sehingga dapat meleburkan kerak samudera yang
berada di atas litospera. Hasil peleburan kerak samudera tersebut akan menghasilkan
magma.
Magma merupakan lelehan material yang bercampur dengan mineral-mineral dan
gas-gas tertentu yang terjadi ketika suhu naik cukup tinggi. Ketika mencapai
permukaan bumi melalui pipa gunung api, hancuran (debrits) batuan, gas, serta
material-material lainya akan di semburkan keluar. Magma yang mencapai
permukaan bumi, keluar dan meleleh disebut lava. Lava tersebut mengalir sebagai
aliran yang panas dan akan mengalami pendinginan dengan cepat. Secara umum
lava dapat dibedakan menjadi tiga tipe dengan melihat kandungan Si O2 yaitu 50%,
60%, dan 70%, masing-masing basaltik, andesitik dan riolitik. Sedangkan batuan
yang dihasilkan adalah basalt, andesit, dan riolit. Kandungan SiO2 dan suhu,
mengontrol kekentalan (viscosity) magma. Tinggi kandungan SiO2 serta suhu yang
rendah akan menghasilkan magma dengan kekentalan tinggi atau sukar mengalir
(mendekati padat). Sebaliknya kandungan SiO2 yang rendah serta suhu yang tinggi
akan menghasilkan magma yang cair dengan tekanan yang cukup besar sehingga
mampu menerobos sampai kepermukaan, dan biasanya sampai bentuk lelehan.
Tetapi secara umum tingkat kepadatan magma lebih rendah daripada batuan padat
yang merupakan asal magma tersebut.
Setelah terbentuk magma dengan densitas rendah akan berusaha mendorong ke atas
pada batuan yang menutupinya dan perlahan-lahan bergerak ke atas. Proses
pergerakan ini sepenuhnya dikontrol oleh tekanan yang dihasilkan oleh suhu magma
tersebut. Tekanan pada magma akan sebanding dengan kedalaman, sehingga saat
magma mengintrusi batuan diatasnya maka tekanan perlahan-lahan akan berkurang.
Magma yang mencapai ke permukaan akan mengalami pendinginan dengan cepat
sehingga terbentuklah kerak batuan di permukaan, sehingga bagian bawahnya yang
tetap cair panas bila tekananya sudah tidak begitu besar maka magma cair tersebut
tidak bisa menerobos lagi sampai ke permukaan. Magma yang terperangkap pada
kedalaman tertentu akan mengalami proses pedinginan yang sangat lambat, ratusan
bahkan ribuan tahun, sehingga panas dari magma tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai sumber panas bumi.
F. Koreksi Variasi Harian
Koreksi ini timbul karena adanya aktivitas matahari pada siang hari yang
menyebabkan terionisasinya elektron-elektron di atmosfir, sehingga muncul medan
magnet sekunder yang terdekteksi oleh sensor alat. Medan magnet terukur ini akan
bersuperposisi dengan medan magnet anomali. Dengan demikian harga intensitas
magnet dalam satu hari tidak dapat diprediksi karena sifatnya berubah-ubah secara
acak. Untuk menghilangkan pengaruh medan luar terhadap medan pengukuran
dilakukan koreksi.
G. Koreksi IGRF
Intensitas medan utama magnet bumi mempunyai orientas tertentu pada setiap titik
di bumi. Hal ini karena medan utama magnet bumi bervariasi terhadap waktu dan
tepat (± 1 s/d 5 tahun) oleh sebab itu harga medan magnet tersebut telah ditetapkan
dengan International Geomagnetic Reference Field (IGRF). Koreksi data magnet
bumi dilakukan dengan cara mengurangkan data magnet yang terekam pada alat
medan magnet bumi tersebut, maka besarnya anomali magnet total untuk setiap titik
amat pengukuran adalah :
T = Tobs + Tvh - TIGRF (10)
dimana : Tobs : Harga medan magnet terukur
Tvh : Variasi harian medan magnet terukur
Tigrf : Medan magnet utama bumi yang telah dilakukan
Hasil ini yang kemudian ditampilkan dalam bentuk peta anomali medan magnet total
pada topografi daerah penelitian dengan memasukkan variabel busur dan lintang
pada daerah tersebut.
H. Transformasi Reduksi ke Kutub
Data anomali medan magnet total hasil kontinuitas ke atas kemudian direduksi ke
kutub dengan tujuan dapat melokalisasi daerah-daerah dengan anomali maksimum
tepat berada di atas tubuh benda penyebab anomali, sehingga dapat mempermudah
dalam melakukan interpretasi. Reduksi ke kutub dilakukan dengan cara membuat
sudut inklinasi benda menjadi 90o dan deklinasinya 0o Hal ini dilakukan karena pada
kutub magnetik arah dari medan magnet bumi ke bawah dan arah dari induksi
magnetisasinya ke bawah juga. Data hasil dari reduksi ke kutub ini sudah dapat
dilakukan interpretasi kualitatif.
Metode reduksi ke kutub magnetik bumi dapat mengurangi salah satu tahap yang
rumit dari proses interpratasi, dimana anomali medan magnetik menunjukkan
langsung posisi bendanya. Proses transformasi reduksi ke kutub dilakukan dengan
mengubah arah magnetisasi dan medan utama dalam arah vertikal, tetapi masih
disebabkan oleh sumber yang sama. Bentuk anomali magnetik bergantung pada
bentuk dan distribusi masa bagaimana diilustrasikan dengan distribusi densitas
batuan (p). Berbeda dengan anomali gravitasi, anomali magnetik lebih kompak. Hal
ini dikarenakan oleh bentuk anomali magnetik tidak hanya bergantung pada bentuk
bodi batuan dan kerentanan magnet (k), tetapi juga bergantung pada arah
kemagnetan dan arah medan regional daerah target.
I. Kontinuasi ke Atas
Kontinuitas ke atas merupakan proses transformasi data medan magnet yang terukur
pada satu permukaan ke permukaan lain yang lebih tinggi atau lebih jauh dari
sumber anomali. Kontinuitas ke atas dilakukan terhadap data anomali medan magnet
total di bidang datar. Tujuan dari kontinuitas ke atas ini adalah untuk menghilangkan
pengaruh lokal yang masih terdapat pada data dan mencari pengaruh dari anomali
regionalnya. Semakin tinggi kontinuitas data, maka informasi lokal semakin hilang
dan informasi regional semakin jelas. Pada umumnya proses kontinuitas ke atas
dilakukan untuk menggabungkan data survei yang terukur dengan ketinggian
berbeda, sehingga mampu mentransformasi data tersebut pada permukaan yang
lebih konsisten.

BAB 3 RESPOND YANG DIAMATI

Pada metode magnetik (geomagnet) respon yang diamati dalam pengukurannya


dilapangan adalah anomali geomagnet yang diakibatkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas
atau permeabilitas magnetik tubuh jebakan dari daerah sekelilingnya. Perbedaan permeabilitas
relatif itu diakibatkan oleh perbedaan distribusi mineral ferromagnetic,paramagnetic dan
diamagnetic. Dimana umumnya tubuh intrusi dan urat hydrothermal kaya akan mineral
ferromagnetic (Fe2O4, Fe2O3) akan memberi kontras pada batuan sekelilingnya.

Mineral-mineral ferromagnetic akan kehilangan sifat kemagnetannya bila dipanasi


mendekati temperatur Curie. Dalam hal ini penyelidikan geomagnet dalam eksplorasi
lapangan panasbumi bertujuan untuk menafsirkan struktur geologi bawah permukaan dalam
melokalisir daerah yang dianggap prospek untuk potensi panasbumi. Penggunaan metode
geomagnet ini didasarkan pada perbedaan sifat kemagnetan batuan, bilamana batuan
mengalami kenaikan temperatur maka batuan tersebut akan mengalami penurunan
kemagnetan (demagnetisasi). Dengan demikian, bila pada suatu daerah terdapat sumber
panasbumi, maka harga intensitas magnet batuan disekitarnya akan lebih rendah (Situmorang,
T.,2007). Oleh karena itu metode geomagnet sangat cocok digunakan untuk mempelajari
daerah yang diduga mempunyai potensi geothermal. Metode eksplorasi geomagnet banyak
digunakan karena data acquitsition dan data proceding dilakukan tidak serumit metode gaya
berat. Penggunaan filter matematis umum dilakukan untuk memisahkan anomali berdasarkan
panjang gelombang maupun kedalaman sumber anomali magnetik yang ingin diselidiki.

BAB 4 KEUNTUNGAN DAN KETERBATASAN

Dalam penerapan metode geomagnet terdapat beberapa keuntungan dan keterbatasan


antara lain adalah:

Keuntungan:

(+) Metode geomagnet sangat cocok digunakan untuk mempelajari daerah yang diduga
mempunyai potensi geothermal. Metode eksplorasi geomagnet banyak digunakan karena data
acquitsition dan data proceding dilakukan tidak serumit metode gaya berat.

(+) Metode ini sensitive terhadap perubahan vertical, umumnya digunakan untuk mempelajari
tubuh intrusi, batuan dasar, urat hydrothermal yang kaya akan mineral ferromagnetic, struktur
geologi. Umumnya tubuh intrusi, urat hydrothermal kaya akan mineral ferromagnetic (Fe3O4,
Fe2O3) yang memberi kontras pada batuan sekelilingnya.

(+) Efektif digunakan pada daerah-daerah potensi geothermal dimana mineral-mineral


ferromagnetic akan kehilangan sifat kemagnetannya bila dipanasi mendekati temperatur Curie
oleh karena itu efektif digunakan untuk mempelajari daerah yang dicurigai mempunyai
potansi Geothermal.

Kerugian:

(-) Setiap jenis batuan di bumi walaupun dalam pengklasifikasian atau penamaannya sama,
dapat saja mempunyai sifat dan karakteristik yang spesifik akibat peristiwa geologi yang
dialaminya. Sehingga bisa memberikan data yang didapat bisa berbeda dengan kenyataan
yang sebenarnya di bawah permukaan
BAB 5 CARA MENDESKRIPSIKAN AREA YANG PROSPEK
Metode Geomagnet pada dasarnya merupakan metode yang sangat sering digunakan dalam
metode pencarian atau eksplorasi geothermal. Metode ini seringkali dikombinasikan dengan
metode-metode geofisika lainnya seperti geolistrik ataupun pemetaan alterasi.
Salah satu contoh/ studi kasus pemakaian metode magnetik dalam geothermal antara lain
adalah dalam eksplorasi panas bumi di daerah Jaboi, Kota Sabang, Daerah Istimewa Aceh
Metode geomagnet merupakan cara geofisika yang digunakan untuk mendeteksi struktur
bawah permukaan sebagai pembentuk sistem panasbumi dan melokalisir daerah anomali
rendah yang diduga berkaitan dengan manifestasi panasbumi seperti mata air panas Jaboi,
Ieseum, Batetamon, Lho Pria Laot, Seurui dan Pasi Jaboi. Secara geografis daerah survei
geomagnet terletak pada koordinat UTM 752000 mE – 760000 mE dan 638500 mN –
650000 mN

Hasil dan Pembahasan

Kerentanan Magnet Batuan


Harga kerentanan magnet tertinggi (Tabel 1) dimiliki batuan breksi andesit segar, sedangkan
lava lapuk kerentanan magnetnya relatip lebih rendah. Batuan ubahan dan batuapung
kerentanan magnetnya sangat rendah. Batuan berkerentanan magnet rendah ke mungkinan
karena telah terdemagnetisasi akibat proses alterasi

Profil Anomali Magnet Total (Gambar 5)

Lintasan A :

Anomali magnet memperlihatkan harga antara – 260 s/d 357 nT. Harga anomali dibagian
baratlaut secara umum lebih tinggi dari bagian tengah dan tenggara. Penurunan nilai anomali
yang cukup tajam yaitu dari A5500 ke A5750 dan kenaikan anomali cukup besar dari titik
A6250 ke A 6500. Indikasi struktur/sesar diperkirakan antara A5000-A5250, A6250-A6500 dan
A6500-A6750.
Lintasan AB:

Profil anomali memperlihatkan nilai antara -558 s/d 207 nT Kenaikan anomali yang tajam terjadi
antara AB1500-AB1750. Anomali magnet sangat rendah di AB1500 mungkin karena batuannya
terdemagnetisasi lebih kuat daripada yang dibagian tengah dan tenggara. Indikasi struktur
diperkirakan antara AB2250-AB2500.

Lintasan B

Profil anomali menunjukkan nilai antara –796 s/d 464 nT. Daerah nomali sangat rendah terdapat
antara titik B2250 s/d B3250 mencapai nilai minimum –796nT, sedangkan di bagian tengah dan
tenggara mencapai nilai maksimum berturut-turut 464 nT dan 191 nT. Batuan pada daerah
anomali rendah mungkin telah terdemagnetisasi lebih kuat daripada daerah dengan anomali
tinggi.

Lintasan BC

Profil anomali memperlihatkan nilai antara 79 s/d 578. Setengah lintasan kearah baratlaut
beranomali tinggi sedangkan yang kearah tenggara beranomali rendah. Batuan dibawah daerah
beranomali rendah diduga telah terdemagnetisasi relatif lebih kuat dari daerah yang beranomali
tinggi. Indikasi struktur diperkirakan antara BC1000-BC1250.

Lintasan C

Profil anomali menunjukkan nilai antara –48 s/d 744 nT. Anomali rendah terdapat dibagian
baratlaut mencapai nilai minimum –48 nT sedangkan anomaly tinggi di bagian tengah dan
tenggara mempunyai nilai maksimum berturut-turut 744 nT dan 421nT. Harga anomali rendah
disebabkan nilai kerentanan magnet batuan dibagian baratlaut lebih rendah daripada ke-rentanan
batuan dibagian tengah dan tenggara. Indikasi struktur sesar diperkirakan antara C2750-C3250
dan C5250-C5500.

Lintasan D

Nilai anomali magnet berkisar antara –387 nT s/d 510 nT. Anomali rendah hanya terdapat di
ujung ba- gian baratlaut dan tenggara dengan nilai hampir sama, sedangkan dibagian lainnya
anomali lebih tinggi dengan disertai beberapa lonjakan nilai ano- mali. Hal ini mungkin
disebabkan kerentanan magnet andesit di ujung baratlaut lebih rendah dari keren- tanan magnet
breksi di lokasi antara D4250-D5000 Indikasi struktur sesar diperkirakan antara D1250- D1500,
D2250-D2500 dan D3000-D3250.

Lintasan E

Profil anomali magnet memperlihatkan nilai antara – 138 s/d 340 nT. Anomali rendah terdapat
dibagian baratlaut, tengah dan tenggara dengan disertai anomali tinggi di E1750 dan E3000.
Indikasi struktur diperkirakan disekitar E1500 dan E 3000-E3500.

Lintasan H

Profil anomali magnet menunjukkan nilai anomali antara -165 s/d 420 nT. Harga anomali
dibagian baratlaut relatip lebih tinggi dari anomali di bagian tengah dan tenggara. Hal ini
mungkin akibat proses demagnetisasi batuan dibagian tengah lebih kuat dari yang dibagian
baratlaut sedangkan dibagian tenggara terdapat batuan tufa dengan kerentanan magnet relatif
lebih rendah. Indikasi struktur diperkirakan antara H4500-H4750.
Peta Anomali Magnet Total (Gambar 6)
Harga anomali magnet secara keseluruhan berkisar – 600 s/d 750 nT. Berdasarkan kisaran nilai
anomali, maka anomali magnet di daerah penyelidikan dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis
yaitu anomali sangat rendah, rendah dan tinggi. Anomali rendah terdapat di bagian-bagian
timurlaut, timur, barat, baratdaya dan tenggara sedangkan anomali sangat rendah terdapat di
bagian-bagian utara, tengah, baratdaya dan selatan. Daerah anomali tinggi terdapat dibagian
utara, tengah, barat dan selatan. Manifestasi air panas yang terletak di bagian utara, barat, selatan
dan bara tlaut terletak pada anomali rendah, terkecuali mataair panas Jaboi terletak pada anomali
relatif lebih tinggi. Hal ini dapat terjadi mungkin karena batuan dibawah air panas Jaboi
terdemagnetisasi lebih lemah daripada batuan pada lokasi mataair panas yang lain.
Struktur sesar di daerah penyelidikan yang dapat diinterpre- tasikan berdasarkan harga,
kelurusan dan kerapatan kontur anomali magnet adalah sebagai berikut :
a. Struktur sesar berarah utara-selatan terdapat di bagian tengah.
b. Struktur sesar berarah baratlaut–tenggara terletak di bagian utara, tengah dan selatan.
c. Struktur sesar berarah baratdaya-timurlaut terda- pat di bagian tengah.
Berdasarkan nilai intensitas anomali yang dipenga- ruhi pula oleh tingkat demagnetisasi terhadap
batuan, maka anomali magnet di daerah penyelidikan terdiri atas 3 golongan : 1. Anomali sangat
rendah dengan nilai anomali an- tara -600s/d -200 nT diinterpretasikan sebagai batuan terubah
kuat dan batuan lapuk. 2. Anomali rendah dengan nilai anomali antara > - 200 s/d 300 nT
diinterpretasikan sebagai batuan aluvium dan piroklastik. 3. Anomali tinggi dengan nilai anomali
antara > 300 s/d 750 nT diinterpretasikan sebagai batuan rhiolit/ dasit dan vulkanik segar. Daerah
potensial panas bumi diinterpretasikan terda- pat di daerah anomali magnet rendah yang
didukung oleh adanya manifestasi air panas di bagian barat, utara dan selatan serta dikontrol oleh
struktur sesar di daerah tersebut sebagai hasil interpretasi geomagnet (Mustang, A., dkk., 2005).

You might also like