Professional Documents
Culture Documents
Pedoman Pelayanan CSSD
Pedoman Pelayanan CSSD
NOMOR :…./PER/DIR/RSWH/08/2017
TENTANG
Menimbang : a. bahwa RSU Wiradadi Husada melaksanakan kegiatan pelaynan berupaya untuk
meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan menjamin keselamatan pasien
pada penggunaan peralatan steril yang bermutu;
b. bahwa Pedoman pelayanan CSSD ini merupakan pedoman dalam pelayanan
sterilisasi sebagai unit kerja yang melakukan tindakan yang terdapat dalam
tahapan proses sterilisasi;
c. bahwa untuk maksud sebagaimana butir a dan b di atas, maka perlu
disusun Pedoman Pelayanan CSSD di RSU Wiradadi Husada.
Menetapkan:
PERTAMA Pemberlakuan Pedoman Pelayanan CSSD di RSU Wiradadi
Husada Sokaraja;
KEDUA Pedoman Pelayanan CSSD secara terinci sebagaimana terlampir
dalam lampiran keputusan ini;
KETIGA Menginstrusikan kepada seluruh Unit Kerja yang melakukan
tahapan proses sterilisasi untuk mengikuti kebijakan dan panduan
pada Pedoman Pelayanan CSSD ini sesuai dengan ketersediaan
sarana dan prasarana;
KEEMPAT Keputusan ini berlaku selama tiga tahun dan dievaluasi setiap satu
tahun.
KELIMA Apabila dikemudian hari ditemukan kelemahan dalam penerbitan
Peraturan Direktur ini maka akan disempurnakan lebih lanjut.
NIPRS 01.10.634
Tembusan Yth:
Nomor : …/SK/DIR/RSWH/08/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Pedoman Pelayanan CSSD RSU
Wiradadi Husada ini dapat selesai disusun. Pedoman Pelayanan CSSD Rumah Sakit ini
merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dengan tahap sterilisasi di Rumah
Sakit.
Penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan Pedoman Pelayanan CSSD.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit selain merupakan pusat rujukan medik, juga berpotensi terhadap resiko
penularan infeksi yang sering disebut dengan Healthcare Associated Infections (HAIs), HAIs
adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lain yang tidak ditemukan dan tidak dalam masa inkubasi saat pasien masuk rumah
sakit.HAIs dapat disebabkan oleh flora endogen atau karena mikroorganisme dilingkungan sarana
kesehatan.Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka
HAIs ini, untuk mencapai keberhasilan dalam pelayanan kesehatan, maka diperlukan upaya
pencegahan dan pengendalian resiko penularan serta terjadinya infeksi baik pada pasien, keluarga
pasien, masyarakat yang berkunjung maupun petugas rumah sakit. Salah satu langkah dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi adalah melalui sterilisasi. Sterilisasi adalah suatu proses
penanganan peralatan atau bahan medis yang tidak steril menjadi sterildengan menghancurkan
semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora melalui metoda sterilisasi yang tepat.
Semakin bertambah kompleksitas peralatan medis dan meningkatnya kebutuhan bahan
medis steril habis pakai, maka diperlukan sentralisasi. Adanya pelayanan sterilisasi akan menjadi
lebih efisien,efektif, terstandar,aman dan mutu terjamin. Dalam rangka mengoptimalkan
sentralisasi pelayanan sterilisasi, maka dibutuhkan pusat pelayanan sterilisasi yang fungsi
utamanya menyiapkan alat – alatsteril, serta bahan medis habis pakai steril untuk keperluan
perawatan pasien di Rumah Sakit.
Pelayanan sterilisasi disebut Cental Steril Supply Department (CSDD) digabung dengan
Pelayanan Linen Laundry yang menjadi satu Instalasi CSSD dan Laundry. Instalasi CSSD dan
Laundry mempunyai fungsi yang sangat penting dalam mendukung keselamatan pasien dengan
melaksanakan program sentralisasi pelayanan sterilisasi dalam satu atap manajemen .
1. Maksud
Pedoman ini dimaksudkan untuk memudahkan staf/ karyawan dalam melaksanakan pelayanan
sterilisasi sehingga semua proses dapat dilaksanakan sesuai dengan sasaran mutu berdasarkan
ketentuan/ standar yang telah ditetapkan.
2. Tujuan
a) Tujuan Umum :
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi di RSU Wiradadi Husada Sokaraja.
b) Tujuan Khusus :
1) Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan CSSD di lingakungan RSU Wiradadi
Husada.
2) Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan instrument, linen, BMHP (Bahan Medis Habis
Pakai), kebutuhan lainya dalam kondisi steril
3) Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi silang/
nosocomial (HAIs)
4) Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung, dan lingkungan terhindar dari terpapar
bahaya potensial
5) Untuk menjamin ketersediaan bahan steril di setiap unit di RSU Wiradadi Husada.
6) Efisiensi tenaga medis/paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada pelayanan
terhadap pasien.
7) Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan.
3. Staff CSSD
Uraian Tugas dan Tanggung Jawab:
- Bertanggung jawab terhadap kepala CSSD
- Tidak alergi terhadap bahan – bahan yang digunakan di CSSD
- Dapat mengerti perintah dan menerapkanya menjadi aktivitas
- Dapat menerapkan apa yang sudah di ajarkan
- Mengikuti Standart Operasional Prosedur yang telah dibuat
- Dapat menjalankan pekerjaan baik perintah langsung maupun tidak langsumg /
telepon
- Dapat mengerjakan pekerjaan rutin / berulang – ulang yang relatif
“membosankan”
- Dapat menerima tekanan kerja dan kadang – kadang lembur
- Memakai pelindung seperti apron, masker, penutup kepala, sandal khusus, kaca
mata pelindung dan sarung tangan.
- Memelihara peralatan yang ada di CSSD, alat dan bahan steril
Kualifikasi Tenaga :
- Minimal Llulusan SMA / SMU / SMEA yang berpengalan atau tidak
berpengalaman
- Harus mengikuti pelatiahan CSSD yang bersertifikat
- Dapt bekerja dengan cepat
- Mempunyai keterampilan yang baik
- Mempunyai sikapyang baik
- Disiplin dalam mengerjakan tugas keseharian
Kesimpulanya bahwa tenaga yang bertugas di pusat sterilisasi pada rumah sakit harus
mampu untuk memberikan pelatiha teknis tentang pelayanan CSSD di rumah sakit
BAB III
STANDAR FASILITAS
Sarana fisik dan peralatan di pusat sterilisasi sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan
pelayanan di pusat sterilisasi rumah sakit. Dalam merencanakan sarana fisik, dan
lpperalatannya, sebaiknya melibatkan staff pusat sterilisasi. Mengingat pusat sterilisasi
merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok pusat sterilisasi adalah menerima bahan
dan alat medik dari semua unit-unit di rumah sakit untuk kemudian diproses menjadi alat/ bahan
medik dalam kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan kepadfa unit lain yang
membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi pusat sterilisasi perlu diperhatikan
A. Bangunan Instalasi Pusat Sterilisasi
Pembangunan Instalasi Pusat Sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan bangunan pada
saat ini serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan dimasa dating dan didesain menurut
tipe/ kapasitas rumah sakit dengan ketentuan untuk rumah sakit:
1. 200 TT, luas bangunan kurang lebih 130 m²
2. 400 TT, luas bangunan kurang lebih 200 m²
3. 600 TT, luas bangunan kurang lebih 350 m²
4. 800 TT, luas bangunan kurang lebih 400 m²
5. 1000 TT, luas bangunan kurang lebih 450 m²
B. Lokasi Instalasi Pusat Sterilisasi
Lokasi instalasi pusat sterilisasi sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat/
bahan steril terbesar d rumah sakit. Penetapan pemilihan lokasi yang tepat berdampak pada
efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan meminimumkan resiko
terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas transport alat steril. Untuk rumah
sakit yang berukuran kecil, lokasi pusat sterilisasi sebaiknya berada dekat di wilayah kamar
operasi sesuai fungsinya dan diupayakan lokasinya dekat dengan Laundry.
C. Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi
Pada prinsipnya desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang kotor dan bersih yang
dibuat sedemikian rupa untuk menghindai terjadinya kontaminasi silang dari ruang kotor ke
ruang bersih. Ruang pusat sterilisasi terbagi atas 5 ruang yaitu;
1. Ruang dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi, dan
pembersihan. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
Ventilasi didesain agar udara di ruang dekontaminasi dihisab keluar atau ke sistem
sirkulasi udara yang mempunyai filter di mana tekanan udaranya harus negatif, dan
tidak dianjurkan menggunakan kipas angin.
Suhu udara antara 18ºC-22ºC dan kelembaban udara antara 35%-75%
Ruangan dibersihkan setidaknya sekali sehari dipel atau vacuum basah dan
membersihkan atau mendisinfeksi sink/ tempat mencuci, meja kerja, dan peralatan,
serta dilakukan pemisahan sampah infectious dan non infectious
Lokasinya terletak di luar lalu lintas utama RS dan dirancang sebagai area tertutup
dengan ijin masuk terbatas
2. Ruang Pengemasan Alat Pada ruang ini dilakukan proses pengemasan alat untuk alat
bongkar pasang maupun pengemasan dan penyimpanan barang bersih. Pada ruang ini
dianjurkan ada tempat penyimpanan barang tertutup.
3. Ruang Produksi dan Prosesing Diruang ini dilakukan pemeriksaan linen, dilipat, dan
dikemas untuk persiapan sterilisasi. Sebaiknya ada tempat untuk penyimpanan barang
tertutup. Selain linen, pada barang ini dilakukan pula persiapan untuk bahan seperti kain
kasa, kapas, cotton swabs dan lain-lain.
4. Ruang Sterilisasi Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat/bahan. Untuk sterilisasi
Etilen Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah tapi masih dalam satu unit
pusat sterilisasi dan dilengkapi dengan exhaust
5. Ruang Penyimpanan Barang Steril
Ruang ini sebaiknya berada dekat dengan ruang sterilisasi. Bia menggunakan mesin dua
pintu, maka pintu belakang lengsung berhubungan dengan ruang penyimpanan. Suhu
ruangan ini 18ºC-22ºC dan kelembaban 35-75%, ventilasi menggunakan tekanan positif
dengan efisiensi filtrasi particular antara 90-95% (untuk particular berukuran 0,5 mikron),
dinding dan lantai dibuat dari bahan yang halus, kuat, sehingga mudahb dibersihkan, alat
steril disimpan pada jarak 19-24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta
5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya penumpukan debu pada
kemasan. Alat steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
b. Cleaning
Pembersihan (Cleaning) adalah proses secara fisik membuang semua kotoran dan sejumlah
mikroorganisme dari alat kesehatan untuk mengurangi risiko bagi petugas selanjutnya
- Tujuan :
Melindungi petugas yang bersentuhan langsung dengan instrumen pada proses
selanjutnya
Menghilangkan mikroorganisme berbahaya
Meningkatkan efektifitas proses desinfeksi dan sterilisasi
- Persyaratan :
Ruangan dengan ventilasi baik, tekanan negatif, suhu 180 c - 220c, kelembaban 35 -
75%, terpisah dari area lain
Perendaman menggunakan sink yang disesuaikan dengan ukuran instrumen sehingga
semua instrumendapat terendam
Larutan perendaman berupa cairan desinfektan
Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
dan mempunyai personal hygiene yang baik
Pembersihan dapat dilakukan secara manual atau menggunakan washer machine
- Prosedur : Lihat SPO Cleaning
c. Pengemasan
Pengemasan adalah kegiatan membungkus alat kesehatan yang sudah bersih dan kering
untuk dilakukan proses sterilisasi
- Tujuan :
Menjamin sterilitas instrument dalam kemasan
Keamanan dan efektifitas perawatan
Mengetahui batas kadaluarsa alat yang disterilkan
- Persyaratan :
Ruangan dengan tekanan positif, ventilasi baik, suhu 180-220, kelembaban 35-75%, bebas
debu, terpisah dari ruangan pre-cleaning/cleaning.
Tersedia lemari penyimpanan yang tertutup, bersih dan kering
Bahan pengemas :
o Harus mampu mempertahankan sterilitas isinya hingga kemasan dibuka dan harus
mudah dibuka tanpa menyebabkan kontaminasi
o Harus sesuai dengan metoda sterilisasi yang dipakai antara lain tahan terhadap
perubahan suhu, kelembaban dan tekanan pada proses sterilisasi
o Dipilih berdasarkan lama kadaluarsa proses penyimpanan instrumen, misalnya
pengemas linen masa kadaluarsa instrumen 1 minggu, pengemas kertas dan pengemas
pouches masa kadaluarsa 1 bulan
Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
dan mempunyai personal hygiene yang baik
- Prosedur : Lihat SPO Pengemasan
d. Labeling/Penandaan
Penandaan adalah kegiatan pemberian label/etiket atau catatan yang dilakukan terhadap
masing-masing kemasan alat / barang yang akan melalui proses sterilisasi
- Tujuan :
Mengetahui tanggal sterilisasi dan batas kadaluarsa alat yang disterilkan
Memudahkan dalam penelusuran atau penarikan kembali
Mengetahui petugas pengemas / operator
- Persyaratan
Ruangan dengan tekanan positif, ventilasi baik, suhu 180-220, kelembaban 35-75%, bebas
debu, terpisah dari ruangan pre-cleaning/cleaning.
Tersedia lemari penyimpanan yang tertutup, bersih dan kering
Penandaan mencantumkan minimal :
o Penandaan mencantumkan minimal :
o tanggal sterilisasi
o tanggal kadaluarsa
o Inisial nama pengemas
o Nomor mesin sterilisasi
o Nomor siklus
o Jumlah kali pemakaian re-use (untuk single-use/re-use)
Semua kemasan instrumen / barang harus diberi penandaan sebelum dilakukan proses
sterilisasi.
Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
dan mempunyai personal hygiene yang baik.
- Prosedur : Lihat SPO Penandaan
e. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses menghilangkan/memusnahkan semua bentuk mikroorganisme
pada instrument atau alat kesehatan termasuk endospora yang dapat dilakukan secara fisika atau
kimia meggunakan alat sterilisator
- Tujuan :
Membunuh semua mikroorganisme pada instrumen/ alat termasuk endospora
Menghasilkan instrumen/ alat steril untuk digunakan.
- Persyaratan :
Ruangan dengan ventilasi baik, suhu 180-220, kelembaban 35-75%, bertekanan positif.
Mesin sterilisasi :
- Suhu tinggi digunakan untuk instrument, linen atau alat kesehatan lainnya yang tahan
pada suhu 1210 sampai 1340C :sterilisasi uap panas atau sterilisasi panas kering yang
digunakan hanya untuk instrumen yang terbuka atau untuk sejenis powder dan jelly.
- Suhu rendah digunakan untuk instrumen yang tahan pada suhu 550C : Ethylen Oksida,
Plasma
- Suhu rendah digunakan untuk alat yang tahan pada suhu 79oC : Farmaldehyde
- Harus memenuhi uji kelayakan mesin sebelum digunakan
Sterilisasi secara kimia digunakan untuk instrument atau alat kesehatan yang akan
langsung digunakan tanpa distribusi dan penyimpanan.
Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
dan mempunyai personal hygiene yang baik.
Methoda sterilisasi yang dilakukan :
No Metoda Jenis Alat Suhu Ket
Sterilisasi
1. Steam Linen 1350 C Pemakaian linen pembungkus
max 150x
Instrumen, Kain, 1350 C Pemakaian pocces hanya untuk
Kasssa, Lidi, Depper, 1x pemakaian
Gass Perut
2. Ethylene Alat Suhu Rendah 35 – 550 Pensterilan tidak terbatas.
Oxide Biasa C
Pensterilan alat maksimal 8x
Alat Suhu Rendah 35 – 550 dengan menomoran dan
Single-Use, di Re-Use C penandaan.
Sterilisasi sewaktu :
1. Ada beberapa alat yang sifat penggunaannya tidak pasti, atau sewaktu-waktu
2. Masa kadarluarsanya tergantung dari kapan alat tersebut digunakan.
3. Pensterilan ulang dilaksanakan pada saat alat akan digunakan.
4. Penyimpanan alat tersebut terpisah dan diberikan label/ tanda khusus.
- Prosedur : Lihat SPO Proses Sterilisasi
f. Penyimpanan
Penyimpanan instrumen / alat steril dan bahan medis habis pakai steril adalah proses
penempatan dan pengaturan instrumen / alat dan bahan medis habis pakai steril sesuai
persyaratan.
- Tujuan :
Menjaga sterilitas instrument / alat dan bahan medis habis pakai yang sudah disterilkan
Memudahkan dalam pencarian sehingga mempercepat pelayanan
- Persyaratan :
Ruangan dengan penerangan memadai, suhu 180-220, kelembaban 35-75%, ventilasi
dengan tekanan positif.
Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang halus dan mudah dibersihkan.
Penyimpanan menggunakan rak yang mudah dibersihkan, disimpan pada jarak 19-24 cm
dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding.
Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) dan
mempunyai personal hygiene yang baik. Prosedur : Lihat SPO Penyimpanan
g. Pendistribusian
Pendistribusian barang steril adalah kegiatan menyerahkan instrumen dan BMHP steril
kepada unit kerja pengguna sesuai aturan yang berlaku.
- Tujuan :
Memenuhi kebutuhan unit kerja terhadap instrument dan alat kesehatan steril
Tertib administrasi
- Persyaratan :
Menggunakan container tertutup khusus barang bersih
Distribusi berdasarkan formulir permintaan sterilisasi barang re-use dari unit kerja atau
Formulir permintaan BMHP steril
Pada saat serah terima kedua belah pihak harus meneliti dan memeriksa instrumen yang
diserah terimakan berdasarkan jumlah dan kondisi fisik instrument.
Kedua belah pihak harus mencantumkan nama dan tanda tangan pada lembar formulir saat
serah terima.
- Prosedur : Lihat SPO Pendistribusian
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem diamana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang beresiko
dengan pasien. Pelaporan dan analisi insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut
serta implementasinya solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sedangkan insiden
keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian dll) yang tidak seharusnya
terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem adalah untuk mencegah terjadiya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil/
selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar supaya budaya kieselamatan
pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunya kejadian tidak diaharapkan di rumah sakuit dan terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diaharapkan.
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien
Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju Keselamatan PAsien
Rumah Sakit.
Adapun tujuh langkah keselamatan pasien adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, menciptakan kepemimpinan dan
budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan, membangun komitmen dan focus yang kuat dan
jelas tentang keselamatan pasien.
3. Meningkatkan aktivitas pengelolaan risiko, mengembangkan sistem dan proses risiko.
Serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan, memastikan pegawai agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-RS
(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien, mengembangkan cara-cara komunikasi
yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, mendorong karyawan untuk
melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien, menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar harus diterapkan standar tersebut sebagai berikut:
1. Hak pasien
2. Medidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningktan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunkasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapat keselamatan pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien di rumah sakit:
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan pasoen rumah
sakit
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan karyawan
5. Menetepkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas) dan melakukan
self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodic pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit dan
kejadian tidak diharapkan
Sasaran keselamatan pasien Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada.
1. Peningkatan komunikasi yang efektif
Peningkatan komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan prosedur.
Write back, read back, dan repeat back (reconfirm).
2. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan
kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi
saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering berhubungan dengan
ventilasi mekanik. Poko eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
yang tepat.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya
keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit adalah tempat kerja yang
termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah
sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud
pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja dalam kondisi sehat
dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penaykit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan
martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau (K3) merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja, dalam hal ini Instalasi Sterilisasi Sentral dan perlindungan terhadap Rumah Sakit.
Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada tiga
kelompok, yaitu :
- Jangan sekali-kali memasukan tangan kedalam tempat yang berisi barang yang terkontaminasi
tanpa dapat melihat dengan jelas isi dari tempat tersebut.
- Tuangkan cairan yang dapat menggangu pengenalan secara visual alat-alat, lalu pindahkan
alat/instrumen satu persatu, pastikan pada bagian yang runcing dari instrumen mengarah
berlawanan terhadap tubuh kita pada saat transportasi.
- Buang sampah benda tajam (jarum suntik, mess) ke dalam tempat box tahan tusukan dan tidak
dibunag pada tempat sampah biasa.
- Pada saat memproses benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrumen lain dan posisikan
sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya luka pada petugas lain dengan
penanganan normal.
- Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penggunaan zat kimia secara aman, dan gunakan alat
pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit dan membran mukosa yang
dapat menyebabkan luka bakar kimia.
- Berhati-hatilah bila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa kondisi lantai untuk
mencegah terjatuh akibat lantai licin, sebaiknya ada rambu-rambu perigatan.
- Pada saat mencuci instrumen ke dalam bak cuci, perhatikan untuk selalu mengosok dibawah
permukaan air untuk mencegah terjadinya aerusol yang dapat terhirup.
C. Penyiapan proses sterilisasi
Pengoperasian mesin sterilasator hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang sudah
mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan mesin sterilisasi
secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat diperkecil
dan upaya untuk mendapatkan barang-barang steril menjadi lebih terjamin.
Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit maupun membran
mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi
terhadap sumber panas (sterilisasi uap). Luka bakar elektrik, akibat penggunaan instrumen/alat
listrik. Luka pada mata akibat percikan zat kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata
diperlukan.
- Gunakan sarung tangan pada saat menangani mesin sterilisasi atau saat berhubungan
dangan obyek lain yang bersuhu tinggi.
- Tindakan hati-hati harus tetap diperhatikan pada saat menggunakan sealler panas dan
pemotongan kantong sterilisasi pouches.
- Pengoperasian mesin sterilisator hanya boleh dilakukan oleh petugas yang terlatih.
D. Pencegahan kecelakaan pada pasien
Petugas Pusat Sterilisasi mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya
kecelakaan pada pasien yang dirawat di rumah sakit sehubungan dengan alat-alat instrumen yang
digunakan. Melakukan proses dekontaminasi, densifeksi, pengemasan, sterilisasi, dan penanganan
barang steril secara tepat dan benar sesuai SPO (Standar Prosedur Operasional) yang ditetepkan
merupakan cara terbaik bagi petugas untuk mencegah terjadinya/luka pada pasien. Penggunakaan
barang yang belum diuji kelayakannya fungsi dan pakainya dapat mengalami komplikasi meupun
penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on steril (seperti instrumen bedah) apabila
digunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk etil atau isopropil alkohol (60% - 90%) di gunakan sebagai densifektan
intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal.
Tindakan pertolongan
1. Bawah korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi, dan
penatalaksanaan sirkulasi.
Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan air bersih
atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata.
2. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bahu menyengat. Umumnya digunakan sebagai
densifektan. Formlin adalah larutan yang mengandung formaldehid dan methanol dengan
kadarbervariasi (biasanya antara 12-15%).
Kontak mata : Iritaasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan kornea
buram dan buta.
Tindakan pertolongan
1. Bawah korban ke ruangan dengan nsirkulasi udara baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi, dan
penata laksanaan sirkulasi
3. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif Natrium
Hipoklorit (Na OCL) 5-10%. Selain digunakan sebagai pemutih juga digunakan sebagai
densifektan. Pada kosentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan berbahaya dan jika
kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang
apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-paru.
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
Derajat kesempurnaan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma etika, hukum sosial budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan instansi dan masyarakat konsumen.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan secara
efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Tujuan Khusus :
Tercapainya pengendalian mutu pelayanan melalui :
1. Keprofesian
2. Efisiensi
3. Keamanan pasien
4. Kepuasan pasien
5. Sarana dan Lingkungan fisik
D. Indikator Mutu Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Semen Gresik
Definisi Operasional : Komunikasi yang kurang efektif adalah komunikasi lisan yang tidak
menggunkan prosedur : Write back, Read back, dan Repeat Back
(reconfirm)
Kriteria inklusi : - Kesalahan prosedur komunikasi lisan atai via telpon : Write
back, Read back, dan Repeat Back (reconfirm)
- Pelaporan secara lisan yang tidak menggunakan prosedur SBAR
- Prosedur spelling ejaan tidak digunakan untuk obat yang
bersifat LASA / NORUM
Kriteria Eksklusi : Komunikasi non lisan/tertulis
Denominator : -
Standar : 0
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Sterilisasi di Rumah Sakit Umum Wiradadi Husasa di susun sebagai upaya
panduan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dalam memberikan pelayanan. Di harapakan melalui
pedoman pelayanan ini dapat tercipta keseragaman pemahaman dan persepsi, dalam mewujudkan
pelayanan RSU Wiradadi Husada yang berkualitas, dengan pengendalian infeksi nosokomial secara
nyata.
Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka tidak
menutup kemungkinan, pedoman yang saat ini berlaku, akan semakin disempurnakan. Oleh karenanya,
terhadap pedoman ini pun akan tetap dilakukan evaluasi secara berkala, agar diperoleh perkembangan
yang terbaru, demi upaya peningkatan mutu pelayanan di Instalasi CSSD RSU Wiradadi Husada.
Ditetapkan di : Banyumas,