kISTA OVARIUM

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM

DI RUANGAN MATERNITY GINEKOLOGI


SANTOSA HOSPITAL BANDUNG CENTRAL

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Maternitas

RAHAYU DWI RETNANINGSIH


NIM : 317163

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR


2018
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda
seperti bubur (Dewa, 2011).

Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal
dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2010 : 273 ).

Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus
luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium (
Smelzer and Bare. 2010: 1556 ).

Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan umumnya
diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik ( Sjamsoehidayat. 2010: 729 ).

B. Etiologi

Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu yaitu :

1. Gaya hidup tidak sehat.


Diantaranya :

a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

b. Zat tambahan pada makanan

c. Kurang olah raga

d. Merokok dan konsumsi alcohol

e. Terpapar denga polusi dan agen infeksius

f. Sering stress

g. Zat polutan

2. Faktor genetic

Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut
protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen
, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah
menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
C. Klasifikasi

Jenis kista indung telur meliputi:

1. Kista Fungsional

Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seprti
terpuntir/ pecah, tetapi komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada
kedua indung telur. Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3 bulan.

2. Kista Dermoid

Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi
beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung telur
dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista
terpuntir/ pecah.

3. Kista Cokelat (Edometrioma)

Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar
dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi
melekat pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid,
lapisan tersebut menghasilakan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi
kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu

rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexsuale intercourse.

4. Kistadenoma

Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis ini juga
dapat menyerang indung telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya
akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga dapat
menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama
pada usia diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.

Berasal dari epitel germinativum. Bentuk umunya unilokuler, bila multilokuler


perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar
kista musinosum.
Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal,dapat timbul
asites. Penatalaksanaan umumnya sama seperti Kistadenoma ovariimusinosum.

· Kistadenoma ovarii musinosum

Asal kista belum pasti. Menurut Meyer, kista ini berasal dari teratoma, pendapat lain
mengemukakan kista ini berasal dari epitel germinatifum atau mempunyai asal yang sama
dengan tumor Brener. Bentuk kista multilobuler, biasanya
unilatelar dapat tumbuh menjadi sangat bersar.

Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif


sehingga timbul pelekatan kista dengan omentum, usus dan peritoneum parietal.
Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musin yang terus
bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.

Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista tanpa pungsi terlebih dahulu dengan atau tanpa
salpingo ooforektomi tergantung besarnya kista.

D. Tanda dan gejala

Kebayakan tumor ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala
yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi tumor tersebut.

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa ;

· Gangguan haid
· Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.

· Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit diperut.

· Nyeri saat bersenggama

Pada stadium lanjut;

· Asites

· Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan
hati)

· Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,

· Gangguan buang air besar dan kecil.

· Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

E. Patofisiologi

1. Kista non neoplasma (Ignativicius, Bayne, 2011 )

Kista non fungsional

Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang dalam timbul invaginasi dari permukaan epitelium
yang berkurang. Biasanya tunggal atau multiple, berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal
yang tipis, endometri atau epitelium tuba. Berukuran 1 cm sampai beberapa cm.

b. Kista fungsional

1). Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang
tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Bila ruptur menyebabkan
nyeri akut pada pelvis. Evaluasi lebih lanjut dengan USG atau laparaskopi. Operasi dilakukan
pada wanita sebelum pubertal, setelah menopause atau kista lebih dari 8 cm.

2). Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi dikarenakan meningkatnya hormon
progesteron. Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang panjang, nyeri
abdomen bawah atau pelvis. Jika ruptur pendarahan intraperitonial, terapinya adalah operasi
oovorektomi.
3). Kista tuka lutein. Ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 % dari semua kehamilan.
Dibentuk sebagai hasil lamanya slimulasi ovarium dari berlebihnya HCG. Tindakannya adalah
mengangkat mola.

4). Kista Stein Laventhal. Disebabkan kadar LH yang berlebihan menyebabkan hiperstimulasi
dari ovarium dengan produksi kista yang banyak. Hiperplasia endometrium atau
koriokarsinoma dapat terjadi. Pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan produksi LH
dan oovorektomi.

2. Kish neoplasma jinak (Wiknjosastro, et.all, 1999)

a. Kistoma ovarii simplek. Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi (putaran
tangkai). Di duga kista ini adalah jenis kistadenoma serosum yang kehilangan kelenjarnya
karena tekanan cairan dalam kista. Tindakannya adalah pengangkatan kista dengan reseksi
ovarium.

b. Kistadenoma ovarii musinosum. Asal tumor belum diketahui secara pasti, namun
diduga berasal dari teratoma yang pertumbuhan satu elemen mengalahkan elemen yang lain,
atau berasal dari epitel germinativum.

Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium). Bila
kista terdapat implantasi pada peritonium disertai asites maka harus dianggap sebagai
neoplasma yang ganas, dan 30% sampai 35% akan mengalami keganasan.

Kista endometroid. Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium.

Kista dermoid. Adalah suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur¬struktur ektoderma
dengan diferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea
putih menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen ektoderm dan
mesoderm. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.

2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah
dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

3. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada


kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada
pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.

4. Parasentesis

Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu
diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan kista bila
dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999)

5. Pap smear

Untuk mengetahui displasia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker/kista.

G. Penatalaksanaan

a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal
laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.

b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan
kista.

c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah
serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan
tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita
abdomen sebagai penyangga.

d. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan
dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada
abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi
seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi. ( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika
tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai
dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)

Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan
untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian dilakukan untuk
mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena,
antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa
aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional
Ibu

Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena kesadaran


menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit, suara
nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan.
Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan,
berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai
atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena
aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya
dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran
(Long, 1996).

H. Komplikasi

Menurut manuaba ( 2010:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :

a. Perdarahan intra tumor

Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan


tindakan yang cepat.

b. Perputaran tangkai

Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen.

c. Infeksi pada tumor

Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas sehari-
hari.

d. Robekan dinding kista


Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah kedalam
rungan abdomen.

e. Keganasan kista ovarium

Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.

2. PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.

2. Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.

3. Status Obstetrikus, meliputi :

· Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau

· Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan

· Riwayat persalinan

· Riwayat KB

4. Pengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram, Barbara, 1999)

· Kaji tingkat kesadaran

· Ukur tanda-tanda vital

· Auskultasi bunyi nafas

· Kaji turgor kulit

· Pengkajian abdomen

· Inspeksi ukuran dan kontur abdomen-

Auskultasi bising usus-

Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa-

Tanyakan tentang perubahan pola defekasi-

Kaji status balutan-


· Kaji terhadap nyeri atau mual

· Kaji status alat intrusive

· Palpasi nadi pedalis secara bilateral

· Evaluasi kembajinya reflek gag

· Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya waktu di
bawah anestesi.

· Kaji status psikologis pasien setelah operasi

5. Data penunjang

· pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP)

· terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun peroral

B. Diagnosa Keperawatan

1. Pre Oprerasi

a. Cemas b.d prosedur operasi, perubahan konsep diri.

b. Nyeri b.d proses penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen

c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah intake yang
tidak adekuat.

d. Gangguan harga diri b.d masalah tentang ketidaknyamanan mempunyai anak, perubahan
feminimitas dan efek hubungan seksual.

e. Disfungsi seksual, resiko tinggi terhadap kemungkinan pola respon seksual

f. Eliminasi urinarius, perubahan / retensi b.d adanya edema pada jaringan lokal

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi.

2. Post Operasi

a. Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan


b. Risiko infeksi b.d invasi kuman sekunder terhadap pembedahan

c. Kerusakan integritas kulit b.d pengangakatan bedah kulit.( jaringan, perubahan


sirkulasi).

d. Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler, nyeri / ketidaknyamanan,


pembentukan edema.

e. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebih.

f. Gangguan harga diri b.d biofisikal prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh,
psikososial, masalah tentang ketertarikan social.

C. Intervensi Keperawatan

1. Pre Operasi

Dx 1 : cemas b.d prosedur operasi perubahan konsep diri.

Intervensi;

1. Yakinkan informasi klien tenteng diagnosis, harapan, intervensi pembedahan dan terapi
yang akan datang.

2. Jelaskan tujuan dan persipan untuk tes diagnostic

3. Berikan lingkungan perhatian, kterbukaan dan penerimaan juga privasi untuk pasien /
orang terdekat.

4. Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan takut.

5. Kaji tersedianya dukungan pada pasien.

6. Diskusikan / jelaskan peran rehabilitasi setelah pembedahan.

Dx 2 : Nyeri berhubungan dengan prases penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ


ruang abdomen

Intervensi

1. Identifikasi karakteristik nyeri dan tindakan penghilang nyeri

2. Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung), hiburan dan

lingkungan.
3. Ajarkan teknik relaksasi

4. Kembangkan rencana manajemen nyeri antara pasien dan dokter

5. Berikan analgesic sesuai resep.

2. Post Operasi

Dx 1 : Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan

Intervensi:

1. Kaji keluhan nyeri, perhataikan lokasi, lama dan intensitas (skala 0-10), perhatikan
petunjuk verbal dan nonverbal

2. Bantu pasien menemukan posisi nyaman

3. Berikan tindakan kenyamanan dasar

4. Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal terakhir

5. Kolaborasi : berikan / analgetik sesuai indikasi

Dx 2 : Resiko infeksi b.d invasi kuman sekunder terhadap pembedahan

Intervensi :

1. Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV

2. Gunakan tehnik antiseptik dalam merawat pasien

3. Isolasikan dan instruksikan individu dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum
mendekati pasien

4. Tingkatkan asupan makanan yang bergizi

5. Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter

Dx 3 : kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan bedah kulit / jaringan, perubahan sirkulasi.

Intervensi:

1. Kaji balutan / untuk karakteristik drainase, kemerahan dan nyeri pada insisi dan lengan.
2. Tempatkan pada posisi semi fowler pada punggung / sisi yang tidak sakit dengan lengan
tinggi dan disokong dengan bantal.

3. Jangan melakukan pengukaran TD, menginjeksikan obat / memasukan IV pada lengan


yang sakit.

4. Inspeksi donor/ sisi donor ( bila dilakukan ) terhadap warna, pembentukan lepuh
perhatikan drinase dan sisi donor

5. Kosongkan drain luka, secara periodic( catat jumlah dan karakeristik drainase)

6. Dorong klien untuk menggunakan pakaian yang tidak sempit / ketat.

7. Kolaborasi: berikan antibiotic sesuai indikasi

D. Evaluasi

a. Cemas klien berkurang

b. Kerusakan integritas kulit tidak terjadi

c. Nyeri berkurang

d. Nutrisi klien terpenuhi

e. Penyebaran infeksi tidak terjadi

f. Pengetahuan klien bertambah.


DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F. Gray, F Norman, Levenu, Kenneth, et all : obstetri williams Edisi 21,
2010. Jakarta ; EGC
2. Manuaba Ida Bagus Gde. 2010, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta.
Arcan
3. Mochtar Rustam, 2010, Sinopsis Obstetri. Jakarta ; EGC
4. Prawirohardjo, Sarwono, 2011, ilmu kebidanan, edisi 3, Jakarta ; YBP
5. Saifuddin, 2010, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta ; YBP
6. Sweet, Betty R, 2010, Mayer’s Midwifery A Textbook For Midwifes. London. Bailliere
Tindall

You might also like