Fehon Pa
We Ys
Lie) Tae Ua
Bersama Meracik Rasa & Aroma
re era
WAKTU & TEMPATZONA
ILUSTRASI & ABSTRAKSI
Selain ‘menyimpulkan’ maka setiap orang
punya ‘pertanyaan’ ketika mengamati sesuatu. Apapun ‘sesuatu’ itu.
Ketika pada 22 Oktober 2005, saat menghadiri resepsi ‘CSR’ di Banff. Canada, saya
mengamati bahwa ‘CSR’ tak lain merupakan ‘upgrading’ dari prosesi ‘Zakat’ Demikian
kesimpulan saya waktu itu. ‘Zakat’ adalah proses distribusi harta/penghasilan dilevel
dividual dan ‘CSR’ merupakan distribusi harta/penghasilan ditingkat institusi (lembaga
isnis & lembaga sosial-masyarakat & lingkungan hidup.)
Pertanyzannya, mengapa bukan Indonesia yang melaksanakan dan sebagai ujung tombak
dunia prinal ‘CSR’ tsb? Seperti apa bentuk dan platformnya jika ‘Infaq’ yang di-upraded”?
Pertanyaan diatas, cukup menggangu moment ngopi-ngopiku dimanapun aku disudut-sudut
ssempit bum ini selanjutnya.
Singkat cerita, tibalah saya dinegriku sendiri sebagai seorang ‘pendatang’, atau bisa juga
disebut sebagai ‘traveler’ pastinya seorang ‘Kopitalist’ bermodalkan ‘pertanyaan-pertanyaan
i Jakarta, sempat kecopetan, ke Makassar disambut berita duka. Ada seribu satu alasan
untuk Kembali saja ke Eropa, mungkin disanalah rumahku, pikirku demikian. Tapi
“pertanyaan-pertanyaan Kopitalistik’ diatas membuntuti terus, kemanapun aku ngopi!
Sayapun memulal melakukan observasi kecil-kecilan. Mengingat modal sosial, kil teknis dan
warga ‘creative class’ juga tersedia secukupnya di negri kesayanganku ini.
Langkah selanjutnya mencari model dengan berdiskusi sambil ngopi sana dan sini, baik secara
offline di warkop-warkop maupun juga lewat group online di FB, WA dll.
Sambil menulis kepingan-kepingan ‘Titik Hilang’ dan ‘The Imaginary City of Pathai’ tentu jika
lagi mood, dalam perjatanan ‘dari warkop ke warkop’, bertemulah ‘cangkir kopiku’ dengan
satu hal, yakni ‘Grant 2.0", agaklupa siapa yang memperkenalkannya pertama kali,
Sayangnya saya tidak termasuk orang yang menaruh harapan lebih terhadap institusi-institusi
intelektual formal maupun theory-theory akademik, terlebih menyangkut masalah ekonomi
ddan sosial. Meski demikian, ada hal khusus yang membuat saya optimis ditengah era
pperseteruan antara ‘Cebong’ vs ‘Kampret’ ini, adalah merebaknya kaum penikmat kopi
seperti
Kesimpulan saya, negriku yakni Indonesia tercinta it
Cebong, Kampret dan Kopitalisme,
cara karikatural terbagi tiga kelas;
Kembali soal ‘observasi kecil-kecilan’ yang kulalukan akan tercatat dibeberapa group FB,
antara lain ‘Warkop Institute’, ‘Kopitalisme’ (dan jaringannya) serta group-group online yang
dikelola oleh masing-masing warga digroup tersebut. Karena ada banyak hal-hal positif yang
dapat ditemukan dalam komunitas ‘Kaur Kopitalisme' tersebut tentu saja.
Ibemtern ‘Observasl KeihKeclan antara is
Individual Ontne& Offine
Tokoh Pemuds, Masyarakat & Agama
ait Terk, Porviat, Pendidikan, Ketudayeen, Socal, Agama, Dl
Desa dan Los! yang
2
@
+ Kepitatigme +H Capeist +Creativist #&|ck Rumah Kept