Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 25

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 STANDAR OPERASIONAL PELAYANAN


a. Pengertian :
1. Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan
menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Protap merupakan tatacara atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu
proses kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau
yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau
kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif
dan efisien. (Depkes RI, 1995)
3. SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dialui
untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. (KARS, 2000)

b. Tujuan :
1. Agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim dalam
organisasi atau unit.
2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas terkait.
4. Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan administrasi
lainnya.
5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan
inefisiensi

c. Fungsi :
1. Memperlancar tugas petugas atau tim.
2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

3|STANDAR PROSEDUR PELAYANAN KEBIDANAN


3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4. Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

d. Prinsip-prinsip protap :
1. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan.
2. Bisa berubah sesuai dengan perubahan standar profesi atau perkembangan
iptek serta peraturan yang berlaku.
3. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada setiap
upaya, disamping tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap kegiatan
pelayanan.
4. Harus didokumentasikan.

e. Jenis dan ruang lingkup SOP:

1. SOP pelayanan profesi  terdapat dua kelompok.


a. SOP untuk aspek keilmuan  adalah SOP mengenai proses kerja untuk
diagnostik dan terapi.
b. SOP untuk aspek manajerial  adalah SOP mengenai proses kerja yang
menunjang SOP keilmuan dan pelayanan pasen non-keilmuan.
SOP profesi mencakup:
 Pelayanan medis
 Pelayanan penunjang
 Pelayanan keperawatan

2. SOP administrasi mencakup:


1. Perencanaan program/kegiatan
2. Keuangan

4|STANDAR PROSEDUR PELAYANAN KEBIDANAN


3. Perlengkapan
4. Kepegawaian
5. Pelaporan

f. Tahap-tahap Penyusunan Protap :


1. Merumuskan tujuan protap
 Menentukan judul
2. Menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan protap :
 Menterjemahkan policy/kebijakan/ketentuan-ketentuan/peraturan-
peraturan kebijakan berguna untuk :
a. Terjaminnya suatu kegiatan
b. Membuat standar kinerja
c. Menyelesaikan suatu konflik dalam tim kerja
3. Membuat aliran proses
 Bentuk bagan-bagan yang menggambarkan proses atau urutan jalannya
suatu produk/tatacara yang mencatat segala peristiwa;
a. Memberi gambaran lengkap tentang apa yang dilaksanakan
b. Membantu setiap pelaksanaan untuk memahami peran dan fungsinya
dengan pihak lain.
 Syarat suatu bagan harus dibuat atas dasar pengamatan langsung, tidak
boleh dibuat atas dasar apa yang diingat serta disusun dalam “Flow of
Work”
Teknik membuat pertanyaan-pertanyaan dasar :
a. Tujuan : Apa sebenarnya yang dikerjakan dan mengapa ?
b. Tempat : Dimana saja dilakukan dan mengapa ?
c. Urutan : Kapan dilakukan dan mengapa waktu itu ?
d. Petugas : Siapa yang melakukan dan mengapa oleh dia ?
e. Cara : Metoda apa yang dipakai dan mengapa dengan caa itu ?

5|STANDAR PROSEDUR PELAYANAN KEBIDANAN


4. Menyusun prosedur atau pelaksanaan kegiatan; Prosedur atau pelaksanaan
disusun berdasarkan atas hasil pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas (flow of
work) yang menggambarkan suatu unit kegiatan yang terbagi habis  tercapai
kepuasan kerja dan tercapainya tujuan.

Penerapan standar kebidanan di suatu wilayah/daerah perlu diikuti dengan :


1. Dukungan dan kebijakan Nasional
2. Aksi lokal
3. Keterlibatan seluruh stakeholders utama
4. Pengujian di wilayah-wilayah terpilih untuk mengidentifikasikan atau
mengembangkan models yang praktis dan terbail dan dijadikan “lesson
learned”
5. Dikembangkan ke wilayah lain.

Contoh SOP

ASUHAN KEBIDANAN

No. Dokumen :

No. Revisi :
SPO
Tanggal Terbit :

Halaman :

dr. Hj. Helmanizar


UPTD PUSKESMAS PASAR IKAN TTD
Nip.19600610 198803 2 007

6|STANDAR PROSEDUR PELAYANAN KEBIDANAN


Prosedur yang dilakukan bidan/paramedis dalam memberikan asuhan kebidanan meliputi:
1. Pengertian pengkajian, diagnosa kebidanan, rencana kebidanan, implementasi kebidanan dan evaluasi
kebidanan

Untuk memudahkan dalam mengetahui keadaan kesehatan pasien dan upaya tindak lanjut
2. Tujuan
yang dapat dilakukan oleh bidan/paramedis kepada pasien

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas tentang.......


4. Referensi -

Persiapan alat dan bahan :

- Tensi meter
- Timbangan
- Stetoskop
5. Prosedur

Perlengkapan :
- Alat tulis
- Balangko asuhan kebidanan
1. Petugas paramedis melihat dan Lihat dan tanyakan
k/u pasien
menanyakan keadaan umum pasien

2. Petugas paramedis menanyakan


keluhan utama pasien, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit Tanyakan keluhan, riwayat
6. Langkah- peny.dahulu,sekarang dan
sekarang dan riwayat penyakit keluarga
langkah
keluarga Lakukan pemeriksaan TTV
3. Petugas paramedis melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital Catat hasil identifikasi dan
pemeriksaan pasien dalam RM
4. Petugas paramedis mencatat keluhan
dan balanko asuhan kebidanan
pasien sebagai data subjektif dan
hasil pemeriksaan fisik, tanda-tanda

7|STANDAR PROSEDUR PELAYANAN KEBIDANAN


vital dan keadaan umum pasien
sebagai data objektif di dalam rekam
medis pasien dan blangko asuhan
kebidanan
5. Petugas paramedis menegakkan Tegakkan diagnosa kebidanan
diagnosa kebidanan
6. Petugas paramedis membuat rencana
keperawatan bagi pasien dari hasil Buat rencana kebidanan
pengkajian dan diagnosa
7. Petugas paramedis melakukan
tindakan kebidanan sesuai dengan Lakukan tindakan kebidanan
rencana yang telah dibuat
8. Petugas paramedis melakukan
evaluasi terhadap tindakan Lakukan evaluasi kebidanan
kebidanan yang dilakukan
9. Meminta umpan balik dari pasien
terhadap tindakan yang dilakukan Minta umpan
balik pasien
7. Hal-hal yang
perlu -
diperhatikan

8. Unit Terkait

Unit/Poli KIA/KB
9. Dokumen 1. Rekam medis
Terkait 2. Balangko asuhan kebidanan

8|STANDAR PROSEDUR PELAYANAN KEBIDANAN


10. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
Historis Diberlakukan
Perubahan

2.2 STRATEGI PENINGKATAN MUTU PELAYANAN


Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai
pelayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan, yaitu sebagai berikut:
1. Pelanggan dan harapannya
Harapan pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan. Organisasi
pelayanan kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka
harus diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai
kesuksesan.
2. Perbaikan kinerja
Bila harapan pelanggan telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah
menidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai
konseling, adanya pengakuan, dan pemberian reward.
3. Proses perbaikan
Proses perbaikan juga penting. Sering kali kinerja disalahkan karena masalah
pelayanan dan ketidakpuasan pelanggan pada saat proses itu sendiri tidak
dirancang dengan baik untuk mendukung pelayanan. Dengan melibatkan staf
dalam proses pelayanan, maka dapat diidentifikasi masalah proses yang dapat
mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis penyebab,
mengidentifikasi, dan menguji pemecahan atau perbaikan.
4. Budaya yang mendukung perbaikan terus menerus
Untuk mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah
sebabnya perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat
mendukung peningkatan mutu. Untuk dapat melakukannya, harus sejalan
dengan dorongan peningkatan mutu pelayanan terus-menerus.

9|STANDAR PROSEDUR PELAYANAN KEBIDANAN


Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat, maka perlu dilaksanakan berbagai upaya. Upaya ini harus
dilakukan secara sistematik, konsisten dan terus menerus.

Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan mencakup :


1. Penataan organisasi
Penataan organisasi menjadi organisasi yang efisien, efektif dengan struktur dan
uraian tugas yang tidak tumpang tindih, dan jalinan hubungan kerja yang jelas
dengan berpegang pada prinsip organization through the function.
2. Regulasi peraturan perundangan
Pengkajian secara komprehensif terhadap berbagai peraturan perundangan yang
telah ada dan diikuti dengan regulasi yang mendukung pelaksanaan kebijakan
tersebut di atas.
3. Pemantapan jejaring
Pengembangan dan pemantapan jejaring dengan pusat unggulan pelayanan dan
sistem rujukannya akan sangat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan
kesehatan, sehingga dengan demikian akan meningkatkan mutu pelayanan.
4. Standarisasi
Standarisasi merupakan kegiatan penting yang harus dilaksanakan, meliputi standar
tenaga baik kuantitatif maupun kualitatif, sarana dan fasilitas, kemampuan, metode,
pencatatan dan pelaporan dan lain-lain. Luaran yang diharapkan juga harus
distandarisasi.
5. Pengembangan sumber daya manusia
Penyelenggaraan berbagai pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan dan
berkesinambungan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang profesional,
yang kompeten dan memiliki moral dan etika, mempunyai dedikasi yang tinggi,
kreatif dan inovatif serta bersikap antisipatif terhadap berbagai perubahan yang
akan terjadi baik perubahan secara lokal maupun global.

10 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
6. Quality Assurance
Berbagai komponen kegiatan quality assurance harus segera dilaksanakan dengan
diikuti oleh perencanaan dan pelaksanaan berbagai upaya perbaikan dan
peningkatan untuk mencapai peningkatan mutu pelayanan. Data dan informasi
yang diperoleh dianalysis dengan cermat ( root cause analysis ) dan dilanjutkan
dengan penyusunan rancangan tindakan perbaikan yang tepat dengan melibatkan
semua pihak yang berkepentingan. Semuanya ini dilakukan dengan pendekatan
“tailor’s model“ dan Plan- Do- Control- Action (PDCA).
7. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan dengan membangun
kerjasama dan kolaborasi dengan pusat-pusat unggulan baik yang bertaraf lokal
atau dalam negeri maupun internasional. Penerapan berbagai pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut harus dilakukan dengan mempertimbangkan
aspek pembiayaan.
8. Peningkatan peran serta masyarakat dan organisasi profesi
Peningkatan peran organisasi profesi terutama dalam pembinaan anggota sesuai
dengan standar profesi dan peningkatan mutu sumber daya manusia.
9. Peningkatan kontrol social
Peningkatan pengawasan dan kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan
pelayanan kesehatan akan meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan mutu
pelayanan.

2.3 PERENCANAAN PENINGKATAN MUTU PELAYANAN TERUS-


MENERUS
Untuk memperkuat budaya organisasi, semua kegiatan harus menuju peningkatan
mutu yang terus menerus. Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan terus
menerus, pilar utamanya terdiri atas hal-hal berikut:
1. Visi manajemen dan komitmen
Nilai organisasi dan komitmen dari semua level sangat diperlukan.

11 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
2. Tanggung jawab
Agar setiap orang beranggung jawab, maka perlu standar yang kuat.
3. Pengukuran umpan balik
Perlu dibuat sistem evaluasi sehingga dapat mengukur apakah kita mempunyai
informasi yang cukup.
4. Pemecahan masalah dan proses perbaikan
Ketepatan waktu, pengorganisasian sistem yang efektif untuk menyelesaikan
keluhan, dan masalah sistem memerlukan proses perbaikan dalam upaya
meningkatkan kepuasan pelanggan.
5. Komunikasi
Perlu ada mekanisme komunikasi yang jelas. Jika tidak ada informasi, maka
petugas atau staf merasa diabaikan dan tidak dihargai.
6. Pengembangan staf dan pelatihan
Pengembangan staf dan pelatihan berhubengan dengan pengembangan sumber
daya yang dapat mempengaruhi kemampuan organisasi dalam memberikan
pelayanan.
7. Keterlibatan tim kesehatan
Perlu ketrlibatan tim kesehatan agar mereka terlibat dan berperan serta dalam
strategi organisasi.
8. Penghargaan dan pengakuan
Sebagai bagian dari strategi, perlu memberikan penghargaan dan pengakuan
kepada visi pelayanan dan nilai sehingga individu maupun tim mendapat
insentif untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
9. Keterlibatan dan pemberdayaan staf
Staf yang terlibat adalah yang mempunyai keterikatan dan tanggung jawab.
10. Mengingatkan kembali dan pemberdayaan
Petugas harus diingatkan tentang prioritas pelayanan yang harus diberikan.

12 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
2.4 ANALISIS SWOT
Pengertian analisis SWOT adalah salah satu bentuk analisis dalam
manajemen dengan menggunakan prinsip SWOT (Strength, Weaknesses,
Opportunities, and Threats). Analsis SWOT digunakan untuk melihat kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi.
SWOT menurut Sutojo dan F. Kleinsteuber (2002 : 8) adalah untuk
menentukan tujuan usaha yang realistis, sesuai dengan kondisi dan oleh karenanya
diharapkan lebih mudah tercapai. Analisa SWOT adalah sebuah analisa yang
dicetuskan oleh Albert Humprey pada dasawarsa 1960-1970an. SWOT adalah
singkatan dari kata-kata Strength (kekuatan perusahaan) Weaknesses (kelemahan
perusahaan), Opportunities (peluang bisnis) dan Threats (hambatan untuk
mencapai tujuan).
Apabila teknik swot analisis tersebut diterapkan dalam kasus menentukan
tujuan strategi manajemen kebidanan dapat diutarakan sebelum menentukan
tujuan-tujuan yang ingin dicapai hendaknya perlu menganalisis : kekuatan dan
kelemahan, peluang yang ada, berbagai macam hambatan yang mungkin timbul.
Kinerja bidan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal.
Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT
adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta
lingkungan eksternal Opportunities dan Thearts yang dihadapi dunia bisnis.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang dan Ancaman
dan faktor internal Kekuatan dan Kelemahan.
Teknik analisis SWOT yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Internal
Analisis Kekuatan (Strenght)
Setiap bidan perlu menilai kekuatan dari kelemahannya dibandingkan
para pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor
seperti teknologi, sumber daya finansial, kemampuan kemanufakturan,

13 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
kekuatan pemasaran, dan basis pelaggan yang dimiliki. Strenght (kekuatan)
adalah keahlian dan kelebihan yang dimiliki oleh bidan pesaing.
Analisis Kelemahan (Weaknesses)
Merupakan keadaan bidan dalam menghadapi pesaing mempunyai
keterbatasan dan kekurangan serta kemampuan menguasai pasar, sumber daya
serta keahlian. Jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam
tubuh suatu satuan yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan dalam
hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius
bagi penampilan kinerja yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai
keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana
dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang
rendah, keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, dan
tingkat perolehan keuntungan yang kurang memadai.
2. Analisis Eksternal
Analisis Peluang (Opportunity)
Setiap bidan memiliki sumber daya yang membedakan dirinya dari
bidan lain. Peluang dan terobosan atau keunggulan bersaing tertentu dan
beberapa peluang membutuhkan sejumlah besar modal untuk dapat
dimanfaatkan. Dipihak lain, bidan-bidan baru bemunculan. Peluang
pemasaran adalah suatu daerah kebutuhan pembeli di mana bidan dapat
beroperasi secara menguntungkan.
Analisis Ancaman (Threats)
Ancaman adalah tantangan yang diperlihatkan atau diragukan oleh
suatu kecenderungan atau suatu perkembangan yang tidak menguntung-kan
dalam lingkungan yang akan menyebabkan kemerosotan kedudukan seorang
bidan. Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan.

14 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi ganjalan bagi yang
bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun di masa depan. Dengan
melakukan kedua analisis tersebut maka seorang dikenal dengan melakukan
analisis SWOT.

2.4.1. Manfaat Analisa SWOT


Manfaat apa yang akan didapatkan dengan adanya analisa SWOT tersebut?
berikut ini beberapa diantaranya:
A. Sebagai panduan bagi bidan untuk menyusun berbagai kebijakan strategis
terkait rencana dan pelaksanaan di masa akan datang. Dengan adanya analisa
ini, maka diharapkan bidan akan mampu memilih kebijakan dan rencana terbaik
untuk perkembangan pelayanan kebidanan di masa akan datang.
B. Menjadi bentuk bahan evaluasi kebijakan strategis dan sistem perencanaan
sebuah pelayanan kebidanan. Analisa SWOT akan membantu bidan dalam
memikirkan berbagai upaya evaluasi kebijakan yang dirasa merugikan dan
mana yang menguntungkan. Menetapkan berbagai rancangan terbaru sebagai
solusi berbagai masalah yang ditemukan melalui evaluasi analisa SWOT
tersebut.
C. Memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan, selanjutnya melalui
informasi yang ada tersebut akan menjadi pedoman bagi bidan maupun
perancang kebijakan untuk melakukan berbagai kebijakan baru sebagai solusi
atas hasil analisa yang sudah ada.
D. Memberikan tantangan ide-ide baru bagi pihak pelayanan kebidanan. Adanya
berbagai permasalahan seperti kelemahan, peluang serta kekuatan yang kecil
ataupun ancaman dari pihak luar akan mendorong bagian dari manajemen
pelayanan kebidanan untuk menemukan berbagai ide kebijakan yang lebih
fresh dan akan lebih efektif menjadi solusi atas berbagai permasalahan yang
ada.

15 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
Berikut adalah Aplikasi Analisis SWOT untuk Menjadi Bidan Terbaik
a. KEKUATAN (STRENGHT)
 Pantang menyerah jika terjadi kesulitan
 berkomitmen pada ucapan
 Mampu bekerja keras
 Bertanggung jawab pada perbuatan / pekerjaan
 Mampu memehami materi dan praktek kebidanan

b. KELEMAHAN (WEAKNESS)
 Kurang percaya diri bila berbicara di depan umum
 Kurang konsisten dalm mengambil keputusan
 Ceroboh dalam bertindak
 Terlalu mudah lupa
 Terlalu egois dan mudah emosi
 Terlalu mementingkan diri sendiri

c. KESEMPATAN (OPPORTUNITY)
 Kurangnya bidan desa
 Menurunkan AKI dan AKB
 Kehamilan dan persalinan yang aman
 BPM berkualitas
 Adanya dukungan dari keluarga

d. ANCAMAN (THREAT)
 Banyaknya lulusan kebidanan
 Banyak bidan senior yang lebih berpengalaman
 Banyak bidan di indonesia
 Tenaga kerja yang kopeten

16 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
 Meningkatnya persaingan di antara lulusan AKBID

2.5 Definisi rencanaan Strategi

1. Menurut Kerzner Perencanaan Strategis (Strategic Planning ) adalah sebuah


alat manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk
melakukan proyeksi kondisi pada masa depan, sehingga rencana strategis
adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi / faskes dari kondisi
saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun ke depan.
2. Menurut Robert N. Anthony perencanaan strategis adalah proses memutuskan
program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan perkiraan
jumlah sumber daya yang akan dialokasikan ke setiap program selama beberapa
tahun depan.

Untuk mencapai sebuah strategy yang telah ditetapkan oleh organisasi dalam
rangka mempunyai keunggulan kompetitif, maka para pimpinan perusahaan,
manajer operasi, haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang ada pada proses
perencanaan strategis / strategic planning. Kemampuan manufaktur, harus
dipergunakan secara tepat, sehingga dapat menjadi sebuah senjata yang unggul
dalam sebuah perencanaan stategi. Perencanaan strategis secara eksplisit
berhubungan dengan manajemen perubahan, hal ini telah menjadi hasil penelitian
beberapa ahli (e.g., Ansoff, 1965; Anthony,1965; Lorange, 1980; Steiner,
1979). Lorange (1980).

2.5.1. Hubungan dengan Formulasi Strategi


Ditarik perbedaan antara dua proses manajemen yaitu formulasi strategi
dan perencanaan strategis. Perbedaan dari kedua proses menajemen yaitu bahwa
formulasi strategi merupakan proses untuk menutuskan strategi baru, sementara

17 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
perencanaan strategi merupakan proses untuk memutuskan bagaimana
mengimplementasikan strategi tersebut.
Dalam proses formulasi strategi manajemen menentukan cita-cita
organisasi dan menciptakan strategi-strategi utama untuk mencapai cita-cita
tersebut. Proses perencanaan strategi kemudian mengambil cita-cita dan strategi
yang telah ditentukan tersebut dan mengembangkan program-program yang akan
melaksanakan strategi dan mencapai cita-cita tersebut secara efisien dan efektif.
Keputusan oleh produsen barang-barang industrial untuk melakukan
diversifikasi ke barang-barang konsumen merupakan formulasi strategi suatu
keputusan strategi yang mana sejumlah masalah implementasi harus
diselesaikan. Dalam proses perencanaan strategis yang formal langkah yang
paling penting adalah menulis penjelasan dari cita-cita dan strategi perusahaan
dan perencanaan mungkin harus menginterprestasikan atau memperoleh
pemikiran manajemen sebagai langkah yang utama.

2.5.2. Evaluasi dari Perencanaan Strategi


Lima puluh tahun yang lalu proses perencanaan strategis di hampir semua
organisasi adalah tidak sistematis. Jika manajemen memikirkan perencanaan
jangka panjang, hal tersebut tidak dilakukan dengan cara terkoordinasi. Banyak
organisasi menghargai keunggulan dari pembuatan rencana untuk tiga atau lima
tahun kedepan. Praktik menyatakan encana tersebut dalam dokumen atau modal
formal adalah luas, tetapi bukan berarti diterima secara universal.

2.6 Pengembangan Strategi


Pengembangan strategi pelayanan kebidanan disini tentunya adalah seorang
BIDAN yaitu orang yang memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat
sesuai standar khususnya dalam pelayanan Ibu,Bayi,alat reproduksi perempuan
dan keluarga berencana (KB) tentunya itu semua dilakukan untuk membantu

18 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
program pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB guna peningkatan mutu
layanan kebidanan.
Pengembangan rencana strategis dari sekarang agar bidan dapat membantu
dalam menurunkan AKB dan AKI tersebut bidan harus mempersiapkan diri dari
sekarang harus seperti apa kedepannya dan harus bagaimana. setelah lulus dari
pendidikan kebidanan agar bisa membantu program pemerintah tersebut yaitu
dengan belajar sebaik-baiknya dari sekarang supaya dapat mengembangkan
pelayanan kebidana sesuai dengan perkembangan teknologi.
Hal yang harus dikembangkan :
1. Money (Uang)
Uang adalah factor yang amat penting, bahkan menentukan didalam
setiap proses pencapaian tujuan,tentulah tidak dapat disangkal lagi. Setiap
program, setiap kegiatan atau rutin maupun proyek, besar maupun kecil, semua
itu tidak akan terlaksana tanpa adanya penyediaan uang atau biaya yang
cukup.tentunya didalam membangun dan mengembangkan praktik pelayanan
kebidanan kita membutuhkan uang entah itu dalam jumlah sedikit ataupun
besar.apalagi mungkin pada pengembangan pelayanan kebidan ini saya
berencana untuk memanfaatkan ilmu teknologi "Telemedicine" yang mungkin
itu membutuhkan akses internet selama 24 jam apalagi yang sudah seperti kita
ketahui bahwa di Indonesia khususnya daerah-daerah terpencil seperti pedesaan
belum mendapatkan jaringan internet.
Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk
mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional.
Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk
membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta
berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi khususnya dalam
pelayanan kebidanan.

19 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
2. Materials (Materi)
Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.
Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang
ahli dalam bidangnya terutama Bidan juga harus dapat menggunakan
bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak
dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki1.
3. Machines (Mesin)
Machine atau mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau
menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.nah,mesin yang
dimaksud dalam pengembangan perencanaan pelaksanaan pelayanan
kebidanan disini tentunya adalah alat-alat yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan terutama "Telemedicine" seperti jaringan internet,dan sarana agar
jaringan tersebut bisa diakses secara merata oleh seluruh kalangan masyarakat.
4. Method (Metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata
cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode
dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan
memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-
fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha.
Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya
tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap
manusianya sendiri2.

20 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
5. Market (Pasar)
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
ditunjukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang, jasa, ide kepada pasar sasaran agar dapat mencapai
tujuan organisasi.
Market atau Pasar merupakan faktor yang selalu berubah-ubah sesuai
permintaan pasar dan bukan merupakan kebijakan dari manajemen. Demikian
pula dengan Method atau tata kerja yang merupakan pola cara-cara bagaimana
kegiatan dan kerjasama tersebut harus dilaksanakan sehingga tujuan dari
organisasi dapat tecapai secara efektif dan efisien. Maka dapat disimpulkan
bahwa Methods hanyalah cara yang dipergunakan sedangkan Market adalah
wahana untuk memperluas sasaran dari kegiatan tersebut.
Maka dari itu,dalam strategis ini kita membutuhkan alat-alat dalam
melakukan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
itu sendiri terutama pelayanan yang dilaksanakan di pedesaan yang mungkin
masih awam terhadap penggunaan internet.

2.7 Kebijakan
Pasal 1 aayat 7 : Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Pasal 19 (1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan:
a. konseling pada masa sebelum hamil;

21 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
b. antenatal pada kehamilan normal;
c. persalinan normal;
d. ibu nifas normal;
e. ibu menyusui;
f. konseling pada masa antara dua kehamilan.

(3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud


pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:
a. episiotomi;
b. pertolongan persalinan normal;
c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;
f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
g. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;
h. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
i. penyuluhan dan konseling;
j. bimbingan pada kelompok ibu hamil;
k. pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

Pasal 20 (1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal


18 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah.

(2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:

a. pelayanan neonatal esensial;


b. penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
c. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah;
d. konseling dan penyuluhan.

22 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
(3) Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a meliputi
a. inisiasi menyusui dini,
b. pemotongan dan perawatan tali pusat,
c. pemberian suntikan Vit K1,
d. pemberian imunisasi B0,
e. pemeriksaan fisik bayi baru lahir,
f. pemantauan tanda bahaya,
g. pemberian tanda identitas diri,
h. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat
waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.

(4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:

a. penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan nafas,
b. ventilasi tekanan positif,
c. kompresi jantung;
d. penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR melalui
penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara menghangatkan tubuh bayi
dengan metode kangguru;
e. penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol atau
povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering;
f. membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan infeksi
gonore (GO).

(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi

a. kegiatan penimbangan berat badan,


b. pengukuran lingkar kepala,

23 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
c. pengukuran tinggi badan,
d. stimulasi deteksi dini,
e. intervensi dini peyimpangan tumbuh kembang balita dengan menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

(6) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
meliputi

a. pemberian komunikasi,
b. informasi,
c. edukasi (KIE) kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir,
ASI eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan,
imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.

Pasal 21 Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan


dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan
berwenang memberikan:

a. penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga


berencana;
b. pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

2.8 Pencegahan Kegagalan


Begitu banyak yang menjadi tugas, tanggung jawab dan peran bidan di
tengah masyarakat. Idealnya, diharapkan seorang bidan yang telah berijasah dan
mendapat ijin praktek, harus mampu dan profesional dalam menjalankan tugas
pelayanan kesehatan tersebut. Menengok kembali beban kerja bidan masa
lampau sangat tinggi, dimana seorang bidan masih langka dan begitu berarti bila
berada ditengah masyarakat terutama di pedesaan. Berbeda jauh dengan kondisi
masa sekarang dimana banyak bidan-bidan dengan latar belakang pendidikan yang
sudah Diploma III tersebar diseluruh wilayah Indonesia.

24 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
Dalam satu desa kita bisa saksikan ada beberapa BPS (Bidan Praktik Swasta)
yang melayani. Akses masyarakat menuju tempat pelayanan tenaga kesehatan
semakin dipermudah. Di sisi lain, pelayanan bidan juga menjadi sorotan
masyarakat bilamana tidak sesuai dengan harapan masyarakat tentang layanan
kebidanan yang ideal.
Oleh karena itu, seorang bidan sebelum terjun ke masyarakat hendaknya
sudah menguasai betul ilmu, etika, hukum, perundang- undangan dan kompetensi
kebidanan yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan sesuai tugas dan
kewenangan seorang bidan. Mengingat semakin majunya teknologi informasi dan
kemudahan masyarakat mengakses pengetahuan tentang kesehatan juga
kebidanan melalui media digital, bidan hendaknya mau membuka diri untuk terus
menerus meng-update pengetahuan terkini di bidang pelayanan kebidanan dan
aktif berorganisasi dalam Ikatan Bidan Indonesia.

2.9 Pengawasan dan Evaluasi


2.9.1. Pengawasan (Monitoring dan Evaluasi)
Kegiatan monitoring dan evaluasi implementasi sebuah kegiatan akan
lebih baik. Jika dilakukan oleh dua pihak, yaitu; internal maupun pihak
eksternal. Keduanya tentunya memiliki batasan-batasan dan wilayah yang
harus diawasi. Kemudian bagaimanakah pengawasan pada kebijakan SPM ini
dilakukan di level Puskesmas? Menurut Kepala Puskesmas Panggang II
pengawasan penyelenggaraan kebijakan SPM di Puskesmas diserahkan
sepenuhnya kepada masyarakat. Intinya SPM adalah upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, sehingga jika
masyarakat merasakan ada yang tidak sesuai dapat melakukan komplain
langsung baik kepadanya maupun kepada Puskesmas.
Sedangkan pada tataran internal, SPM dievaluasi oleh Dinas
Kesehatan 2 kali dalam setahun. Untuk mempermudah masyarakat

25 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
menyampaikan hasil pengawasannya, pihak Puskesmas menyediakan
kotak saran. Khusus di Puskesmas Ponjong I mereka punya mekanisme
audit terhadap internal mereka sendiri yang dilakukan oleh Tim ISO 9001-
2000.
Selain melakukan pengawasan dengan melibatkan masyarakat,
pihak Puskesmas juga melakukan pengukuran terhadap penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya. Hal ini untuk mengukur
apakah pelayanan yang dilakukan oleh Pihak Puskesmas makin membaik
atau tidak. Seperti yang dilakukan oleh ketiga Puskesmas dalam
penelitian ini, mereka melakukan pengukuran secara rutin untuk
mengetahui kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan
kesehatan.
Masing-masing Puskesmas melakukan survey kepuasan. Dari ketiganya
yang paling intens melakukan adalah Puskesmas Ponjong I, sebab semenjak
Puskesmasnya mendapatkan sertifikat ISO 9001-2000, diwajibkan melakukan
survey kepuasan pelanggan 4 bulanan. Berbeda lagi yang dilakukan
Puskesmas Panggang II, selain melakukan survey kepuasan pelanggan,
aktif juga melakukan pengecekan terhadap angka cakupan kerja (tinggi
rendahnya), apakah sudah tercapai apa belum. Menyerap aspirasi dari
masyarakat pun dilakukan melalui Badan Penyantun Puskesmas dan turun ke
Dusun Siaga. Dengan demikian, diharapkan Puskesmas akan mendapatkan
banyak masukan dari masyarakat.
Hasil pengamatan diketahui bahwa upaya dari ketiga Puskesmas
untuk melakukan pengukuran kinerja sudah bagus. Namun, kegiatan survey
yang dilakukan masih dikelola sendiri oleh penyelenggara pelayanan, sehingga
keobyektifannya masih dipertanyakan. Seperti keraguan yang diungkapkan
oleh salah seorang personil di Puskesmas Ponjong I berikut ini. "Aku juga
sanksi mas, setiap dilakukan survey pasti hasilnya bagus, bagus, dan bagus

26 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N
terus. Apakah memang demikian atau karena masyarakat tidak obyektif
dalam menjawab ya?" (Wawancara, 25 Agustus 2007).
Kebijakan SPM telah dituangkan dalam Surat Keputusan Bupati.
Sehingga Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang telah disusunkan SPM
wajib memenuhi standar ini. Bila dalam implementasinya terjadi
penyimpangan SPM ini, maka Puskesmas dapat dituntut oleh masyarakat.
Seperti yang diungkapkan oleh kepala Puskesmas Panggang II berkut ini. "Jika
terjadi penyimpangan terhadap SPM mungkinkah Pemerintah Daerah dalam
hal ini.
1. Evaluasi Internal
Setelah rancangan awal dibuat, sebaiknya rancangan tersebut
dievaluasi oleh seluruh anggota perusahaan yang terlibat sehingga dapat
diketahui kekurangan serta kesalahan yang terdapat pada rancangan awal
tersebut dan kemudian meminta saran, kritik dan usulan yang membangun.
Dengan melibatkan seluruh anggota perusahaan yang terlibat dalam SOP
tersebut, maka proses pemahaman dan penerapan akan berjalan dengan
lebih mudah.
2. Evaluasi Eksternal
Pada tahap evaluasi eksternal, dibutuhkan tim penasehat yang berasal
dari luar perusahaan untuk menilai rancangan yang telah dibuat dan
memberikan saran, kritik dan usulan yang dapat membangun pembuatan
SOP tersebut. Pihak eksternal dari perusahaan tentu dapat menilai
rancangan dengan lebih objektif, dikarenakan mereka tidak terlibat
langsung dalam proses penerapan SOP.

27 | S T A N D A R P R O S E D U R P E L A Y A N A N K E B I D A N A N

You might also like