Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 26

LAPORAN

K3 TANGGAP DARURAT
(Emergency Response)
KESEHATAN dan KESELAMATAN KERJA
PKD (1311)

DISUSUN OLEH;
KELOMPOK I
1. ADI ADNAN PRAYOGA (16732001)
2. ADITIA NUGRAHA (16732002)
3. AGIL HIDAYAT (16732003)
4. AGUNG ALBAR (16732004)
5. ALFATHTHIYATUL HAMID (16732006)
6. AMOS ARISTU (16732007)
7. ARIYANSYAH ARRAHIM (16732008)
8. BAYU DAMAR SETO (16732009)
9. BUDI RAHAYU SETYOWATI (16732010)
10. D. ARIEL DARWIN (16732012)

POLITEKNIK NEGERI LAPUNG


BANDAR LAMPUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuansertaperkembanganindustrisekarangini telah membawa
sistem kerja kearah globalisasi yang menuntut persaingan antar
perusahaan atau lingkungan kerja sehingga dibutuhkan strategi khusus
dari masing-masing perusahaan agar dapat terus bertahan ditengah
kompetisi yang semakin kuat. Strategi utama yang menjadi andalan setiap
perusahaan adalah mengguanakan teknologi pengolahan sistem kerja
yang semakin canggih dan mampu menjadi kekuatan tersendiri bagi
kelangsungan produksi perusahaan.
Pengggunaan teknologi yang semakin canggih ini membawa
pengaruh terhadap penanganan serta perawatan yang harusnya lebih
baik sehingga dituntut penanganan yang lebih oleh pekerja terhadap
teknologi yang digunakan.Dalam realisasinya, diperlukan korelasi yang
baik antara pekerja dengan penggunaan teknologi agar tercipa suatu arus
kerja yang mendukungterciptanya sistem kerja yang produktif dan
potensial bagi keamanan serta keselamatan para pekerja.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pekerja juga menjadi aset bagi setiap
perusahaan untuk mengolah teknologi yang ada. Teknologi secanggih
apapun, tidak akanterealisasi menjadi suatu sstem kerja yang baik apabila
tidak didukung oleh sumber daya manusia yang mengolahnya.
Namun dalam pelaksanaannya seringkali perlu adanya sistem
keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja agar kegiatan kerja
berjalan optimal tanpa adanya resiko yang timbul bagi pekerja itu
sendiri.Hal ini disebabkan oleh adanya bahaya yang dapat datang dari
mana saja.Mulai dari bahaya yang ditimbulkan oleh pekerja itu sendiri
maupun bahaya yang timbul dari faktor luar seperti lingkungan
alam.Bahaya dan resiko merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan sehingga perlua adanya penanganan untuk mencegah serta
menanggulangi terjadinya kecelakaan kerja akhibat hal tersebut.
Salah satu penanganan yang dapat dapat dijadikan acuan dalam
situasi darurat yang ditimbulkan oleh kecelakaan kerja adalah
pelaksanaan sistem tanggap darurat (emergency response and preparedness
program). Pelaksanaan sistem ini merupakan langkah awal dalam penanganan
keadaaan darurat yang terjadi pada kegiatan kerja demi mencapai tujuan
keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas di dapat rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa itu tanggap darurat ?
b. Apa saja yang termasuk dalam tanggapan darurat ?
c. Bagaimana implementasi dari sistem tanggap darurat di lingkungan sekitar ?

1.3.Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum sistem tanggap darurat adalah sebagi berikut :
a. Mengetahui dan memahami definisi tanggap darurat.
b. Apa saja macam-macam kegiatan yang termasuk sistem tanggap darurat.
c. Bagaimana implementasi dari sistem tanggap darurat di lingkungan sekitar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tanggap Darurat


Globalisasi yang ditandai dengan perkembangan dunia industrialisasi
berpengaruh pada beralihnya sistem kerja kepada pemanfaatan teknologi tingkat
tinggi. Proses pergeseran industrialisasi ini tidak menutup kemungkinan akan
menimbulkan terjadinya keadaan darurat di lingkungan kerja berkenaan dengan
adanya sumber bahaya yang dapat ditemukan di lingkungan kerja itu sendiri.
(coVan,1994)
Sumber bahaya merupakan faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja
yang dapat ditentukan serta dapat dikendalikan apabila telah ada langkah identifikasi
dan pengendalian yang terpadu (Levy dan Wegman,1988). Sumber bahaya dapat
mengakibatkan timbulnya keadaan darurat, seperti terjadinya kecelakaan,
pencemaran lingkungan, kerusakan (property damage). Banyak faktor yang dapat
menjadi sumber bahaya dala proses kerja, antara lain bangunan, bahan kimia, proses
produksi, cara kerja, dan lingkungan kerja.
Persiapan keadaan darurat merupakan tanggung jawab seluruh pekerja.
Perencanaan dan persiapan keadaan darurat tidak dapat terlepas dari peran
manajemen puncak dalam perencanaan dan penetapan kebijakan serta komitmen
tinggi dalam mencegah dan menanggulangi keadaan darurat (Kelly,1998). Dengan
perencanaan dan penerapan sistem tanggap darurat industri (emergency response
and preparedness), maka secara tidak langsung perusahaan telah terlibat aktif dan
peduli pada terciptanya keamanan dan keselamatan kerja.
Sistem tanggap darurat merupakan kesatuan sistem yang diterapkan dan
dilaksanakan oleh suatu industri, pemerintah beserta komponen masyarakat yang
terintegrasi dalam suatu sistem dan prosedur kerja yang konkret, dalam rangka
menghadapi keadaan darurat di suatu instansi, industri, maupun sektor informal yang
berpotensi menimbulkan gangguan bagi stabilitas keamanan (Kelly,1988).
Sedangkan menurut Astra Green Company (2002), emergency adalah suatu
keadaan tidak normal atau yang tidak diinginkan yang terjadi pada suatu tempat,
yang cenderung membahayakan bagi manusia, merusak peralatan dan harta benda
dan merusak lingkungan.
2.2 Maksud dan Tujuan serta Sasaran Pokok Tanggap Darurat
Secara garis besar, maksud dan tujuan sistem tanggap darurat (Astra Green
Company,2002) meliputi aspek kemanusiaan, aspek pencegahan kerugian, dan
aspek komersial. Aspek kemanusiaan disini mencakup pencegahan dan minimalisir
jatuhnya korban manusia, penyelamatan jiwa atau perlindungan karyawan atau orang
yang berada disekitar terjadinya kejadian tersebut, pemindahan atau pengamanan
sumber daya manusia atau aset ke tempat yang lebih aman, serta pemberian
pertolongan pengobatan kepada korban-korban yang terluka.
Untuk aspek pencegahan kerugian, terdiri dari beberapa point penting, yaitu
meminimalisisr kerugian terhadap aset-aset perusahaan dan lingkungan sekitar,
mencegah menjalarnya keadaan darurat, dan meminimalisir bahaya yang timbul
akibat keadaan darurat tersebut. Sedangkan aspek komersial mencakup penjaminan
kelangsungan operasional perusahaan agar kegiatan bisnis dan produksi tidak
terhenti, serta memberikan informasi kepada seluruh penghuni gedung tentang
bahaya industri dan cara-cara penanggulangannya.
Menurut British Standard Institution (1992) dalam Krakatau Steel (1993)
menyatakan bahwa sasaran pokok program emergency response and preparedness
adalah:
1) Meningkatkan suatu konsep dasar untuk mengatasi keadaan darurat di
sektor industri dengan matang dan komprehensif
2) Mengidentifikasi untuk melaporkan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam
mengatasi suatu keadaan darurat
3) Memastikan adanya suatu team keadaan tanggap darurat yang lengkap
dengan semua sarananya
4) Sebagai sarana masukan dalam pengmbilan keputusan oleh Top
Manajemen Perusahaan

2.3 Team Tanggap Darurat


Sebagai salah satu langkah pengendalian terpadu dalam rangka
mengendalikan dan menanggulangi keadaan darurat yang timbul di
tempat kerja,maka dibentuklah team tanggap darurat suatu perusahaan.
Misalnya dalam suatu organisasi tingkat perusahaan pasti memiliki suatu
struktur organisasi yang beranggotakan perwakilan dari semua
departemen, baik departemen produksi maupun non produksi.
Secara umum struktur team tanggap darurat, meliputi semua
personel yang terlibat di setiap departemen yang ada di perusahaan.
Pembentukan organisasi tanggap darurat, harus mencerminkan kebijakan
dari manajemen puncak dengan menjalin kerja sama seluruh pihak, tanpa
terkecuali peranan pemerintah setempat guna mendukung tercapainya
sistem tanggap darurat dan team penanggulangan keadaan darurat yang
terstruktur dan terprogram jelas (Permenaker No.Per-05/MEN/1996).
Team tanggap darurat, terdiri dari beberapa kelompok satuan team
penanggulangan dan pengendalian bahaya. Masing-masing personel
mempunyai kapasitas peran khusus, contohnya adalah team pemadaman
kebakaran, team evakuasi, team medis, team lingkungan serta team
keamanan.
Tanggung jawab dan peran setiap personel, dalam mengambil
bagian pada saat terjadi keadaan darurat merupakan salah satu bentuk
kepedulian dan kerjasama aktif di semua lini jajaran perusahaan (Sahab,
1997). Pencapaian kinerja ini tercermin dari berhasil tidaknya manajemen
perusahaan didalam mengkomunikasikan dan mengkoordinasi setiap
elemen keanggotaan team.
Peran dan tanggung jawab dari sebuah team tanggap darurat
dalam penanganan situasi darurat adalah sebagai berikut :
1. Melakukan koordinasi dengan anggota team untuk
menanggulangi dan menangani keadaan darurat (kebakaran,
peledakan furnace, tumpahan bahan berbahaya dan beracun,
dan lain sebagainya)
2. Memberikan pertolongan dan evakuasi korban
3. Melakukan komunikasi efektif dengan pihak berwajib, serta
melakukan pemulihan (rehabilitasi) lingkungan
2.4 Prosedur Tanggap Darurat
Barry S. Levy dan David Wegman (1988) mengemukakan bahwa
konsep pokok dalam program keselamatan dan kesehatan kerja adalah
pemenuhan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang optimal.
Syukri Sahab (1997) menambahkan bahwa kebutuhan sektor industri
yang semakin beragam, pemenuhan aspek utama ini menjadi suatu
keharusan bagi semua pelaku industri. Setiap pekerjaan yang dilakukan
terutama dalam lingkungan industri mempunyai banyak resiko yang setiap
saat mengancam keselamatan tenaga kerjanya dalam kondisi darurat.
Setiap perusahaan akan mengalami permasalahan yang sama berkaitan
dengan kondisi darurat (emergency) tersebut. Berkembangnya teknologi
dalam sektor industri di dunia turut mendukung banyak perusahaan maju
untuk beralih dalam pemakaian dan pemanfaatan teknologi tinggi.
Sehingga tidak menutup kemungkinan, adanya peralihan penggunaan
teknologi tinggi tersebut menimbulkan adanya keadaan darurat di
lingkungan kerja.
Setiap tenaga kerja yang berada dalam lingkungan industri
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam persiapan terhadap
keadaan darurat. Suatu perencanaan dan penerapan sistem tanggap
darurat industri baik yang dilakukan perusahaan maupun tenaga kerja,
secara tidak langsung akan mampu menciptakan stabilitas keamanan dan
keselamatan kerja perusahaan khususnya para tenaga kerja di dalamnya.
Selain itu pemahaman penanggulanagan bahaya bencana dan
kecelakaan industri dinilai penting untuk meminimalkan kerugian bagi
industri yang bersangkutan. Pelaksanaan tanggap darurat biasanya
dilakukan dengan membentuk suatu tim khusus pengendalian dan dan
penanganan kondisi darurat seperti saat terjadi kebakaran, peledakan,
dan kecelakaan kerja. Keadaan darurat dibedakan menjadi tiga bentuk,
yaitu:

2.4.1 Kondisi darurat tingkat I (Tier I)


Keadaan darurat tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi
mengancam bahaya manusia dan harta benda (asset), yang secara
normal dapat diatasi oleh personil jaga dan suatu instalasi/pabrik dengan
menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan.

2.4.2 Keadaan darurat tingkat II (Tier II)


Keadaan darurat tingkat II (Tier II) ialah suatu kecelakaan besar dimana
semua tenaga kerja yang bertugas dibantu dengan peralatan dan material
yang tersedia di instalasi/pabrik tersebut, tidak mampu mengendalikan
keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat,
bocoran bahan B3 yang kuat, semburan liar sumur minyak/gas dan
lain¬lain, yang mengancam nyawa manusia atau lingkungannya dan atau
asset dan instalasi tersebut dengan dampak bahaya atas tenaga kerja /
daerah / masyarakat sekitar. Bantuan tambahan masih berasal dari
industri sekitar, pemerintah setempat dan masyarakat sekitar.

2.4.3 Keadaan darurat tingkat III(Tier III)


Keadaan darurat tingkat III (Tier III) ialah keadaan darurat berupa
malapetaka/ bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan
dengan Tier II, dan memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkat
nasional. (Qauliyah, 2010)

Dalam upaya penanganan terhadap berbagai kondisi darurat yang


ada, tidak dilakukan secara sembarangan. Pelaksanaan tanggap darurat
tersebut memiliki prosedur keadaan darurat yang harus dipedomani bagi
perusahaan maupun tenaga kerja. Secara umum jenis prosedur keadaan
darurat dapat dibagi menjadi 2 kategori. Kategori pertama yaitu prosedur
keadaan darurat intern (local standing procedure), pedoman pelaksanaan
penanggulangan keadaan darurat untuk masing-masing fungsi/unit.
Pedoman ini hanya digunakan untuk unit/fungsi bersangkutan untuk
menanggulangi keadaan darurat yang terjadi diunitnya dalam batasan
masih mampu ditanggulangi. Sedangkan kategori kedua yaitu prosedur
keadaan darurat umum (utama), Pedoman perusahaan secara
menyeluruh didalam menanggulangi keadaan darurat yang cukup besar
atau dapat membahayakan unit kerja lain.
2.5 Sarana,Prasarana,dan Fasilitas Pendukung Pelaksanaan Tanggap
Darurat
Sarana, prasarana dan fasilitas penunjang dalam prosedur tanggap
darurat merupakan salah satu hal wajib dalam mendukung kegiatan
pengendalian dan penanggulangan keadan darurat . Menurut British
Standards Institution (Krakatau Steel, 1993) menyatakan bahwa
perlengkapan dan sarana instrumen yang minimal wajib dimiliki oleh
sebuah perusahaan adalah :
a. Personel Protective Equipment (alat pelindung diri) yang meliputi safety helmet
(pelindung kepala), safety shoes (pelindung kaki), safety glove dan ear plug. Alat-alat
ini sangat dibutuhkan guna melindungi diri dari resiko yang
ditimbulkanbahayalingkungankerja.
b. Fire fighting equipment yang meliputi hydrant, Fire Extinguisher,System Detector
dan alarm System. Peralatan ini sangat diperlukan pada saat terjadi kebakaran,
sehingga diwajibkan ada pada setiap bangunan, baik lingkungan kerja
maupuntempatumumlainnya
c. First Aid Kit Box
First Aid Kit Box sangat diperlukan untuk melakukan pertolongan pertama pada
kecelakaan kerja. Peralatan dan isi yang wajib ada pada First Aid Kit Box yaitu:
Kapas putih, pembalut gulung lebar 2,5 cm, pembalut gulung lebar 5
cm, pembalut gulung lebar 10 cm, pembalut segitiga (Mitella), pembalut
cepat steril, kasa steril ukuran 5x5 cm, kasa steril ukuran 7,5x7,5 cm,
plester lebar 1 cm, plester lebar 2,5 cm, plester cepat (Tensoplast,
Hansaplast, dll), bidai, gunting, sabun, tissue,pinset,senter,Obat
antinyeri antidemam (Parasetamol, Antalgin, dll), obat sakit perut / diare
(Diatab, dll), norit, obat merah, obat gosok (balsem, minyakangin),
rivanol, betadine.
d. Emergency Lighting and Power
Emergency Lighting and Power ini akan menyala pada saat kondisi darurat terjadi.
Seperti lampu penunjuk arah untuk menuju tangga darurat ataumenujupintukeluar.
e. Communication Fasilities
Communication Fasilitiesinidibutuhkan agar pada saat terjadi situasi darurat
komunikasi bisa tetap berjalan sehingga bantuan pertolongan bisa segera
dihubungi.
Berikutadalahbeberapagambar dari perlengkapan yang digunakan dalam
keadaan darurat :

First Aid Kit Box


Hydrant Fire Extinguisher

Safety Shoes
Safety Helmet Safety Glove

2.6 Tahapan Proses Tanggap Darurat


Pelaksanaan tanggap darurat yang dilakukan oleh perusahaan atau
tenaga kerja meliputi beberapa tahap penting. Setiap tahapan yang
dilakukan harus dikomunikasikan secara penuh antara elemen yang
bersangkutan sehingga dapat diperoleh pencapaian kondisi yang
terkendali dan aman. Agar kondisi darurat yang terjadi dapat
diminimalkan. Adapun tahapan dalam proses tanggap darurat sebagai
berikut:
1. Protect(perlindungan)
2. Comminicate(komunikasi)
3. Control(pengawasan)
4. Record(pelaporan)
5. Follow-Up(evaluasi dan koreksi)
Tahapan proses tanggap darurat di atas merupakan unsur-unsur
pokok dalam perencanaan dari tanggap darurat yang dapat dijabarkan
menjadi beberapa tahapan, dimulai dari tahap pra-kejadian, saat terjadi
keadaaan darurat sampai pada saat pasca kejadian (CoVan, 1994).
Tahap pertama yang dilakukan adalah tahap pra-kejadian.Secara
umum pengendalian awal dalam keadaan darurat di tempat kerja meliputi
segala kegiatan perencanaan, identifikasi dan penilaian resiko bahaya,
menyusun kegiatan penanggulangan keadaan darurat yang
terpadu.Prosedur awal dalam melaksanakan penanggulangan dan
pengendalian bahaya di perusahaan adalah dengan melakukan
identifikasi dan pengendalian resiko bahaya yang berasal dari sumber
bahaya.Prosedur ini digunakan untuk menganalisa dan mengetahui
potensi tempat-tempat strategis dalam perusahaan yang sangat
berpotensi dalam keadaan darurat seperti kebakaran, peledakan,
kebocoran gas, dan lain-lain. Dengan mengetahui lokasi yang berpotensi
dalam keadaan darurat tersebut, maka keadaan darurat yang akan terjadi
dapat diminimalkan.
Tahap yang kedua adalah saat terjadi keadaan darurat. Proses
penanganan pada kondisi darurat, harus memuat cara kerja dan prosedur
baku sebagai acuan dalam kegiatan penanggulangan keadaan darurat,
seperti adanya kontinuitas dan komunikasi menyeluruh terhadap kegiatan
penanggulangan bahaya. Ketika telah terjadi keadaan darurat maka dapat
dilakukan beberapa langkah awal dalam menangani kondisi tersebut,
misalnya dengan kegiatan pengamanan sumber daya, mengisolasi
lingkungan, menyelamatkan barang-barang serta dokumen penting dalam
perusahaan, menbantu dalam evakuasi korban, mematikan semua
peralatan yang berpotensi dapat meningkatkan keadaan darurat, serta
dengan segera mematikan sumber kebocoran cairan atau gas, yang
memungkinkan terjadinya kontaminasi dan kerusakan pada lingkungan
sekitar maupun yang dapat mengganggu kesehatan para tenaga kerja.
Team tanggap darurat yang terdiri dari team evakuasi, team
lingkungan, bagian keamanan, dan system komunikasi harus berjalan dan
dapat bekerja sama dengan baik, dengan melaksanakan peran masing-
masing dalam kesatuan team tanggap darurat.
Tahap ketiga adalah saat pasca keadaan. Proses pengendalian
keadaan darurat pada tahap pasca keadaan meliputi seluruh kegiatan
yang dilaksanakan berdasarkan prosedur operasional tanggap darurat
perusahaan. Hal ini meliputi seluruh kegiatan pemulihan, rehabilitasi,
rekontruksi, investigasi kecelakaan, sistem pelaporan dan inventarisasi
dokumen.Secara umum dilakukan beberapa penanganan ketika pasca
keadaan darurat, diantaranya melakukan pendataan jumlah korban akibat
adanya keadaan darurat tersebut.Selain pendataan terhadap jumlah
korban, juga dilakukan pendataan terhadap sarana prasarana yang
mengalami kerusakan.Karena ketika terjadi keadaan darurat, biasanya
cukup banyak dari sarana dan prasarana milik perusahaan yang
mengalami kerusakan.Setelah pendataan selesai dilakukan, langkah
selanjutnya adalah melakukan rekontruksi dan rehabilitasi terhadap
fasilitas yang mengalami kerusakan.Adanya rehabilitasi dan rekontruksi
sangat membantu baik pihak perusahaan maupun pihak tenaga kerja.
Karena kegiatan ini ditujukan untuk melakukan perbaikan sekaligus
pengkondisian aman terhadap sarana dan prasarana , lingkungan kerja
perusahaan yang berantakan untuk dilakukan proses perbaikan. Sehingga
para tenaga kerja dapat cepat kembali bekerja dalam kondisi yang aman
dan nyaman.
Pemulihan keadaan setelah post-emergency dilakukan agar keadaan
menjadi normal kembali, dan memastikan bahwa kondisi serupa tidak
akan terulang lagi. Hal ini harus dilakukan sesegera mungkin agar tidak
terjadi pembengkakan biaya serta kerugian waktu yang lebih
banyak.Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada tahap ini
adalah memastikan bahwa keadaan tempat kejadian sudah aman, serta
terisolasi dari orang luar yang tidak berkepentingan.
Pada tahap investigasi dan evaluasi, dilakukan pencarian sebab dan
sumber dampak terjadinya bahaya, mengambil langkah penyelidikan dan
pemantauan lapangan untuk menganalisa bahaya, serta menentukan
langkah pencegahan agar keadaan membahayakan tersebut tidak
terulang kembali.
Pelaporan dan inventarisasi juga merupakan tahap yang penting
pada penanganan keadaan setelah kejadian. Pelaporan dibuat secara
rinci dan sistematis, termasuk inventarisasi barang dan kerugian akibat
keadaan darurat yang terjadi.Berisi tentang deskripsi kejadian, langkah
pengendalian, jumlah kerugian (lost time injury dan accident ), dampak
terhadap lingkungan, kegiatan investigasi yang berperan, nama pembuat
laporan dan memuat tanggal, hari serta waktu yangada.

2.7 Penerapan Tanggap Darurat


Keberhasilan penerapan sistem tanggap darurat sangat
dipengaruhi banyak faktor, antara lain sumber daya manusia dengan
segala keterbatasannya dan efisiensi media yang memuat standar
penerapan tanggap darurat sehingga mudah digunakan oleh para pekerja
kemanusiaan di lapangan.
Penerapan dari tanggap darurat terdiri dari berbagai macam contoh
dan dari tempat yang berbeda. Namun, pada umumnya di tempat-tempat
umum memiliki tanggap darurat yang sama jenisnya, kecuali industri-
industri tertentu yang memiliki spesifikasi keselamatan dan kesehatan
kerja yang berbeda, sehingga memiliki peralatan tanggap darurat yang
sedikit berbeda.
BAB III
METODOLOGI

3.1 WAKTU DAN TEMPAT


Praktikum kesehatan dan keselamatan kerja (K3) tentang K3
sistem tanggap daarurat ini dilaksanakan pada hari Kamis 15 Desember
2017 pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium
Analisis dan gedung Ki Hajar Dewantara, Politeknik Negeri Lampung,
Bandar Lampung.

3.2 ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
sebagai berikut :
 Pena
 Buku tulis
 Kamera

3.3 PROSEDUR KERJA


Adapun prosedur kerja praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mendengarkan arahan dari dosen/teknisi
2. Mahasiswa mempersiapkan alat dan bahan
3. Mahasiswa malakukan observasi dan analisa terhadap sistem
tanggap darurat yang ada pada setiap gedung yag menjadi objek
praktikum
4. Mahasiswa melakukan dokumentasi apa yang ditemukan di
lapangan
5. Mahasiswa melakukan kerja kelompok untuk mendiskusikan
temuan-temuan di lapangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

a. Sistem taggap darurat pada gedung laboratorium Analisis

Petunjuk darurat keluar dari laboratorium Analisis

Tangga darurat 1 Lab Analisis

Tangga darurat 2 Lab Analisis


APAR pada lab Analisis

b. sistem tanggap darurat pada gedung Ki Hajar Dewantara

Petunjuk Darurat Keluar Gedung


KHD
Tangga Darurat Gedung KHD

4.2 Pembahasan

Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana. Tahapan keadaan darurat bencana meliputi Siaga
Darurat, Tanggap Darurat dan Transisi ke Pemulihan.
Pada situasi darurat sering terjadi kesimpangsiuran informasi yang
akan mempersulit upaya penanggulangan bencana (PB). Pelaksanaan PB
terkesan lambat, kurang merata dan sulit terpantau. Kurangnya koordinasi
antar instansi terkait dalam kegiatan PB sehingga terjadi tumpang tindih
atau bahkan ada daerah-daerah yang tidak tertangani.serta Sarana dan
infrastruktur lumpuh.
Pada praktikum ini dilakukan identifikasi beberapa sistem tanggap
darurat pada Gedung Laboratorium Analisis dan Gedung Ki Hajar
Dewantara Politeknik Negeri Lampung.
a. Sistem tanggap darurat pada Lab Analisis

Gambar
disamping adalah
penunjuk arah
keluar yang ada
pada Lab Analisis.
Penunjuk ini wajib
ada pada setiap
gedung sebagai
petunjuk untuk pengguna agar jika terjadi keadaan darurat dapat langsung
menuju keluar, dan yang tak kalah penting petunjuk ini harus berada di
daerah yang mudah dilihat.

Diatas adalah tangga darurat 1&2 di Lab Analisis yang juga


merupakan jalan masuk utama gedung, oleh karena itu gedung ini tidak
mempunyai jalur evakuasi khusus jika terjadi bencana, namun
keberadaan kedua tangga ini udah cukup segai jalur evakuasi jika terjadi
kejadian yang tidak diinginkan. Tetapi jika dibuat jalur khusus evakuasi
tentu akan sangat membantu saat terjadi bencana.
APAR adalah alat pencegah kebakaran
dalam sekala kecil pada sebuah gedung. Pada
gedung yang telah di identifikasi keberadaan
APAR jumlahnya sangat minim membuat
pencegahan kebakaran sulit untuk diatasi, oleh
karenanya perlu penanmbaha unit APAR pada
setiap gedung guna pencegahan terhadap
bencana kebakaran dalam sekala kecil agar
tidak cepat meluas.

b. sistem tanggap darurat pada gedung Ki Hajar Dewantara

Gambar diatas adalah petunjuk evakuasi pada gedung KHD


Politeknik Negeri Lampung yang berguna member petunjuk bagi
pengguna bila terjadi bencana yang disebabkan alam maupun kesalahan
teknis. Pada gedung ini petunjuk evakuasi terdapat pada daerah yang
mudah erlihan dan dalam kondisi terawatt.
ini adalah tangga darurat
pada gedung Ki Hajar Dewantara
Politeknik Negeri Lampung.
Tangga tersebut sebenarnya
tidak cocok disebut sebagai
tangga darurat karena tangga ini
juga termasuk jalur masuk utama
bahkan satu-satunya pada
gedung ini, olehnya akan sangat
menyulitlan proses evakuasi
pengguna gedung bila terjadi
sebuah bencana atau keadaan
lain. Sebagai penanggulangan
perlu pembuatan jalur evakuasi tersendiri agar tidak terjadi korbaan jiwa
saat terjadi keadaan yang tidak diinginkan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut ;
a. Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Tahapan
keadaan darurat bencana meliputi Siaga Darurat, Tanggap Darurat
dan Transisi ke Pemulihan.
b. Maksud dan tujuan sistem tanggap darurat meliputi aspek
kemanusiaan, aspek pencegahan kerugian, dan aspek komersial.
c. Kondisi darurat dan penanganan pada suatu tempat dibagi menjadi
3 yaitu : kondisi darurat tingkat I, kondisi darurat tingkat II dan
kondisi darurat tingkat II.
d. Pelaksanaan tanggap darurat yang dilakukan oleh perusahaan atau
tenaga kerja meliputi beberapa tahap penting. Setiap tahapan yang
dilakukan harus dikomunikasikan secara penuh antara elemen
yang bersangkutan sehingga dapat diperoleh pencapaian kondisi
yang terkendali dan aman. Agar kondisi darurat yang terjadi dapat
diminimalkan. Adapun tahapan dalam proses tanggap darurat
adalah perlindungan, komunikasi, pengawasan, pelaporan,
evaluasi dan koreksi
e. Gedung Lab Analisis dan gedung KHD memiliki sistem tanggap
darurat yang cenderung minim seperti jalur evakuasi yang juga
digunakan sebagai jalur utama dan jumlaah APAR yang sangat
sedikit.
5.2 Saran
a. Kelengkapan sarana dan prasarana dalam penanggulangan
keadaan darurat perlu dilengkapi. Misalnya dalam kebakaran,selain
APAR yang perlu dilengkapi, alat-alat seperti alarm kebakaran,
hydrant, sprinkler juga perlu dilengkapi
b. Persiapan evakuasi harus segera dilengkapi, seperti peta jalur
evakuasi dan titik kumpul (Assembly Point).
c. Perlunya pendidikan dan pelatihan terhadap upaya
penanggulangan keadaan darurat
DAFTAR PUSTAKA

Widhy K,Nograhany. 2007. RI Akan Jadi Contoh Penerapan Tanggap

Darurat

http://www.detiknews.com/read/2007/04/25/110510/772336/10/ri-akan-

jadi-contoh-penerapan-tanggap-darurat-penerbangan (7

Astra Green Company. 2002. Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan &

Kesehatan Kerja. Jakarta

Bappenas.2011.Kebijakan Penanggulangan Banjir di Indonesia


[Terhubung berkala]. www.bappenas.go.id/get-file-server/node/2498/
(7 Desember 2011)

Barry S. Levy dan David Wegman .1988. Occupational Health


Recognizing and Preventing Work-Related Disease. 2th ed.
Massachusetts. Doubleday & Company, Inc.

Hepiman,Fison,dkk. 2009.RANCANGAN DAN TANGGAP DARURAT


TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT Dr. ERNALDI
BAHAR PALEMBANG.Palembang.

James, CoVan. 1994.Safety Engineering. New York : John Wiley & Sons,
Inc.

Kelly,Robert B. 1998. Industrial Emergency Preparednes. New York: Van


Nostrand Nost Reinhold

Permenaker No.PER 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).2007. Himpunan
Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: Depnkaertrans RI
Lampiran

Nama : BAYU DAMAR SETO


NPM : 16732009
Program Studi : Mekanisasi Pertanian
Mata Kuliah : K3

DESKRIPSI ALUR PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT /


BENCANA
(EMERGENCY / DISASTER PLAN)

 Saat terjadi kebakaran orang yang pertama melihat kejadian


tersebut membunyikan alarm sebagai tanda bahwa adanya bahaya
kemudian melapor ke SATPEKA (Satuan Pemadam Kebakaran)
 SATPEKA kemudian datang ke lokasi kejadian dan mencoba
memadamkan api serta member informasi telah terjadi kebakaran
ke PUSAT PENGENDALIAN
 Pihak PUSAT PENGENDALIAN mengirimkan bantuan ke lokasi
bencana, memanggil atau memberi informasi ke
o DINAS PEMADAM KEBAKARAN yang bertanggung jawab
memadamkan api saat terjadi bencana kebakaran
o AMBULANCE sebagi pihak RESCUE yang membantu dalam
P3K korban yang mungkin ditimbulkan.
o POLISI sebagai pihak keamanan,
o PEMDA sebagai pihak yang mengurus daerah tersebut, dan
o KANTOR PUSAT MEDIA yang mengurus tentang media
massa agar informasi tersebar ke semua orang.
 Disaat yang sama bagian SECURITY (Keamanan Pabrik) dari
tempat tersebut membantu memadamkan api dan mengamankan
keadaan sekitar
 Sementara itu KORBAN yang mengalami luka ringan di evakuasi
oleh tim RESCUE untuk dibawa ke KLINIK terdekat dan KORBAN
yang mengalami luka berat dilarikan menuju RUMAH SAKIT
menggunakan AMBULANCE
 Di waktu yang sama PENYELIA LAIN dalam hal ini KARYAWAN
LAIN, TAMU dan PENGELOLA yang tidak terluka diarahkan
menuju LOKASI KUMPUL dan kemudian PULANG

Dari alur penanggulangan keadaan darurat diatas didapat


langkah/cara penanggulangan yang tanggap serta cara yang benar
dengan melibatkan pihak-pihak yang terkait dan bertanggung jawab
dalam kondisi bencana yang terjadi sehingga kerugian dapat di
minimalisasi serta penyelamatan terhadap korban dapat dilakukan
secara cepat dan efektif.

You might also like