Professional Documents
Culture Documents
FX Resiko Stroke PDF
FX Resiko Stroke PDF
FX Resiko Stroke PDF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke
atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price & Wilson,
2006). Stroke juga didefinisikan sebagai kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak, disebabkan karena terjadi gangguan peredaran darah otak dan bisa
terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Lebih lanjut Irfan (2010)
saraf pusat dan merupakan penyebab utama gangguan aktivitas fungsional pada
orang dewasa.
Stroke biasanya diakibatkan oleh salah satu dari empat kejadian : (1) trombosis
(bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher), (2) embolisme serebral
(bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh lain), (3)
iskemia (penurunan aliran darah ke area otak), (4) hemoragi serebral (pecahnya
pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke jaringan otak atau ruang sekitar
sensasi.
10
11
setiap orang dapat menderita stroke tanpa mengenal usia, ras dan jenis kelamin.
mengetahui faktor resikonya. Terdapat 2 tipe dari faktor resiko stroke yakni faktor
yang tidak dapat dikendalikan, yaitu: (a) usia, (b) jenis kelamin, (c) ras, (d)
riwayat keluarga, (e) kejadian stroke sebelumnya atau TIA (transient ischemic
Sementara itu faktor yang dapat dikendalikan secara umum dapat dibagi menjadi
2 kategori yakni gaya hidup dan segi medis. Gaya hidup, meliputi: (a) merokok,
(b) konsumsi alkohol, (c) obesitas, (d) kurang berolahraga. Sementara dari segi
medis, meliputi: (a) tekanan darah tinggi atau hipertensi, (b) fifrilasi atrium, (c)
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah otak dan merusaknya. Hampir 70% kasus stroke hemoragik diderita oleh
penderita hipertensi.
(perdarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid atau ruang sempit antara
kolesterol pada dinding pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat
Stroke iskemik ini dibagi 3 jenis yaitu: (1) stroke trombotik (proses terbentuknya
arteri oleh bekuan darah), (3) hipoperfusion sistemik (aliran darah ke seluruh
Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda dan bervariasi,
tergantung pada daerah otak mana yang terganggu. Beberapa tanda dan gejala
g. Kepala pusing atau sakit kepala secara mendadak tanpa diketahui sebabnya
h. Gangguan penglihatan
13
Menurut Pudiastuti (2011) pada pasien stroke yang berbaring lama dapat terjadi
pembengkakan (edema) selain itu juga dapat menyebabkan embolisme paru yaitu
sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.
b. Dekubitus
Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki
dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka akan terjadi ulkus
c. Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
pneumoni.
Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan reaksi emosional
dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi perubahan dan kehilangan fungsi
tubuh.
14
intravena.
2.2 Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan patologis yang ditandai oleh perasaan ketakutan
disertai tanda somatik pertanda sistem saraf otonom yang hiperaktif (Kaplan dan
jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya
Penyebab kecemasan berasal dari dalam dan sumbernya sebagian besar tidak
atau bahaya yang sumbernya biasanya dari luar yang dihadapi secara sadar.
pencapaian tujuan, dan kepuasan atau kesenangan yang wajar (Maramis, 2005)
15
2.2.2 Etiologi
a. Teori Psikologis
1) Teori Psikoanalitik
Freud menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego yang
menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam
dapat menahan dorongan di bawah sadar. Namun jika represi tidak berhasil
gambaran gangguan neurotik yang klasik (seperti histeria, fobia, neurosis obsesif-
kompulsif).
2) Teori Perilaku
spesifik. Pola berfikir yang salah, terdistorsi, atau tidak produktif dapat
Penderita gangguan cemas cenderung menilai lebih terhadap derajat bahaya dalam
situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya untuk mengatasi ancaman.
3) Teori eksistensial
Teori ini memberikan model gangguan kecemasan umum dimana tidak terdapat
b. Teori Biologis
Peristiwa biologis dapat mendahului konflik psikologis namun dapat juga sebagai
serebri, kemudian ke sistem limbik dan RAS (Reticular Activating System), lalu
Widosari (2010).
b) Neurotransmiter
keluar ke korteks serebral, sistem limbik, batang otak dan medula spinalis.
salah satu obat dari beberapa jenis gangguan kecemasan. Benzodiazepine yang
diduga memiliki fungsi reseptor GABA yang abnormal (Kaplan dan Saddock,
2005).
integritas fisik, disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan
trauma fisik dan pembedahan, adanya ancaman terhadap sistem diri dapat
membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada
18
individu (Stuart, 2006). Faktor internal meliputi usia, jenis kelamin, keadaan fisik,
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping sebagai upaya untuk melawan timbulnya kecemasan. Pada orang yang
a. Respon Fisiologis
3) Gastrointestinal : nafsu makan menurun, tidak nyaman pada perut, mual dan
diare.
b. Respon Perilaku
Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik, reaksi
terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang koordinasi, menarik diri dari
c. Respon kognitif
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah dalam
persepsi dan kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada gambaran
d. Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,
tegang, ketakutan, waspada gugup, mati rasa, rasa bersalah dan malu.
a. Cemas Ringan
b. Cemas Sedang
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Cemas Berat
Kecemasan dalam tingkat ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang dan
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik serta tidak dapat
berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
d. Panik
Hal ini terjadi karena individu tersebut kehilangan kendali, terjadi peningkatan
lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Individu
kecemasan ini jika berlangsung secara terus menerus dan dalam jangka waktu
yang lama, dapat menyebabkan kelelahan yang sangat dan bahkan kematian.
b. Non farmakologi :
pasien dengan cara memberi informasi yang lengkap mulai pertama kali pasien
masuk dengan menetapkan kontrak untuk hubungan profesional, mulai dari fase
semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
memohan kepada Tuhan untuk mengisinya dengan segala hal yang kita butuhkan.
Dalam doa umat mencari kekuatan yang dapat melipatgandakan energi yang
hanya terbatas dalam diri sendiri. Dan melalui doa tercipta hubungan yang dalam
masalah tentang disfungsional emosi, perilaku dan kognisi melalui prosedur yang
(2007). Smeltzer & Bare (2002) dalam Ghofur A (2007) menyatakan bahwa
tujuan teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli,
Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur kecemasan yang
disebut dengan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS pertama
kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan
penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan
realibilitas yang cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan yaitu 0,93
menggunakan skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) akan diperoleh hasil
yang valid dan reliabel. Skala HARS merupakan skala pengukuran kecemasan
yang didasarkan pada munculnya gejala / symptom pada individu yang mengalami
kecemasan, setiap item yang diobservasi diberi skor 5 tingkatan, skor antara 0
(tidak ada gejala sama sekali) sampai dengan 4 (gejala sangat berat) (Nursalam,
dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang.
Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HARS adalah sebagai berikut :
a. Perasaan cemas, meliputi cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan
mudah tersinggung.
b. Ketegangan, meliputi merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat dengan tenang,
sendiri, takut pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan
banyak orang.
d. Gangguan tidur, sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
g. Gejala somatik atau fisik (otot), meliputi nyeri pada otot kaki, kedutan otot,
berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi terasa kuat dan keras, lemas seperti
j. Gejala respiratori, meliputi rasa tertekan /sempit di dada, rasa tercekik, sering
l. Gejala urogenital, meliputi sering buang air kecil, tidak dapat menahan
kencing, tidak datang bulan /haid, darah haid berlebihan/terlalu sedikit, masa haid
impotensi.
n. Tingkah laku/sikap pada saat wawancara, meliputi gelisah, tidak tenang, jari
gemetar, kening berkerut, muka tegang, otot tegang/mengeras, nafas pendek dan
mempunyai tempo yang teratur sebagai salah satu cara untuk mengatasi stres dan
menimbulkan kondisi rileks pada seseorang (Mucci, 2004). Lebih lanjut Djohan
(2006) mendefinisikan terapi musik adalah penggunaan musik dan atau elemen
Musik adalah bunyi dalam suatu rangkaian yang teratur, memiliki kekuatan dan
penyembuhan diri sendiri serta membuat janin belajar dan mengingat (Peretz,
Menurut Mucci (2004), pemilihan jenis musik sangat penting untuk memberikan
efek terapi. Musik yang dipilih hendaknya yang sederhana, menenangkan dan
mempunyai tempo yang teratur. Jenis musik yang tidak disarankan adalah musik
26
pop, disko, rock and roll dan musik yang berirama keras. Adapun jenis musik
biola, piano dan cello sebagai musiknya. Musik klasik memiliki dampak
tampilan musik, taraf usia perkembangan dan latar belakang budaya (Fausi, 2006).
salah satu cara untuk mengatasi stres, cemas dan menimbulkan kondisi rileks pada
yang stabil, 2) stabilitas atau perubahan secara bertahap pada ,volume, irama,
timbre, pitch dan harmoni, 3) testur yang konsisten, 4) garis melodi yang
timbre yang mantap. Musik relaksasi yang terbaik adalah musik instrumental,
Salah satu jenis musik instrumental yang bisa digunakan untuk terapi adalah
musik rindik. Rindik adalah salah satu alat musik tradisional yang berasal dari
Bali, terbuat dari bahan dasar bambu yang dibentuk dengan panjang dan ukuran
Rindik disusun oleh dua jenis tipe nada yaitu “lanang” (rhytm dari suatu lagu),
27
dan “wadon” (melodi dari suatu lagu). Nada yang dihasilkan rindik disusun
berdasarkan sistem nada selendro yaitu sistem nada yang dikenal di daerah Bali
dengan sebutan “salih lima”, dimana hanya terdiri dari lima garis nada: nding,
ndong, ndeng, ndung, dan nding tinggi. Rindik biasa dimainkan oleh dua orang
pemain dimana satu orang sebagai “penyangsih” yang memainkan tempo yang
Sebenarnya ada banyak sekali manfaat dari terapi musik. Menurut Pusat Riset
Terapi Musik dan Gelombang Otak beberapa manfaat utama dari terapi musik
antara lain :
a. Memicu tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri secara alami. Setiap orang
kita dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh akan
nikmat dan senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan meningkatkan
kandungan dan bayi adalah adalah waktu yang paling tepat untuk menstimulasi
e. Meningkatkan motivasi, hal ini bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood
tertentu.
terjadi karena bagian otak yang memproses musik berdekatan dengan sistem
memori.
h. Kesehatan jiwa, karena musik membuat rasa tenang, sebagai pendidikan moral,
psikologis.
i. Mengurangi rasa sakit, ini terjadi karena musik bekerja pada sistem saraf
otonom yaitu bagian saraf yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah,
denyut jantung dan fungsi otak, serta mengontrol perasaan dan emosi.
memiliki pedoman waktu yang baku. Menurut Kate Mucci & Ricard Mucci
(2002) dalam Dewi M.S (2013) pemberian terapi musik dengan jenis musik yang
tepat meskipun dalam waktu agak lama tidak akan membahayakan bahkan terapi
29
musik yang diberikan dalam waktu yang singkat sudah dapat menghasilkan efek
terapeutik atau efek positif bagi klien. Sedangkan menurut Bellavia Ariestia Dofi
(2010) terapi musik bagi tiap klien idealnya dilakukan tidak kurang dari 30 menit
mampu menurunkan tekanan darah, frekuensi jantung, dan stres pada klien
(Asyrofi, 2012).
Saat terjadi cemas respon sistem saraf adalah dengan mengaktifkan sistem saraf
akibat stres dengan cara menutup stimulus pada saat terjadinya cemas (Djohan,
2006).
Saat mendengarkan musik gelombang suara diterima dan dikumpulkan oleh daun
Oleh membrana timpani bersama rantai osikule dengan aksi hidrolik dan
mengungkit, energi bunyi diperbesar hingga 20-30 kali (rata-rata 27 kali) untuk
menggerakkan medium cair perilimf dan endolimf. Setelah itu getaran diteruskan
hingga organ korti dalam kokhlea dimana getaran akan diubah dari sistem
elektris. Impuls elektris musik masuk melalui serabut saraf dari ganglion spiralis
korti menuju ke nukleus koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak pada bagian
atas medulla. Pada titik ini semua sinap serabut dan neuron tingkat dua diteruskan
terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus
tempat semua serabut bersinap, dan akhirnya berlanjut melalui radiasio auditorius
cincin korteks serebral yang disebut korteks limbik. Dari korteks limbik, jaras
Amigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah
tubuh seperti halnya banyak aspek perilaku emosional. Dari hipotalamus jaras
serat saraf otonom. Serat saraf tersebut mempunyai dua sistem saraf yaitu saraf
simpatis dan saraf parasimpatis. Kedua saraf ini mempengaruhi kontraksi dan
timbul ketenangan. Sebagai ejektor rasa relaks dan ketenangan yang timbul,
midbrain akan mengeluarkan gamma amino butyric acid (GABA), enkephalin dan
31
(Prasetyo,2005).