Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Entrepreneurship adalah sifat bisnis, termasuk kemampuan untuk
melihat peluang dan menentukan keputusan kritis. Dalam bukunya Be a
Smart and Good Entrepreneur Hendro & Chandra W.W. menjelaskan
entrepreneurship adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang
ada dalam diri anda untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih
optimal sehingga bisa meningkatkan taraf hidup anda di masa
mendatang.(1)
Seiring berkembangnya zaman, kebutuhan ekonomi manusia
semakin meningkat. Pada saat ini sektor kewirausahaan sedang gencar
dilakukan oleh banyak masyarakat dengan tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat, mengurangi pengangguran serta memeratakan
kesejahteraan. Rumah Sakit Bedah Medimas merupakan salah satu
bentuk dari usaha pada bidang kesehatan.
Para enterpreneur (wirausaha) mempunyai pemikiran yang
berbeda dari kebanyakan orang. Mereka tidak hanya memiliki keinginan
saja tapi mereka mempunyai motivasi, emosi, inisiatif untuk memulai
mewujudkan apa yang sudah di rencanakan, terus berinovasi dan
mempunyai sifat kepemimpinan serta karakteristik dari peran
kewirausahaan itu sendiri.
Maka dari itu penulis mencoba untuk melakukan observasi
lapangan. Kami bertemu langsung dengan salah satu pengusaha di bidang
kesehatan, yaitu Rumah Sakit Bedah Medimas dan melakukan
wawancara untuk mengetahui sejauh mana usaha dan upaya peningkatan
ekonomi dilihat dari beberapa aspek, serta bagaimana peran masyarakat
di lingkungan atau wilayah setempat.
2

1.2. Identifikasi Masalah


1. Bagaimana syarat pendirian Rumah Sakit Khusus?
2. Bagaimana profil Rumah Sakit khusus Medimas?
3. Bagaimana pendiri Rumah Sakit Khusus mendirikan Rumah Sakit
khusus Medimas?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui syarat pendirian Rumah Sakit Khusus;
2. Mengetahui profil Rumah Sakit Khusus Medimas;
3. Mengetahui bagaimana mendirikan Rumah Sakit Khusus Medimas.

1.4. Manfaat
1. Dapat menambah informasi mengenai syarat pendirian Rumah Sakit
Khusus;
2. Dapat menambah informasi mengenai profil Rumah Sakit khusus
Medimas terutama untuk masyarakat;
3. Dapat menambah informasi, motivasi dan ilmu pengetahuan mengenai
mendirikan Rumah Sakit Khusus bagi kita agar lebih baik lagi
mendirikan Rumah Sakit untuk kedepannya.

1.5. Ruang Lingkup


Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu
Kepemimpinan dan Kewirausahaan.

1.6. Rumah Sakit


Menurut World Health Organization, pengertian rumah sakit
adalah suatu bagian dari organisasi medis dan sosial yang mempunyai
fungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada
masyarakat, baik kuratif maupun preventif pelayanan keluarnya
menjangkau keluarga dan lingkungan rumah. Rumah sakit juga
merupakan pusat untuk latihan tenaga kesehatan dan penelitian biologi,
psikologi, sosial ekonomi dan budaya.
Rumah sakit menurut Menteri Kesehatan RI No.
983/Menkes/per/II/1992 yaitu "sarana upaya kesehatan dalam
3

menyelanggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat


dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian."(2)
Organisasi rumah sakit merupakan organisasi yang kompleks dan
unik. Kompleks karena terdapat permasalahan yang sangat rumit. Unik
karena di rumah sakit terdapat suatu proses yang menghasilkan jasa
perhotelan sekaligus jasa medis dan perawatan dalam bentuk pelayanan
kepada pasien yang rawat inap maupun berobat jalan. Rumah sakit
merupakan suatu organisasi padat karya dengan latar belakang pendidikan
berbeda-beda. Dalam rumah sakit terdapat berbagai macam fasilitas
pengobatan dan berbagai macam peralatan. Orang yang dihadapi di rumah
sakit adalah orang-orang beremosi labil dan emosional karena sedang
dalam keadaan sakit, termasuk keluarga pasien. Oleh karena itu,
pelayanan rumah sakit jauh lebih kompleks dari pada hotel.(3)
Rumah sakit merupakan industri pada modal dan padat karya
(padat sumber daya) serta padat teknologi. Sumber daya manusia
merupakan komponen utama proses pelayanan dalam rumah sakit. Jenis
produk atau jasa rumah sakit dapat berupa private goods (pelayanan
dokter, keperawatan farmasi, gizi), public goods (layanan parkir, front
office, cleaning service, house keeping, laundry) dan externality
(imunisasi).(3)
Dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit pada pasal 4 dan 5 dijelaskan bahwa Rumah
Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Dan untuk menjalankan tugas sebagaimana
dimaksud, Rumah Sakit mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan
ketiga sesuai kebutuhan medis;
4

3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya


manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan; dan
4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Setiap Institusi pasti memiliki kewajiban dan hak yang harus
dipenuhi, demikian pula kewajiban dan hak Rumah Sakit yang telah
diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit pada pasal 29 dan pasal 30. Adapun kewajiban dari
setiap Institusi Rumah Sakit adalah :
1) Setiap Rumah Sakit memiliki kewajiban :
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah
Sakit kepada masyarakat;
b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan
Rumah Sakit;
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien
sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak
mampu atau miskin;
f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan
memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak
mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang
muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan
kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;
5

g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu


pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam
melayani pasien;
h. Menyelenggarakan rekam medis;
i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak
antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana
untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;
j. Melaksanakan sistem rujukan;
k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan
standar profesi dan etika serta peraturan perundang-
undangan;
l. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai hak dan kewajiban pasien;
m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
n. Melaksanakan etika Rumah Sakit;
o. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
bencana;
p. Melaksanakan program pemerintah di bidang
kesehatan baik secara regional maupun nasional;
q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik
kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan
lainnya;
r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit
(hospital by laws);
Menurut PMK: 340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi
rumah sakit, penggolongan rumah sakit dibagi menjadi dua yaitu;(4)
a. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua bidang
dan jenis penyakit.
b. Rumah Sakit Khusus
6

Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang


atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya
Rumah sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang
menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Standar pelayanan minimal adalah ketentuan tentang jenis dan
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal, juga merupakan spesifikasi teknis
tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan
Layanan Umum (BLU) kepada masyarakat. Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit (SPM RS) dimaksudkan agar tersedianya panduan bagi
daerah dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan standar
pelayanan minimal rumah sakit.
Table 1.1 Standar pelayanan minimal Rumah Sakit menurut
Permenkes No. 129 tahun 2008.(5)
JENIS
No INDIKATOR STANDAR
PELAYANAN
1 2 3 4
1 Gawat Darurat Kemampuan menangani life saving 100%
anak dan dewasa
Jam buka pelayanan gawat darurat 24 jam
Pemberi pelayanan kegawatdaruratan 100 %
yang bersertifikat yang masih
berlaku ATLS/BTLS/ACLS/PPGD
Kesediaan tim penanggulangan Satu tim
bencana
Waktu tanggap pelayanan dokter di ≤ 5 menit terlayani setelah
gawat darurat pasien datang
Kepuasan pelanggan ≥ 70 %
Tidak adanya pasien yang 100 %
diharuskan membayar uang muka
Kematian pasien ≤ 24 jam ≤ dua per seribu
(pindah ke pelayanan
7

rawat inap setelah 8 jam)


Tidak adanya pasien yang 100 %
diharuskan membayar uang muka

2 Rawat Jalan Dokter pemberi Pelayanan di 100% Dokter Spesialis


Poliklinik Spesialis
Ketersediaan pelayanan a. Klinik Anak
b.Klinik Penyakit Dalam
c. Klinik Kebidanan
d.Klinik Bedah
Jam buka pelayanan 08.00 s/d 13.00
Setiap hari kerja kecuali
Jum’at : 08.00 - 11.00
Waktu tunggu di rawat jalan ≤ 60 menit
Kepuasan pelanggan ≥ 90 %
a. Penegakan diagnosis TB melalui a. ≥ 60%
pemeriksaan mikroskopis TB
b. Terlaksananya kegiatan pencatatan b. ≥ 60 %
dan pelaporan TB di Rumah Sakit

3 Rawat Inap Pemberi pelayanan di Rawat Inap a. Dokter spesialis


b.Perawat minimal
pendidikan D3
Dokter penanggung jawab pasien 100 %
rawat inap

Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap a. Anak


b.Penyakit Dalam
c. Kebidanan
d.Bedah
Jam Visite Dokter Spesialis 08.00 s/d 14.00 setiap hari
kerja
Kejadian infeksi pasca operasi ≤ 1,5 %
Kejadian infeksi nosokomial ≤ 1,5 %
Tidak adanya kejadian pasien jatuh 100 %
yang berakhir kecacatan / kematian
Kematian pasien > 48 jam ≤ 0,24 %
Kejadian pulang Paksa ≤5%
Kepuasan pelanggan ≥ 90 %
Rawat inap TB :
a. Penegakan Dianogsis TB melalui a.100%
pemeriksaan mikroskopis TB.
b.Terlaksananya kegiatan pencatatan b.100%
dan pelaporan TB di rumah sakit
Ketersediaan pelayanan rawat inap di NAPZA,Gangguan
8

rumah sakit yang memberikan psikotik, Gangguan


pelayanan jiwa Nerotik, dan Gangguan
Mental Organik
Tidak adanya kejadian kematian 100%
pasien gangguan jiwa karena bunuh
diri
Kejadian re-admission pasien 100%
gangguan jiwa dalam waktu ≤ 1
bulan
Lama hari perawatan pasien ≤ 6 minggu
gangguan jiwa

4 Bedah Sentral Waktu tunggu operasi elektif ≤ 2 hari


(Bedah saja ) Kejadian Kematian di meja operasi ≤1%
Tidak adanya kejadian operasi salah 100 %
sisi
Tidak adanya kejadian operasi salah 100 %
orang
Tidak adanya kejadian salah 100 %
tindakan pada operasi
Tidak adanya kejadian tertinggalnya 100 %
benda asing / lain pada tubuh pasien
setelah operasi.
Komplikasi anastesi karena ≤6%
overdosis, reaksi anastesi, dan salah
penempatan endotracheal tube.

5 Persalinan dan Kejadian kematian ibu karena a. Perdarahan ≤ 1 %


Perinatalogi persalinan b.Pre –Eklamsia ≤ 30%
(kecuali rumah c. Sepsis ≤ 0,2 %
sakit khusus Pemberi pelayanan persalinan a. Dokter Sp.OG
diluar rumah normal b.Dokter Umum terlatih
sakit ibu dan (Asuhan Persalinan
Anak) Normal )
c. Bidan
Pemberi pelayanan dengan Tim PONEK yang
persalinan penyulit terlatih.
Pemberi pelayanan persalinan a. Dokter Sp.OG
dengan tindakan operasi b.Dokter Sp.A
c. Dokter Sp.An
Kemampuan menangani BBLR 1500 100%
gr - 2500 gr
Pertolongan Persalinan melalui ≤ 20 %
seksio cesaria
Keluarga Berencana :
 Persentase KB (Vasektomi & a.100%
tubektomi) yang dilakukan oleh
9

tenaga kompeten dr. Sp.OG,


dr.Sp.B, dr.Sp.U, dokter umum
terlatih.
 Persentase peserta KB mantap b.100%
yang mendapatkan konseling KB
mantap oleh bidan terlatih.

Kepuasan Pelanggan ≥ 80 %

6 Intensif Rata-rata Pasien yang kembali ke ≤ 3%


perawatan intensif dengan kasus
yang sama < 72 jam
Pemberi pelayanan Unit intensif a. Dokter Sp.Anestesi
dan dokter spesialis
sesuai dengan kasus
yang di tangani
b. 100 % perawat
minimal D3 dengan
sertifikat Perawat mahir
ICU/setara (D4)

7 Radiologi Waktu tunggu hasil pelayanan thorax ≤ 3 jam


foto.

Pelaksana ekspertisi Dokter Spesialis


Radiologi
Kejadian kegagalan pelayanan Kerusakan foto ≤ 2%
Rontgen
Kepuasan pelanggan. ≥ 80 %

8 Laboratorium Waktu tunggu hasil pelayanan ≤ 140 menit


Patologi Klinik laboratorium. Kimia darah & darah
rutin.
Pelaksana ekspertisi Dokter Spesialis Patologi
Klinik
Tidak adanya kesalahan pemberian 100 %
hasil pemeriksaan laboratorium.

Kepuasan pelanggan. ≥ 80 %

9 Rehabilitasi Kejadian Drop Out pasien terhadap ≤ 50 %


Medik pelayanan rehabilitasi medik yang
direncanakan
Tidak adanya kejadian kesalahan 100 %
tindakan rehabilitasi medik
Kepuasan pelanggan. ≥ 80 %
10

10 Farmasi Waktu tunggu pelayanan


a. Obat jadi a. ≤ 30 menit
b. Obat Racikan b. ≤ 60 menit
Tidak adanya Kejadian kesalahan 100%
pemberian obat.
Kepuasan pelanggan. ≥ 80 %
Penulisan resep sesuai formularium 100 %

11 Gizi Ketepatan waktu pemberian ≥ 90 %


makanan kepada pasien
Sisa makanan yang tidak termakan ≤ 20%
oleh pasien.
Tidak adanya kejadian kesalahan 100 %
pemberian diet

12 Tranfusi Darah Kebutuhan darah bagi setiap 100 % terpenuhi


pelayanan tranfusi
Kejadian reaksi tranfusi ≤ 0,01 %

13 Pelayanan Pelayanan terhadap pasien GAKIN 100 % terpenuhi


GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit
pelayanan

14 Rekam Medik Kelengkapan pengisian rekam medik 100%


24 jam setelah selesai pelayanan
Kelengkapan Informed Concent 100%
setelah mendapatkan informasi yang
jelas.
Waktu penyediaan dokomen rekam ≤ 10 menit
medik pelayanan rawat jalan
Waktu penyediaan dokumen rekam ≤ 15 menit
medik rawat Inap

15 Pengelolaan Buku mutu limbah cair a. BOD < 30 mg/1


Limbah b. COD < 80 mg/1
c. TSS < mg/1
d. PH 6-9
Pengelolaan limbah padat infeksius 100 %
sesuai dengan aturan.

16 Administrasi dan Tindak lanjut penyelesaian hasil 100 %


manajemen pertemuan direksi
Kelengkapan laporan akuntabilitas 100 %
kinerja
Ketepatan waktu pengusulan 100 %
kenaikan pangkat
11

Ketepatan waktu pengurusan gaji 100 %


berkala
Karyawan yang mendapat pelatihan ≥ 60 %
minimal 20 jam setahun.
Cost recovery ≥ 40 %
Ketepatan waktu penyusunan 100 %
laporan keuangan
Kecepatan waktu pemberian ≤ 2 jam
informasi tentang tagihan pasien
rawat inap
Ketepatan waktu pemberian imbalan 100 %
(insentif) sesuai kesepakatan waktu

17 Ambulance/ Waktu pelayanan ambulance / kereta 24 jam


Kereta Jenazah jenazah
Kecepatan memberikan pelayanan ≤ 30 menit
ambulance/kereta jenazah di rumah
sakit
Response time pelayanan ambulance Sesuai ketentuan daerah
oleh masyarakat yang membutuhkan

18 Pemulasaraan Waktu tanggap (response time) ≤ 2 jam


Jenazah pelayanan pemulasaraan jenazah

19 Pelayanan Kecepatan waktu menanggapi ≤ 80 %


pemeliharaan kerusakan alat
sarana rumah Ketepatan waktu pemeliharaan alat 100 %
sakit Peralatan laboratorium dan alat ukur 100 %
yang di gunakan yang digunakan
dalam pelayanan terkalibrasi tepat
waktu sesuai dengan ketentuan
kalibrasi

20 Pelayanan Tidak adanya kejadian linen yang 100 %


Laundry hilang
Ketepatan waktu penyediaan linen 100 %
untuk ruang rawat inap

21 Pencegahan dan Adanya anggota tim PPI yang ≥ 75 %


Pengendalian terlatih
Infeksi ( PPI ) Tersedia APD disetiap instalasi / ≥ 60 %
departement
Kegiatan pencatatan dan pelaporan ≥ 75 %
infeksi nosokomial / HAI (health
12

care associated infections) di rumah


sakit (minimum 1 parameter)

1.7. Rumah Sakit Khusus


Rumah Sakit Khusus (RSK) yang juga ditetapkan berdasarkan
pelayanan, Sumber Daya Manusia (SDM), peralatan, sarana dan
prasarana serta administrasi dan manajemen Rumah Sakit sama
seperti Rumah Sakit Umum (RSU), hanya saja fasilitasnya lebih
dikhususkan sesuai bidangnya.
Rumah sakit khusus sesuai dengan namanya, rumah sakit ini
dikhususkan untuk pasien-pasien dengan penyakit-penyakit tertentu,
seperti penyakit jantung, ortopedik, onkologi, dan lain-lain. Rumah sakit
khusus ini contohnya, antara lain rumah sakit bedah, pusat rehabilitasi
trauma, rumah sakit khusus anak-anak, rumah sakit khusus orang lanjut
usia, rumah sakit jiwa, dan lain-lainnya.(4)
Rumah sakit khusus ini ditujukan untuk membantu
mengoptimalkan serta mengurangi biaya produksi dari rumah sakit
umum. Selain itu, para pasien yang dirawat di rumah sakit khusus ini
akan lebih terjamin kesembuhannya karena para perawat serta dokter
yang bekerja di tempat tersebut memiliki fokus yang lebih besar kepada
para pasiennya.(4)

1.8. Rumah Sakit Khusus Bedah


1.8.1. Fasilitas
Fasilitas di RS khusus bedah dipergunakan untuk pasien
pasien yang membutuhkan tindakan operasi, terutama untuk
tindakan operasi besar. Proses operasi meskipun sebuah operasi
yang komplek akan terbagi menjadi 3 periode yaitu prior surgery,
during surgery dan after surgery.(6)
Kegiatan pada periode prior surgery dapat dilakukan di
ruang perawatan atau di ruang persiapan operasi untuk kasus kasus
One Day Care Surgery. Kegiatan pada periode during surgery
13

tentu saja berada di Kamar Operasi. Sedangkan kegiatan pada


periode after surgery, pasien yangtelah selesai dilakukan tindakan
operasi akan dipindahkan ke ruang pemulihan tahap 1 selama 1
atau 2 jam. Setelah pasien siuman dapat dipindahkan ke ruang
perawatan yang tentunya tergantung dari kondisi pasien itu sendiri,
jika pasien dalam keadaan baik maka akan dipindahkan ke bangsal
perawatan biasa, apabila pasien perlu mendapatkan perawatan
intensive maka akan di relokasi ke ICU. Sedangkan pasien yang
dilakukan tindakan operasi dengan system one day care maka akan
dipindahkan ke ruang pemulihan tahap 2 sebelum pasien ini pulang
ke rumah.(6)
Pelayanan, tenaga, sarana prasarana dan peralatan untuk
pelayanan kamar operasi yang berada di zona privasi terkait
dengan pelayanan anestesiologi dan reanimasi serta perawatan
intensif sesuai klasifikasi rumah sakit. Selain berdekatan dengan
ICU serta pelayanan anestesiologi pada tipe rumah sakit D dan C
dimana UGD belum memiliki kamar operasi cito sendiri maka
letak kamar operasi ini harus berdekatan dengan UGD. Rumah
sakit menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk
melakukan operasi baik untuk pasien maupun tenaga medis yang
beraktifitas di dalamnya.
Kenyamanan dan keamanan ini dapat di capai dari dua
hal kenyamanan fisik dan kenyamanan non fisik, yang
dimaksud dengan kenyamanan fisik dapat dicapai dengan
memenuhi persyaratan sebuah kamar operasi dan membuat
desain bangunannya memberikan kenyamanan visual, termal
dan audio. Sedangkan kenyamanan non fisik dapat dicapai
dengan memberikan ruangan sesuai dengan kebutuhan
kenyamanan hidup manusia dan mendesain ruangan agar
bersuasana yang tidak membuat bosan. Contohnya dengan
memberikan ruang tunggu bagi dokter dokter sebelum atau
sesudah melakukan operasi, dimana ruangan tersebut di
14

lengkapi dengan fasilitas sofa yang ergonomis, view natural


atau artifisial, internet connection, bed dan pantry semi streril
misalnya.(7)
Persyaratan fisik kamar operasi meliputi:(6)
1. Bangunan kamar operasi harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Mudah dicapai oleh pasien
b. Penerimaan pasien dilakukan dekat dengan perbatasan
daerah steril dan non-steril
c. Kereta dorong pasien harus mudah bergerak
d. Lalu lintas kamar operasi harus teratur dan tidak simpang
siur
e. Terdapat batas yang tegas yang memisahkan antara daerah
steril dan non-steril, untuk pengaturan penggunaan baju
khusus
f. Letaknya dekat dengan UGD
2. Rancang bangun kamar operasi harus mencakup:
a. Kamar yang tenang untuk tempat pasien menunggu
tindakan anestesi yang dilengkapi dengan fasilitas
induksi anestesi
b. Kamar operasi yang langsung berhubungan dengan kamar
induksi
c. Kamar pulih (recovery room)
d. Ruang yang cukup untuk menyimpan peralatan, llinen,
obat farmasi termasuk bahan narkotik
e. Ruang/ tempat pengumpulan/ pembuangan peralatan dan
linen bekas pakai operasi
f. Ruang ganti pakaian pria dan wanita terpisah
g. Ruang istirahat untuk staf yang jaga
h. Ruang operasi hendaknya tidak bising dan steril. Kamar
ganti hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga
terhindar dari area kotor setelah ganti dengan pakaian
15

operasi. Ruang perawat hendaknya terletak pada lokasi


yang dapat mengamati pergerakan pasien.
i. Dalam ruang operasi diperlukan 2 ruang tindakan, yaitu
tindakan elektif dan tindakan cito
j. Alur terdiri dari pintu masuk dan keluar untuk staf medik
dan paramedik; pintu masuk pasien operasi; dan alur
perawatan
k. Harus disediakan spoelhock untuk membuang barang-
barang bekas operasi
l. Disarankan terdapat pembatasan yang jelas antara:
1) Daerah bebas, area lalu lintas dari luar termasuk
pasien
2) Daerah semi steril, daerah transisi yang menuju
koridor kamar operasi dan ruangan semi steril
3) Daerah steril, daerah prosedur steril diperlukan bagi
personil yang harus sudah berpakaian khusus dan
masker
4) Setiap 2 kamar operasi harus dilayani oleh 2 kamar
scrub up
5) Harus disediakan pintu keluar tersendiri untuk jenazah
dan bahan kotor yang tidak terlihat oleh pasien dan
pengunjung
m. Syarat kamar operasi:
1) Pintu kamar operasi harus selalu tertutup.
2) Lebar pintu minimal 1,2 m dan tinggi minimal 2,1 m,
terdiri dari dua daun pintu
3) Pintu keluar masuk harus tidak terlalu mudah dibuka
dan ditutup
4) Sepertiga bagian pintu harus dari kaca tembus pandang
5) Paling sedikit salah satu sisi dari ruang operasi ada
kaca
16

6) Ukuran kamar operasi minimal 6x6 m2 dengan tinggi


minimal 3 m
7) Dinding, lantai dan langit-langit dari bahan yang tidak
berpori
8) Pertemuan lantai, dinding dan langit-langit dengan
lengkung
9) Plafon harus rapat, kuat dan tidak bercelah atau
dinding berwarna terang
10) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah
dibersihkan dan berwarna terang, ditutup dengan vinyl
atau keramik.
11) Tersedia lampu operasi dengan pemasangan seimbang,
baik jumlah lampu operasi dan ketinggian pemasangan
12) Pencahayaan 300-500 lux, meja operasi 10.000-20.000
lux Ventilasi kamar terkontrol dan menjamin distribusi
udara melalui filter.
13) Ventilasi menggunakan AC sentral atau semi sentral
dengan 98% steril dan dilengkapi saringan. Ventilasi
harus dengan sistem tekanan positif (total pressure).
14) Suhu kamar idealnya 20-26º C dan harus stabil
15) Kelembaban ruangan 50-60%
16) Arah udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi
dari atas ke bawah
17) Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan
udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara
18) Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke
dalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati,
hubungan ke ruang steril dari bagian alat steril cukup
dengan sebuah loket yang dapat dibuka atau ditutup
19) Pemasangan gas medik secara sentral diusahakan
melalui atas langit-langit
17

20) Di bawah meja operasi perlu adanya kabel anti petir


yang dipasang di bawah lantai
21) Ada sistem pembuangan gas anestesi yang aman
Rumah sakit bedah memberikan pelayanan anestesiologi dan
reanimasi dengan memberikan anestesia dan analgesia bagi pasien
pembedahan dan tindakan medik lain yang menimbulkan rasa
takut, rasa cemas dan rasa nyeri, melakukan resusitasi jantung, paru
dan otak, melakukan tindakan penunjang hidup pasien gawat
karena trauma atau penyakit medik lain, melakukan
penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan, asam basa, gas
darah dan metabolisme, serta melakukan penatalaksanaan nyeri
kronis.
Rumah sakit menyediakan lingkungan yang nyaman untuk
melakukan anestesi, yaitu minimum 20º C dan maksimal 26º C.
Fasilitas untuk induksi anestesi dirancang dan dilengkapi untuk
dapat memberikan pelayanan yang aman.
18

BAB II
PROFIL RUMAH SAKIT

Rumah Sakit Bedah Medimas terletak di Jalan Evakuasi No. 116 Cirebon,
Jawa Barat. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit swasta tipe C. Tahun 2003
merupakan awal pembanguan rumah sakit ini yang didirikan oleh dr. Kamajaya,
SpB, Finance dan kemudian mendapat izin pada tahun 2006.
Fasilitas yang disediakan yaitu,
1) Ruang operasi
2) 40 tempat tidur rawat inap dan 8 dari 40 tempat tidur di rumah sakit ini
berkelas VIP keatas dan 15 kamar di kelas III.
3) Apotek
4) Laboratorium
5) Radiologi
RSK Bedah Medimas beroperasi 24 jam dalam melayani pasien yang
membutuhkan layanan kesehatan di Instalasi Gawat DaruraT. Rumah sakit ini
mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas, rumah sakit ini juga
menampung pelayanan rujukan dari Puskesmas.
RSK Bedah Medimas memiliki 110 orang karyawan yang terdiri dari 5 dokter
diantaranya spesialis bedah, spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis saraf,
dan spesialis ilmu penyakit dalam. RSK Bedah Medimas juga memiliki 3 orang
pegawai khusus kefarmasian, perawat dan 30 pegawai non kesehatan.
19

BAB III
HASIL WAWANCARA

3.1 Identitas Diri


1. Nama Lengkap : dr. Kamajaya, Sp.B, Finace
2. Tempat lahir : Jakarta
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Status Perkawinan : Menikah
6. Riwayat Pendidikan : S1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
S2 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(Spesialis Bedah)
7. Riwayat Pekerjaan : PKM Pandeglang Banten
Dokter Bedah RS Banjarmasin
Dokter Bedah RS Gunung Jati

3.2 Hasil wawancara dengan Pengusaha


a. Entrepreneur sebelum memulai usaha
Dokter Kamajaya lahir di Jakarta dan lulus dari FK UI tahun 1983,
kemudian bekerja di Puskesmas yang terletak di Banten Pandeglang, memilih
pengabdian di Banten karena lokasinya tidak jauh dari Jakarta, namun daerah
tersebut masih belum berkembang. Untuk mendapat ilmu dan pengalaman baru,
beliau memutuskan untuk kembali bersekolah untuk Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis Bedah. Bekerja sebagai dokter bedah di Rumah Sakit Pemerintah, dan
memutuskan untuk keluar pada tahun 2012. Beliau juga membeli tanah di Cirebon
dan berencana untuk mendirikan klinik atau rumah sakit. Sampai akhirnya setelah
perencanaan yang matang, Beliau mendirikan sebuah Rumah Sakit Bedah.
Berawal dari membangun sebuah klinik bedah yang memiliki ruangan rawat inap
kemudian konsul ke dinas kesehatan dan disarankan untuk membangun sebuah
rumah sakit bedah.
20

b. Entrepreneur saat memulai usaha


Beliau megaku untuk mendirikan RS Bedah ini merupakan niat yang
spontan karena izin Tuhan yang Maha Esa. Pada saat pembangunan rumah sakit
dokter Kamajaya mencari seseorang yang akan di jadikan direktur rumah sakit,
dan kebetulan beliau memiliki seorang teman dimana juga teman bedah. Beliau
tadinya yang menjadi pimpinan rumah sakit ini sampai tahun 2013.
Saat mulai pembangunan Rumah Sakit beliau memakai pinjaman dari
Bank. Setelah 4 tahun beliau melunasinya. Sedikit demi sedikit beliau membeli
alat seperti rontgen, USG, dan alat-alat laboratorium. Untuk membangun sebuah
rumah sakit agar dapat dikenal masyarakat luas, dipilih tanah yang berada di
pinggir jalan. Namun, untuk mengefesienkan biaya pembangunan, dipilih juga
tanah yang cukup murah. Kemudian beliau menemukan tanah yang di jual yang
ada di jalan evakuasi.
Saat akan memulai pembangunan rumah sakit, beliau hampir tidak
mendapat perijinan dari Pemerintah Kota Cirebon. Kemudian beliau meminta
seorang teman yang bekerja di tata kota, beliau melalui beberapa tahapan. Seperti
izin dari lingkungan, terutama sebelah selatan rumah sakit yaitu komplek
cimanuk. Beliau mengobrol dengan rw setempat dan berhasil mendapat izin.
Kemudian fatwa dari Walikota, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pendapatan Kota
Cirebon, Izin Perdagangan. Semua memerlukan biaya yang tidak sedikit, namun
pada akhirnya berhasil mendapat perijinan.
c. Aspek Motivasi
Sebenarnya dulu beliau hanya ingin mendirikan sebuah klinik, namun
terpikir jika klinik apakah dapat melakukan tindakan bedah. Setelah itu beliau
berkonsultasi ke dinas kesehatan, dan mendapat jawaban lebih baik untuk
membuat rumah sakit. Jadi berawal dari situ, sedikit demi sedikit memulai ini.
d. Aspek Inisiatif
Untuk peningkatan mutu, beliau tidak hanya mengevaluasi income yang
didapatkan, tetapi mengevaluasi kinerja para karyawan dan juga dokter yang
bekerja di Rumah Sakit tersebut
21

e. Kepercayaan Diri
Suskes itu bukan untuk dunia saja namun untuk akhirat juga. Kesuksesan
harus diimbangi dengan kesuksesan akhirat, kalau itu tidak seimbang semuanya
sia-sia.
f. Kemampuan Pencapaian Keberhasilan
Ada berbagai hal yang menjadi tantangan besar demi berdiri tegaknya
sebuah perusahaan, termasuk dari factor internal, yaitu karyawan yang tidak
berdedikasi dan keramahan yang kurang kepada pasien. Kemudian ada juga dari
factor manajemen yang kurang baik dan bahkan perizinan yang sulit untuk
didapatkan.
Dalam 2 tahun belakangan merasa susah untuk rumah sakit swasta dengan
adanya sistim bpjs, karena rumah sakit swasta memerlukan dana tunai dan cepat.
Namun dengan adanya bpjs jadi tidak sesuai karena sudah di tetapkan biaya. Pada
rumah sakit swasta pendapatan yang di dapat harus di bagi 3 yaitu untuk gaji
karyawan, untuk alat dan untuk jasa medis. Dengan adanya bpjs, Rumah Sakit
tidak dapat menyisihkan pendapatannya untuk pembelian alat. Sampai terkadang
untuk gaji karyawan beliau harus menambah uang pribadinya. Namun, Beliau
merupakan seseorang yang berani mengambil resiko.
g. Aspirasi Diri
Jangan berputus asa karena dimana ada kesulitan disitu ada kemudahan.
h. Kelemahan Diri
Tidak mempunyai Target. Karena sistem yang terjadi sekarang ini (BPJS)
harus dievaluasi lagi tidak bisa mengikuti alur yang dulu.

i. Aspek Kepemimpinan
Sikap dan Perilaku yang baik merupakan modal dasar untuk mempunyai
jiwa kepemimpinan yang baik.
j. Aspek Perusahaan
Target biaya operasi tidak bisa disebutkan. Karena dengan target BPJS
susah untuk menargetkan biaya. Faktor eksternal yaitu BPJS. Dengan adanya
BPJS RS kesulitan dalam bergerak apalagi RS tipe D. Selain faktor eksternal ada
juga faktor internal. Seperti karyawan, kurang dedikasinya, kurangnya
pengetahuan informasi baru, dan perlakuan terhadap pasien tidak ramah.
22

Sampai saat ini Belum ada kerjasama dengan perusahaan lain. Karena
kerjasama dengan perusahan asuransi harus melakukan akreditasi terlebih dahulu.
RS tidak menyanggupi karena biaya akreditasi mahal.

3.3 Kesimpulan
Untuk menjadi seorang entrepreneur bukanlah hal yang mudah, diperlukan
jiwa yang berani mengambil resiko dan juga tidak mudah menyerah. Dalam
mendirikan sebuah usaha, akan banyak kesulitan yang dihadapi, baik tekanan dari
eksternal dan internal. Oleh karena itu, sebagai seorang entrepreneur, tidak boleh
mudah mengalah dengan keadaan. Selain itu, agar dapat membin usaha yang telah
dibangung, harus memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat dengan bermodalkan
sikap dan perilaku yang baik.
23

DAFTAR PUSTAKA

1. Hendro dan Chandra. Be a Smart and Good Entrepreneur. Yogyakarta:


Media Pressindo; 2006.
2. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Meteri Kesehatan RI
No.983/Menkes/per/II/1992. In Jakarta: Menkes RI; 1992.
3. S S, Ernawati. Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. Yogyakarta: CV Andi
Offset; 2010.
4. Menteri Kesehatan RI. PMK 340/Menkes/Per/III/2010. In Jakarta: Menkes
RI; 2010.
5. Menteri Kesehatan RI. Permenkes No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. In Jakarta: Menkes RI; 2008.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelayanan dan
Penyelenggaraan Rumah Sakit. In Jakarta: Depkes RI; 2010.
7. Kliment. Healthcare Facilities. American Hospital Association Institute;
2006.

You might also like