Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

Mesjid Al Makmur, Lampriet

Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mesjid Almakmur Banda aceh yang berlokasi di Jalan Muhammad Daud

Bereueh, Lampriet, merupakan salah satu mesjid ternama di kota banda aceh, bergaya

arsitektural khas timur tengah, dengan asimilasi kebutuhan bukaan sesuai dengan daerah

tropis seperti kota banda aceh. Design mesjid dengan kebutuhan intesitas suara yang

fokus agar terdengar oleh seluruh jemaah mesjid pada saat beribadah menjadi

pertimbangan penting dalam design sebuah mesjid yang mana dibutuhkan perhitungan

akustik sebagai standard ruangan disamping harus mempertimbangankan kebisingan

yang bersal dari luar bangunan.


Mesjid yang berbetuk persegi dengan sebuah kubah, dan bukaan-bukaan yang

variatif ini cukup untuk menjadi bahan pengkajian ulang pengaplikasian teori-teori

ruang akustik yang sedang dipelajari sekarang pada semester III ini.

1.2 Maksud dan Tujuan


Praktikum penilaian akustik pada Mesjid Almakmur lampriet ini dimaksudkan

sebagai bagian dari sarana pembelajaran materi Akustik Ruangan,sekaligus pengkajian

ulang teori-teori akustik pada bentuk nyata sebuah design bangunan, yang mana kali ini

berupa Fasilitas public yang penting berupa mesjid. Pengaplikasian beberapa criteria

penilaian langsung dan kalkulasi kompleks tentang akustik, bertujuan memberikan

pemahaman mendalam mengenai beberapa teori dan model kalkulasi standard akustik

dalam sebuah pertimbangan,analisa, antisipasi dan kelayakan sebuah bangunan terhadap

standard akustika bangunan.

1.3 Hambatan

1
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

Hambatan sering kali ditemukan dalam analisa denah dalam menentukan titik

koordinat akibat dari kompleksitasnya elemen-elemen bangunan seperti kubah, bukaan,

dsb, serta kompleksitas dan pemahaman aplikasi yang digunakan , terutama dalam

banyak penulisan baris-baris code.

BAB II
KAJIAN TEORI

2
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

2.1 Kriteria Objektif Untuk Mesjid

Dalam perencanaan suatu bangunan, faktor akustik harus dipertimbangan dengan

seksama, di samping faktor estetika arsitektur, struktur, dan ekonomis. Persyaratan akustik

ruang meliputi4 :

1. Waktu dengung yang optimum.

2. Tingkat kekerasan (loudness) yang cukup.

3. Distribusi energi bunyi yang merata.

4. Bebas cacat akustik.

Persyaratan tersebut merupakan faktor internal yang sangat dipengaruhi oleh bentuk

geometris dan karakteristik bahan.

 Tatasuara

Untuk sebuah mesjid yang digunakan untuk ceramah, yang harus diperhatikan adalah

tekanan suara, gaung dan gema. Bila berbicara mengenai gaung dan gema, yang

dibahas adalah pantulan suara oleh suatu benda atau permukaan ruangan. Bila tekanan

suara yang dibahas adalah kekerasan suara pada suatu titik.

Terdapat beberapa cara menempatkan pengeras suara dalam ruangan ceramah,

diantaranya;

o Pertama. Di depan di atas pedium, bertujuan agar perhatian dan pendengar

terpusat kearah pembicara/penceramah. Karena suara harus dari arah pembicara

(depan), pengeras suara (loudspeaker) tidak baik mengarah dari belakang kedepan

(kearah pembicara) atau dari samping (dinding kiri-kanan) kearah tengah apalagi

kedepan. Penempatan penegeras suara seperti demikian akan membuyarkan

4 Doelle, Leslie L. (1972)


3
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

perhatian pendengar. Buyar perhatian karena:

Terdengar suara dari ada dua arah sumber atau lebih, dengan kecepan berbeda

untuk kata yang sama, sehingga kata tersebut sampai ditelinga pendengar lebih

dari satu kali atau,

Terjadi penguatan yang berbeda dari kata yang sama karena penjumlahan

gelombang suara dari dua arah sehingga tidak nyamaan atau,

Terjadi pelemahan atau daerah tuli, karena gelombang suara satu kata saling

meniadakan, jadi tidak dapat mendengarkan pembicaraan.

o Kedua. Di dinding kiri dan kanan mengarah kebelakang, diperlukan bila

kuat suara lemah dari sumber utama (dari depan). Pengeras suara

ditempatkan di dinding kiri-kanan, mengarah pada titik-titik dimana suara

itu lemah.

o Ketiga. Merata diseluruh ruangan, karena tidak diperlukan pemusatan

perhatian dari arah pembicara.

Untuk khutbah dan ceramah tentu yang diperlukan pemusatan perhatian maka cara

pertama yang dipilih. Bila kurang tekanan suara pada tempat-tempat tertentu baru ditambah

dengan cara kedua.

 Pengeras Suara

Pengeras suara (“loudspeaker”) pada ruangan untuk ceramah agar sesuai

dengan tekanan suara yang di kehendaki, dirangkai beberapa pengeras dalam bentuk

kotak persegi panjang atau corong. Menurut Beranek (1954), untuk mendapatkan

tekanan suara tertentu, dapat diperoleh dengan merangkai sejumlah speaker, kemudian

disusun pada kotak. Rangkaian speaker dapat seri, paralel atau gabungan keduanya

4
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

sesuai dengan perhitungan. Susunan “speaker” dalam kotak balok rancangan Beranek

dijadikan acuan dalam menyusun letak speaker di mesjid.

Untuk mengukur tekanan suara pada ketiggian tertentu di atas di lantai digunakan cara yang

dikemukanan Brocher (1971).

 Ukuran Kekerasan Baku Bunyi

Ukuran baku (standar) kekerasan sumber bunyi untuk suatu kegiatan adalah sebagai

berikut: Berbisik tingkat kekerasan 20 – 30 dB; berbicara 40 – 60 dB; dan sepeda

motor 70 – 90 db. Bunyi melebihi 90 dB bisa merusak telinga, apalagi didengar 1 jam

atau lebih secara terus-menerus.

Kriteria objektif merupakan parameter-parameter besaran akustik yang dapat diukur,

meliputi :

 Perbandingan tingkat tekanan suara dan bising (sound to noise ratio/SNR).

 Dengung dan waktu dengung (RT60).

 Tingkat tekanan suara (sound pressure level/SPL).

Kriteria tersebut digunakan untuk mendukung evaluasi kriteria subjektif yang ditetapkan.

2.1.1 Perbandingan Tingkat Tekanan Suara dan Bising

(Sound to Noise Ratio / SNR)

Parameter SNR didefinisikan sebagai perbandingan antara tingkat tekanan suara

di titik tertentu di dalam suatu ruangan dengan tingkat kebisingan yang terjadi di

sekitarnya. Untuk memperoleh tingkat kejelasan suara yang optimal, nilai SNR yang

sesuai minimum 25 dB pada rentang frekuensi 500 Hz – 2 kHz. Nilai ini menjadi

persyaratan dalam perancangan sistem tata suara.

5
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

2.1.2 Dengung dan Waktu Dengung (RT60)

Jika sumber suara telah berhenti, suatu waktu yang lama akan berlalu sebelum suara

hilang dan tak dapat didengar. Suara yang berkepanjangan sebagai akibat pemantulan yang

berturut-turut dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi dihentikan, disebut dengung.

Interval waktu terjadinya dengung disebut waktu dengung (reverberation time).

Waktu dengung (reverberation time) merupakan indikator umum baik buruknya

kualitas akustik sebuah ruangan5. W.C Sabine (1898) memperkenalkan konsep waktu

dengung sebagai waktu yang diperlukan oleh energi suara untuk meluruh sebesar 60 dB dari

energi awalnya.

Persamaannya adalah sebagai berikut :

RT60 = 0,161 V / S ln (1 - ) …………..………... (3.1)

Dari persamaan Sabine, ada tiga variabel yang mempengaruhi panjang pendeknya

waktu dengung yaitu :

V = Volume (m3).

S = Luas bidang (m2).

 = Koefisien absorbsi bahan.

Dengung merupakan karakteristik akustik pada ruangan yang besar. Berbeda dari

gema (echo), dengung tidak mempunyai arah tertentu, hanya kekerasan dan waktu

peluruhannya saja yang dapat diukur. Terlalu banyak dengung akan mengakibatkan kejelasan

kata-kata yang diucapkan akan menjadi kabur.

5 Dimon, Nasri Bin (1992)


6
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

Gambar 1. Waktu dengung

Sumber : Doelle, Leslie L. (1972)

Sampai pada batas-batas tertentu, dengung adalah perpanjangan atau perluasan bunyi

yang menguntungkan6. Dalam aplikasi praktis, nilai waktu dengung yang sesuai untuk

ruangan secara umum adalah 0,75 – 1,0 detik. Hubungan antara volume ruangan dengan

waktu dengung rata-rata yang direkomendasikan untuk ruang percakapan (speech hall) dalam

kondisi penuh (maximum audience), diperlihatkan pada Gambar 27.

Gambar 2. Waktu dengung yang direkomendasikan untuk ruang percakapan.

Sumber : Parkin, P.H. & Humpreys, H.R. (1969)

6 Doelle, Leslie L. (1972)


7 Parkin, P.H. & Humpreys, H.R. (1969)
7
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

2.1.3 Tingkat Tekanan Suara (Sound Pressure Level/SPL)

Tingkat tekanan suara merupakan perbandingan energi tekanan suara yang dihasilkan

oleh sumber suara terhadap energi tekanan referensi yaitu 1 atm (= 2x10-5 N/m2). SPL

dinyatakan dalam satuan desibel (dB), seperti dinyatakan pada persamaun berikut :

p2
LP=10 log (dB )
P 2
ref …………..…………………. (3.2)

Pada setiap ruangan diharapkan distribusi tingkat tekanan suaranya merata di semua titik di

dalam ruangan tersebut.

2.2 Kriteria Subyektif Untuk Ruang Percakapan

Kriteria mendasar untuk percakapan adalah kejelasan pengucapan perkataan, hal ini

berarti bahwa setiap pengucapan kata harus terdengar cukup keras dan setiap fonem harus

jelas berbeda satu dengan yang lain. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa waktu

dengung kemudian menjadi sangat penting. Waktu dengung yang panjang bisa menimbulkan

bising (noise) yang akan mengurangi tingkat efektif suara yang diinginkan. Oleh karena itu,

bisa dikatakan bahwa kondisi terbaik untuk kegiatan percakapan adalah di ruang anechoid

(kedap suara) dengan waktu dengung mendekati nol. Hal ini umumnya telah dipenuhi pada

ruang-ruang berukuran kecil, seperti studio rekaman. Kriteria subjektif meliputi faktor

linguistik, seperti konstruksi kalimat dan konteks sejauh mana sebuah percakapan bisa

dimengerti8.

 Ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik

Cacat akustik merupakan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pengolahan

elemen pembentuk ruang gedung pertunjukan yang menimbulkan permasalahan akustik.

Adapun cacat akustik yang biasa terjadi pada sebuah gedung pertunjukan yang tidak di desain

8 Lawrence, Anita (1970)


8
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

dengan baik menurut Doelle (1990:64) ada delapan jenis, yakni: gema/echoes, pemantulan

yang berkepanjangan (long - delayed reflections), gaung, pemusatan bunyi, ruang gandeng

(coupled spaces), distorsi, bayangan bunyi, dan serambi bisikan (whispering gallery).

Gema (echoes) merupakan cacat akustik yang paling berat, terjadi bila bunyi yang

dipantulkan oleh suatu permukaan tertunda cukup lama untuk dapat diterima dan menjadi

bunyi yang berbeda dari bunyi yang merambat langsung dari sumber suara ke pendengar.

Terkait dengan hal ini Mills (1990:28) berpendapat: Reflections off large plane surfaces risk

being heard as echoes, that is discrete delayed repetitions of the direct sound. Jadi

pemantulan suara yang mengenai permukaan datar yang lebar beresiko terdengar sebagai

gema, yang ditandai dengan adanya penundaan yang berulang-ulang dari bunyi langsung.

Pemantulan yang Berkepanjangan (Long - Delayed Reflections) adalah cacat akustik

yang sejenis dengan gema, tetapi penundaan waktu antara penerimaan bunyi langsung dan bunyi

pantul agak lebih singkat, sedangkan gaung merupakan cacat akustik yang terdiri atas gema-

gema kecil yang berturutan dengan cepat. Peristiwa ini dapat diamati bila terjadi ledakan singkat

seperti tepukan tangan atau tembakan yang dilakukan di antara dua permukaan dinding atau

pemantul bunyi yang sejajar dan rata.Waktu dengung (reverberation time) berperan penting

dalam menciptakan kualitas musik dan kemampuan untuk memahami suara percakapan dalam

ruang. Ketika permukaan ruang memiliki daya pantul yang tinggi, bunyi akan terus memantul

atau menggema secara berlebihan sehingga mengakibatkan bunyi tidak dapat didengar dan

dimengerti dengan jelas .

Pemusatan Bunyi atau disebut juga dengan hot spots atau titik panas, merupakan cacat

akustik yang disebabkan oleh pemantulan bunyi pada permukaan-permukaan cekung.Intensitas

bunyi di titik panas sangat tinggi dan merugikan daerah dengar karena menyebabkan distribusi

energi bunyi tidak dapat merata .

9
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

Ruang Gandeng (Coupled Spaces) merupakan cacat akustik yang terjadi bila suatu ruang

pertunjukan berhubungan langsung dengan ruang lain seperti ruang depan dan ruang tangga,

maka kedua ruang tersebut membentuk ruang gandeng. Selama rongga udara ruang yang

bergandengan tersebut terbuka maka masuknya bunyi dengung dari ruang lain tersebut akan

terasa meski dengung di dalam ruang pertunjukan telah diatasi dengan baik.Gejala ini akan

mengganggu penonton yang duduk dekat pintu keluar masuk yang terbuka.

Distorsi merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh perubahan kualitas bunyi yang

tidak dikehendaki. Hal ini terjadi akibat ketidakseimbangan atau penyerapan bunyi yang terlalu

besar oleh permukaan-permukaan dinding.

Bayangan Bunyi merupakan cacat akustik yang terjadi apabila bunyi terhalang untuk

sampai ke penonton . Gejala ini dapat diamati pada tempat duduk di bawah balkon yang

menonjol terlalu jauh dengan kedalaman lebih dari dua kali tingginya.

Serambi Bisikan (Whispering Gallery) merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh

adanya frekuensi bunyi tinggi yang mempunyai kecenderungan untuk merangkak sepanjang

permukaan-permukaan cekung yang besar (kubah setengah bola). Suatu bunyi yang sangat

lembut seperti bisikan yang diucapkan di bawah kubah tersebut akan terdengar pada sisi yang

lain. Meskipun gejala ini kadang menyenangkan dan tidak merusak, akan tetapi tetap saja

merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan bagi akustik yang baik.

2.3 Besaran Akustik (Parameter Kejelasan Suara) yang Diturunkan dari Respon

Impuls Ruangan.

Respon impuls ruangan merupakan sebuah grafik yang memberikan informasi

tentang gambaran kondisi akustik sebuah ruangan. Informasi yang diberikan oleh grafik

10
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

respon impuls tersebut merepresentasikan kandungan frekuensi, amplitudo, waktu kedatangan

suara, serta seluruh pantulan yang berurutan dari semua permukaan ruangan pada sebuah titik

di dalam ruangan.

Respon Impuls bisa didapat dengan cara mengeksitasi ruangan dengan sebuah input

berupa suara yang bisa dianalogikan dengan sebuah pulsa tunggal dengan harga puncak yang

cukup tinggi.

Kesalahan utama akustik suatu ruangan atau pada bagian tertentu dari ruangan

tersebut bisa dengan segera diketahui melalui grafik respon impuls tersebut, misalnya ITDG

yang terlalu rendah atau bahkan terlalu tinggi9.

2.3.1 EDT (Early Decay Time)

Early Decay Time merupakan waktu peluruhan suara untuk penurunan 10 dB

pertama yang diperoleh dari kurva echogram. EDT tidak selalu terhitung mulai saat

sumber dimatikan, sebab kurva penurunan yang uniform biasanya tidak didapatkan pada

penurunan pertama kali. EDT merupakan pengembangan dari parameter T60. Hal ini

disebabkan karena peluruhan sebesar 60 dB sangat jarang terjadi. EDT mempunyai

korelasi yang cukup kuat dengan persepsi subyektif dengung. Pada pertunjukan konser

yang sifatnya langsung (live), hubungan EDT dengan seluruh kesan akustik terasa sangat

signifikan10.

2.3.2 %ALcons

Kriteria akustik untuk kejelasan suara langsung adalah %Al cons (Percentage

Articulation Loss of Consonants) yang dikembangkan oleh V. M. A. Peutz pada tahun

1971. Di dalam melakukan pembicaraan, kombinasi dari huruf hidup, konsonan dan

kecepatan pengucapan menjadi faktor penting. Konsonan mempunyai durasi

9 Kuttruff, Heinrich (1973)


10 Metha, Madan (1999)
11
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

pengucapan yang pendek dan intensitas yang rendah, biasanya pada frekuensi yang

tinggi. Bagian frekuensi tinggi inilah yang biasanya menentukan kejelasan. %Al cons

adalah suatu bilangan yang menunjukkan persentasi kehilangan konsonan dalam

pembicaraan.

%Alcons dirumuskan sebgai berikut :


2 2
200( D 2 ) ( RT 60 ) (n+1 )
%ALcons = ()
V .Q . m …………..………... (3.5)

Persamaan ini valid dengan asumsi SNR 25 dB, dan berlaku jika : D2 < 3,16 Dc

Dimana :

Dc = 0,141 √Q.S.α …………….…………..………... (3.6)

641,81 D RT
22 60 2
Q=
15 V ………………….……..………... (3.7)

Bila : D2 < 3,16 Dc

Maka :

%Alcons = 9 RT60 ………………………...………... (3.8)

Dimana :

D2 = Jarak antara sumber suara dengan pendengar (m).

RT60 = Waktu dengung (detik).

N = Jumlah sumber suara yang berpengaruh terhadap medan dengung.

V = Volume (m3).

Q = Faktor arah sumber suara.

M = Modifier jarak kritis (biasanya bernilai 1).

 = Koefisien absorbsi suara rata-rata.

12
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

Dalam formulanya, Peutz menyatakan bahwa jika %Al cons di bawah 10 %,

inteligibilitas (kejelasan) suara sangat bagus (very good). Antara 10 % - 15 % inteligibilitas

suara bagus (good), hal ini diartikan bahwa jika pesan yang disampaikan terlalu sulit atau

pembicara yang buruk dalam berbicara atau pendengar yang buruk dalam mendengar saja

inteligibilitas menjadi kurang bagus. Di atas 15 % intelibilitas menjadi buruk dan hanya untuk

pembicara dan pendengar yang bagus saja inteligibilitas suara menjadi cukup baik. Standar

untuk menentukan tingkat kejelasan suara secara umum dibatasi yaitu %Alcons < 15 % 11.

2.3.3 RASTI

Cara lain untuk menilai kejelasan pembicaraan adalah dengan skala RASTI (Rapid

Speech Transmission Index). Metode ini diperkenalkan oleh Bruel & Kjaer. RASTI

merupakan penurunan dari STI. STI adalah penjumlahan pembobotan (weighted sum) dari

indeks transfer modulasi (Modulation Transfer Indeks/MTI) pada frekuensi oktaf 125 Hz – 8

kHz. Masing-masing nilai MTI diturunkan dari suatu penjumlahan pembobotan nilai MTF

(Modulation Transfer Function) pada frekuensi-frekuensi tertentu yang memperhitungkan

efek penyelubungan (masking effect ) berdasarkan IEC 60268-16 dan SNR pada posisi

pendengar12.

Kejelasan atau inteligibilitas dapat dikuantitaskan melalui perubahan modulasi

pembicaraan yang terjadi akibat bising dan dengung di dalam ruangan. Untuk saat ini, metode

RASTI lebih banyak digunakan dibanding %Al cons. Ferrel Becker, menemukan suatu korelasi

antara %Alcons dengan skala RASTI, seperti diperlihatkan pada Tabel .

RASTI adalah STI yang dihitung pada dua frekuensi tengah, yaitu 500 Hz dan 2

kHz. RASTI lebih mudah diukur dari pada %Al cons, sehingga untuk menganalisis kejelasan

suara dari hasil pengukuran digunakan skala RASTI. RASTI mempunyai skala dari 0 - 1 atau

11 Davis, Don and Davis, Carolyn (1987)


12 Manual Program Dirac
13
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

0 – 100 %. Nilai RASTI yang diinginkan berdasarkan % AL cons < 15 % adalah > 0,45 atau >

45 % 13.

Hubungan antara nilai-nilai pada Tabel 1, ditunjukkan oleh persamaan sebagai

berikut :

%Alcons = 170,540 exp (-5,419 STI) …………..………... (3.9)

STI = -0,1845 ln %Alcons + 0,9482 …………...………... (3.10)

Tabel 1. Korelasi antara %Alcons dengan skala RASTI

Sumber : Ereza Tridian (2004)

2.3.4 D50 (Kejelasan Suara/Inteligibility)

Kejelasan suara (D50) didefinisikan sebagai perbandingan antara energi suara

awal dalam selang waktu 50 ms pertama dengan energi suara totalnya. Semakin besar

perbandingan antara energi yang datang dalam 50 ms pertama terhadap energi yang

datang setelahnya, semakin mudah orang membedakan kata-kata dalam percakapan.

13 Davis, Don and Davis, Carolyn (1987)


14
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

Standar untuk inteligibilitas suara yang baik, disyaratkan nilai D 50 > -3 dB (dalam skala

dB) atau > 50 % (dalam skala %) 14.

2.4 Teori Temporal-Monaural Criterion dan Spatial-Binaural Criterion

Persepsi dengung lanjutan yang terjadi setelah pantulan awal, berkaitan erat dengan

amplitudo total suara. Disamping itu, orientasi arah datang suara pantul setelah pantulan awal

sangat dipengaruhi oleh kriteria pendengaran, yaitu temporal-monaural criterion dan spatial-

binaural criterion15.

Suatu perasaan “meruang” pada suatu auditorium muncul sebagai suatu kriteria penting

untuk musik, dan dihubungkan dengan persepsi datangnya suara pantul yang berasal dari

beberapa sumber suara yang berbeda. Suara pantulan yang dirasakan tergantung pada level

penutup yang ditampilkan, yang mana pada gilirannya tergantung pada level dan delays dari

suara langsung dan pantulan. Beberapa percobaan telah dilaksanakan untuk menentukan level

penutup suara pantul yang berasal dari sumber suara yang berbeda. Hal tersebut terjadi sebagai

akibat dari suara langsung yang datang dari arah yang berbeda dari sumber suara lain yang

cenderung menutupinya. Sebagai tambahan, pantulan dari dinding samping yang diterima

pendengar akan mengalami perlemahan yang disebabkan oleh difraksi (diffraction) dan

penyerapan (absorption) pada saat terjadinya perpaduan suara, dan cenderung akan tertutupi oleh

suara pantulan yang berasal dari langit-langit, yang sedikit dikurangi. Dengan demikian seorang

pendengar akan mengalami kesukaran di dalam merasa suara pantulan lateral, kecuali jika

mereka merasakan sebelumnya. Lintasan pendek dari pantulan selanjutnya juga mungkin akan

tertutupi sampai taraf tertentu oleh suara langsung, karena sejak lokalisasi pada bidang vertikal

cenderung menjadi lemah dan penutup terbesar terjadi dari suara-suara yang berasal dari arah

yang sama yang datang secara menyamping.

14 Davis, Don and Davis, Carolyn (1987)


15 Yoichi Ando (1985)
15
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

Dari uraian di atas terlihat bahwa seorang pendengar yang berada jauh dari lateral

reflektor (reflektor samping) akan mengalami kesukaran dalam merasakan arah asli (directional

origin) dari suara pantul, dan dengan demikian hanya sedikit pendengar yang merasakan efek

ukuran dan bentuk ruang di mana ia berada. Suatu kesan meruang (spatial impression) suatu area

suara akan dirasakan jika terjadi perpaduan suara yang berasal dari empat atau lima arah

horisontal yang berbeda, dengan ketentuan bahwa sinyal (signals) suara yang datang tidak

koheren16.

2.5 Konsep Simulasi Akustik Program CATT-Acoustic v7.2e

CATT-Acoustic v7.2e (CATT = Computer Aided Theatre Thecnique) merupakan

salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menganalisis kondisi akustik sebuah

ruangan. Perangkat lunak ini dibuat oleh Bengt-Inge Dalenback, dosen pada Applied

Acoustics Department di Chalmers University of Technology, Gothenberg, Swedia. Perangkat

lunak ini sangat memudahkan para desainer akustik dalam melakukan perancangan dan

memprediksikan kondisi akustik sebuah ruangan agar dicapai suatu kondisi yang optimal.

Perangkat lunak CATT acoustic yang digunakan adalah :

CATT-Acoustic v7.2e

Copyright  CATT 1988-99

CATT – Gothenberg Sweden

Simulasi akustik program CATT-Acoustics v7.2e menggunakan metode ray-tracing.

Hal-hal yang dapat dilakukan dengan program CATT-Acoustic v7.2e adalah17 :

 Simulasi dengan model tiga dimensi yang dapat diubah-ubah.

 Dapat digunakan untuk menganalisis kondisi akustik ruangan kecil maupun ruangan besar.

16 Lawrence, Anita (1970)


17 Manual Program Catt-Acoustics v7.2e
16
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

 Bekerja dibawah sistem windows, sehingga memudahkan pemakai dalam mengoperasikan

dan melihat tampilannya.

 Mempunyai fasilitas ray-tracing yang dapat menghitung beda waktu dari sumber bunyi

pada posisi tertentu dan menganalisis bidang pantul yang terlibat.

 Dapat menghitung dan menggambarkan karakteristik distribusi arah bunyi dari sumber

bunyi tertentu.

 Dapat menghitung waktu dengung pada posisi tertentu, kriteria percakapan, musik, jarak

kritis dan distribusi suara.

 Dapat melihat frequency response pada titik tertentu.

 Terdapat fasilitas import dari program Autocad.

Metode ray-tracing mengasumsikan suara memiliki sifat seperti berkas sinar.

Perumpamaan ini diikuti dengan asumsi lainnya, yaitu suara setelah dikeluarkan sumber suara

akan menyebar dengan sempurna melalui sejumlah besar pantulan 18. Asumsi ini sangat

menyederhanakan kondisi yang sebenarnya.

Dalam pengoperasiannya CATT bisa menghasilkan hampir seluruh kalkulasi yang

tertera diatasa sebelumnya, perangkat lunak CATT-Acoustics v7.2e terdiri dari beberapa

bagian, antara lain :

1. Input/Output files overview.

Pada bagian ini terdapat fasilitas-fasilitas :

 Source directivity module, memuat informasi tentang spesifikasi sumber suara yang

digunakan, seperti diagram polar, sensitivitas, SPL maksimum (pada 1 meter).

18 Knudsen, Vern O. and Harris, Cyril M. (1978)


17
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

 Surface properties module, memuat informasi tentang jenis bahan yang digunakan di

dalam ruangan berikut harga koefisien absorbsinya.

 Prediction module, memuat informasi tentang input yang akan diberikan mengenai

besaran-besaran apa saja yang ingin diketahui dari hasil simulasi yang akan dilakukan

sebagai prediksi awal kondisi akustik bangunan yang dimodelkan.

Bagian Prediction module ini merupakan inti dari CATT-Acoustic. Pada bagian inilah

terdapat informasi penting yang dibutuhkan untuk melakukan analisis kondisi akustik

pada sebuah ruangan/bangunan yang dimodelkan. Pada bagian ini, tersedia empat

fasilitas input, yaitu :

Geometry view/check, pada bagian ini dilakukan proses geometri, yaitu

penggambaran model yang akan disimulasi.

Audience area mapping, pada bagian ini dapat dilakukan pengontrolan terhadap

estimasi awal besaran-besaran akustik yang diinginkan. Tampilannya berupa peta

distribusi harga besaran pada area pendengar. Parameter yang dapat dipilih yaitu

RT, D50, G10, EDT, RASTI dan Distribusi SPL.

Early part detailed Image Source Model (ISM), merupakan bagian untuk melakukan

analisis kondisi awal ketika sumber suara diaktifkan.

Full detailed calculation, untuk melakukan estimasi keadaan ruangan hingga saat

suara di dalam ruangan telah tunak (steady).

2. Output files, merupakan hasil keluaran dari proses prediksi sebelumnya.

Pada bagian ini terdapat fasilitas-fasilitas :

 Geometry view/check results, menampilkan hasil geometri bangunan yang akan

diprediksi kondisi akustiknya sekaligus untuk memeriksa ulang titik/posisi koordinat

penyusun bangunan tersebut.

18
Mesjid Al Makmur, Lampriet
Fisika Bangunan II – Arsitektur 2010

 Audience area mapping results, menampilkan hasil berupa pemetaan yang merupakan

harga dari tiap parameter yang telah ditentukan sebelumnya.

 Early part detailed ISM result, menampilkan segala kejadian yang terjadi pada kondisi

initial (awal).

 Full detailed calculation results, menampilkan hasil secara keseluruhan, mulai dari

kondisi awal hingga tunak (steady).

Simulasi akustik program CATT-Acoustics v7.2e juga mempunyai keterbatasan.

Hasil simulasinya merupakan perhitungan yang hanya pada enam (6) frekuensi tengah satu

oktaf yaitu frekuensi 125, 250, 500, 1k, 2k dan 4kHz.

19

You might also like