Bab Ii Profil Perusahaan: 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Indonesia Power

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 52

1

BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan PT. Indonesia Power

Pada awal 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya deregulasi

pada sektor ketenagalistrikan. Langkah ke arah deregulasi tersebut diawali dengan

berdirinya Paiton Swasta I, yang dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden

No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit-

pembangkit listrik swasta. Kemudian, pada akhir 1993, Menteri Pertambangan dan

Energi (MPE) menerbitkan kerangka dasar kebijakan (Sasaran & Kebijakan

Pengembangan Sub sektor ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang

restrukturisasi sektor ketenagalistrikkan

Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari Perum

menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero)

membentuk dua anak perusahaan, yang tujuannya untuk memisahkan misi sosial dan misi

komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu dari anak

perusahaan itu adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau lebih dikenal

dengan nama PLN PJB I. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha

komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait.

Pada 3 oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima. Manajemen

Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT

Indonesia Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi persaingan

yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk

privatisasi Perusahaan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat


2

Walaupun sebagai perusahaan komersial di bidang pembangkitan baru didirikan

pada pertengahan 1990-an, Indonesia Power mewarisi berbagai sejumlah aset berupa

pembangkit dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut

memanfaatkan teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan beragam

energi primer seperti air, batubara, panas bumi dan sebagainya. Namun demikian, dari

pembangkit-pembangkit tersebut, terdapat pula beberapa pembangkit paling tua di

Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA

lainnya yang dibangun pada tahun 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari

sini, dapat dipandang bahwa secara kesejarahan pada dasarnya usia PT Indonesia Power

sama dengan keberadaan listrik di Indonesia

Pembangkit-pembangkit yang dimiliki oleh Indonesia Power dikelola dan

dioperasikan oleh 8 (delapan) Unit Bisnis Pembangkitan: Priok, Suralaya, Saguling,

Kamojang, Mrica, Semarang, Perak & Grati dan Bali. Secara keseluruhan, Indonesia

Power memiliki daya mampu sebesar 7.332 MW. Ini merupakan daya mampu terbesar

yang dimiliki oleh sebuah perusahaan pembangkitan di Indonesia.

2.2 Bisnis Utama

PT. Indonesia Power sendiri mempunyai kapasitas yang terpasang per-unit bisnis

pembangkit yang dapat dilihat pada tabel 2.1.Sesuai dengan tujuan pembentukannya, PT.

Indonesia Power menjalankan bisnis pembangkit tenaga listrik sebagai bisnis utama di

Jawa dan Bali. Pada Tahun 2004, PT. Indonesia Power telah memasok sebesar 44.417

GWh atau sekitar 46,51% dari produksi Sistem Jawa Bali.


3

Tabel 2. 1 Kapasitas terpasang per-unit pembangkit

Unit Bisnis
Kapasitas (MW) Jenis Pembangkit
Pembangkitan
Suralaya 3.400 PLTU Batu Bara
PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU
1.248
ALSTOM, PLTGU
Priok (Rencana penambahan dari
MITSHUBISHI
PLTGU block 3 : 740 MW )

Saguling 797 PLTA


Kamojang 375 PLTP
Mrica 306 PLTA
PLTU Minyak, PLTG, PLTGU
Semarang 1.469

Perak-Grati 864 PLTU Minyak, PLTG, PLTGU


Bali 428 PLTD, PLTG
Total Indonesia
8.887
Power

Dengan faktor kapasitas (rata-rata 58%) maupun daya mampu pembangkit tersebut

dapat mencerminkan kemampuan pembangkit PT. Indonesia Power dalam menopang

sistem ketenagalistrikan pada Sistem JAMALI (Jawa Madura Bali).

Diharapkan dengan tingkat keandalan pembangkit (EAF) diatas 86% (rata-rata

EAF Tahun 2004) perusahaan akan dapat memasok sistem energi listrik sesuai rencana

yang telah disepakati dengan sistem pengaturan beban di sistem JAMALI.

Tabel 2. 2 Daya mampu per - unit bisnis pembangkit

Unit Bisnis Pembangkitan Tahun 2004 (MW) Tahun 2005 (MW)


Suralaya 2.852 2.984
4

Priok 1.026 1.048


Saguling 697 761
Kamojang 333 333
Mrica 298 301
Semarang 1.098 1.143
Perak-Grati 673 762
Bali 244 321
Total Indonesia Power 7.221 7.653

2.3 Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan

lingkungan.

2.4 Misi Perusahaan

Melakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan serta mengembangkan usaha –

usaha lainnya yang berkaitan, berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna

menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.

2.5 Filosofi Perusahaan

1. Mengutamakan Pasar dan Pelanggan.

2. Menciptakan keunggulan untuk memenangkan persaingan.

3. Memelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Menjunjung tinggi etika bisnis.

5. Memberi penghargaan atas prestasi.


5

2.6 Tujuan Perusahaan

1. Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus dalam

penggunaan sumber daya perusahaan.

2. Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan

bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan saran penunjang yang

berorentasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.

3. Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan yang berasal

dari berbagai sumber yang saling menguntungkan.

4. Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai

standar kelas dunia dalam hal keamanan, keandalan, efisiensi maupun kelestarian

lingkungan.

5. Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat atas dasar saling menghargai antar

karyawan dan mitra kerja, serta mendorong terus kekokohan integritas pribadi dan

profesionalisme.

2.7 Unit Bisnis Pembangkitan dan Operasi Pemeliharaan Bali (UBPOH. Bali)

PT Indonesia Power UBPOH Bali merupakan salah satu unit pelaksanan


pengusahaan pembangkit yang berada di bawah PT.Indonesia Power dan
menyediakan tenaga listrik di Pulau Bali. PT Indonesia Power UBPOH Bali memiliki
tiga lokasi pembangkit yaitu Unit PLTG Pesanggaran, Unit PLTG Gilimanuk, Unit
PLTGU Pemaron. PT Indonesia Power UBPOH Bali Unit PLTG Pesanggaran
berkantor di Jalan I Gusti Ngurah Rai No.535 Pesanggaran, Denpasar; Unit PLTG
Gilimanuk di Jalan Jalak Putih, 1 Km dari Banjar Arum Kecamatan Melaya,
Jembrana; Unit PLTGU Pemaron di Jalan Pemaron, Desa Pemaron, Buleleng.
Unit PLTG Pesanggran terdiri dari 4 unit PLTG yang mana pada PLTG 1
merek Alsthom Atlantique dengan daya yang terpasang 21,35 MW, untuk PLTG 2
merek General Elektrik dengan daya terpasang 20,10 MW dan PLTG 3 dan 4 merek
Westing House dengan daya terpasang masing-mansing 42 MW. Unit PLTG
6

Gilimanuk terdiri dari 1 unit PLTG merek ABB dengan daya terpasang 133,8MW.
Serta unit PLTGU Pemaron terdapat 2 unit PLTG dengan daya terpasang 97,6 MW.
Dengan adanya 3 lokasi Pembangkitan di Pulai Bali yang didukung sistem
interkoneksi Jawa-Bali melalui saluran kabel bawah laut tegangan tinggi sebesar 220
MW. Untuk mengatasi kenaikan daya yang terus menerus dimana setiap tahun
pertumbuhan konsumsi listrik sekitar 12 persen maka, PT Indonesia Power UBPOH
Bali menambah kapasitas pembangkit dengan program PLTD Sewa yakni dengan
BOT (Built Operation Transfer) dan BOO (Built Operation Owner). Pada Pusat beban
yakni di Denpasar terpasang 3 unit PLTD BOO dan 3 unit PLTD BOT.
Commisioning PLTD BOO Pesanggaran tanggal 27 Februari 2011 dan PLTD BOT
Pesanggaran tanggal 16 Maret 2011. Kapasitas total pembangkit UBPOH Bali sampai
dengan tahun Juni 2011 sebesar 557,69 .Dengan total daya yang terpasang yang ada
di Bali, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Bali.

Tabel 2.3 Unit Pembangkit Pesanggaran – Gilimanuk – Pemaron.

DAYA DAYA
TAHUN
FUNGSI UNIT MEREK TERPASANG MAMPU TYPE LOKASI
OPERASI
(KW) (KW)
Alsthom
PLTG 1 21,350 PG 5341 P 1985 PSGRN
Atlantique
General
PLTG 2 20,100 MS 500 L 1993 PSGRN
Elektrik
Westing
PLTG 3 42,000 CW 251 B11 1994 PSGRN
House
Westing
PLTG 4 42,000 CW 251 B11 1994 PSGRN
House
PLTG 1 ABB 133,800 13 E 2 1997 GLMK
General
PLTG 1 48,800 MS 700 B-C 2004 PMRN
Elektrik
General
PLTG 2 48,800 MS 700 B-C 2005 PMRN
Elektrik
TOTAL UBPOH BALI 356,850
KABEL LAUT 220,000
7

Keterangan :
- PSGRN : Pesanggaran
- GLMK : Gilimanuk
- PMRN : Pemaron

2.8 Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit dan Operasi


Pemeliharaan Bali
Jenis Badan Hukum : PT (Perseroan Terbatas)
Alamat Perusahaan : Jl. Brigjeen I Gst. Ngurah Rai No.535 Pesanggaran
Denpasar
Nomor Telepon : (62-361) 720-421, 720-422
Nomor Fax : (62-361) 720-519
Status Permodalan : BUMN
Bidang Usaha : Pembangkit Tenaga Listrik
SK AMDAL disetujui : 371 tahun 2004, 25 Nopember 2004
Penanggung Jawab : IGN. Agung Subawa Putra
Jabatan : General Manager

2.9 Struktur Organisasi

PT Indonesia Power memiliki struktur organisasi yang menjelaskan alur tugas


kerja dan wewenang kepemimpinan dan bawahan. Struktur organisasi perusahaan
menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tahap hubungan diantara
fungsi-fungsi, bagian-bagian, dan posisi maupun orang-orang yang menunjukkan
kedudukan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu
struktur organisasi. Dari struktur organisasi tersebut akan membentuk suatu kerja
sama yang baik antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, serta bawahan yang
satu dengan yang lainnya. PT Indonesia Power UBPOH Bali menggunakan struktur
organisasi yang bersifat struktural.
Masing – masing jabatan mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai posisi
pada struktur organisasi perusahaan. Berdasarkan surat keputusan Direksi Nomor
8

206.K/010/IP/2014 Tentang Organisasi Unit Bisnis Pembankit dan Operasi


Pemeliharaan Bali, mka diperlukan penyesuaian terhadap Bagan Sususnan Jabatan,
dan Formasi Jabatan UBPOH Bali yang ditetapkan dengan mempertimbangkan
efetivitas dan efisiensi organisasi.
Salah satu jenis organisasi yang digunakan di PT Indonesia Power UBPOH
Bali adalah organisasi structural. Adapun struktur organisasi pada PT Indonesia
Power UBPOH Bali adalah sebagai berikut :
9

Gambar 2.4 Bagan Susunan Jabatan Bagaian Enjiniring UBPOH Bali


10

Gambar 2.5 Bagan Susuna Jabatan Bagian Operasi UBPOH Bali


11

Gambar 2.6 Bagan Susunan Jabatan Bagian Pemeliharaan UBPOH Bali


12

Gambar 2.7 Bagan Susunan Jabatan Bagian Prokurmen UBPOH Bali


13

Gambar 2.8 Bagan Susunan Jabatan Bagian Keuangan dan Adminitrasi UBPOH Bali
14

Gambar 2.9 Bagan Susunan Jabatan Unit PLTG Gilimanuk UBPOH Bali
15

Gambar 2.10 Bagan Susunan Jabatan Unit PLTG Pemaron UBPOH B


16

BAB III
PEMBAHASAN

3.1.1 Sekilas tentang Kerja Praktik


Kerja Praktik di PT.Indonesia Power Unit Pembangkit dan Jasa
Pembangkitan Pesangagaran diposisikan pada divisi Predictive Maintenance.
Divisi ini mempunyai tugas yaitu mengantisipasi kegagalan suatu peralatan
sebelum terjadi kerusakan total, menganalisa suatu kondisi peralatan dari kebiasaan
perilaku peralatan. Kebiasaan ini dapat digunakan untuk memprediksi sampai
kapan peralatan mampu beroperasi secara normal. Sehingga dari divisi ini
mempunyai tujuan mengeleminasi gangguan pada mesin dengan menerapkan
teknologi yang sesuai untuk mengukur kondisi dari sebuah mesin, mengidentifikasi
dan melaporkan permasalahan secepatnya dan memprediksi waktu pelaksanaan
tindakan korektif dilaksanakan.
Portable DGA Transport X GE adalah salasatu alat yang berperan penting
pada divisi Predictibe Maintenance. Portable DGA Transport X GE adalah
peralatan portable untuk pencatatan, pengukuran, perekaman, atau pendeteksian
kandungan gas yang terkandung dalam minyak trafo. Akan tetapi karna
keterbatasan alat pada pihak Maintenance PT. Indonesia Power UBPOH.Bali unit
Pesanggaran. sempel minyak diperiksa oleh pihak ketiga.

3.1.2 Persiapan
1. Persiapan Transport X Portable DGA
2. Lakukan warming pada transport X selama kurang lebih 30 menit sebelum
digunakan
3. Pastikan Accessories Kit (Botol, Srying, Magnet) dan yang lainnya dalam
kondisi kering dan bersih
4. Pastikan trafo yang akan diambil sample minyak trafo dalam kondisi energize
5. Pastikan posisi valve yang akan diambil sample minyak trafo pada sisi bawah
17

6. Pasang plug bersama dengan konektor


7. Untuk langkah apapun dalam prosedur, catat kondisi-kondisi yang tidak
memuaskan pada work order spk dan laporan ke atasan.

3.1.3 Prosedur Umum


Persiapkan peralatan kerja meliputi: botol, jirigen keci, tang kombinasi,
tang
cucut, selang srying

Gambar 2. 4. 1 Persiapan peralatan kerja

Buka secara perlahan 4 buah baut pada valve, pastikan valve dalam keadaan
tertutup sebelum keempat baut tersebut dibuka.

Gambar 2. 4. 2 Membuka baut


18

Pasang selang penghubung pada srying, pastikan bahwa selang sudah


terhubung kuat pada srying agar udara luar tidak masuk saat pengambilan
sample.

Gambar 2. 4. 3 Memasang Selang

Pasang selang pada valve, buka kran velve secara perlahan, pastikan
Minyak trafo mengalir secara lancar dan tidak terlalu deras serta alirkan
keluar terlebih dahulu sebelum dialirkan ke dalam botol srying (hal ini
hanya untuk memastikan bahwa aliran minyak trafo yang mengalir tidak
terlalu deras).

Gambar 2. 4. 4 Membuka kran valve


19

Alirkan minyak trafo kedalam srying secara perlahan, pastikan tutup keran
pada srying jika botol sudah terisi penuh

Gambar 2. 4. 5 Minyak dialirkan

Pastikan tidak ada udara pada botol srying, dengan cara membuang minyak
trafo secara perlahan pada botol srying sehingga udara ikut keluar

Gambar 2. 4. 6 Tidak ada udara pada srynge


20

Isi kembali botol srying hingga di atas 50 ml dengan tidak meninggalkan udara
sama sekali

Gambar 2. 4. 7 Isi botol sebanyak 50 ml

Pengukuran Sampel Minyak


1. Tekan tombol switch on alat DGA dan tunggu untuk proses warming
up selama 30 menit.

2. Untuk proses pengukuran minyak sample tekan start new measurement.


21

3. Akan muncul pilihan Equipment type kemudian pilih transformer dan


selanjutnya tekan next.
22

4. Akan muncul pilihan Equipment Location pilih unit transformer yang


akan dilakukan pengukuran, jika sudah lanjut ke next.

5. Langkah selanjutnya pilih Equipment sampling point, karena titik yang


diambil pada trafo adalah sisi bawah maka pilih buttom
23

6. Selanjutnya yaitu pilihan Source sample, pilih sample oil karena yang
akan di test adalah minyak trafo kemudian lanjut ke next

7. Terdapat konfirmasi peralatan sebelum dilakukan pengukuran, lanjut ke


next
24

8. Informasi tambahan

9. Siapkan perlengkapan untuk pengetesan meliputi botol, magnet, srying


dalam keadaan bersih dan kering, kemudian langkah selanjutnya
25

10. Pasang botol beserta probenya untuk sampling minyak trafo, pastikan
magnet dimasukkan ke dalam botol

11. Setelah terinstal langkah selanjutnya yaitu purging dengan menekan


next dengan waktu 5 menit
26

12. Untuk persiapan proses selanjutnya yaitu memasang konektor srying


untuk proses memasukkan minyak trafo ke dalam botol

13. Ketika dapat instruksi ini tancapkan srying pada botol sample lakukan
pemasangan secara hati2 dan cepat karena dibatasi waktu
27

14. Pegang konektor untuk menjaga agar kepala srying tidak patah
(masukkan sample secara cepat karena dibatasi waktu)

15. Langkah selanjutnya proses pengukuran DGA berjalan


28

16. Jika sudah selesai maka akan keluar parameter kandungan gas pada
layar

3.2.1 Dasar Teori


 Disolved Gas Analisis (DGA)
DGA secara harfiah dapat diartikan sebagai analisis kondisi transformator
yang dilakukan berdasarkan jumlah gas terlarut pada minyak transformator.
Pengujian kandungan gas terlarut pada minyak trafo akan memberikan informasi
terkait akan kondisi dan kualitas kerja transformator secara keseluruhan. Uji DGA
dilakukan pada sampel minyak yang diambil dari transformator, kemudian gas-gas
terlarut (dissolved gas) tersebut diekstrak. Gas yang telah diekstrak lalu dipisahkan,
diidentifikasi komponen-komponen individualnya, dan dihitung kuantitasnya
(dalam satuan part per million – ppm ). Pengambilan sampel minyak untuk
pengujian DGA mengacu pada IEC standard 567. Pengambilan sampel minyak
dengan cara yang benar akan memberikan hasil analisa yang baik pada pengujian
DGA, apabila pengambilan sampel minyak dilakukan salah maka hasil pengujian
akan tidak akurat.
29

Langkah uji DGA :


1. Pengambilan sampel Uji
2. Ekstraksi Gas
Metode ekstraksi gas dalam uji gas terlarut ada 2 macam yaitu:
a. Gas Cromatograph
Teknik memisahkan zat-zat tertentu dari sebuah senyawa gabungan
berdasarkan tingkat penguapannya (volatility). Cara kerjanya berdasarkan sifat
penyerapan sistem kolom cromatografi gas terhadap sampel . sampel yang
diinjeksikan akan di alirkan oleh gas pembawa. Gas-gas yang mempunyai sifat
penyerapan yang berbeda akan terpisah. Pemisahan gas-gas ini akan di deteksi oleh
detector yang dikonversikan ke dalam sistem pencatat . Jenis dan jumlah gasnya
dapat diketahui dengan membandingkannya dengan jumlah gas standar yang
sebelumnya sudah diketahui komposisinya.

Gambar 3. 1 Gas chromatograph

b. Photoacoustic Spectroscopy
Dengan radiasi gelombang elektromagnetik dalam menentukan konsentrasi
gas terlarut (bisa dilihat pada gambar 3.2)
3. Interpretasi Data
Ada beberapa metode interpretasi DGA (N. A. Muhamad, 2007 ) yaitu :
a. TCG dan TDCG
30

b. Key Gas
c. Doernenburg Ratio Method
d. Rogers Ratio Method
e. Duvals Triangel
4. Pengambilan Kesimpulan

Gambar 3. 2 Metode Ekstraksi dengan Photoacoustic Spectroscopy

 Transformator Distribusi
Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian
listrik yang lain (belitan primer ke belitan sekunder) melalui sebuah gandengan
magnet. Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik
maupun elektronika. Penggunaannya dalam sistem tenaga memungkinkan
dipilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan misalnya,
kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh [1].
Dalam bidang tenaga listrik pada umumnya pemakain transformator dapat
dikelompokkan dalam :
31

1. Transformator Daya, transformator ini biasanya digunakan di


pembangkit tenaga listrik, untuk menaikkan tegangan pembangkit
menjadi tegangantransmisi.
2. Transformator distribusi, transformator ini pada umumnya digunakan
pada sub distribusi tenaga listrik, yaitu untuk menurunkan tegangan
transmisi menjadi tegangan distribusi.
3. . Transformator Instrument, transformator ini gunanya digunakan
sebagai alat instrument pengukuran yang terdiri dari transformator arus
(current transformer) dan transformator tegangan (potential
transformer).

 Minyak trafo
Minyak trafo merupakan salah satu bagian dari transformator daya yang
berfungsi antara lain sebagai media pendingin dan sebagai media isolasi pada trafo.
Apabila terjadi gangguan pada trafo akibat dari gangguan termal maupun ganguan
elektris, akan muncul gas-gas mudah terbakar dalam minyak trafo. Dengan
mengetahui jenis dan jumlah gas yang ada pada minyak trafo, dapat diketahui
kemungkinan gangguan yang terjadi. Metode ini dikenal dengan nama DGA
(Dissolved Gas Analyis) yang digunakan sebagai perawatan pada minyak trafo.
Minyak transformator harus memenuhi persyaratan, yaitu:
1. Kekuatan isolasi tinggi
1. Penyalur panas yang baik, berat jenis yang kecil, sehingga partikel-
partikel dalam minyak dapat mengendap dengan cepat
2. Viskositas yang rendah, agar lebih mudah bersirkulasi dan memiliki
kemampuan pendinginan menjadi lebih baik
3. Titik nyala yang tinggi dan tidak mudah menguap yang dapat
menimbulkan bahaya
4. Tidak merusak bahan isolasi padat
5. Sifat kimia yang stabil
32

 Jenis Kegagalan yang Dapat Dideteksi


Dari berbagai kasus kegagalan (fault) yang terjadi pada transformator dan
terdeteksi melalui uji DGA, maka kegagalan pada transformator dapat digolongkan
menjadi beberapa kelas :
Tabel 3. 1 Jenis Kegagalan (fault) yang Terdeteksi dengan Uji DGA

3.3 Studi Kasus


Data yang diberikan di bawah, akan dianalisa kegagalan transformator
dengan menggunakan berbagai interpretasi DGA

Tabel 3. 2 Data Transformator PLTG 1


33

DGA
TGL H2 O2 N2 CH4 CO CO2 C2H6 C2H4 C2H2 TOT
BATASAN
< 100 < 120 < 350 <2500 < 65 <50 <2 < 720
OPERASI
No POINT 18595 18597 18600 18601 13499 18598 18599
18-May-13 63 17870 118922 130 693 4583 337 0 0 0
4-Jul-13 134 15 8 202 11 5 0 0
8-Jul-13 31 16685 75343 107 427 2194 189 16 0 449
14-Oct-13 55 16746 104894 31 261 1217 16 14 0 501
14-Apr-14 34 95 507 2249 174 18 0.5 437
16-Jul-14 70 10960 48399 136 765 2050 175 24 0 393
4-Nov-14 26 20472 44546 55 291 126 101 10 0 483
5-Jan-15 0 29460 42246 0 2 90 0 0 0 2
11-Aug-15 2 16921 35183 0 348 2393 2 10 0 365
9-Nov-15 7 24954 57642 5 423 2585 2 17 0 454
9-May-16 5 15132 62250 6 453 2580 1 17 0 482
4-Oct-16 19 15487 65558 11 475 3194 2 36 0 543
5-Jul-17 10 17537 67293 9 494 3705 4 38 0 555

3.3.1 Interpretasi TDCG


Total Combustible Gas (TCG) dan Total Dissolved Combustible Gas
(TDCG) dalah dua alat diagnose yang tidak berbasis pada perbandingan. TCG
berkaitan dengan gas yang berada di headspace dan TDCG berkaitan dengan gas
yang tidak larut dalam minyak.
34

Gambar 3. 3 Kategori TDCG

Kedua parameter ini dapat mengindikasikan level gas meningkat sehingga


dapat dijadikan indicator untuk melakukan sampling DGA secara manual. Akan
tetapi, IEEE merekomendasikan untuk menggabungkan hasil perhitungan TCG/
TDCG agar diperoleh diagnose yang lebih akurat.

Tabel 3. 3 Total Dissolved Combustible Gas

METODE
TGL H2 CH4 CO C2H6 C2H4 C2H2 TDGC
TDGC
18-May-13 63 130 693 337 0 0 0 NORMAL
4-Jul-13 134 15 8 11 5 0 0 NORMAL
8-Jul-13 31 107 427 189 16 0 449 NORMAL
14-Oct-13 55 31 261 16 14 0 501 NORMAL
14-Apr-14 34 95 507 174 18 0.5 437 NORMAL
16-Jul-14 70 136 765 175 24 0 393 NORMAL
4-Nov-14 26 55 291 101 10 0 483 NORMAL
5-Jan-15 0 0 2 0 0 0 2 NORMAL
11-Aug-15 2 0 348 2 10 0 365 NORMAL
9-Nov-15 7 5 423 2 17 0 454 NORMAL
9-May-16 5 6 453 1 17 0 482 NORMAL
4-Oct-16 19 11 475 2 36 0 543 NORMAL
5-Jul-17 10 9 494 4 38 0 555 NORMAL
35

Pada interpretasi TDCG, nilai karbon dioksida tidak mempengaruhi hasil


interpretasi karena karbon dioksida bukan merupakan variable bebas dalam
interpretasi ini. Persamaan matematis untuk TDCG adalah sebagai berikut 69
𝑇𝐷𝐶𝐺 = 𝐻2 + 𝐶𝐻4 + 𝐶2 𝐻2 + 𝐶2 𝐻4 + 𝐶2 𝐻6 + 𝐶𝑂
Dari table di atas dapat dilihat bahwa data sampel dari Main Trafo PLTG 1
memiliki TDGC yang relative rendah ( < 720 ). Dalam analisa TDCG ini, belum
dapat dideteksi kerusakan apa yang terjadi pada trafo karena TDCG tidak
mendeteksi kegagalan trafo dengan analisa kandungan gas per gas, akan tetapi dari
total gas - gas terlarut tersebut.

3.3.2 Key Gas


Key gas didefinisikan oleh IEEE std.C57 – 104.1991 sebagai gas-gas yang
tebentuk pada transformator pendingin minyak yang secara kualitatif dapat
digunakan untuk menentukan jenis kegagalan yang terjadi, berdasarkan jenis gas
yang khas atau lebih dominan terbentuk pada berbagai temperatur.

Tabel 3. 4 Kategori kondisi


36

Grafik 3. 1 Grafik key gas

Dalam analisa key gas, ada empat gas utama yang akan menjadi variable
kunci menentukan kegagalan transformator. Variabel tersebut adalah:
1. Hidrogen atau H2
2. Karbon Monoksida atau CO
3. Metana atau CH4
4. Asetilena atau C2H2
37

H2 CH4 CO (CARBON C2H2


TGL TOT
(HYDROGEN) (METHANE) MONOXIDA) (ACETYLENE)
18-May-13 63 130 693 0 0
4-Jul-13 134 15 8 0 0
8-Jul-13 31 107 427 0 449
14-Oct-13 55 31 261 0 501
14-Apr-14 34 95 507 0.5 437
16-Jul-14 70 136 765 0 393
4-Nov-14 26 55 291 0 483
5-Jan-15 0 0 2 0 2
11-Aug-15 2 0 348 0 365
9-Nov-15 7 5 423 0 454
9-May-16 5 6 453 0 482
4-Oct-16 19 11 475 0 543
5-Jul-17 10 9 494 0 555

Secara lebih jelas, jika data tersebut disajikan dalam grafik akan terlihat
perbedaan yang signifikan dari gas-gas tersebut dibanding gas lain

2013

700

600

500

400

300

200

100

0
H2 CH4 CO C2H2

18-May 4-Jul 8-Jul 14-Oct


38

2014

800
700
600
500
400
300
200
100
0
H2 CH4 CO C2H2

15-Apr 16-Apr 4-Nov

2015

450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
H2 CH4 CO C2H2

5-Jan 11-Aug 9-Nov


39

2016

500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
H2 CH4 CO C2H2

9-May 4-Oct

2017

500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
H2 CH4 CO C2H2

5-Jul

Dari kelima grafik tersebut, dua gas yang cukup menonjol atau tinggi
nilainya adalah adalah CH4 dan CO. Tingginya nilai CO mengindikasikan bahwa
kerusakan terdapat pada minyak trafo dan isolasinya, sedangkan tingginya nilai
40

CH4 menandakan bahwa ada indikasi terjadinya partial discharge pada


transformator.

3.3.3 Doernenburg Ratio Method


Metode Doernenburg terlampir pada IEEE C57.104-1991. Metode ini
sudah ditinggalkan sejak ditemukannya metode Rogers Ratio dan Basic Gas Ratio.
Jika dibandingkan dengan metode diagnosa lainnya, DRM tetap merupakan alat
diagnosa yang cukup efektif
Tabel 3. 5 Rasio gas menurut DRM

Untuk menggunakan DRM ini, konsentari dari key gas (H2, C2H2, C2H4,
C2H6, or CH4) harus setidaknya 2x lebih besar daripada konsentrasi L1. Saat
kriteria ini terpenuhi, terdapat 4 kemungkinan perbandingan yang dapat dihitung.

TGL H2 CH4 C2H6 C2H2 C2H4 CH4/H2 C2H2/C2H4 C2H2/CH4 C2H6/C2H2 CODE
18-May-13 63 130 337 0 0 2.1 ERROR 0 ERROR 1
4-Jul-13 134 15 11 0 5 0.1 0 0 ERROR 0
8-Jul-13 31 107 189 0 16 3.5 0 0 ERROR 1
14-Oct-13 55 31 16 0 14 0.6 0 0 ERROR 0
14-Apr-14 34 95 174 0.5 18 2.8 0.03 0.01 348 1
16-Jul-14 70 136 175 0 24 1.9 0 0 ERROR 1
4-Nov-14 26 55 101 0 10 2.1 0 0 ERROR 1
5-Jan-15 0 0 0 0 0 0.0 ERROR ERROR ERROR 0
11-Aug-15 2 0 2 0 10 0.0 0 ERROR ERROR 0
9-Nov-15 7 5 2 0 17 0.7 0 0 ERROR 0
9-May-16 5 6 1 0 17 1.2 0 0 ERROR 1
4-Oct-16 19 11 2 0 36 0.6 0 0 ERROR 0
5-Jul-17 10 9 4 0 38 0.9 0 0 ERROR 0
41

Keterangan kode:
0 untuk kondisi normal
1 untuk kondisi thermal decomposition
2 untuk Corona ( Low Intensity PD)
3 untuk Arching (High Intensity PD)
Dengan menggunakan interpretasi DRM ini, pertama-tama akan dihitung
dahulu perbandingan dari masing-masing gas hidrokarbon terhadap gas
hidrokarbon lainnya ataupun hydrogen. Melalui rasio-rasio ini, akan dianalisa
gangguan terhadap trafo yang terjadi. Seperti pada data di atas, terlihat bahwa
kebanyakan memiliki indikasi gangguan thermal.

3.3.4 Rogers Ratio Method


Metode Rogers Ratio merupakan evolusi dari DRM dan dapat dikatakan
serupa, namun, pada metode ini, besar konsentrasi key gases tidak perlu mencapai
2x L1, hanya cukup mencapai nilai L1.
Nilai dari ketiga perbandingan gas yang berpengaruh ke diagnose kasus
tersaji dalam table di bawah ini.
Tabel 3. 6 Rasio gas menurut RRM

Di samping tingkat keakuratan RRM, DRM maupun key gases, ketiga


metode tersebut masih memiliki kekurangan, yaitu, masih terdapat kondisi dimana
42

kombinasi gas yang diperoleh tidak masuk dalam jangkauan spesifikasi metode-
metode tersebut sehingga kesalahannya tidak dapat dideteksi.

Tabel 3. 7 Rogers Ratio Method

TGL H2 CH4 C2H6 C2H2 C2H4 C2H2/C2H4 CH4/H2 C2H4/C2H6 CODE


18-May-13 63 130 337 0 0 ERROR 2.1 0.0 3
4-Jul-13 134 15 11 0 5 0.0 0.1 0.5 0
8-Jul-13 31 107 189 0 16 0.0 3.5 0.1 3
14-Oct-13 55 31 16 0 14 0.0 0.6 0.9 0
14-Apr-14 34 95 174 0.5 18 0.03 2.8 0.1 Unknown
16-Jul-14 70 136 175 0 24 0.0 1.9 0.1 5
4-Nov-14 26 55 101 0 10 0.0 2.1 0.1 5
5-Jan-15 0 0 0 0 0 ERROR 0.0 ERROR 0
11-Aug-15 2 0 2 0 10 0 0.0 5.0 Unknown
9-Nov-15 7 5 2 0 17 0 0.7 8.5 2
9-May-16 5 6 1 0 17 0 1.2 17.0 5
4-Oct-16 19 11 2 0 36 0 0.6 18.0 5
5-Jul-17 10 9 4 0 38 0 0.9 9.5 5

Tabel 3. 8 Keterangan Rogers Ratio Method


Kode Failure
0 No Fault
1 Low energy Partial Discharge
2 High Energy partial discharge
3 Low energy discharge (sparking, arching)
4 high energy discharge (arching)
43

5 thermal fault <150


6 Thermal fault 150-300
7 Thermal Fault 300 - 700
8 Thermal fault >700

Pada dasarnya, metode perbandingan Roger ini sama dengan metode DRM
yang menggunakan rasio perbandingan gas hidrokarbon terhadap gas hidrokarbon
lainnya atau gas hydrogen. Akan tetapi pengklasifikasian Roger’s Ratio ini lebih
banyak dibandingkan dengan DRM seperti termuat pada Tabel 4.5. Dari hasil
analisa, dapat dilihat bahwa menurut interpretasi menggunakan RRM ini, gangguan
trafo rata - rata juga terletak pada thermalnya, sama seperti hasil interpretasi DRM

3.3.5 Duval Triangle


Metode Duval Triangle dikembangkan dari database IEC TC10 databases
dan IEC 60599 Ratio method. Sekitar 200 lebih kasus diterapkan untuk
pengembangan metode ini. Dengan menggunakan Duval triangle ini, ada 6 zona
kesalahan potensial yang dapat dideteksi, yaitu: partial discharges, electrical faults
(arcing high dan low energy), serta thermal faults (over various temperature
ranges), dan juga a DT zone (mixture of thermal and electrical faults).
Penggunaan DTM berdasarkan 3 three key gases (CH4, C2H4, and C2H2)
yang mempengaruhi kenaikan energy dari gas. Konsentrasi gas ini akan dihitung
dan digambarkan di ketiga sisi diagram segitiga menggunakan rasio:
44

Tabel 3. 9 Duval triangle

Seperti dikatakan sebelumnya, jika pada ketiga metode sebelum ini, hasil
yang diperoleh dapat keluar dari kriteria metode-metode tersebut dan tidak
memberi hasil diagnose, hal ini tidak terjadi pada Duval triangle. Metode Duval
triangle dalah system yang tertutup sehingga analisis dapat terus dilakukan dengan
persen kesalahan diagnose yang relative kecil. Pada kenyataannya, metode Duval
Triangle juga merupakan metode yang lebih akurat disbanding metode-metode
lainnya
45

18 May 2013

4 Juli 2013
46

8 Juli 2013

14 Oktober 2013
47

14 April 2014

16 Juli 2014

4 November 2014
48

5 Januari 2015
49

11 Agustus 2015

9 November 2015
50

9 May 2016

4 October 2016
51

5 Juli 2017

Dapat dilihat dari ketigabelas data Duval Triangle tersebut rata – rata
diagnosis gangguan menunjukkan ada pada kondisi thermal-nya sama dengan
metode sebelumnya yaitu DRM dan RRM.

3.3.6 Duval Pentagon


Duval pentagon ini akan mengambil persentase nilai hydrogen (H2), metana
(CH4), Etilen (C2H4), ethane (C2H6) dan asetilena (C2H2) dari keseluruhan jumlah
kelima gas tersebut sebagai koordinat titik. Koordinat ini akan terletak pada salah
satu area dari lima area pentagon, dan menjadi indikasi gangguan yang terjadi pada
trafo itu. Dari data-data ituakan direpresentasikan gangguan yang terjadi. Duval
pentagon menyajikan hasil yang lebih akurat dibandingkan duval triangle karena
jenis gangguan yang dapat dianalisa lebih banyak dan variable yang dikajinya lebih
banyak.
52

You might also like