Professional Documents
Culture Documents
Laporan Aphp 1
Laporan Aphp 1
PERTANIAN
Dosen pengampu :
Ir. Surhaini, MP
Disusun oleh :
Nama Nim
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 HASIL
Tabel 1.1 hasil yang di peroleh setelah pengeringan pertama
Sampel Berat cawan + tutup + sampel Kadar air (%) Total padatan
(g) (%)
Awal Akhir 1 Akhir 2
Tepung 9,406 9,170 9,160 2,5 % 97,5 %
Roti Gabin 11,495 11,294 11,287 1% 99,8 %
Roti Tawar 10,305 9,356 9,351 9,2 % 90,8 %
Sampel Berat cawan + tutup + sampel Kadar air (%) Total padatan
(g) (%)
Awal Akhir 1 Akhir 2
Tepung 34,706 34,489 34,483 0,6 % 99,4 %
Roti Gabin 37,769 37,648 37,621 0,3 % 99,7 %
Roti Tawar 35,014 34,677 34,658 0,9 % 99,1 %
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, metode yang digunakan adalah metide
pengeringan dengan oven. Metode oven memiliki beberapa kekurangan, yaitu
bahan lainikut menguap,terjadi penguraian karbohidrat menghasilkan air yang ikut
terhitung. Berat sampel yang di hitung setelah dikeluarkan dari oven harus
didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan yang tidak berkurang atau tetap
setelah dimasukkan dalam oven. Berat sampel setelah konstan dapat diartikan
bahwa bahan yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang tersisa hanya
padatan dan air yang benar-benar terikat kuat dalam, setelah itu dapat dilakukan
perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan.
Kadar air yang didapat dalam berat kering pada ketiga bahan bervariasi,
begitu pun berat basah. Kadar air berat kering adalah perbandingan antara berat
air didalam bahan tersebut dengan berat keringnya. Sedangkan kadar air berat
basah adalah perbandingan antara berat air didalam bahan dengan berat bahan
pangan.
Pada praktikum kali ini untuk menentukan kadar air bahan pangan, bahan
yang digunakan yaitu, tepung terigu, roti gabin, dan roti tawar. Untuk tepung
terigu bahan yang digunakan adalah sebanyak < 2 gram sedangkan untuk roti
tawar dan roti gabin bahan yang digunakan adalah sebanyak > 3 gram.
Kadar air yang diperoleh untuk bahan pangan tepung terigu adalah 2,5 %
dalam wadah cawan dan 0,6 % untuk cawan porselen. Sedangkan, menurut
standar SNI 01-2974-1992 kadar air dalam tepung terigu dalam % b/b maksimal
14,5 %. Sedangkan untuk roti gabin diiperoleh kadar air sebanyak 1 % untuk
cawan dan 0,3 % untuk porselen. Pada roti tawar kadar airnya adalah sebanyak
9,2 % pada cawan dan 0,9 % pada wadah porselen, kadar air pada sampel tersebut
belum memenuhi standar SNI 01-2973-1992 tentang syarat mutu roti tawar yaitu
kadar air maksimal 5 % sehingga sampel roti tawar belum layak untuk di
konsumsi karena kadar air yang terlalu tinggi pada pada sampel makanan dapat
mempercepat proses pembusukan dan ketengikan pada bahan makanan tersebut.
Pada praktikum kali ini bahan dengan kadar air paling tinggi adalah roti
tawar. Kadar air suatu bahan pangan akan mempengaruhi sifat dari bahan itu
sendiri, jika kadar air suatu bahan terlalu tinggi maka akan sangat mudah
terjadinya kerusakan olek mikroba, dan daya simpan bahan tersebut tidak akan
bertahan lama, dalam perhitungan jumlah kadar air ini terdapat juga senyawa lain
yang ikut terhitung, senyawa yang terkandung dalam bahan pangan tersebut yang
bersifat volatile atau mudah menguap sehingga ikut terhitung ketika menghitung
jumlah kadar air bahan tersebut dan juga jumlah total padatannya.
Faktor yang mempengaruhi analisis air metode oven ini adalah
penimbangan sampel, kondisi oven (suhu, gradien suhu, kecepatan aliran dan
RH), pengeringan sampel sebelum di oven dan perlakuan setelah pengeringan.
Kemudian kesalahan baik prosedur kerja ataupun alat yang digunakan juga dapat
mempengaruhi hasil anilisa kadar air ini sehingga data yang didapatkan tidak
akurat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
perhitungan kadar air ini terdapat senyawa lain dari suatu bahan yang bersifat
volatile yang ikut terhitung. Bahan yang memiliki kadar air paling tinggi dalam
praktikum ini adalah roti tawar dengan kada airnya sebanyak 9,2 % pada cawan
dan 0,9 % pada wadah porselen, kadar air pada sampel tersebut belum memenuhi
standar SNI 01-2973-1992 tentang syarat mutu roti tawar yaitu kadar air
maksimal 5 % sehingga sampel roti tawar belum layak untuk di konsumsi karena
kadar air yang terlalu tinggi pada pada sampel makanan dapat mempercepat
proses pembusukan dan ketengikan pada bahan makanan tersebut.
5.2 Saran
Amanu. F.N. 2014. Pembuatan Tepung Mocap Di Madura ( Kajian Vanetas Dan
Lokasi Penanaman) Terhadap Mutu Dan Rendemen. jurnal pangan dan
agroindustri vol. 2 : 161 – 169.
SNI. 1992. Roti Tawar. SNI 01-2973-1992. Badan Standar Nasional Indonesia.
Jakarta
SNI. 1992. Tepung Terigu. SNI 01.2974-1992. Badan Standar Nasional Indonesia.
Jakarta
LAMPIRAN
No Gambar Keterangan
1.
Hasil timbangan setelah
pengeringan ke dua pada
tepung terigu
2.
Hasil timbangan setelah
pengeringan ke dua pada roti
gabin
3.
Hasil timbangan setelah
pengeringan ke dua pada roti
tawar
5.
Hasil timbangan setelah
pengeringan pertama untuk
tepung terigu
6.
Hasil timbangan setelah
pengeringan pertama untuk roti
gabin
7.
Hasil timbangan setelah
pengeringan pertama untuk
bahan roti tawar
8.
Roti tawar setelah dilakukan
pengeringan
9.
Tepung terigu setelah
dilakukan pengeringan
10.
Semua bahan yang digunakan
dalam praktikum ini
11.
Bahan yang digunakan adalah
roti gabin dan bentuknya
setelah dilakukan pengeringan