Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Desain Penelitian

Dalam karya tulis ini, desain penelitian meliputi pembicaraan mengenai (1)

pendekatan dan jenis penelitian, (2) kehadiran peneliti, (3) lokasi penelitian, (4)

tahap-tahap penelitian. Berikut ini hal tersebut diuraikan.

2.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut McMillan &

Schumacher (dalam Siti, 2012) penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang

juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data

dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat

penelitian. Dengan pendekatan tersebut Peneliti akan berupaya menjelaskan metode

pendidikan karakter yang diterapkan bagi siswa asrama putra St. Albertus. Alasan

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena topik yang diteliti belum

jelas, kompleks, dinamis, dan penuh makna. Dalam penelitian ini Peneliti

melakukan wawancara dan pengamatan.

Penelitian ini mengunakan jenis penelitian studi kasus. Menurut Ulfaltin

(2013: 48) studi kasus adalah suatu metode penyelidikan secara langsung dengan

latar yang ilmiah dan memusatkan perhatian pada suatu peristiwa secara intensif

dan rinci.

10
2.1.2 Kehadiran Peneliti

Kehadiran Peneliti sangat diperlukan dalam setiap kegiatan di tempat peneliti

karena Peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana tindakan, pengamat, reaktor,

dan sebagai pelapor hasil penelitian. Oleh karena itu, instrumen utama dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti bertindak sebagai perancang

penelitian, pelaku penelitian, pengumpul dan penganalisis data, serta sebagai

pelapor hasil penelitian. Peneliti berkolaborasi dengan narasumber yang

berkompeten dengan masalah yang diteliti.

2.1.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di asrama putra St. Albertus yang terletak di Jalan

Kurinci No. 22, Kecamatan Klojen, Kelurahan Oro-Oro Dowo, Malang. Letak

asrama putra St. Albertus bersebelahan dengan SMAK St. Albertus Malang.

Tepatnya di pertigaan antara Jalan Talang dan Kurinci. Asrama putra St. Albertus

didirikan karena besarnya minat dari anak luar kota Malang terhadap pendidikan di

SMAK St. Albertus Malang. Asrama Putra St, Albertus dapat dilihit pada gambar

2.1. Asrama putra St. Albertus merupakan asrama yang dilandaskan dalam

kehidupan doa, pelayanan dan persaudaraan.

Berdasar arsip yang tersimpan, asrama putra St. Albertus berdiri di atas tanah

seluas 683 m2. Pada mulanya tanah (dan bangunan) ini milik Ibu Atik Mulyati.

Pemilik lama menggunakannya untuk tempat kost putri anak SMAK St. Albertus.

Pada tanggal 30 Juli 2007 tanah ini dibeli Ordo Karmel. Kemudian pada tanggal 06

Agustus 2007 Rm. Heribertus Heru Purwanto, O.Carm selaku prior provinsial Ordo

Karmel Indonesia mengajukan kepada pihak Kantor Pertanahan untuk mengubah

11
penggunaan tanah ini dari perumahan (rumah tinggal) menjadi asrama. Pada

tanggal 15 Agustus tahun yang sama surat persetujuan dari Kantor Pertanahan

turun. Asrama ini diresmikan/diberkati oleh Rm. H. Heru Purwanto, O.Carm pada

tanggal 11 Februari 2009, meski sebenarnya telah beroperasi sejak bulan Juli

2008 di mana tahun ajaran 2008 – 2009 dimulai. Sebagai pendiri sekaligus pembina

asrama adalah Br. Yohanes Suparno. O.Carm. Hal ini dikukuhkan oleh SK Yayasan

Sancta Maria Malang No. 350/YSM.OC/XI/2008. Dalam SK dinyatakan bahwa Br.

Yohanes Suparno. O.Carm ditarik dari tugas dan jabatan sebagai bendahara SMAK

St. Albertus untuk selanjutnya sebagai pembina Asrama St. Albertus dan guru

Bimbingan Konseling SMAK St. Albertus. Pada rapat Yayasan Sancta Maria

Malang tanggal 20 Desember 2008 Yayasan menerima penyerahan lembaga asrama

Dempo sebagai lembaga pendidikan alternatif.

Saat ini asrama putra St. Albertus dipimpin oleh Br. Antonius Mungsi,

O.Carm dibantu oleh Br. Antonius Widi, O.Carm. Asrama putra St. Albertus

memiliki 4 orang karyawan dimana ada 2 orang yang bertugas memasak yakni Ibu

Sumarni dan Ibu Fransisca Rosa Delima Marbun, 1 orang yang bertugas mencuci

yakni Ibu Christina Gunani serta 1 orang sebagai tukang pembersih yakni Bapak

Mat Rokim.

Fasilitas dari asrama putra St. Albertus yakni 43 buah kamar tidur, 3 ruang

yang difungsikan sebagai ruang belajar, 1 ruang yang bisa difungsikan sebagai

ruang makan dan belajar, kapel yang difungsikan sebagai tempat berdoa dan ibadat,

tempat cuci yang dilengkapi 2 buah mesin cuci dan 19 kamar mandi.

12
Penulis memilih lokasi asrama putra St. Albertus didasarkan pada kesesuaian

topik yang dipilih yakni mengenai penerapan pendidikan karakter dalam kehidupan

siswa di asrama putra St. Albertus tahun ajaran 2016/2017.

Gambar 2.1 Lokasi Asrama Putra St. Albertus

2.1.4 Tahap-Tahap Penelitian

Berikut ini tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

1. Persiapan penelitian

a. Menentukan judul

b. Menentukan fokus penelitian

c. Studi kepustakaan

d. Menyusun kerangka penelitian

e. Prosedur/ metode penelitian

2. Persiapan pengumpulan data

a. Penyusunan instrumen penelitian

b. Penentuan narasumber
13
c. Pralapangan observasi pendahuluan

3. Pengumpulan data

a. Observasi

b. Wawancara mendalam

4. Pengolahan data

a. Transkrip

b. Klasifikasi data

5. Analisis data

a. Interpretasi data

b. Penulisan laporan

2.2 Sumber Data/ Narasumber

Subjek penelitian ini adalah siswa, pembina, dan karyawan asrama putra St.

Albertus di Malang. Sumber data juga diperoleh dari arsip. Pembahasan yang lebih

mendalam adalah mengenai pendidikan karakter dan penerapannya dalam

kehidupan berasrama siswa asrama putra St. Albertus. Sejalan dengan subjek

penelitian, sumber data penelitian ini adalah pengalaman nyata dari peneliti,

khususnya pada peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi sehari-hari di asrama putra

St. Albertus.

2.3 Pengumpulan Data

Menurut Ayu Lestariningtyas (2016) data ialah sesuatu yang belum

mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan suatu pengolahan. Data

bisa berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa

14
ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa digunakan sebagai bahan untuk melihat

lingkungan, objek, kejadian ataupun suatu konsep.

Teknik yang digunakan Peneliti untuk mengumpulkan data adalah observasi,

dokumentasi, dan wawancara. Menurut Pujilestari (2015) teknik observasi adalah

teknik pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan pengamatan secara

langsung di lokasi penelitian. Menurut Sugiyono (dalam Trianto, 2015) teknik

dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif. Menurut Esterberg (dalam Trianto, 2015)

wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Teknik observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung proses

pembinaan pendidikan karakter di asrama putra St. Albertus. Teknik wawancara

dan observasi dilakukan untuk melengkapi data hasil observasi.

2.4 Analisis Data

Ulfaltin (2013: 234) mengatakan analisis data dalam penelitian kualitatif

adalah proses sistematis untuk mencari dan mengatur transkip wawancara, catatan

lapangan, dan materi-materi lain untuk menemukan apa yang penting dilaporkan

kepada orang lain sebagai temuan penelitian.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

komponen. Metode analisis komponen yaitu teknik analisis yang didasarkan atas

kesamaan komponen berdasarkan gejala sosial. Peneliti memilih analisis komponen

untuk mengenali gejala dan kemudian gejala yang memiliki kesamaan unsur

dipisahkan secara alamiah. Tujuan dari analisis data kualitatif adalah menganalisis

15
proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran

yang tuntas dari proses tersebut.

2.5 Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan temuan yang telah diperoleh dalam penelitian,

Peneliti akan melakukan perpanjangan pengamatan dan peningkatan ketekunan di

lokasi penelitian. Sugiyono (MGBS Bahasa Indonesia, 2013: 23) mengatakan

bahwa perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali lagi ke lokasi penelitian

untuk melakukan pengamatan atau wawancara lagi dengan narasumber yang sama

maupun yang baru, sedangkan peningkatan ketekunan dimaksudkan peneliti

melakukan pengamatan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan di

lokasi

penelitian. Dengan demikian, temuan yang diperoleh dalam penelitian ini benar-

benar terjamin validitas, reliabilitas, dan objektivitasnya.

16

You might also like