Professional Documents
Culture Documents
1054 2198 1 SM
1054 2198 1 SM
Abstract: The selection of appropriate approaches for specific design project is the most
creative step in a design process. In the recent research report (Herliana 2010), the approach
which is derived from auditorial sensation through a conceptual interpretation of the
characteristics of liturgical music in the Catholic Church explores the analogy of the musical
composition elements and the architectural elements of design. The aim of this study is to
implement the interpretation of the analogous of musical composition elements to the
simulation in designing the extension of Cathedral Church in Bogor. The synthetic process
explores a new configuration pattern of form and space - through the superimposition method
of site-pattern interpretation and sound-pattern interpretation - to create a new order. The
result is the re-arrangement of the form and space configuration through the process of
creating “musical composition” in site, such as maintaining the hierarchy of site and the
building structure, creating melodies, elaborating modulations, giving the ornaments, adding
accents, and making rhyme; by strengthening dominant patterns and weakening sub-dominant
patterns.
Keywords: conceptual interpretation, analogy in Architecture, musical elements,
superimposition method
Abstrak: Proses pencarian dan pemilihan pendekatan yang paling tepat untuk suatu kasus
proyek yang spesifik adalah tahap yang memerlukan kreatifitas dan paling menentukan di
dalam proses merancang. Pada artikel hasil penelitian penulis (Herliana 2010), telah
disebutkan mengenai pendekatan yang bersumber dari sensasi bunyi melalui interpretasi
konseptual karakteristik musik liturgi pada Gereja Katolik untuk merumuskan analog dari
unsur-unsur komposisi musikal terhadap unsur-unsur arsitektural pada perancangan
perluasan Gereja Katedral. Tulisan yang merupakan hasil penelitian mengenai proses desain
ini bertujuan untuk menerapkan analog-analog dari unsur komposisi musikal pada simulasi
perancangan perluasan bangunan Gereja Katedral di Bogor. Proses sintesis dilakukan dengan
mencari konfigurasi ruang dan bentuk yang baru melalui metoda superimposisi dari
interpretasi pola lahan dan interpretasi pola bunyi yang terjadi pada lahan untuk menciptakan
keteraturan. Hasilnya adalah penataan ulang terhadap konfigurasi ruang dan bentuk melalui
proses menciptakan “komposisi musikal” pada lahan, seperti dengan mempertahankan hirarki
ruang pada struktur bangunan dan “site”, pembentukan melodi, pengolahan modulasi,
pemberian ornamen, menambahkan aksen, dan membuat syair; dengan memperkuat pola yang
dominan.
Kata kunci: interpretasi konseptual, analogi dalam Arsitektur, unsur-unsur musikal, metoda
superimposisi
1
Tulisan ini merupakan bagian lanjutan dari hasil penelitian desain penulis (Herliana, E. T. 2010. Sensasi Bunyi sebagai
Stimulus Pendekatan Perancangan Arsitektur melalui Interpretasi Konseptual terhadap Karakteristik Musik Liturgi,
Jurnal Arsitektur Komposisi, 8 (1): 51-74).
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 1, April 2012
Perancangan Arsitektur sebenarnya yang bersifat visual dan diarahkan kepada
merupakan kesepakatan yang terjadi antara visualisasi. Namun, apabila kita memahami
kreatifitas dan realitas. Proses merancang bahwa arsitektur adalah sesuatu yang
selalu merupakan hal yang unik, unik bagi dialami, maka kita akan menyadari bahwa
setiap desainer dan bagi setiap kasus desain. ada pengalaman-pengalaman sensori lain
Begitu banyak kemungkinan pendekatan yang bisa menjadi titik tolak pendekatan di
yang dapat dijadikan titik awal di dalam dalam merancang.
mendisain. Dari sekian banyak pendekatan, Bagian lanjutan dari hasil penelitian
kita harus menentukan pilihan yang tepat desain ini akan membahas proses penerapan
berdasarkan konteks penerapan dan tingkat dari pendekatan yang bertitik tolak dari salah
penginterpretasian konsep yang ingin satu pengalaman sensori, yaitu pengalaman
diterapkan. akan bunyi yang berawal dari sensasi bunyi,
Proses desain selain mempertimbang- yang telibat di dalam kegiatan pada bangunan
kan masalah teknis juga melibatkan peribadatan, yaitu Gereja Katedral Bogor.
imajinasi. Broadbent (1973) mengungkapkan Penerapannya adalah dengan penganalogian
bahwa arsitek biasanya menggunakan empat konsep-konsep di dalam bunyi musikal
cara dasar yang berbeda untuk menghasilkan terhadap konsep-konsep arstitektural yang
bentuk tiga dimensi, yaitu pragmatis, ikonik, sesuai dengan kasus studi di dalam proses
analogi, dan kanonik; dengan aturan aplikasi merancang. Proses ini dilakukan dengan
yang kronologis. Menurut Broadbent, mengeksplorasi segala kemungkinan
kronologi ini mengimplikasikan suatu penerapan analog-analog bunyi musikal yang
elaborasi yang semakin meningkat, dengan dapat terjadi serta memilih kemungkinan
desain pragmatik sebagai cara yang paling yang paling optimal, sesuai dengan
primitif di dalam mendesain dan kanonik kebutuhan fungsi, struktur, dan akustik ruang
sebagai cara yang paling intelek. Ini tidak dengan transformasi, metafora, maupun
berarti bahwa cara desain yang terakhir simbolisasi.
menghapuskan cara desain sebelumnya, atau
bahwa masing-masing digunakan secara ANALOGI DI DALAM PERANCANGAN
eksklusif pada waktu tertentu. Suatu survei
yang intensif membuktikan bahwa sepanjang Ada beberapa cara untuk memberikan
sejarah para arsitek telah menggunakan kepuasan akan pengalaman sensori, salah
kombinasi keempat cara tersebut, biasanya satunya adalah dengan analogi. Broadbent
dengan penekanan tertentu pada satu atau (1975) menyatakan bahwa masalah utama di
beberapa cara dari keempatnya. Shokes dalam mendesain adalah transisi dari analisis
(1989) mendukung pernyataan ini dengan menuju sintesis, sedangkan mekanisme
mengungkapkan bahwa proses desain utama di dalam mentranslasikan analisis
melibatkan interaksi antara manusia, menuju ke sintesis ini adalah dengan analogi.
peristiwa, permasalahan, gagasan, dan citra. Proses desain yang utuh akan banyak
Kebanyakan desain berawal dari hal mendorong kegiatan kreatif; arsitek yang
yang pragmatis (problem solution); teknis disebut kreatif memiliki sense of creativity
dan fungsional. Pendekatan ini sangatlah secara intuitif. Pada saat yang tepat selama
rasional dan dapat diterima secara umum. proses imajinasi, mereka membiarkan
Namun, apabila kita mau melangkah lebih imajinasinaya untuk bergerak bebas dan
jauh, kita akan menyadari bahwa ada sisi secara keseluruhan mereka cenderung
terdalam dari manusia yang hendak dipenuhi bekerja dengan analogi (Broadbent
kebutuhannya, yaitu pengalaman sensori 1975:340).
yang dirasakan. Penyediaan stimulus yang Wright, pada karyanya, “The
dapat merangsang pengalaman sensori Administration Building for Johnson and
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ini. Son”, mendesain rangkaian kolom-kolom
Arsitektur memang banyak dipandang beton yang berbentuk jamur (yang
sebagai obyek visual, karena itu pendekatan sebenarnya merupakan analogi dari bunga
yang diambil banyak yang berawal dari hal teratai), yang bersentuhan satu sama lain dan
58
Herliana, E. T. Analogi Musik-Arsitekturmelalui Proses Transformasi pada Simulasi Perluasan Gereja Katedral Bogor
membentuk atap dengan bahan kaca yang bentuk tersebut mencapai tahap yang paling
mengisi ruang di antaranya untuk optimal (bentuk mencapai titik
memberikan kesan suasana di bawah air. kesempurnaan) di dalam menanggapi
Pada karyanya yang lain, “The First dinamika eksternal dan internal yang sangat
Unitarian Church” di Madison, Wisconsin, kompleks. Antoniades mengungkapkannya
Wright menggunakan bentuk segitiga sebagai sebagai aspek imajinasi dan kreatifitas di
analogi langsung dari tangannya sendiri yang dalam proses mendesain. Ia memperkenalkan
mengatup saat berdoa. Le Corbusier juga intangible channels dan tangible channels
banyak menghabiskan waktunya untuk yang dapat dipergunakan seseorang untuk
membangun kumpulan-kumpulan analogi. mencapai kreatifitas di dalam merancang.
Definisi transformasi (transformation)
Analogi Musik-Arsitektur menurut Merriam-Webster Dictionary
(www.merriam-webster.com) adalah:
Pendekatan melalui analogi musik dan 1 : an act, process, or instance of transforming
arsitektur melihat kesamaan konsep di dalam or being transformed 2 : a (1):the operation of
changing (as by rotation or mapping) one
memberikan persepsi akan keindahan karya configuration or expression into another in
arsitektur dan karya musik, yang dapat dilihat accordance with a mathematical rule;
dari adanya penekanan atau “warna” tertentu, especially: a change of variables or
perulangan satu atau beberapa unsur dengan coordinates in which a function of new
variables or coordinates is substituted for each
aturan tertentu, proporsi, dan irama. original variable or coordinate (2): the formula
Rasmussen (1975) menjelaskan that effects a transformation, b:FUNCTION, c: an
kualitas-kualitas arsitektural di dalam operation that converts (as by insertion,
pemahaman musikal dan menunjukkan deletion, or permutation) one grammatical
kesamaan konsep di dalam komposisi string (as a sentence) into another;also: a
formal statement of such an operation.
musikal dan komposisi arsitektural yang
Oxford Dictionary (oxforddictionaries.com)
melibatkan adanya proses transformasi di
mencatat bahwa transformasi adalah
dalam mempersepsikan suatu obyek.
perubahan yang berarti dari bentuk, sifat,
Rasmussen juga mengungkap kualitas
atau tampilan, sedangkan Oxford Dictionary
arsitektural dari pemahaman akustik ruang
(1991) menyatakan bahwa mentransformasi
dan kecenderungan adanya transformasi. Ia
(to transform 2 ) adalah mengubah tampilan
menjelaskan bagaimana arsitektur itu dapat
atau karakter dari suatu wujud atau benda
didengar dan melibatkan pertimbangan teknis
secara total. Pengertian transformation
dan ekspresi dari bentuk ruang (luas
menurut Merriam-Webster Dictionary adalah
permukaan) dan bahan-bahan (koefisien
suatu tindakan, proses, contoh, atau fakta
absorbsi bahan) yang digunakan sebagai
yang terjadi sebagai hasil dari proses
konsekuensi dari adanya perbedaan waktu
mengubah atau diubah dengan suatu aturan
dengung yang dihasilkan, misalnya akustik di
tertentu, sedangkan Oxford Dictionary
dalam suatu ruang yang ‘keras’, sehingga
mengemukakan bahwa yang bisa diubah
suara, terutama untuk frekuensi tinggi, ber-
bukan hanya yang bersifat fisik (tampilan),
reverberasi di dalamnya. Kita menangkapnya
tetapi juga karakter.
bukan hanya sebagai suara yang bernada
Antoniades (1992) juga menyebutkan
tinggi, tetapi juga impresi akan kekerasan
bahwa transformasi menjadi salah satu
bahan. Herliana (2010:56) telah
saluran kreativitas arsitektural sebagai
mengungkapkan bahwa hubungan kesamaan
produk dari era Postmodernisme.
konsep di dalam memandang musik dan
Transformasi menjadi metoda yang paling
arsitektur telah banyak dieksplorasi dan
penting dalam memanipulasi bentuk classical
diterapkan.
style menjadi bentuk yang digunakan saat itu.
Bentuk tersebut dapat mengalami perubahan
Transformasi
makna, ataupun memiliki makna yang tetap
dengan sebelumnya.
Transformasi, sebagai salah satu cara
dari the channels yang diperkenalkan oleh
Antoniades (1992:66), didefinisikan sebagai 2
to transform: to change completely the appearance or
proses perubahan dari suatu bentuk dimana character of something (Oxford Dictionary, 1991:441).
59
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 1, April 2012
60
Herliana, E. T. Analogi Musik-Arsitekturmelalui Proses Transformasi pada Simulasi Perluasan Gereja Katedral Bogor
61
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 1, April 2012
pada bagian atas jajaran jendela kaca patri. 4 Gambar 6 memperlihatkan ruang-
Unsur-unsur tersebut merupakan wujud ruang pada Gereja Katedral Bogor yang
penting dari Katedral Gotik. 5 mewadahi kegiatan di dalam bangunan
Gereja Katedral Bogor. Ruang sebagai wadah
penyelenggaraan ibadat dan sakramen adalah
altar (sanctuary), yaitu ruang tempat imam
mempersembahkan misa; daerah sekitar altar;
ruang bagi para petugas liturgi (misdinar,
prodiakon); apse, yang menjadi ruang
tabernakel; sakristi, yaitu ruang persiapan
bagi imam dan petugas liturgi; ruang koor
dan organ; nave dan aisle, yaitu daerah umat,
kapel kecil (ambulatory), yaitu ruang
Gambar 3. Sifat bahan, warna, dan komposisi pengakuan dosa; ruang devosi; ruang prosesi,
yang simetris memperkuat karakter yang ingin yang juga berfungsi sebagai ruang sirkulasi.
ditampilkan.
Sumber: Herliana, 2000:56 Sakristi
Altar
R. organ R. devosi
dan koor
A N A
i a i
Ambulatory s v s Ambulatory
l e l
e e
Gambar 4. Sistem vaulting pada langit-langit d
bangunan
Sumber: Herliana, 2000:101
Menara Ambulatory
62
Herliana, E. T. Analogi Musik-Arsitekturmelalui Proses Transformasi pada Simulasi Perluasan Gereja Katedral Bogor
Meskipun persyaratan akustik bunyi tampilan batu sebagai bahan bangunan utama
pembicaraan tidak menginginkan terjadinya dinding gereja.
waktu dengung yang panjang, tetapi di dalam
suatu katedral tetap diperlukan adanya
reverberasi. Reverberasi ini berperan dalam
menciptakan suasana musik yang juga
menjadi bagian penting dalam ibadat.
Penggunaan sistem pengeras suara (Herliana
2000:60) pada Gereja Katedral Bogor
membantu untuk memperpendek waktu
dengung yang sangat berguna bagi bunyi
pembicaraan. Sementara itu, langit-langit
yang berupa vault berperan di dalam
menciptakan reverberasi yang diinginkan.
Secara umum, kondisi mendengar di dalam Gambar 7. Kualitas formal Gereja Katedral Bogor
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2012
Gereja Katedral Bogor cukup baik, artinya
pada setiap posisi umat di dalam bangunan
ini selama mengikuti kegiatan beribadat, baik Sejalan dengan perkembangan
suara pembicaraan maupun bunyi musikal, penggunaan musik liturgi yang dinamis,
dapat ditangkap dengan baik oleh umat. maka konsep dasar komposisi yang
diterapkan adalah perpaduan dinamis musik
liturgi yang kontemplatif dengan mengambil
KONSEPTUALISASI
dasar pada karakter musik gregorian sebagai
Seperti yang telah dijelaskan dalam musik liturgi utama yang digunakan di
Herliana (2000: 59-61), konseptualisasi tema Gereja Katedral Bogor. Konggregasi Suci
bunyi pada perluasan Gereja Katedral Bogor untuk ibadat pada tahun 1967 memberikan
ini berkaitan dengan ekspresi yang penjelasan dalam instruksi mengenai musik
merupakan kualitas yang tersirat dalam liturgi bahwa musica sacra mencakup
tampilan perseptual suatu obyek atau nyanyian gregorian, berbagai musik gereja,
peristiwa, yaitu bangunan peribadatan. Suatu baik yang lama maupun yang baru, musik
tempat atau bangunan memberikan getaran- gereja dan untuk alat musik lain yang
getaran hubungan intuitif kedekatan secara diijinkan, nyanyian gereja atau nyanyian
visual antara obyek dan karakternya liturgi umat dan nyanyian rohani umat. 6
(Arnheim, 1977). Interpretasi konseptual dari musik
Gereja Katedral Bogor memiliki liturgi yang memiliki karakter dinamis dan
karakter khusus sebagai tempat beribadat terus berkembang menjadi relevan untuk
umat Katolik di Bogor, selain sebagai pusat dapat diolah penerapannya di dalam
dari keuskupan Bogor — artinya sebagai perluasan bangunan gereja ini. Bagian inti
pusat religiusitas Katolik di Bogor― wujud dari bangunan gereja yang mengacu pada
fisik dan suasana yang ditampilkan bangunan langgam Arsitektur Gotik analog dengan
gereja ini memberikan kesan religius yang karakter musik gregorian yang digunakan
kental. Gaya bangunan yang mengacu pada saat awal bangunan gereja ini didirikan.
Arsitektur Gotik juga turut membangun Perpaduan yang dinamis ini diwujudkan
karakter bangunan gereja. dengan metoda superimposisi pola-pola yang
Pada Herliana (2010:59) telah telah ada sebelumnya dengan pola-pola hasil
diuraikan bahwa kesan formal bangunan ini interpretasi.
terbentuk dari pemilihan bentuk geometri Konsep dasar komposisi ini
dasar yang sederhana dan teratur, diwujudkan dengan penganalogian konsep
kesimetrisan, monumental, proporsi yang dalam bunyi musikal dan konsep arsitektural.
sempurna, dan warna bangunan yang putih di Konsep bunyi musikal yang akan diterapkan
atas dasar berwarna gelap. Kesan kokoh dan mengacu pada penganalogian tiga
kuat dapat ditangkap dari dimensi dan dari karakteristik umum komponen bunyi
bahan bangunan yang dipergunakan, yaitu
6
Martasudjita, E., pr & Prier, K. E, SJ. (1998:10)
63
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 1, April 2012
musikal, yaitu pola nada, kekuatan bunyi, 2010) telah dijelaskan bahwa pendekatan
dan kualitas atau warna suara. Penerapan perancangan pada simulasi perluasan Gereja
komponen-komponen tersebut dianalogikan Katedral Bogor diambil dengan melakukan
di dalam unsur perancangan arsitektural dialog antara pola yang telah terbentuk
(Herliana 2010:74-75). sebelumnya dengan pola yang merupakan
hasil interpretasi, sehingga terbentuk
METODA SUPERIMPOSISI DI DALAM komposisi baru yang merupakan hasil
PROSES SINTESIS RUANG DAN perpaduan atau superimposisi antara pola
BENTUK lama dan pola hasil interpretasi.
Proses superimposisi sebagai hasil
Bunyi, atau lebih khususnya musik, di interpretasi pemahaman pola site dan pola
dalam liturgi Gereja Katolik yang ada saat ini bunyi yang terpancar dari site merupakan
telah mengalami proses kristalisasi dan terjemahan dari prinsip superposisi 8 dalam
merupakan bagian yang tidak terpisahkan teori gelombang. Hasil superposisi dapat
dari perkembangan sejarah yang telah terjadi. saling memperkuat, dengan menghasilkan
Perkembangan yang paling menonjol di abad suara yang kuat, atau saling memperlemah,
ke-20 adalah setelah diadakannya Konsili dengan menghasilkan suara lemah atau
Vatikan II yang membuka kesempatan bahkan saling meniadakan. Sejalan dengan
terjadinya proses inkulturasi, termasuk prinsip superposisi, hasil proses
inkulturasi musik liturgi. Alat musik superimposisi dipilih unsur-unsur titik, garis,
tradisional dan irama daerah diperbolehkan dan bidang singgung yang memberikan
untuk ambil bagian di dalam liturgi. 7 Dengan perkuatan energi yang terpancar dari
adanya inkulturasi, umat diharapkan dapat komposisi pola yang baru. Kesemuanya
lebih menghayati imannya. diaplikasikan dengan menganalogikannya
Penggunaan bunyi musikal dalam dalam pemahaman istilah bunyi musikal.
liturgi sebenarnya merupakan suatu Pola yang dihasilkan adalah pola baru
perkembangan yang sifatnya dinamis. Liturgi yang berbeda dengan pola sebelumnya, tetapi
Gereja Katolik kaya akan bunyi musikal. masih dalam kerangka yang telah ditetapkan
Selain bunyi musikal yang terwujud dalam untuk menghasilkan penyesuaian dinamis,
musik liturgi juga ada teks yang dilagukan, sejalan dengan penerapan musik liturgi yang
misalnya pasio, litani, dan bunyi-bunyian lain digunakan.
yang mendukung dalam menciptakan suasana
di dalam liturgi, seperti bunyi lonceng gereja Interpretasi pola lahan existing (site-
(campana), bel (companula), dan gong. pattern interpretation)
Bunyi gong dan bel bisa dianalogikan
sebagai pulsa kehidupan atau denyut nadi Pola grid dan diagonal (“grid and diagonal
yang menandakan bahwa masih ada karunia pattern”)
kehidupan di dunia ini. Bunyi-bunyian, Pola grid merupakan interpretasi dari
seperti lonceng, bel, dan gong, seperti halnya penerusan pola yang telah terbentuk dari
musik liturgi, dimaksudkan untuk membantu modul peletakan kolom pada aisle. Pola grid
dan menghantarkan suasana hati umat sampai ini meneruskan pergerakannya ke samping
kepada keadaan kontemplatif untuk dapat dari arah sumbu utama ke arah samping kiri
berdialog dengan Sang Pencipta. dan kanan bangunan existing. Pola diagonal
Proses perancangan ini dilakukan mengambil dari pola yang terbentuk oleh
dengan melihat kesamaan konsep yang ada pola langit-langit (vaulting system) yang
pada terminologi musikal dan arsitektural. terdapat di setiap modul aisle.
Pada hasil penelitian terdahulu (Herliana
7
Di dalam Martasudjita, E., pr & Prier, K. E. (1998:64)
dinyatakan bahwa melalui Konstitusi Liturgi
(Sacrosanctum Concilium), Gereja memandang positif
kebudayaan dan adat kebiasaan para bangsa. Sejauh
kebudayaan itu selaras dengan hakekat liturgi,
8
kebudayaan itu dapat masuk dan ditampung di dalam Superposisi adalah penjumlahan simpangan dari hasil
liturgi (SC 37). interferensi dua gelombang atau lebih (Mittal, 1994).
64
Herliana, E. T. Analogi Musik-Arsitekturmelalui Proses Transformasi pada Simulasi Perluasan Gereja Katedral Bogor
65
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 1, April 2012
66
Herliana, E. T. Analogi Musik-Arsitekturmelalui Proses Transformasi pada Simulasi Perluasan Gereja Katedral Bogor
Gambar 18. Konfigurasi ruang dan bentuk berdasarkan kondisi lingkungan sekitar
Sumber: Herliana, 2000:91
67
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 1, April 2012
Gambar 19. Konfigurasi ruang dan bentuk berdasarkan fungsi dan kegiatan
Sumber: Herliana, 2000:92
68
Herliana, E. T. Analogi Musik-Arsitekturmelalui Proses Transformasi pada Simulasi Perluasan Gereja Katedral Bogor
69
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 1, April 2012
PEMBAHASAN: SIMULASI
KONSEPTUAL DALAM UNSUR-
UNSUR KOMPOSISI
70
Herliana, E. T. Analogi Musik-Arsitekturmelalui Proses Transformasi pada Simulasi Perluasan Gereja Katedral Bogor
Turap
Kolam
Ramp
Gambar 27. Jalur masuk bangunan dari sisi utara-
barat laut
Sumber: Herliana, 2000:100
Gambar 30. Skala yang monumental dari
bangunan katedral tetap terjaga, meskipun dengan
penambahan balkon
Sumber: Herliana, 2000:102
71
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 1, April 2012
72
Herliana, E. T. Analogi Musik-Arsitekturmelalui Proses Transformasi pada Simulasi Perluasan Gereja Katedral Bogor
73
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 1, April 2012
74
Herliana, E. T. Analogi Musik-Arsitekturmelalui Proses Transformasi pada Simulasi Perluasan Gereja Katedral Bogor
Undakan ini berawal dari daerah pembuka di sisi sebelah barat-barat laut.
Gambar 38. Pergerakan undakan sebagai implementasi analogi tempo dan dinamika komposisi
Sumber: Analisis Penulis, 2000
75
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 1, April 2012
76