Bab Ii Landasan Teori: Ii.1 Tinjauanpustaka Ii.1.1 Obat Kumur

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

Laporan Tugas Akhir


Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 TinjauanPustaka
II.1.1 Obat kumur
Obat kumur merupakan larutan encer yang terdiri dari satu atau beberapa
bahan aktif. Obat kumur dapat digunakan untuk dua tujuan yaitu sebagai kosmetk
dan bilasan. Sebagai kosmetik, obat kumur diformulasikan untuk mengurangi nafas
yang bau karena kegunaannya sebagai anti mikroba dan penyegar (Troy, 2006).
Sedangkan sebagai bilasan, obat kumur digunakan sebagai bahan tambahan untuk
metode kesehatan mulut rutin setelah menyikat gigi yang berfungsi untuk
mengurangi bakteri di mulut, menghilangkan sisa makanan, mengurangi halitosis
akut, dan memberikan aftertaste yang menyegarkan (Toedt et al., 2005).
Formulasi yang tepat dari bahan aktif obat kumur sangat penting untuk
menjaga bioavailabilitas serta substantivitas dari bahan yang terkandung dalam obat
kumur. Dengan demikian, obat kumur dengan formulasi yang berbeda dari bahan
aktif yang sama mungkin memiliki berbagai tingkat keefektivan. Hal ini
meningkatkan jumlah pilihan produk di pasaran untuk produk yang mengandung
bahan aktif yang sama. (Gunsolley, 2006).
Komposisi obat kumur terdiri atas beberapa komponen yaitu :
1. Bahan aktif, seperti alkohol, chlorohexidine glukonat, cetylpyridinium choride,
asam benzoat (bertindak sebagai penyangga), atau hexidine. Obat kumur juga
banyak mengandung minyak esensial yang memiliki sifat antibakteri seperti
fenol, timol, atau eugenol. Alkohol biasanya ditambahkan dalam batasan 10 –
20% yang digunakan untuk mempertajam rasa. Rasa asam pada alkohol juga
dapat menutupi rasa tidak enak dari bahan aktif dalam obat kumur (Troy, 2006;
Toedt et al., 2005).
2. Humektan. Humektan seperti gliserin dan sorbitol yang biasa ditambahkan
memiliki batasan 5 – 20% berat, dan digunakan untuk meningkatkan
kekentalan dan rasa manis. (Toedt et al., 2005).
commit to user

DIII Teknik Kimia


Universitas Sebelas Maret Surakarta
2016
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir 5


Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

3. Pemanis seperti Na-Sakarin. (Toedt et al., 2005).


4. Pewarna (Toedt et al., 2005).
5. Pengemulsi. Terdapat dua jenis surfaktan yaitu anionic surfactants dan cationic
surfactants. Anionic surfactants yang biasanya digunakan adalah sodium lauryl
sulfate. Sodium lauryl sulfate memberikan rasa asam dalam menghilangkan
kotoran dengan menimbulkan efek busa. Cationic surfactants seperti
cetylpyridinium digunakan sebagai antimikroba, tetapi memberikan rasa yang
pahit (Troy, 2006; Toedt et al., 2005).
II.1.2 Tanaman Sirih
Tanaman sirih memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah seperti :
suruh, sedah (Jawa), seureuh (Sunda), ranub (Aceh), belo (Batak Karo), cambia
(Lampung), uwit (Dayak), base (Bali), nahi (Bima), gapura (Bugis), mota (Flores)
dan afo (Sentani) (Muhlisan, 2007).
a. Klasifikasi dan Morfologi Sirih
Klasifikasi tumbuhan sirih adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
(Rudy dkk., 2016)
Tanaman sirih tumbuh merambat, mirip tanaman lada. Tingginya mencapai 5
– 15 m, tergantung pertumbuhan dan tempat rambatnya. Batangnya berwarna hijau
kecokelatan. Tanaman sirih hijau tua memiliki rasa yang pedas sehingga banyak
dipakai untuk obat karena kandungan minyak atsirinya lebih tinggi. Permukaan daun
agak kasar jika diraba. Bunganya tersusun dalam bulir, merunduk, dan panjangnya 5
– 15 cm. buahnya berbentuk bulat, berdaging, dan berwarna kuning hijau (Muhlisan,
2007). Biasanya, bagian tanaman yang dimanfaatkan manusia adalah daunnya
(Muhlisan,2007). commit to user

DIII Teknik Kimia


Universitas Sebelas Maret Surakarta
2016
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir 6


Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

Gambar II.1 Tanaman Sirih (Piper betle L.)


b. Kandungan Kimia Tanaman Sirih
Tanaman sirih mengandung minyak atsiri, hidroksivasicol, kavicol,
allypyrokatekol, karvakrol, eugenol, eugenol metil eter, p-cymene, cineole,
cariophyllene, cadinene estragol, terpenena, sesquiterpena, fenil, propane, tanin,
diastase, gula dan pati (Muhlisan, 2007).
 Minyak Atsiri
Dalam daun sirih segar mengandung 1 – 4,2% minyak atsiri (Permadi, 2008).
Sepertiga dari minyak atsiri tersebut terdiri dari phenol dan sebagian besar adalah
kavikol. Kavikol inilah yang memberikan bau khas daun sirih dan memiliki daya
pembunuh bakteri lima kali lipat lebih besar dari phenol biasa (Moeljanto, 2003)
 Eugenol, eugenol methyl ether
Kandungan eugenol dalam daun sirih sebesar 26,8 – 42,5% sedangkan eugenol
methyl ether sebesar 4,2 – 15,8%. Eugenol yang ditemukan pada daun sirih berguna
mencegah ejakulasi prematur, mematikan jamur candida albicans, antikejang,
analgesik, anestetik, pereda kejang pada otot polos, dan penekan pengendali gerak
(Permadi, 2008).
commit to user

DIII Teknik Kimia


Universitas Sebelas Maret Surakarta
2016
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir 7


Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

 Tanin
Tanin adalah senyawa polifenol dari kelompok flavonoid yang berfungsi sebagai
antioksidan kuat, anti peradangan dan anti kanker (anticarcinogenic). Tanin dikenal
juga sebagai zat untuk pengawetan kulit. Selain itu tanin juga berfungsi sebagai
adstringensia yang banyak digunakan sebagai pengencang kulit dalam kosmetik
(Nurheti, 2009).
II.1.3 Tinjauan Aktivitas Antibakteri Tanaman Sirih
Antibakteri merupakan suatu aktivitas yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri. Dalam hasil penelitian yang dilakukan Kusuma,
2010 menunjukkan ada perbedaan daya hambat yang bermakna antara kontrol
negatif, ekstrak daun sirih 0,2%, 0,4%, 1%, 5%, dan kontrol positif. Ekstrak daun
sirih 0,2% telah memiliki daya hambat terhadap streptococcus mutans dan
peningkatan konsentrasi ekstrak sebanding dengan peningkatan zona hambatan
kuman.
II.1.4 Tinjauan Bahan
a. Sodium Lauryl Sulfate
Sodium lauryl sulfate (SLS) diklasifikasikan sebagai bahan pengemulsi,
pelembab dan pelarut. Sodium lauryl sulfate memiliki rumus kimia
CH3(CH2)10CH2OSO3Na yang juga memiliki beberapa nama lain yaitu dodecyl
sodium sulfate, lauryl sodium sulfate, lauryl sulfate sodium salt, sodium lauril sulfat.
Sodium lauryl sulfate merupakan campuran dari sodium alkyl sulfate, dan tidak
lebih dari 8% dari campurannya merupakan sodium sulfate dan sodium chloride.
Formaldehid dapat dicampurkan sebagai bahan pengawet dengan konsentrasi hingga
0,1%.
Sodium lauryl sulfate secara luas digunakan sebagai surfaktan anionik yang
berfungsi sebagai bahan pembersih, pelembab, pembusa dan pengemulsi. Di tahun
1981, terdapat 703 formula kosmetik yang dicatat oleh FDA mengandung sodium
lauryl sulfate. Produk kosmetik tersebut antara lain shampo (226), sabun (73),
pewarna rambut (61), pasta gigi (28), produk pembersih kulit (28), produk perawatan
wajah, tubuh dan tangan (27), pelembab (23), bedak (20). Konsentrasinya berfariasi
commit
antara kurang dari 0,1% sampai lebih to user
dari 50% (Smolinske, 1992).

DIII Teknik Kimia


Universitas Sebelas Maret Surakarta
2016
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir 8


Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

b. Natrium Benzoat (Sodium Benzoat)


Natrium Benzoat memiliki rumus kimia NaC6H5CO2, yang merupkan banyak
digunakan sebagai pengawet makanan, dengan nomor EE211. Natrium benzoat dapat
diproduksi dengan mereaksikan natrium hidroksida dengan asam benzoat.
Konsentrasi sebagai pengawet dibatasi oleh FDA di AS menjadi 0,1% berat.
Progam internasional untuk Keamanan bahan Kimia tidak menemukan efek yang
merugikan pada manusia pada dosis penggunaan 647-825 mg/kg berat badan per hari
(Praja, 2015).
c. Sakarin
Sakarin mempunyai tingkat kemanisan 300 kali lebih manis daripada gula.
Bahan ini biasanya dijual dalam bentuk senyawa Na atau Ca. sakarin tidak memiliki
nilai kalori sehingga sering digunakan sebagai pemanis pada bahan makanan diet.
Pada konsentrasi tinggi, sakarin bisa menimbulkan rasa pahit. Hasil pengujian pada
hewan menunjukkan bahwa sakarin memiliki efek karsinogenik (dapat memicu
timbulnya kanker), tetapi dalam hal ini belum dibuktikan pada manusia. Batasan
penggunaan pemanis buatan menurut WHO adalah 0-5 mg/kg berat badan/hari
(Saparinto dkk., 2006).
d. Gliserin
Gliserol, gliserin, atau 1,2,3-propanatriol adalah alkohol jenuh bervalensi tiga,
baik alkohol primer maupun alkohol sekunder. Pada suhu kamar, berupa zat cair
yang tidak berwarna, kental, netral terhadap lakmus, dan rasanya manis. Dalam
keadaan murni, mempunyai sifat higroskopis. Dapat bercampur dengan air, tetapi
tidak larut dalam karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, karbon disulfida, dan
benzena (Sumardjo, 2008).
Gliserol banyak digunakan sebagai pelarut obat – obatan dan kosmetik, seperti
obat batuk dan body lotion (Salirawati dkk., 2007). Pada konsentrasi 25% gliserol
bekerja sebagai antiseptik. Selain sebagai pelarut dan pemanis, gliserol juga
digunakan sebagai pengawet vaksin dan fermen (Sumardjo, 2008).
e. Peppermint Oil
Mint atau tanaman mentha merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
atsiri yang mengandung mentol. commit
Tanamanto mentha
user dapat dibedakan menjadi tiga

DIII Teknik Kimia


Universitas Sebelas Maret Surakarta
2016
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir 9


Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

spesies, yakni mentha piperita (peppermint oil), mentha arventis (cornmint), dan
mentha spicata (spearmint). Panen tanaman mentha pertama kali dilakukan pada 3 –
4 bulan setelah ditanam atau saat tanaman 50 - 75% berbunga. Untuk menghasilkan
minyak mint, jemur batang dan daun mint dibawah sinar matahari selama dua jam
setiap hari pada pukul 08.00 – 10.00. Setelah itu, jemur kembali di tempat teduh dan
kering hingga bobotnya berkurang menjadi setengahnya. Rendemen minyak atsiri
yang dihasilkan sebesar 0,2 - 0,6% (Rusli, 2010).
II.1.5 Bakteri Patogen
a. Treponema denticola
Menurut penelitian oleh penulis dari Universitas Melbourne menyebutkan
bahwa periodontitis kronis adalah penyakit polymicrobial, dan studi hewan terbaru
menunjukkan bahwa koinfeksi treponema denticola dengan patogen periodontal
lainnya dapat meningkatkan resorpsi tulang alveolar (Acton, 2013).
b. Streptococcus mutans
Karies gigi telah ditetapkan sebagai penyakit menular. Penyakit ini disebkan
kumpulan streptococcus mutans dalam jumlah yang besar dalam plak dan karies gigi
pada manusia, walaupun begitu beberapa karies dapat terjadi tanpa adanya
streptococcus mutans. Karies pada binatang dapat dihambat oleh imunisasi terhadap
resiko streptococcus mutans (Ivanyi, 2012).
c. Veillonella
Terdapat anaerobik non-motil, gram negatif yang berpasangan, kelompok, atau
rantai. kandungan G + C DNA mereka adalah 40,3-44,4% mol. Tujuh spesies telah
diakui, yaitu veillonella parvula, veilonella atypica, dan veilonella dispar tumbuh di
rongga mulut. Mereka dapat tumbuh pada kisaran suhu 24 - 40°C, namun
pertumbuhan optimal pada suhu 30-37°C. Mereka tidak dapat menggunakan
karbohidrat sebagai sumber energi, tetapi menggunakan laktat, piruvat, fumarat,
malat dan beberapa purin sebagai sumber energi serta menghasilkan propionat,
asetat, dan hidrogen untuk metabolisme dan produk (Wilson, 2005).

commit to user

DIII Teknik Kimia


Universitas Sebelas Maret Surakarta
2016
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir 10


Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

d. Aggregatibacter actinomycetemcomitans
Aggregatibacter actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, dan
albicans candida merupakan sebuah jamur polimorfik yang keduanya patogen
oportunistik yang dapat menyebabkan penyakit mulut (Henderson dkk., 2009).
e. Porphyromonas gingivalis
Periodontitis adalah penyakit yang mempengaruhi struktur pendukung gigi.
Bentuk yang paling parah dari penyakit ini mengakibatkan kehilangan gigi dan baru-
baru ini sangat terkait dengan penyakit sistemik, termasuk jantung, paru-paru, dan
kanker. Penyakit ini disebabkan oleh biofilm yang didominasi bakteri anaerob yaitu
porphyromonas gingivalis (Robinson, 2011).
II.2 Kerangka Pemikiran
Tanaman sirih berfungsi sebagai anti-bakteri dikarenakan dapat membunuh
bakteri patogen seperti treponema denticola, streptococcus mutans, veillonella,
aggregatibacter actinomycetemcomitans, porphyromonas gingivalis. Dalam
penelitian ini akan diujikan seberapa besar fungsi ekstrak sirih sebagai antibakteri
terhadap bakteri streptococcus mutans yang ditambahkan pada formulasi mouthwash.
Mouthwash merupakan sediaan yang mengandung surfaktan yang dengan mudah
dapat ditempatkan pada botol plastik. Penggunaan surfaktan pada mouthwash
mempunyai fungsi sebagai pembusa dan membantu pengangkatan plak dan sisa –
sisa makanan dari gigi. Pembentukan busa pada mouthwash bertujuan menurunkan
tegangan permukaan dan memungkinkan pembersihan sampai ke sela – sela gigi.
Diharapkan nantinya pada percobaan didapatkan sebuah produk mouthwash
unggulan dengan kombinasi antibakteri dari kandungan daun sirih, dan surfaktan
yang terkandung di dalam mouthwash.

commit to user

DIII Teknik Kimia


Universitas Sebelas Maret Surakarta
2016

You might also like