Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Pemerintahan Megawati Soekarno Putri

Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarno Putri atau yang lebih sering dipanggil

Megawati Soekarno Putri adalah salah satu mantan presiden Republik Indonesia yang

ke 5 menjabat pada tahun 2001 sampai 2004. Ia

merupakan presiden wanita Indonesia pertama dan merupakan anak dari presiden

Indonesia pertama. Megawati juga merupakan ketua umum Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan (PDIP) sejak memisahkan diri dari Partai Demokrasi

Indonesia pada tahun 1999. Pemilu 1999. Megawati dilantik pada tanggal 23 Juli

2001, menggantikan Abdurrahman Wahid yang menolak

memberikan pertanggungjawaban di depan Sidang Istimewa MPR. Pernah

menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran (1965-1967) dan

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1979-1972) beberapa tahun dan tidak

dilanjutkan. Kenaikan Megawati menjadi Presiden didukung oleh sebagian besar

fraksi DPR/MPR, meskipun sebelumnya sempat terjadi perbedaan pandangan

mengenai boleh tidaknya wanita menjadi presiden di Indonesia. Megawati dikenal se

bagai seorang nasionalis sejati yang konsisten dengan sikap dan tindakan yang

tetap mempertahankan keutuhan NKRI yang hampir tercerai berai. Megawati

diangkat menjadi presiden RI melalui Tap MPR No. III/MPR/2001,

menggantikan Abdurrahman Wahid terhitung sejak diambil sumpahnya sampai

selesainya jabatan Presiden RI pada tahun 1999-2004.

Masa Pemerintahan Megawati Soekarno Putri


Pada masa ini pemerintahnya dituntut untuk segera menyelesaikan berbagai
masalah ekonomi yang mendesak seperti pemulihan ekonomi dan penegakan hukum,
adapun beberapa kebijakan yang ditempuh guna perbaikan ekonomi pada masa ini
seperti mengadakan pertemuan guna mengadakan penundaan pembayaran utang luar
negri Indonesia sebesar US$ 5,8 miliar pada pertemuan Paris Club ke 3 dan
mengalokasikan pembayaran utang luar negri sebesar Rp 116,35 triliun, pada masa ini
pula KPK 9 (Komisi Pemberantasan Korupsi) dibentuk, namun belum menunjukkan
hasil apa-apa, padahal korupsi adalah masalah yang krusial karena menjadikan para
investor berfikir dua kali untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Politik domestik pada masa ini masih saja tidak berbeda jauh dengan masa
pemerintahan sebelumnya dimana Indonesia masih saja diwarnai dengan konflik sipil
dan etnis tidak hanya itu wabah terorisme pun turut serta mewarnai nusantara, otomi
dareah diberlakukan sebagai jawaban atas ketimpangan pembangunan antara pusat
dan daerah-daerah di Indonesia, pada masa ini pulalah peletakan dasar demokrasi
terbuka.
Di bawah Presiden Megawati (dengan Hassan Wirayudha seorang diplomat
karir sebagai Menlu), Polugri RI tampak kembali bergeser ke kanan. Ini ditandai
dengan dijadikannya AS sebagai negara non-Asia pertama yang dikunjungi
Megawati.

Setelah Gus Dur diturunkan dari jabatan Presiden RI dengan kurang hormat,
Megawati yang pada saat itu menjabat sebagai wakil presiden naik menggantikan
posisi Gus Dur sebagai Presiden RI yang kelima. Megawati mewarisi kondisi
domestic Indonesia yang kacau dan kondisi hubungan luar negeri Indonesia yang
minim kepercayaan internasional. Megawati dalam memimpin banyak mengambil
kebijakan yang berorientasi kanan yang ditandai dengan dijadikannya Amerika
Serikat sebagai negara non-Asia pertama yang dikunjungi Megawati. Selanjutnya,
Megawati banyak melakukan kunjungan luar negeri sebagai bentuk kelanjutan usaha-
usaha pendahulunya untuk mencari dukungan dan kerjasama luar negeri.

Kebijakan luar negeri Megawati yang menarik adalah kerjasama dengan Rusia
melalui pembelian pesawat Sukhoi. Kebijakan yang lain adalah pemutusan hubungan
dengan International Monetary Fund (IMF). Dalam kedua hal tersebut, terbukti bahwa
Megawati mereduksi kecenderungannya pada Barat dan berusaha bertindak netral.
Meskipun demikian banyak yang menyebut era kepemimpinan Megwati seperti
mendayung yang menabrak karang terus menerus. Hutang Indonesia pada saat itu
masih belum bisa tertanggulangi dengan baik. Megawati menjalankan strategi poltik
luar negeri yang cenderung low profile.
Pada masa Megawati ini, terjadi peristiwa Bom Bali yang menjadi ujian bagi
politik luar negeri Indonesia. Semenjak peristiwa tersebut, isu terorisme menjadi
perhatian Indonesia di forum internasional dan lagi- lagi mencoreng citra baik yang
sedang dibangun Indonesia. Akan tetapi berkat kepiawaian Departemen Luar Negeri
yang saat itu menjabat, maka permasalahan ini tidak berdampak sangat serius
terhadap hubungan internasional Indonesia. Sayangnya, di tengah-tengah usaha untuk
membangun kembali diplomasi Indonesia, justru terjadi kegagalan diplomasi terkait
sengketa pulau Sipadan dan Ligitan dengan Malaysia yang berakibat terhadap
lepasnya kedua pulau out dari NKRI.

Kebijakan yang Diambil Presiden Megawati

1. Memilih dan Menetapkan


Ditempuh dengan meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa dan menjaga
persatuan dan kesatuan. Upaya ini terganggu karena peristiwa Bom Bali yang
mengakibatkan kepercayaan dunia internasional berkurang.
2. Membangun Tatanan Politik yang Baru
Diwujudkan dengan dikeluarkannya UU tentang pemilu, susunan dan kedudukan
MPR/DPR, dan pemilihan presiden dan wapres.
3. Menjaga Keutuhan NKRI
Setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI ditindak tegas seperti kasus Aceh,
Ambon, Papua, Poso. Hal tersebut diberikan perhatian khusus karena peristiwa
lepasnya Timor Timur dari RI.
4. Melanjutkan Amandemen UUD 1945
Dilakukan agar lebih sesuai dengan dinamika dan perkembangan zaman.
5. Meluruskan Otonomi Daerah
Keluarnya UU tentang otonomi daerah menimbulkan penafsiran yang berbeda tentang
pelaksanaan otonomi daerah. Karena itu, pelurusan dilakukan dengan pembinaan
terhadap daerah-daerah.

A. Politik

1. Membentuk Kabinet Gotong-Royong


Kabinet Gotong-Royong (KGR) dibentuk pada tanggal 10 Agustus 2001 dan
berakhir pada tahun 2004 seiring lengsernya Presiden Megawati Soekarnoputri pada
waktu itu. Kabinet ini dinamakan KGR karena merupakan pemerintahan dari hasil
banyak partai.
Pada masa Presiden Megawati memimpin, Indonesia sedang porak poranda
akibat beragam konflik seperti konflik komunal (Ambon, Poso, Sampang) dan konflik
politik (pemakzulan Gusdur).
Para pelaku ekonomi, kalangan birokrasi, pengamat politik, danmenteri dan
setingkatnya menilai KGR ini cukup tangguh, hal ini dapat dilihat bahwa 26 dari 32
jabatan menteri dan setingkat menteri dijabat oleh para profesional yang menguasai
bidang tugas masing-masing. Akan tetapi KGR ini mengecewakan karena terkesan
lamban dalam kinerjanya.
2. Mendirikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
KPK didirikan pada tahun 2003 oleh Presiden Megawati. Pendirian KPK ini didasari
karena Presiden Megawati melihat institusi Jaksa dan Polri saat itu terlalu kotor,
sehingga untuk menangkap koruptor dinilai tidak mampu, namun jaksa dan polri sulit
dibubarkan sehingga dibentuklah KPK.
3. Mengadakan pemilu yang bersifat demokratis yang dilaksanakan tahun 2004 dan
melalui dua periode yaitu :
a. Periode pertama untuk memilih anggota legislatif secara langsung. Periode kedua
untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung.
Pemilu tahun 2004 merupakan pemilu pertama yang dilaksanakan secara langsung
artinya rakyat langsung memilih pilihannya.
b. Pemerintahan Megawati berakhir setelah hasil pemilu 2004 menempatkan
pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla sebagai pemenang. Hal ini
merupakan babak baru pemerintahan di Indonesia dimana Presiden dan Wakil
Presiden terpilih dipilih langsung oleh rakyat.

B. Ekonomi

Menurut Presiden Megawati seharusnya pemerintah lebih bijak dengan


menyelesaikan permasalahan ekonomi secara menyeluruh seperti menginventarisasi
hutang sekaligus segera membayarnya. Dengan cara itu diyakini Mantan Presiden
Indonesia ini bisa menjadi jalan alternatif agar mata uang tidak jadi dipotong.
1. krisis ekonomi yang melanda indonesia sejak tahun 1997 mengakibatkan
kemerosotan pendapatan perkapita. Pada tahun 1997 pendapatan perkapita indonesia
tinggal US$465. melalui kebijakan pemulihan keamanan situasi indonesia menjadi
tenang. Presiden megawati berhasil menaikan pendapatan perkapita cukup signifikan
yaitu sekitar US$930.
2. ketenangan megawati disambut oleh pasar, tak sampai sebulan dilantik kurs
melonjak ke Rp 8500 per dollar AS. Indeks harga saham gabungan (IHSG) juga terus
membaik hingga melejit ke angka 800.
3. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan nilai inflasi,
presiden megawati menempuh langkah yang sangat kontroversi, yaitu melakukan
privatisasi terhadap BUMN. Pemerintah menjual indosat pada tahun 2003. hasil
penjualan itu berhasil menaikan pertumbuhan ekonomi indonesia menjadi 4,1% dan
inflansi hanya 5,06%. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara didalam periode
krisis. Tujuannya adalah melindungi perusahaan negara dari interversi kekuatan-
kekuatan politik dan melunasi pembayaran utang luar negri.
4. Memperbaiki kinerja ekspor. Pada tahun 2002 nilai ekspor mencapai US$57,158
miliar dan import tercatat US$31,229 miliar. Pada tahun 2003 ekspor juga menanjak
keangka US$61,02 miliar dan import meningkat keangka US$32,39 miliar.
5. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan
Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3
triliun.
6. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di
dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi
kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil
menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini
memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan
asing.
7. Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi),
tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan
korupsi membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di
Indonesia, dan mengganggu jalannya pembangunan nasional.
8. Secara faktual, pemerintahan Megawati menjalankan kebijakan privatisasi
berdasarkan desakan dari luar, khsusunya IMF dan bank dunia. Bedanya, jika
Megawati hanya melanjutkan kesepakatan yang dibuat pemerintahan sebelumnya,
Habibie, melalui stuctrual adjustment program (SAP).
9. Selain itu, pertimbangan melakukan privatisasi dijaman megawati adalah untuk
mencari pendanaan untuk menutupi deficit APBN. Seperti diketahui, Megawati
mewarisi sebuah kondisi ekonomi yang compang camping akibat krisis ekonomi
1997.
10. Pada periode 1991-2001, pemerintah Indonesia 14 kali memprivatisasi BUMN.
Yang terprivatisasi 12 BUMN.
11. Pada masa pemerintahan Megawati, kerjasama ekonomi dan politik luar negeri
tidak begitu determinis di bawah kendali sebuah negara.
12. Di masa pemerintahan Megawati, kerjasama ekonomi dan politik juga dilakukan
diluar blok AS dan sekutunya, seperti kerjasama pembelian pesawat Sukhoi dengan
Rusia dan kerjasama perdagangan dengan China.
13. Selain itu, pemerintahan Megawati berusaha keras untuk keluar dari jebakan IMF.
Hanya saja, usaha itu dibiaskan oleh Budiono, menteri keuangan waktu itu, dengan
menandatangi post program monitoring (PPM) yang berarti melanjutkan campur
tangan IMF secara sembunyi-sembunyi.
14. Untuk perlindungan terhadap perempuan dan TKI di luar negeri, pemerintahan
megawati pernah mengajukan tiga RUU, yaitu Rancangan Undang-Undang (RUU)
tentang Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan di Lingkungan Kerja dan Rumah
Tangga, RUU Pekerja di Luar Negeri, dan RUU Tindak Pidana Perdagangan Orang.

C. Sosial

Depdiknas telah merekrut 4110 guru baru untuk persiapan ditempatkan di Aceh dan
menyiapkan sekitar 3000 guru aktif dari daerah lain untuk mengajar di daerah konflik
seluruh Aceh. Sedikitnya 506 bangunan sekolah di seluruh MAD terbakar, atau 10%
dari total bangunan sekolah di seluruh NAD. Rehabilitasi fisik sekolah baru akan
dimulai awal 2004 dan diperkirakan membutuhkan waktu satu tahun serta dana lebih
dari Rp 300 miliar untuk menyelesaikannya.

D. Budaya

Pada masa ini Indonesia berpegang pada kebudayaan lokal atau asli Indonesia.
E. Pertahanan dan Keamanan

Pada masa pemerintahan Presiden megawati, salah satu yang mendesak adalah
perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap senjata, amunisi, dan bahan peledak
yang merupakan tanggung jawab pemerintah. Dan ada indikasi kegiatan terorisme di
Asia Tenggara, termasuk Indonesia, cenderung akan terus berlanjut. Selanjutnya
pengamanan, penangkalan, dan pencegahan yang lebih intensif terhadap
kemungkinan itu.
Salah satu cara dalam pertahanan dan keamanan yang dilakukan Presiden
Megawati Soekarnoputri yaitu dengan mendirikan Akademi Intelegent yang pertama
kali.
Pada pemerintahan Megawati ini terjadi peristiwa lepasnya Pulau Sipadan dan
Pulau Ligitan dari Indonesia dan masuk ke wilayah negara Malaysia.

Secara umum dapat dilihat bahwa kepentingan nasional Indonesia pada era
Megawati masih seputar menjaga stabilitas ekonomi, politik dan pertahanan serta
keamanan. Di sisi lain, perjuangan untuk memulihkan citra baik Indonesia di mata
internasional masih terus dilakukan melalui diplomasi untuk bantuan dan dukungan
asing, investasi sektor swasta, perdagangan bebas, promosi sistem politik yang
demokratis dan otonomi kekuatan regional. Pada masa tersebut, Megawati
memusatkan perhatian politik luar negeri Indonesia pada wilayah regional terlebih
dahulu.

Pada periode pemerintahan Megawati, Indonesia sedang berada dalam tahap


pembentukan sistem politik nasional yang lebih mapan dan pola pemerintahan mulai
terlaksana secara desentralisasi. Dengan demikian, demokrasi yang diterapkan sedikit
demi sedikit telah memunculkan petanda yang baik. Komitmen yang kuat dalam era
Megawati untuk dapat mengembalikan kepercayaan diri Indonesia di mata dunia
membuahkan hasil dengan mulai aktifnya kembali hubungan diplomasi Indonesia
dengan negara- negara lain. Selain itu, Megawati juga berhasil mengelola konflik
yang terjadi baik secara horizontal maupun vertical sehingga tidak memarah lebih
jauh. Perekonomian Indonesia juga sudah menglami perbaikan secara infrastruktur
dan kasus- kasus KKN mulai mengalami pengusutan. Secara keseluruhan,
keberhasilan Megawati lebih terkait pada pengelolaan konflik domestic.

Masa pemerintahan Megawati ditandai dengan semakin menguatnya


konsolidasi demokrasi di Indonesia, diakannya pemilihan umum presiden secara
langsung dilaksanakan dan secara umum dianggap merupakan salah satu keberhasilan
proses demokratisasi di Indonesia.

Hambatan yang mewarnai kepemimpinan Megawati kurang lebih sama


dengan yang sebelum- sebelumnya, yaitu instabilitas ekonomi, politik, keamanan dan
kurangnya kepercayaan dunia internasional terhadap kondisi Indonesia. Hanya saja
pada era Megawati, terjadi konflik terorisme yang menambah daftar masalah
keamanan negara yang perlu segera ditangani agar bisa membantu perbaikan
diplomasi dan hubungan luar negeri Indonesia.

Pembangunan dan Ketersediaan Modal


Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif
besar. Sementara di sisi lain, usaha pengerahan dana yang membiayai pembangunan
tersebut menghadapi kendala. Pokok persoalannya adalah adanya kesulitan dalam
pembentukan modal baik yang bersumber dari pendapatan pemerintah yang berasal
dari ekspor barang ke luar negeri maupun dari masyarakat melalui instrumen pajak
dan instrumen lembaga-lembaga keuangan.
Secara umum, usaha pengerahan modal dari masyarakat dapat berupa
pengerahan modal dari dalam negeri dan pengerahan modal yang bersumber dari luar
negeri negeri. Pengklasifikasian ini didasarkan pada sumber modal yang dapat
digunakan dalam pembangunan. Pengerahan modal yang bersumber dari dalam negeri
berasal dari 3 (tiga) sumber utama, yaitu: Pertama, tabungan sukarela masyarakat.
Kedua, tabungan pemerintah. Ketiga, tabungan paksa.
Namun, usaha pengerahan modal melalui ketiga sumber ini di sebagian besar
negara-negara berkembang relatif mengalami kesulitan. Tabungan sukarela
masyarakat yang dipercayakan pada lembaga-lembaga keuangan masih relatif sedikit
dibandingkan dengan besarnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai
pembangunan.
Kemudian untuk mencapai sasaran peningkatan penerimaan dari sektor
perpajakan diperlukan beberapa syarat: bahwa usaha intensifikasi dan ekstensifikasi
harus diimbangi dengan sistem administrasi yang efisien dan sruktur perpajakan yang
adil dan mudah, sehingga sumber-sumber pajak yang baru mudah untuk
diadministrasikan, sementara penarikan sumber-sumber pajak yang lama hasilnya
jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya pemungutannya.
Selain sumber-sumber pajak yang belum terdiversivikasi secara baik,
adakalanya juga terjadi kebocoran dana yang seharusnya dapat dihimpun. Kebocoran
ini selain disebabkan oleh sistem administrasi yang terbelit-belit juga menyangkut
kemampua manajemen (sumber daya) aparat dan sikap mental aparat pajak itu
sendiri.
Alternatif lain untuk pengerahan dana bagi pembangunan di luar utang luar negeri
adalah melalui penerapan kebijaksanaan anggaran belanja negara secara defisit.
Prinsip dasar penerapan kebijaksanaan ini adalah efisiensi di semua aktivitas
pembangunan. Mesipun mudah dalam pelaksanaannya, namun sebagian besar negara
yang mengalami kesulitan modal dalam pembangunan enggan untuk melakukannya.
Selain beresiko bagi pertumbuhan ekonomi, kebijaksanaan anggaran defisit dapat
menimbulkan masalah inflasi di luar batas kewajaran.
Aliran modal yang berasal dari luar negeri dapat disebut sebagai utang luar
negeri apabila memiliki ciri-ciri pokok, yaitu: Pertama, ia merupakan aliran modal
yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan. Kedua, dana tersebut
diberikan kepada negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan
daripada yang berlaku di pasaran internasional.
Sedangkan ditinjau dari sudut manfaat ada dua peranan utama bantuan luar
negero (utang luar negeri), yaitu: Pertama: untuk mengatasi masalah kekurangan
mata uang asing. Kedua, untuk mengatasi masalah kekurangan tabungan. Kedua
masalah itu biasa disebut dengan masalah jurang ganda (the two gaps problems), yaitu
jurang tabungan (saving gap) dan jurang mata uang asing (foreign exchange gap).

Srategi mengatasi Masalah Utang Luar Negeri Indonesia pada masa


Pemerintahan Megawati
Mengenai dampak negatif dari persoalan persoalan utang, tergantung dari
bagaimana soal manajemen utang yang dilakukan oleh suatu negara dan ini nota bene
tidak terlepas juga dari strategi pembangunan yang dilakukan oleh negara yang
bersangkutan.
Umumnya, besarnya peranan utang luar negeri dalam kegiatan pembangunan
di negara-negara berkembanng disebabkan oleh beberapa faktor, baik keterbatasan
dalam tabungan, investasi dan keterbelakangan dalam teknologi.
Dalam hubungannya dengan masa pemerintahan Megawati, masalah utang
luar negeri selama inini tidak terlepas dari strategi pembangunan yang dilakukan
selama ini. Strategi pembanguna yang bertopang pada trilogi pembangunan dengan
sasaran utam peningkatan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi telah mendorong
pemerintah untuk melakukan ekspansi dengan topangan dana yang celakanya justru
berasal dari luar negeri. Potret dinamika pembangunan yang dilakukan pemerintah,
yang secara kasat mata terlihat dari berdiriya gedung-gedung pencakar langit di
ibukota negara, tumbuhnya secara mengesankan besar-besaran makro ekonomi,
seperti laju pertumbuhan ekonomi, meningkatnya ekspor non migas dan makin
berperannya penerimaan pajak, dalam perkembangannya ternyata memperlihatkan
struktur ekonomi yang rentan.
Anggaran pembangunan (APBN) yang merupakan gambaran bagaimana
pemerintah mengelola penyelenggaraan negara, dalam praktiknya tidak pernah
seimbang. Hal ini terasa aneh dan kadangkala sering membingungkan. Meskipun tidk
ada kesepakatan umum, sebagian pemikiran ekonomi menganggap bahwa konsep
seimbang dalam APBN kita adalah konsep seimbang yang semu, yang mana defisit
dalam anggaran ditutup dengan komponen utang luar negeri.
Dipakainya konsep seimbang ini dengan argumen bahwa persoalan berimbang
atau tidak bukan ditentukan oleh faktor defisit maupun surplus sebuah anggaran.
Tetapi yang paling penting adalah persoalan bagaimana menutup defisit tersebut. Cara
menutup defisit yang tidak menimbulkan masalah inflasi diyakini sebagai sebuah
anggaran yang berimbang. Dengan demikian, menurut pendapat ini, menutup defisit
melalui komponen utang luar neger bisa dikatakan anggaran berimbang, oleh karena
utang luar negeri tidak menimbulkan inflasi di dalam negeri.

Pembangunan dan Utang Luar Negeri pada masa Pemerintahan Megawati


Dalam perkembangannya, politik utang luar negeri yang dipakai Indonesia
untuk membiayai sejumlah pengeluaran pembangunan seringkali menimbulkan
polemik. Berbagai pandangan, baik yang pro maupun kontra seringkali muncul pada
setiap diskusi mengenai penerapan politik utang luar negeri ini. Pandangan yang pro
mengatakan bahwa utang luar negeri telah terbukti memberikan sumbangan yang
berarti bagi pembangunan di negara-negara berkembang. Sedangkan pandangan yang
kontra berpendapat sebaliknya. Bahkan, menurut mereka utang luar negeri justru
menciptakan atau menyebabkan ketergantungan baru yang berimplikasi luas, baik
ekonomi maupun politik.
Jenis dan Sumber Utang Luar Negeri
Pemberian pinjaman tidak hanya menyangkut masalah besarnya utang, tetapi
juga berkaitan dengan masalah persyaratan dari utang itu sendiri, baik menyangkut
masalah tingkat suku bunga yang dikenakan maupun masa pengambilan utang-utang
tersebut. Selain berdasarkan syarat-syarat yang menyangkut jangka waktu
pengambilan, utang luar negeri juga diklasifikasikan berdasarkan jenis dan sumber
dari utang luar negeri tersebut. Berdasarkan jenisnya, utang luar negeri dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) jenis pinjaman, yaitu: Pertama, Pinjaman Resmi
(Official Development Funds/ODF). Kedua, Kredit Ekspor (Export Credit) dan
Ketiga, Pinjaman Swasta (Private Flow).
Pinjaman resmi ini memiliki ciri utama yaitu rata-rata menerapkan bunga yang
ringan/lunak bagi peminjam, oleh karena itu didasarkan pada tujuan untuk membantu
pembangunandi negara-negara berkembang. Pinjaman resmi ini sebagian besar
diarahkan untuk membantu pembangunan di negara-negara berpendapatan menengah
rendah dan negara-negara berpendapatan menengah atas.
Pinjaman resmi ini meliputi seluruh pinjaman yang disalurkan oleh lembaga-
lembaga kreditur internasional, seperti Dana Moneter Internasional (International
Menetery Fund/IMF), Bank Dunia (World Bank), Bank Pembangunan Asia (Asian
Development Bank/ADB), Bank Pembangunan Afrika (African Development Bank)
dan Bank Pembangunan Antar Amerika (Inter American Development Bank).
Dana yang disalurkan melalui lembaga-lembaga keuangan internasional ini,
sebagian besar merupakan dana yang berasal dari negara kelompok indutri maju di
Barat dan Jepang dan negara-negara sosialis serta negara-negara anggota pengekspor
minyak dunia (OPEC).
Sedangkan utang luar negeri yang masuk dalam kategori kredit ekspor pada
dasarnya sama dengan pinjaman resmi. Hal yang membedakannya adalah bahwa
utang luar negeri melalui sumber ini berasal dari pihak perbankan dan lembaga
keuangan swasta yang dijamin oleh pemerintah di negara yang menjadi donor
tersebut. Oleh karena itu, utang luar negeri atau pinjaman seperti itu sering disebut
sebagai pinjaman setengah resmi. Jaminan yang diberikan meliputi jaminan oleh
karena risiko politik dan risiko komersial.
Sementara itu, pemberian pinjaman yang didasarkan atas pertimbangan
komersial dikategorikan sebagai pinjaman swasta. Pinjaman ini berasal dari bank-
bank dan lembaga keuangan swasta. Sepintas, memang pinjaman ini hampir mirip
dengan kredit ekspor. Namun, yang membedakan bahwa keredit ekspor lebih
ditekankan pada pembangunan negara berkembang yang muaranya ditujukan juga
untuk mendongkrak peningkatan ekspor dari negara-negara industri yang nota bene
merupakan pemberi pinjaman terhadap negara-negara berkembang.

You might also like