Professional Documents
Culture Documents
Tahapan Kerja
Tahapan Kerja
5 Tahapan Penelitian
Bahan segar daun sukun yang diperoleh dari Desa Balonggabus disiapkan, kemudian
dilakukan pengamatan berupa :
a. Pengamatan Makroskopik
Pengamatan ini dilakukan dengan mengamati ciri-ciri secara makroskopik pada
seluruh bagian daun tanaman sukun (Atrocarpus altilis). Untuk pengamatan makroskopik
dari daun meliputi pemeriksaan helaian (lamina) daun antara lain: bentuk daun, tepi daun,
tulang daun, warna daun, permukaan daun, filotaksis daun, panjang dan diameter daun.
b. Pengamatan Mikroskopik
Pengamatan ini dilakukan dengan mengamati irisan melintang dan membujur pada
daun sukun (Atrocarpus altilis). Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan mengunakan
media air dan penambahan kloralhidrat untuk mengetahui jaringan penyusun serta
keberadaan kristal dalam tanaman tersebut, kemudian ditambahkan floroglusin HCl untuk
mengetahui jaringan berkas pembuluh serta yang mengandung zat lignin yang akan
memberikan warna merah.
Bahan penelitian ini didapatkan dari Balai Materia Medika Batu, Balittro Bogor dan
Desa Balonggabus, Sidoarjo. Bahan yang didapatkan dalam bentuk serbuk kering daun
sukun. Bahan tersebut kemudian dilakukan standarisasi secara spesifik dan non spesifik
Serbuk simplisia daun sukun ditimbang sebanyak 500 gram lalu dimasukkan ke dalam
wadah dan dimaserasi selama satu hari menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 2500 ml,
kemudian disaring sehingga didapat maserat. Ampas diremaserasi dengan etanol 96%
menggunakan prosedur yang sama. Maserasi dilakukan sampai diperoleh maserat yang
jernih. Semua maserat etanol digabungkan dan diuapkan dengan menggunakan penangas air
sampai diperoleh ekstrak etanol kental daun sukun lalu dihitung randemennya (Voigt, 1995).
Ekstrak kental yang didapat kemudian dilakukan uji mutu ekstrak yaitu baik dari parameter
spesifik yang meliputi identitas, pengamatan organoleptis, penetapan kadar sari larut etanol,
penetapan kadar sari larut air, skrining fitokimia, penetapan pola kromatogram secara KLT,
penetapan spektrum IR dan penetapan kadar senyawa metabolit sekunder (flavonoid, fenol
dan alkaloid). Parameter non spesifik meliputi susut pengeringan, bobot jenis, kadar air,
kadar abu total, kadar abu larut air dan kadar abu tidak larut asam (Ditjen POM RI, 2000)
3.5.5 Standarisasi Ekstrak Daun Sukun
1. Identitas
Parameter ini dilakukan dengan mendeskripsikan tata nama meliputi: nama ekstrak
(generik, dagang, paten), nama latin tanaman (sistematika botani), bagian tanaman yang
digunakan (rimpang, daun dsb) dan nama Indonesia tanaman.
2. Pengamatan Organoleptis
Ekstrak etanol daun sukun diamati secara organoleptis meliputi pengamatan terhadap
warna, rasa, dan bau dari ekstrak etanol daun sukun (Atrocarpus altilis).
Kadar senyawa yang larut dalam etanol bertujuan memberikan gambaran awal
jumlah senyawa kandungan. Ekstrak daun sukun ditimbang sebanyak 5 gram, kemudian
dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol menggunakan labu bersumbat sambil
berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama, dan kemudian dibiarkan selama 18 jam, disaring
cepat untuk menghindari penguapan etanol, diuapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam
cawan, kemudian residu dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot konstan. Penetapan kadar
sari larut etanol dilakukan dengan menghitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam
etanol terhadap ekstrak awal (Ditjen POM RI, 2000).
Penetapan kadar sari larut air dilakukan dengan cara ekstrak daun sukun ditimbang
sebanyak 5 gram, kemudian dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml air-kloroform (2,5 ml
kloroform dalam air suling sampai 1 liter) menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali
dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam, disaring cepat untuk
menghindari penguapan etanol, diuapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan, kemudian
residu dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot konstan. Penetapan kadar sari larut air
dilakukan dengan menghitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam air terhadap
ekstrak awal (Ditjen POM RI, 2000).
Uji fitokimia pada ekstrak etanol daun sukun (Atrocarpus altilis) meliputi
pemeriksaan alkaloid, flavonoid, tanin dan polifenol, steroid dan terpenoid, saponin dan
kuinon. Pembuatan larutan uji untuk skrining fitokimia dilakukan dengan melarutkan 500 mg
ekstrak etanol daun sukun (Atrocarpus altilis) dalam 10 ml etanol 95%.
a. Uji Alkaloid
Sebanyak 0,5 ml larutan uji ditambahkan etanol pa 0,5 ml kemudian
ditambahkan 2-3 tetes reagen dragendorff. Jika terbentuk endapan jingga-merah
menunjukan adanya alkaloid. \
b. Uji Flavonoid
7. Penetapan Profil Spektrum Ekstrak Etanol Daun Sukun dengan Spectroscopy Infrared
Ekstrak kental daun sukun (Atrocarpus altilis) diletakkan pada lempeng logam tempat
sampel tepat ditengah-tengah diatas diamond, kemudian sampel diberi nama pada komputer
dan lakukan scanning. Profil IR dari sampel akan muncul, kemudian dilakukan proses
dokumentasi (Lukman, 2015).
a. Fenol
c. Alkaloid
Pembuatan larutan buffer Fosfat (pH 4.7) dengan menyesuaikan pH dari 2 M natrium fosfat
(71,6 g Na2HPO4 dalam 1 L air suling) menjadi 4,7 dengan 0,2 M asam sitrat (42.02 g asam
sitrat dalam 1 L air suling).
Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1-2 gram dan dimasukkan kedalam botol
timbang tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105°C selama 30 menit dan
telah ditara. Sebelum ditimbang ekstrak diratakan dalam botol timbang, dengan
menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm
dengan bantuan pengaduk. Botol timbang yang berisi ekstrak dimasukkan kedalam ruang
pengering, buka tutupnya dan keringkan pada suhu 105°C hingga bobot tetap. Sebelum setiap
pengeringan biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu
kamar (Ditjen POM RI, 2000).
Penetapan bobot jenis menggunakan piknometer yang bersih, kering dan telah
dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru didihkan pada suhu
25°C. Suhu ekstrak cair diatur lebih kurang 20°C, kemudian masukan ke dalam piknometer.
Suhu piknometer yang telah diisi diatur hingga pada suhu 25°C, kemudian kelebihan ekstrak
cair dibuang dan ditimbang. Bobot piknometer kosong kemudian dikurangi dengan bobot
piknometer yang telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan
membagi bobot ekstrak dengan bobot air, dalam piknometer pada suhu 25°C (Ditjen POM
RI, 2000).
Ekstrak daun sukun ditimbang seksama sebanyak 10 gram dalam wadah yang telah di
tara, kemudian dikeringkan pada suhu 105°C selama 5 jam dan ditimbang. Pengeringan
dilanjutkan dan serbuk ditimbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan
berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (Ditjen POM RI, 2000).
Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total, didihkan dengan 25 ml asam
sulfat encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut asam, saring melalui krus
kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap,
timbang. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di
udara (Ditjen POM RI, 2000).
6. Kadar Abu Larut Air
Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total, dididihkan dengan 25 ml air
selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut, saring melalui krus kaca masir atau
kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas dan pijarkan selama 15 menit pada suhu tidak
lebih dari 450°C, hingga bobot tetap, timbang. Perbedaan bobot sesuai dengan jumlah abu
yang larut dalam air. Kadar abu yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang
dikeringkan di udara (Ditjen POM RI, 2000).